Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Maksudnya, pada dasarnya strategi masih bersifat konseptual mengenai keputusan yang akan diambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar untuk bertidak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan, strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi mengenai rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau tindakan (rangkaian kegiatan) yang di dalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Akan tetapi sebelumnya, perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang bisa diukur keberhasilannya. Di bawah ini ada beberapa macam strategi pembelajaran, yaitu : 1. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini juga sering dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurisken yang berarti saya menemukan. (wina sandjaya;196). Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi pada siswa. Strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya yaitu : a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini semakin bermakna. b. SPI dapat memberikan uang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 2. Strategi pembelajatan apektif Strategi pembelajaran apektif merupakan suatu metode dalam proses pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam . Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada didalam dunia yang empiris, nilai tersebut berhubungan langsung dengan pandangan seseorang yang tidak bisa dilihat, diraba tapi bisa dirasakan langsung oleh orang yang bersangkutan. Oleh karena itu pada hakekatnya strategi pembelajaran afektif proses penamaan nilai-nilai yang positif pada peserta didik, yang diharapkan pada peserta didik tersebut mampu berbuat dan mempunyai pandangan yang dianggap tidak baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku artinya disini bahwa dalam strategi ini dituntut kesadaran dan kemauan bagi peserta didik untuk bisa mempunyai kepribadian baik, berprilaku yang sopan dan bretindak sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Aspek afektif yang berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses pembelajaran sebab sikap dan minat siswa terhadap materi pembelajaran sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam hasil belajar siswa tersebut, betapa pintar guru dalam menguasai materi pelajaran, tetapi seleranya siswa kurang berminat, dan perhatian serta sikapnya terhadap materi pelajaran, maka pelajaran yang akan disampaikan tidak mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan oleh seorang guru dalam strategi ini yaitu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran efektif yang bervariasi, yang bisa memancing minat perhatian serta kemauan peserta didik atas siswa. Misalnya menciptakan suasana dalam proses pembelajaran berlandaskan kekeluargaan dan menciptakan suasana girang dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu nilai pada dasarnya standar prilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seorang tentang baik atau tidak baik, indah atau tidak indah, layak atau tidak layak dan lain sebagainya. Sehingga standar itu yang akan mewarnai prilaku seseorang. Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti saat sekarang ini, pendidikan nilai bagi anak-anak merupakan hal yang sangat penting, ini disebabkan pada era globalisasi dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pemilihan tentang nilai yang mungkin dianggapnya lebih baik sesuai dengan pandangannya pada saat itu. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap yakni kecendrungan seseorang terhadap suatu objek misalnya: jika seseorang berhadapan dengan suatu objek, ia akan menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap objek tersebut. Gulo (2005) menyimpulkan, tentang nilai sebagai berikut: a. Nilai tidak bias diajarkan tapi diketahui dari penampilannya. b. Pengembangan dominan pada apektif tidak bias dipisahkan dari aspek kognitif. c. Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berkembang sehingga bias dibina. d. Perkembangan nilai atau moral.
3. Strategi pembelajaran ekspositori (SPE).
Strategi Pembelajaran Ekspositori ( SPE ) , Konsep dan Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif apabila: a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya yang akan da harus dipelajari oleh siswa. b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bias mengingat pelajaran, sehingga dia dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan. c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru,misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus. d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu. e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur,biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa. g. Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. h. Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa,misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. i. Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. 4. Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM). Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan social di sekolah kami. Hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita, kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya memandang kami satu per satu, seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. Coba, menurut kamu Andri, masalah apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini? Pak Kusoy menyuruh Andri yang kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak. Anu pak! Masalah pengangguran pak! kata Andri sambil membetulkan rambutnya. Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual? Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi? Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya belum seluruhnya hilang dari matanya yang kecil berlindung di bawah bulu alisnya yang tebal. Bagaimana meniritmu Bia? kata Pak Kusoy menunjuk Bia yang baru saja memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi itu juga merasa gerah. Sama seperti kami. Memang panas siang ini. Menurut saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan tetapi masih tetap aktual, sebab sampai sekarang belum di temukan solusinya! Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk dipecahkan, selain masalah pengguran? Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto si kutu buku mengacungkan tangannya. Ada, pak! Sekarang ini kota kita dihadapkan kepada permasalahan sampah. Berdasarkan informasi pemerintah kota sulit membuang sampah karena tidak ada tempat pembuangan yang layak, akhirnya sudut-sudut kota kita dihiasi oleh tumpukan sampah yang menggunung dan baunya sangat menyengat! Mengapa kamu menganggap masalah sampah merupakan masalah aktual? Jelas pak. Sebab, masalah sampahselain mengganggu lingkungan masyarakat, juga sudah menjadi isu politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah itu kota kita dinobatkan sebagai kota terkotor. Pak Kusoy mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak terkesan dengan argumentasi si kutu buku. Apakah kamu setuju dengan pendapat Donto, Ria? Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan Kota Terkotor itu mengusukan harga diri saya sebagai penduduk kota ini! Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya pengkapnya mengena; dan kami tidak menyadarinya. Nah, kalau begitu topic yang akan kita bicarakan hari ini adalah tentang sampah. Bagaimana, apakah kalian setuju? Setuju, pak..! Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini? Lagi-lagi kami terdiam. Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu? kata Ria. Ya, dibuang ! kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut. Kali ini benar-benar tidak ada diantara kami yang mengantuk. Bagus! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas? Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu, tetapi bagaimana cara menaggulangi tumpukan sampah, kata Denok yang dari tadi tampak serius mengikuti diskusi. Bagus! kata Pak Kusoy sambil menulis di papan tulis. Apakah selain masalah ini, ada masalah lain yang perlu kalian bahas? Ada pak! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimna seharus nya masyarakat memberlakukan smpah, kata Donto. Mengapa kamu merasa hal itu dianggap penting? Sebab, Bagimanapun adanya tumpukan sampah itu, dikarenakan ulah atau hasil dari pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian kita harus memberikan solusi, apasaja yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah yang merka hasilkan itu. Cerita diatas merupakan dari contoh penerapan strategi pembelajaran yamg bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Dalam penerapan strategi ini , guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik masalah , walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh.artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif,tetapi juga aspek efektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yng dihadapi. Dilihat dari aspek filosofis tentang funsi sekolah ebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM merupakan strategi yang meumngkiknkan dan sangat penting untuk I kembangkan.hal ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada masalah. dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks; SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. 5. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) Hakikat dan Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir(SPPKB ), adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah , fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas : Pertama , SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir,artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran,akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal Kedua, telaah fakta-fakta social atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir,artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman social anak dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga ,sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah social sesuai dengan taraf perkembangan anak. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB Strategi pembelajaran peningkatan berpikir atau SPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data,fakta atau konsep,akan tetapi bagaimana bagaimana data,data,fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Karakteristik SPPKB Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. SPPKB memiliki tiga karakteristik: a. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat,tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir , sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru. Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar.Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB sebagai berikut: a. Tahap orientasi Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran .Tahap orientasi dilakukan dengan,pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran ,maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa.Kedua,penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran. b. Tahap Pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan.Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya. c. Tahap Konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini,guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar.Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan. d. Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB.Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan. e. Tahap Akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan.Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topic atau tema pembelajaran.Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topic yang dipermasalahkan. f. Tahap Transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan. 6. Strategi pembelajaran kooperatif (SPK) Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu : a. Adanya peserta dalam kelompok b. Adanya aturan kelompok c. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan d. Adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, di antaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir- akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Salvin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat menigkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, meraka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insetif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insetif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembeljaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasi materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, naorma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain. 7. Model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: a. Prinsip Kesaling-bergantungan, Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi. b. Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. c. Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.