Anda di halaman 1dari 14

MACAM-MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan


guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Maksudnya, pada
dasarnya strategi masih bersifat konseptual mengenai keputusan yang akan
diambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara umum, strategi dapat diartikan
sebagai suatu garis-garis besar untuk bertidak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan, strategi dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi mengenai rangkain kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, bisa disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau tindakan (rangkaian
kegiatan) yang di dalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Akan tetapi sebelumnya, perlu dirumuskan suatu tujuan
yang jelas yang bisa diukur keberhasilannya. Di bawah ini ada beberapa macam
strategi pembelajaran, yaitu :
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini juga sering dinamakan strategi heuristic, yang
berasal dari bahasa yunani, yaitu heurisken yang berarti saya menemukan.
(wina sandjaya;196). Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari
pendekatan yang berorientasi pada siswa. Strategi pembelajaran yang banyak
dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya
yaitu :
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini semakin bermakna.
b. SPI dapat memberikan uang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini adalah dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Strategi pembelajatan apektif
Strategi pembelajaran apektif merupakan suatu metode dalam proses
pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena
itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam . Strategi
pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi yang lainnya. Afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral
yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Nilai
adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada didalam dunia yang empiris, nilai tersebut
berhubungan langsung dengan pandangan seseorang yang tidak bisa dilihat,
diraba tapi bisa dirasakan langsung oleh orang yang bersangkutan. Oleh
karena itu pada hakekatnya strategi pembelajaran afektif proses penamaan
nilai-nilai yang positif pada peserta didik, yang diharapkan pada peserta didik
tersebut mampu berbuat dan mempunyai pandangan yang dianggap tidak baik
dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku artinya disini
bahwa dalam strategi ini dituntut kesadaran dan kemauan bagi peserta didik
untuk bisa mempunyai kepribadian baik, berprilaku yang sopan dan bretindak
sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Aspek afektif yang berhubungan
dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap materi
pembelajaran dalam proses pembelajaran sebab sikap dan minat siswa
terhadap materi pembelajaran sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam
hasil belajar siswa tersebut, betapa pintar guru dalam menguasai materi
pelajaran, tetapi seleranya siswa kurang berminat, dan perhatian serta sikapnya
terhadap materi pelajaran, maka pelajaran yang akan disampaikan tidak
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan oleh seorang guru
dalam strategi ini yaitu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran
efektif yang bervariasi, yang bisa memancing minat perhatian serta kemauan
peserta didik atas siswa. Misalnya menciptakan suasana dalam proses
pembelajaran berlandaskan kekeluargaan dan menciptakan suasana girang
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu nilai pada dasarnya standar
prilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seorang tentang baik atau tidak
baik, indah atau tidak indah, layak atau tidak layak dan lain sebagainya.
Sehingga standar itu yang akan mewarnai prilaku seseorang. Dalam
masyarakat yang cepat berubah seperti saat sekarang ini, pendidikan nilai bagi
anak-anak merupakan hal yang sangat penting, ini disebabkan pada era
globalisasi dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pemilihan tentang
nilai yang mungkin dianggapnya lebih baik sesuai dengan pandangannya pada
saat itu. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui
pembentukan sikap yakni kecendrungan seseorang terhadap suatu objek
misalnya: jika seseorang berhadapan dengan suatu objek, ia akan
menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap
objek tersebut. Gulo (2005) menyimpulkan, tentang nilai sebagai berikut:
a. Nilai tidak bias diajarkan tapi diketahui dari penampilannya.
b. Pengembangan dominan pada apektif tidak bias dipisahkan dari aspek
kognitif.
c. Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berkembang
sehingga bias dibina.
d. Perkembangan nilai atau moral.

3. Strategi pembelajaran ekspositori (SPE).


Strategi Pembelajaran Ekspositori ( SPE ) , Konsep dan Prinsip Penggunaan
Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif apabila:
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya yang akan da
harus dipelajari oleh siswa.
b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual
tertentu, misalnya agar siswa bias mengingat pelajaran, sehingga dia dapat
mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.
c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan,
artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi itu
hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh
guru,misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus.
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu.
e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur,biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk
kegiatan praktik.
f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru
perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g. Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah.
h. Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang
berpusat pada siswa,misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
i. Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
4. Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM).
Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran
pengetahuan social di sekolah kami. Hari ini kita akan mencoba membahas
tentang masalah yang terjadi di kota kita, kata Pak Kusoy sambil berdiri di
depan kami. Suaranya nyaring, matanya memandang kami satu per satu,
seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang sebetulnya sudah kehilangan
gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam pelajaran terakhir. Di luar
udara sangat panas. Coba, menurut kamu Andri, masalah apa yang sedang
hangat dibicarakan sekarang ini? Pak Kusoy menyuruh Andri yang kelihatan
seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak.
Anu pak! Masalah pengangguran pak! kata Andri sambil membetulkan
rambutnya. Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai
masalah yang aktual? Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang
sejak lama kita hadapi? Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya
belum seluruhnya hilang dari matanya yang kecil berlindung di bawah bulu
alisnya yang tebal. Bagaimana meniritmu Bia? kata Pak Kusoy menunjuk
Bia yang baru saja memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi itu
juga merasa gerah. Sama seperti kami. Memang panas siang ini. Menurut
saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan tetapi
masih tetap aktual, sebab sampai sekarang belum di temukan solusinya!
Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk
dipecahkan, selain masalah pengguran? Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto
si kutu buku mengacungkan tangannya. Ada, pak! Sekarang ini kota kita
dihadapkan kepada permasalahan sampah. Berdasarkan informasi pemerintah
kota sulit membuang sampah karena tidak ada tempat pembuangan yang
layak, akhirnya sudut-sudut kota kita dihiasi oleh tumpukan sampah yang
menggunung dan baunya sangat menyengat! Mengapa kamu menganggap
masalah sampah merupakan masalah aktual? Jelas pak. Sebab, masalah
sampahselain mengganggu lingkungan masyarakat, juga sudah menjadi isu
politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah itu kota kita dinobatkan
sebagai kota terkotor. Pak Kusoy mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak
terkesan dengan argumentasi si kutu buku. Apakah kamu setuju dengan
pendapat Donto, Ria? Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan Kota
Terkotor itu mengusukan harga diri saya sebagai penduduk kota ini!
Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya pengkapnya mengena; dan kami tidak
menyadarinya. Nah, kalau begitu topic yang akan kita bicarakan hari ini
adalah tentang sampah. Bagaimana, apakah kalian setuju? Setuju, pak..!
Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini?
Lagi-lagi kami terdiam. Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus
dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu? kata Ria. Ya, dibuang !
kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut. Kali ini benar-benar tidak
ada diantara kami yang mengantuk.
Bagus! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas?
Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu,
tetapi bagaimana cara menaggulangi tumpukan sampah, kata Denok yang
dari tadi tampak serius mengikuti diskusi. Bagus! kata Pak Kusoy sambil
menulis di papan tulis. Apakah selain masalah ini, ada masalah lain yang
perlu kalian bahas?
Ada pak! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimna seharus nya
masyarakat memberlakukan smpah, kata Donto. Mengapa kamu merasa hal
itu dianggap penting? Sebab, Bagimanapun adanya tumpukan sampah itu,
dikarenakan ulah atau hasil dari pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian
kita harus memberikan solusi, apasaja yang harus dilakukan masyarakat
terhadap sampah yang merka hasilkan itu. Cerita diatas merupakan dari
contoh penerapan strategi pembelajaran yamg bertumpu pada penyelesaian
masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Dalam
penerapan strategi ini , guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan topik masalah , walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan
apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses
menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara
individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa
akan berkembang secara utuh.artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada aspek kognitif,tetapi juga aspek efektif dan psikomotor melalui
penghayatan secara internal akan problema yng dihadapi. Dilihat dari aspek
filosofis tentang funsi sekolah ebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan
anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM merupakan strategi
yang meumngkiknkan dan sangat penting untuk I kembangkan.hal ini
disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada
masalah. dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang
kompleks; SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan
setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dilihat
dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran.
5. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)
Hakikat dan Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir(SPPKB ), adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah , fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas : Pertama ,
SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir,artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah
bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran,akan tetapi
bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui
kemampuan berbahasa secara verbal Kedua, telaah fakta-fakta social atau
pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan
berpikir,artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman social anak dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga ,sasaran akhir
SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah social
sesuai dengan taraf perkembangan anak. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam
SPPKB Strategi pembelajaran peningkatan berpikir atau SPPKB merupakan
model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran
yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai
data,fakta atau konsep,akan tetapi bagaimana bagaimana data,data,fakta dan
konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan
berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
Karakteristik SPPKB Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. SPPKB memiliki tiga karakteristik:
a. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental
siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya
menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat,tetapi menghendaki
aktivitas siswa dalam proses berpikir.
b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus menerus.Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
siswa,yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi
proses dan hasil belajar.Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir , sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB SPPKB menekankan kepada
keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar.Hal ini sesuai dengan
hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar
yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat
yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat
untuk dihafalkan.
Ada 6 tahap dalam SPPKB sebagai berikut:
a. Tahap orientasi Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap
untuk melakukan pembelajaran .Tahap orientasi dilakukan dengan,pertama
penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan
dengan penguasaan materi pelajaran ,maupun tujuan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki
oleh siswa.Kedua,penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan
siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
b. Tahap Pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman
dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan
yang akan dibicarakan.Melalui tahapan inilah guru mengembangkan
dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang
telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan
dikaji.Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan
bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada
tahapan-tahapan selanjutnya.
c. Tahap Konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa.Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan
ini,guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar.Persoalan yang diberikan sesuai
dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan
kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat
mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang
harus dipecahkan.
d. Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB.Pada tahap inilah
siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.Melalui tahapan inkuiri siswa
diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru
harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.
e. Tahap Akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui
proses penyimpulan.Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topic atau tema pembelajaran.Pada tahap ini
melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa
yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topic yang
dipermasalahkan.
f. Tahap Transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan
dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar
siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk
memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan
tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan.
6. Strategi pembelajaran kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
SPK, yaitu :
a. Adanya peserta dalam kelompok
b. Adanya aturan kelompok
c. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
d. Adanya tujuan yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan
beberapa pendekatan, di antaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat
dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik
campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau kemampuan.
Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi
pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi
kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik,
maupun siswa sebagai anggota kelompok. Upaya belajar adalah segala
aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki
maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut
dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antarpeserta dapat saling
membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat
memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Salah satu strategi dari model
pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) (SPK). SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan. Salvin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri
dan orang lain, serta dapat menigkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan
tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal
dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, meraka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok. SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insetif
kooperatif (cooperative incentive structure).
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insetif
kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk
bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai
keunikan dari pembeljaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap
anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi
anggota lain menguasi materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki
dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik
(student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial,
penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, naorma
akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada
yang lain.
7. Model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah
mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka
memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang
betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami
konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau
biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik
(guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu
apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka
di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja
kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa
memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih
memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching
and Learning / CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola
yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis
dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan
agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka
pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka
panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. CTL
disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.
Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika
siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian
rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu
menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari
makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan
pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan
pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di
laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan
pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar
yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi,
sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya. Dalam lingkungan seperti itu, para siswa
dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi
praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan,
memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang
mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas
dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan
untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas
biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan
mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan
pengaruhnya terhadap lingkungan. Dengan menerapkan CTL tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan
mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
a. Prinsip Kesaling-bergantungan,
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam
semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip
kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan
masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan
mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat,
saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana,
dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan
pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai
standar akademik yang tinggi.
b. Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam
semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam
CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat
pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang
dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu
kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
c. Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur,
dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para
siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima
tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan
interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru
sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan
mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai