Anda di halaman 1dari 19

STIKES AL INSYIRAH

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
REPRODUKSI MENURUT AJARAN ISLAM

NAMA KELOMPOK : 1. TARBIYAH NURJANAH


2. SETYA LISA

P. STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DOSEN : ABUZAR ALGHIFARI,SH.I,MA.

TAHUN 2016-2017

PEKANBARU RIAU
REPRODUKSI MENURUT AJARAN ISLAM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia. Namun demikian,
situasi kehidupan tidak selamanya menempatkan setiap orang dalam derajat yang sehat.
Ketimpangan dalam bidang kesehatan inilah yang menjadikan setiap tanggal 7 Maret
diperingati sebagai hari kesehatan dunia. WHO sebagai lembaga internasional yang
membidangi kesehatan memandang penting untuk melindungi bumi dari risiko terjadinya
wabah, resesi dan memusnahnya penduduk.
Indonesia adalah salah satu negara yang tergabung dalam organisasi WHO dan telah
melakukan ratifikasi-persetujuan. Sehingga Indonesia memiliki kewajiban untuk memberikan
penghormatan, perlindungan, pemajuan dan pemenuhan terhadap hak warganya dalam hal
kesehatan. Kesehatan reproduksi menjadi salah satu isu yang masih menyisakan banyak
masalah di Negara ini (Asih, Widyowati, 2009,www.fahmina.or.id).
Maka dari itu penulis juga tertarik dengan makalah Studi Islam II yang berjudul
Reproduksi Menurut Ajaran Islam ini.

B. Tujuan Penulisan
Memahami ajaran dan aturan dalam islam terhadap kesehatan reproduksi manusia
C. Rumusan Masalah
A. Bagaimana menjaga jarak saat melahirkan
B. Bagaimana kesehatan ibu hamil dan bersalin
C. Bagaimana saat melakukan persetubuhan
D. Bagaimana saat memberikan ASI
E. Bagimana cara untuk tumbuh dan berkembang nya seorang anak
F. Bagaimana proses imunisasi
POKOK BAHASAN
KESEHATAN REPRODUKSI MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM

A. Kesehatan Reproduksi
Dalam ilmu kedokteran, reproduksi bermakna menghasilkan keturunan. Sedangkan
kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, sosial
dalam segala hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga
berkaitan dengan kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman,
serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu memiliki
keturunan dan jumlah keturunan. Sebagian orang memandang bahwa kesehatan reproduksi
hanya terkait pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan, padahal hal itu tidak
sepenuhnya benar karena cakupan kesehatan reproduksi sangat luas (M. Asrorudin, 2009,
www.asroruddin.multiply.com).
Kesehatan reproduksi memiliki tiga komponen yaitu kemampuan untuk prokreasi,
mengatur tingkat kesuburan, dan menikmati kehidupan seksual; dampak kehamilan yang baik
melalui angka harapan hidup dan pertumbuhan bayi dan balita yang meningkat; serta proses
reproduksi yang aman. Adapun cakupan kesehatan reproduksi meliputi alat reproduksi,
kehamilan dan persalinan, kespro remaja, pencegahan kanker leher rahim, metode
kontrasepsi dan KB, kesehatan seksual dan gender, perilaku seksual yang sehat dan yang
berisiko, pemeriksaan payudara dan panggul, impotensi, HIV/AIDS, infertilitas, kesehatan
reproduksi laki-laki, perempuan usia lanjut, kesehatan reproduksi pengungsi, infeksi saluran
reproduksi, safe motherhood, kesehatan ibu dan anak, aborsi, serta infeksi menular seksual.

B. Reproduksi Menurut Ajaran Islam


Islam sebagai ad-Dien merupakan pedoman hidup yang mengatur dan membimbing
manusia yang berakal untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Sisi-sisi kehidupan
manusia sekecil apapun telah menjadi perhatian Islam, termasuk dalam hal ini yang berkaitan
dengan kesehatan. Ia merupakan nikmat dari Allah yang luar biasa nilainya, karena itu ia
merupakan amanah yang menjadi kewajiban bagi setiap pribadi untuk menjaganya dengan
memelihara kesehatan secara sungguh-sungguh.
Islam sebagai pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan kesehatan
reproduksi mengingat Islam berfungsi sebagai pengatur kehidupan manusia dalam rangka
mencapai keadaan sesuai dengan definisi kesehatan reproduksi itu sendiri. Islam mengatur
kesehatan reproduksi manusia ditujukan untuk memuliakan dan menjunjung tinggi derajat
manusia. Dan Islam sejak belasan abad yang lalu, jauh sebelum kemajuan ilmu kesehatan dan
kedokteran mengaturnya sesuai dengan Quran, hadits, dan ijma para ulama, yang mencakup
seksualitas, kehamilan, menyusui, kontrasepsi dan KB, dan aborsi, serta hal lain yang tidak
dapat dijelaskan satu-satu persatu. Dan sebagai umat muslim kita wajib mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat
manusia.
Maka dari menurut M. Asrorudin (2009), reproduksi menurut ajaran islam terbagi
atas 6 bagian, antara lain:

1. Islam dan seksualitas


Seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang terpuji sekaligus tercela. Seksualitas
menjadi hal yang terpuji jika dilakukan dalam lingkup hubungan yang sesuai syariat, yaitu
hubungan pasangan laki-laki dan perempuan bukan antara pasangan sejenis (homoseksual)
atau dengan binatang (zoofilia) yang telah menikah secara sah. Sebaliknya seksualitas dalam
Islam dapat menjadi hal yang tercela jika hubungan dilakukan di luar pernikahan, antara
pasangan sejenis, atau dengan binatang.
Islam melarang hubungan seksual melalui dubur & mulut (anal & oral sex), homoseksualitas,
sodomi, lesbianisme, dan perilaku seksual lain yang tidak wajar. Kekhawatiran Islam tentang
hal ini sangat beralasan mengingat saat ini perilaku di atas banyak ditemukan di masyarakat
di seluruh dunia yang berakibat pada timbulnya penyakit-penyakit menular seksual dan
desakralisasi hubungan pernikahan dimana hanya mementingkan syahwat semata.
Dalam Islam hubungan seksual pranikah dan perselingkuhan dilarang dan dapat dihukum
sesuai syariat. Bahkan negara kita juga telah memasukkan perihal ini dalam KUHP. Supaya
umat manusia tidak terjebak pada perilaku tercela maka Islam mengaturnya dalam Quran
surat Al Israa: 32 yaitu tentang larangan mendekati zina. Bukan hanya melakukan,
mendekatinya saja dilarang dalam Islam seperti hubungan laki-laki dan perempuan bukan
muhrim yang terlampau bebas.

2. Islam dan kehamilian


Dr Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya yang fenomenal La Bible Le
Coran Et La Science (Bibel, Quran, dan Sains Modern) menyatakan bahwa sebelum ilmu
kedokteran modern berkembang, para ilmuwan memiliki konsep yang salah tentang
penciptaan manusia padahal Quran telah menyatakannya dengan sangat jelas sejak 14 abad
yang lalu. Dalam surat Al Mukminun: 14 dan Al Hajj: 5, Quran telah menjelaskan tahap demi
tahap perkembangan penciptaan manusia. Quran menyebutkan tempat-tempat mekanisme
yang tepat dan menyebutkan tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi
bahan yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan secara sederhana dan mudah
dipahami oleh semua orang serta sangat sesuai dengan hal-hal yang ditemukan oleh sains di
kemudian hari. Mari kita lihat kandungan surat Quran di bawah ini yang begitu menakjubkan:
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik(QS. Al Muminun:
14)

3. Islam dan menyusui


Penelitian ilmiah modern baru dapat menyatakan kelebihan dan manfaat air susu ibu
(ASI) di penghujung abad ke-20. Namun, kajian tentang ASI telah termaktub di dalam Quran
beribu tahun yang lalu sejak diturunkannya pedoman hidup manusia itu. ASI sebagai
makanan terbaik bagi bayi itu telah menjadi rekomendasi WHO untuk diberikan secara
eksklusif selama 4-6 bulan dan dilanjutkan bersama makanan lain hingga berusia 2 tahun. Hal
ini sesuai dengan surat Al Baqarah: 233, yang secara ilmiah berkaitan erat dengan
pembentukan sistem kekebalan tubuh bayi dalam tahun-tahun pertama kehidupannya.
ASI tidak hanya penting bagi bayi saja tetapi penting pula bagi ibunya. Hubungan batin
antara ibu dan bayinya menjadi lebih terasa karena dekatnya hubungan mereka melalui proses
penyusuan. Secara klinis telah pula diteliti bahwa penyusuan dapat mengurangi risiko kanker
payudara. Selain itu proses penyusuan berguna pula sebagai kontrasepsi alamiah.

4. Islam dan kontrasepsi


Hingga saat ini kontrasepsi sebagai sarana pengaturan jarak kehamilan masih menjadi
perdebatan di kalangan ulama dan ilmuwan Islam. Ada kalangan yang menentang karena
mereka beranggapan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan produk Yahudi dan
kaum kafir untuk melemahkan kaum muslimin karena mereka takut kalau-kalau pertumbuhan
umat Islam akan mengancam tujuan, dominasi/pengaruh dan kepentingan mereka. Kalangan
yang menentang juga beranggapan bahwa KB bertentangan dengan anjuran Islam untuk
memperbanyak keturunan. Ada pula kalangan yang membolehkan atau membolehkan dengan
syarat.

5. Islam dan aborsi


Permasalahan aborsi atau secara medis berarti penghentian kehamilan di bawah usia
kehamilan 20 minggu masih menjadi perdebatan di kalangan muslim. Kalangan yang
sepenuhnya menentang mendasarkan pendapatnya pada Quran Surat Ath-Thalaq: 3, yaitu,
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu
Sementara itu kalangan muslim lainnya membolehkan aborsi hanya untuk alasan berat seperti
mengancam nyawa ibu atau kemungkinan janin lahir cacat. Saat ini berkembang perdebatan
di Indonesia tentang akan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) yang cenderung untuk
melegalkan bahkan meliberalkan aborsi, dengan alasan saat ini banyak masyarakat yang
terlibat praktik aborsi yang tidak aman sehingga menimbulkan angka kematian ibu dan bayi
tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Tentu saja pembuatan produk legislatif ini harus
disikapi dengan bijaksana dengan melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat termasuk
kalangan ulama dan agamawan dalam proses pembuatannya.

6. Islam dan pendidikan seks


Islam juga sama sekali tidak lupa untuk mengajarkan kita tentang pendidikan seks
berupa penjelasan tentang alat-alat reproduksi, kehamilan, menstrusi (haid), hubungan
seksual yang aman dan syari, dengan bahasa yang sederhana dan dalam batas tata susila
yang diperlukan, bukan mengandung unsur pornografi.

A.Menjaga jarak saat melahirkan


MENGATUR jarak kelahiran antara anak yang satu dan anak berikutnya
merupakan cara yang paling tepat untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan
anak. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat mengandung resiko tinggi untuk
kesehatan ibu dan anak. Misalnya, si anak sering sakit, si ibu semakin lemah
badannya, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sejak dini, Islam telah
mengajarkan agar memberi perhatian yang cukup terhadap kondisi
kesehatan fisik ibu dan ank.

Hal ini bisa dilakukan sejak sang ibu mengandung ataupun setelah melahirkan. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman:




Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua ibu bapaknya;
ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapitnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya
kepda-Kulah kembalimu. (Surat Luqman [31] : 14)

Ayat di atas memberikan pelajaran bahwa secara ideal setiap ibu disarankan untuk menyusui
anaknya selama dua tahun. Dengan pemberian air susu ibu (ASI) selama dua tahun,
merupakan makanan yang terbaik untuk anak pada usia dini. Hikmah dibalik jangka waktu
penyusuan selama dua tahun ini,selain positf bagi si anak, juga sangat bermanfaat bagi sang
ibu. Selama masa dua tahun, sang ibu bisa kembali memulihkan kesehatannya secara lebih
sempurna setelah melahirkan. Dengan sendirinya ia dianjurkan untuk tidak terlebih dahulu
hamil.

Selain pengaturan jarak kelahiran, ayat ini juga memberikan hikmah afgar sang ibu bisa
berkonsentrasi merawat anaknya pada usia bayi.

Untuk membentuk keluarga yang berkualitas perlu perencanaan kehamilan, salah satunya
dengan mengatur jarak kelahiran yang ideal.

Berikut ini manfaat mengatur jarak kelahiran, semoga bermanfaat..

Memberikan waktu yang cukup bagi orang tua baru untuk memberikan perhatian dan kasih
sayang secara optimal demi kelangsungan tumbuh kembang sang bayi yang baru lahir.

Memberikan waktu yang cukup untuk memulihkan kondisi ibu, baik secara fisik (organ-
organ reproduksi) maupun psikis, berkaitan dengan kehamilan dan persalinan yang telah
dijalaninya.

Mempersiapkan si anak pertama untuk mendapatkan ASI selama 2 tahun, sehingga asupan
gizi bagi tumbuh kembangnya tidak tergangu. Mengenai manfaat ASI eksklusif yang sungguh
memberikan manfaat yang luar biasa bagi bayi, baik untuk ketahanan tubuhnya (imunitas)
maupun tumbuh kembangnya.

Selain menyehatkan ibu dan bayi, juga berefek pada kecerdasan si buah hati.

Secara psikologis, karena si bayi sudah mendapatkan kasih sayang yang cukup semata hanya
untuknya selama 2-4 tahun, maka dirinya telah siap menerima kehadiran adik baru yang
disayanginya. Tumbuh dalam suasana saling menyayangi serta dekat satu sama lain tentu
memberkan dampak positif bagi kakak dan adik ini.

Memberikan waktu yang cukup bagi ayah dan keluarga untuk mempersiapkan kebutuhan
secara ekonomi dan sosial dalam rangka menyambut anggota keluarga baru.
[santi/islampos/bintang indonesia]

B. Kesehatan ibu hamil dan bersalin


A. Kesehatan Kehamilan
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada juga
perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan berkembang
dari masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam berketurunan adalah
dengan cara berhubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah
mulia dan ikatan suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah
dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui
hal tersebut.
Allah SWT berfirman:
Artinya: Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan
darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan
(QS. Ar-rum: 30)

Amalan apa saja yang harus dilakukan ibu hamil Menurut Islam? Dilihat dari sudut
pandang Agama Islam bagi setiap wanita hamil merupakan juga ibadah selain itu kita juga
dititipi dan diamanati sebuah anak yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.Bagi anda ibu
hamil yang beragama Islam Alangkah baikya mengamalkan amalan yang telah diajarkan
menurut Nabi besar kita Muhammad Saw.Amalannya apa saja ? Mari kita simak bersama-
sama :

10 AMALAN UNTUK IBU HAMIL MENURUT SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM

Dibawah ini amalan-amalan yang bisa bunda lakukan pada saat mengandung yang dilihat dari
sudut pandang Agama Islam :

1.Secara Tidak langsung bunda juga bisa menerapkan pendidikan yang baik kepada bayi yang
ada didalam kandungan dengan cara mengaji atau membaca al Quran,sholat wajib 5
waktu,sering mengikuti pengajian,syukur-syukur melaksanakan sholat
sunnah,memperbanyak dzikir.

2.Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita salah satunya adalah anak
yang ada didalam kandungan.Selain itu kita juga harus selalu meningkatkan ke imanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

3.Wanita yang sedang mengandung harus menghindari pembicaraan kotor dan menjaga lisan
agar tidak menyakiti perasaan orang lain.

4.Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberi keselamatan,kesehatan dan
kelancaran saat melahirkan.Selain itu bunda juga bisa berdoa agar anak yang didalam
kandungan menjadi anak yang sholeh dan sholihah

5.Memakai pakaian yang menutupi aurot sangatlah dianjurkan oleh Agama Islam walaupun
baru keadaan hamil.Misalnya anda bisa memakai pakaian yang rapat dan mengenakan jilbab

6.Makan-makanlah yang sehat dan halal menurut yang dianjurkan agama islam.Hindari
makanan yang tidak baik karena bisa berdampak tidak baik bagi bayi anda.
7.Menghindari hal-hal yang menjerumuskan anda kedalam kemaksiatan.

8.Menjaga rasa emosi yang berlebihan karena bisa berdampak tidak baik bagi bunda dan
sijabang bayi.

9.Akan lebih baik bunda selalu menjalankan puasa sunah yang telah dianjurkan oleh agama

10.Lakukan kerja ringan dirumah dan olahraga yang telah dianjurkan dokter agar dalam
proses melahirkan bisa lancar.

B.Persalinan
Dalam rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian
manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah
penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan
lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Pelayanan dasar yang ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan
pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus
beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih
lengkap seperti di rumah sakit. Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan
sarana transportasi.
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup. Menurut survei kesehatan dan rumah tangga 2001 penyebab langsung
kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan
yaitu pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium (8%), partus
macet (5%), abortus (5%), dan lain-lain.
Oleh karena itu pelayanan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan
persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Quran mengabdikan
perjuangan ibu selama kehamilan, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah
dan bertambah-tambah..... Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui
sabda Rasulullah SAW yang artinya, ..... wanita yang meninggal karena melahirkan adalah
syahid....(H.R. Ahmad).
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada khalifah sebagai pemimpin
umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayan bersalin (atenatal, bersalin dan nifas)
berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis.
Bila keuangan negara tidak cukup, maka khalifah akan menarik sejumlah uang dari
orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu
pada 3 prinsip dasar:
1. Kesederhanaan aturan
2. Kecepatan pelayanan
3. Standar layanan bersalin berkualitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk
tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata
diseluruh wilayah negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (rumah
sakit). Dalam ranah fiqih, menjadi tenaga medis (dokter kandungan, bidan, dan perawat)
adalah fardhu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi
tersebut. Karena itu negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk
menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat.
Dalam sejarah masa keemasan Islam layanan bersalin yang memadai dari banyaknya
rumah sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga
pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan ruang
untuk bersalin. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan oleh negara yang
menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua itu benar-benar
direalisasikan secara nyata.
Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping
didirikan rumah sakit terbesar dikota Baghdad, dan beberapa rumah sakit kecil, juga didirikan
rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah pendidikan kebidanan.
Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawih
yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhalifahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses
(permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikam problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang
terkait, baik medis maupun non medis, dan termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara
merata.

C. PERSETUBUHAN
Cara bersetubuh yang menyenangkan tidak selalu benar secara etika maupun estetika
dalam Islam karena tidak semua teknik dan gaya bercinta yang banyak dipraktekkan orang
saat ini sesuai dengan syariat yang diajarkan Nabi.

Bercinta adalah salah satu aktifitas suami istri yang tentu saja seperti semua sendi-sendi
kehidupan juga diatur oleh syariat Agama dan tentu saja harus dipatuhi.

Islam hadir membawa syariat untuk mengatur kehidupan manusia agar lebih teratur dan
beradab, termasuk dalam urusan percintaan agar anak-anak yang dilahirkan menjadi anak
yang sholeh.

Saat ini ada banyak sekali buku teknik bercinta yang beredar bebas di masyarakat. Buku-
buku tersebut sebagian besar memberi informasi tentang cara bersetubuh yang
menyenangkan saja, sehingga sebagai muslim, keberadaan informasi seksual seperti itu
perlu difilter.

Dalam Islam, seks tidak hanya urusan puas atau tidak puas belaka, dalam beberapa ayat dan
hadis, telah dijelaskan bahwa hubungan seksual antara suami istri dalam Islam adalah ibadah.
Sehingga hubungan seksual dalam Islam bukan hanya soal cara bersetubuh antara suami dan
istri tetapi juga memiliki dimensi spiritual.

1. Posisi Seks Dalam Islam


Sepeti diketahui, ada ratusan posisi seks kamasutra yang bisa dengan mudah orang pelajari
saat ini. Mulai dari posisi pria di atas, wanita di atas, posisi doggy style, dan lain sebagainya.
Kesemua posisi seks tersebut berfungsi variasi agar aktifitas seksual tidak membosankan.

Dalam Islam, tujuan hubungan seks tidak sekedar bersenang-senang belaka atau sekedar
melepaskan hasrat seks tapi juga sebagai alat untuk menjalankan fungsi reproduksi. Sehingga
posisi seks yang benar dalam Islam adalah posisi yang dapat mempermudah jalannya aktifitas
reproduksi tersebut.

Sebagai contoh, dalam Islam lebih diutamakan melakukan posisi seks laki-laki di atas
ketimbang wanita di atas sebab posisi pria di atas akan lebih memudahkan sperma membuahi
sel telur sehingga terjadi kehamilan.

2. Oral Seks Dalam Islam

Oral seks adalah aktifitas seks non penetratif yang melibatkan lidah dan mulut untuk
merangsang organ vital lawan jenis. Pada sebagian orang, oral seks termasuk aktifitas seks
yang menjijikkan dan menyerupai binatang, tapi bagi beberapa yang lain oral seks adalah
sebuah aktifitas seks alternatif yang menyenangkan. Bagaimana Islam memandang oral
seks?

Sampai saat ini tidak ada larangan dan anjuran dalam Islam mengenai boleh tidaknya
melakukan oral seks kepada pasangan. Ketiadaan nash atau dalil yang mengatur soal oral
seks membuat banyak ulama Islam yang berbeda pendapat, ada yang mengharamkan dan ada
pula yang membolehkan.

Ulama yang membolehkan oral seks dalam Islam mendasarkan pendapatnya pada Al Auran
Surat Al Baqarah ayat 223, yang menyatakan bahwa wanita (istri) adalah ladang bagi suami
yang boleh didatangi dari mana saja.

Ulama lain memberi label makruh dan haram oral seks dengan alasan menjijikkan dan
melakukannya tidak termasuk dalam ciri orang beriman yakni menjaga kemaluannya,
termasuk jika dalam melakukan seks orang terdapat madzi atau air mani yang tertelan.

3. Adab Cara Bersetubuh Dalam Islam

Islam adalah Agama yang memberi tuntunan agar semua muslim bisa merasakan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Bersetubuh dalam Islam memiliki aspek etika dan estetika yang bertujuan
untuk memberi kepuasan raga dan kenikmatan jiwa.

Berikut ini beberapa adab cara bersetubuh yang benar dalam Islam:

A. Foreplay

Seorang suami harusnya memulai seks dengan bersenda gurau, merangkul, memeluk dan
mencium mata istrinya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ada pahala yang besar bagi
suami yang menggauli istrinya dengan baik.

Barangsiapa memegang tangan istri sambil merayunya , maka Alloh Swt , akan menulis
baginya 1 kebaikan dan melebur 1 kejelekan serta mengangkat 1 derajat , Apabila
merangkul , maka Alloh Swt , akan menulis baginya 10 kebaikan melebur 10 kejelekan dan
mengangkat 10 derajat , Apabila menciumnya , maka Alloh Swt , akan menulis baginya 20
kebaikan , melebur 20 kejelekan dan mengangkat 20 drajat , Apabila senggama dengannya ,
maka lebih baik daripada dunia dan isi-isinya

Foreplay atau pemanasan sebelum melakukan penetrasi seksual bertujuan untuk menciptakan
komunikasi yang positif antara suami dan istri. Dengan foreplay yang benar dan cukup maka
aktifitas seks akan lebih menyenangkan dan memuaskan kedua pihak.

B. Berhias Diri

Baik suami maupun istri memiliki kewajiban untuk berhias diri atau memperbaiki
penampilan sebelum bertemu pasangannya. Dalam Islam, para suami
diharapkan membersihkan dan membuat harum mulutnya agar istri semakin cinta. Begitu
pula sebaliknya, para istri diwajibkan berhias, memakai parfum dan mempercantik diri ketika
akan bertemu suaminya.

Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda:

Sebaik-baiknya wanita adalah wanita yg harum baunya dan sedap masakannya

Para wanita muslim juga disunnahkan menggunakan celak pada kedua matanya dan
mempercantik tangannya dengan daun pacar.

C. Tidak Telanjang Bulat

Cara bersetubuh dalam Islam mengajarkan estetika yang sangat dalam. Berbeda dengan
kitab-kitab seksual di agama lain, dalam Islam dilarang bersetubuh sambil telanjang bulat.
Rosulalloh,Saw Bersabda:

Apabila kalian melakukan senggama dengan istrinya , maka jangan telanjang seperti
telanjangnya himar

D. Sholat Sunnah 2 Rakaat Sebelum Bersetubuh

Islam menganjurkan suami dan istri yang akan melakukan hubungan seks untuk sholat
sunnah dua rakaat agar aktifitas seks yang dilakukan berada dalam rahmat Allah dan dijauhi
oleh syetan. Dalam sebuah hadis, Nabi bahkan memerintahkan suami untuk menyuruh istrnya
sholat dibelakang mereka sebelum bersetubuh.

E. Tidak Berhubungan Seks Saat Istri Haid

Meskipun beberapa dokter menyebut seks ketika menstruasi tidak berisiko tapi dalam Islam,
Nabi jelas-jelas menyebutnya sebagai kotoran dan harus dihindari. Oleh karena itu para
suami hendaknya tidak bersetubuh atau mendekati istrinya saat sedang haid sampai sang istri
suci kembali.

Cara bersetubuh yang benar dalam Islam mengutamakan aspek etika dan estetika dengan
tidak melupakan aspek indrawi seperti posisi bercinta dan teknik lainnya. Seks yang benar
adalah ibadah dan akan mendapat pahala dari Allah, sementara seks yang tidak benar akan
mendapat dosa dan kemalangan di hari akhir nanti.

D. PEMBERIAN ASI
Pemberian ASI menurut pandangan islam

Kaum perempuan baik yang masih menjadi seorang istri maupun tidak diwajibkan
untuk menyusui anaknya selama dua tahun penuh dan tidak lebih dari itu, tetapi
diperbolehkan kurang dari masa itu apabila kedua orang tua memandang adanya
kemaslahatan. Dalam hal ini kebijaksanaannya diserahkan kepada kemaslahatan mereka
berdua.

Alasan utama diwajibkannya seorang ibu menyusui anaknya karena ASI (Air susu
Ibu) merupakan minuman dan makanan terbaik secara alamiah maupun medis.

Ketika bayi masih di dalam kandungan ia ditumbuhkan dengan darah ibunya, setelah ia lahir,
darah tersebut berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi.

Ketika ia lahir dan terpisah dari kandungan ibunya, hanya ASI yang paling cocok dan paling
sesuai dengan perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhwatirkan oleh seorang ibu bahwa
anaknya akan terserang penyakit ataupun cedera karena ASI.

Al Quran telah menegaskan keharusan seorang ibu untuk menyusui anaknya. Dalam beberapa
ayat Al Quran, Allah swt berfirman:

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada
Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak
ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan."(QS
Al Baqarah:233)

ASI sangat dianjurkan untuk menjadi makanan pokok bagi si bayi karena beberapa hal, antara
lain sebagai berikut:

Pemberian ASI menurut pandangan islam

1. Sarat Makanan bagi Bayi

Kondisi bayi yang masih sangat lemah termasuk fisiknya, menyebabkan tidak semua
makanan baik untuk bayi.
Advertisement
Karena untuk menjamin kesehatan dan pertumbuhannya diperlukan beberapa syarat makanan
yang layak untuk bayi, antara lain:

a. memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur;


b. sesuai dengan pola menu seimbang
c. bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan bayi
d. kebersihannya terjaga

Dari syarat syarat tersebut hanya ASI lah yang cocok untuk digunakan oleh bayi terutama
dalam usia 1-6 bulan pertama.
2. Kandungan ASI

ASI merupakan susu yang murni dan steril sehingga sangat mendukung kesehatan bayi,
sehingga tidak mungkin bayi akan mendapat infeksi usus bila hanya mengkonsumsi ASI saja.

Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa bayi menerima berbagai kekebalan terhadap
infeksi dari cairan kolostrom dan melalui ASI. Dalam ASI sendiri mengandung semua zat
yang dipelukan oleh bayi, antara lain protein, lemak, laktosa, vitamin, zat besi, air, garam,
kalsium, dan fosfat. Adapun komposisi ASI dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Colostrom dihasilkan hari ke 1-3 setelah bayi lahir, manfaatnya:

- sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir;


- mengandung kadar protein tinggi
- mangandung zat antibodi

b. ASI masa transisi, dihasilkan hari ke 4-10

c. ASI motur, dihasilkan hari ke 10 sampai seterusnya

3. Keuntungan ASI adalah sebagai berikut:

a. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.
b. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal bagi bayi.
c. Mengandung berbagai zat antibodi, sehingga mencegah terhadinya infeksi.
d. Mengandung B-laktoglobulin yang tidak menyebabkan alergi
e. Selalu segar dan terhindar dari kuman
f. Dapat menjarangkan kelahiran
G. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

4. Kondisi fisik bayi

Bayi yang lahir mempunyai fisik yang lemah karena dalam masa penyesuaian setelah dalam
kandungan, sehingga memiliki organ organ yang belum sempurna sebagaimana mestinya.

Contohnya adalah organ pencernaan; pada mulut bayi belum tumbuh gigi sehingga kesulitan
mengunyah, lambung belum bisa menghancurkan makanan sehingga siap diserap oleh usus
dan usus sendiri tidak bisa menyerap setelah dalam bentuk zat seperti laktosa. Dari fakta ini,
maka jelaslah ada perintah untuk menyempurnakan susuan hingga usia dua tahun.
E. TUMBUH KEMBANG ANAK
Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut islam berlangsung fase demi
fase. Secara biologis pertumbuhan itu digambarkan oleh tuhan dalam Al-Quran sesuai
firmannya pada surat Al-Mumin ayat 67 sebagai berikut :


()

Artinya:
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu
hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).

Fase pertumbuhan anak menurut islam, berdasar ayat ini adalah :

1. Masa embiro yakni masa anak dalam kandungan (mulai dari saat terjadinya union,
antara sperma pria dan ovum perempuan (nutfah), kemudian berupa segumpal darah
(alaqah) dan kemudian menjadi segumpal daging (mudgah).

2. Masa kanak-kanak (vital dan estetis)

3. Masa perkembangan (remaja)

4. Masa dewasa

5. Masa tua

6. Meninggal.

Perkembangan Anak Secara Psikologis

Adapun perkembangan anak secara psikologis dilihat dari segi pandangan Islam menurut
seorang sarjana islam yang bernama Ali Fikry, adalah sebagai berikut :

1. Masa kanak-kanak adalah sejak anak itu lahir sampai umur tujuh tahun. Pada fase ini
terjadi proses seperti ini :

Anak yang telah sampai umur 40 hari, sudah dapat tersenyum dan dapat melihat.

Sudah dapat merasa sakit, merasakan hajat biologis.

Umur enam bulan anak telah mempunyai kemauan.

Umur tujuh bulan anak mulai tumbuh giginya.


Memasuki tahun kedua, anak mulai dapat berjalan.

Tahun ketiga pada diri anak telah terbentuk keinginan serta kemauannya.

Tahun keempat anak telah mulai mempunyai dzakirah (ingatan)

Tahun ketujuh anak dapat menetapkan sesuatu menurut hukum-hukum sendiri.

1. Masa berbicara; mulai tahun kedelapan sampai tahun ke-14. Masa ini disebut juga
periode cita-cita. Sebab pada masa ini anak menuju kearah segala sesuatu yang
berhubungan erat dengan tabiat dan akalnya.

2. Masa akil baligh; dari umur 15 sampai 21 tahun.

3. Masa syabiah (edolisen); dari umur 22 sampai 26 tahun.

4. Masa rajullah (pemuda pertama atau dewasa); 29 sampai 35 tahun.

5. Masa pemuda kedua; dari umur 36 sampai 42 tahun.

6. Masa kuhulah; dari 43 sampai 49 tahun.

7. Masa umur menurun dari 50 sampai 56 tahun.

8. Masa kakek-kakek/nenek-nenek pertama dari 56 tahun sampai 63 tahun

9. Masa kakek-kakek/nenek-nenek kedua dar 64 sampai 75 tahun.

10. Masa haron (pikun) dari 75 sampai 91 tahun.

11. Masa meninggal dunia.

Secara Pedagogis, pertumbuhan anak menurut pandangan islam. Dapat dilihat seperti yang
telah dikemukakan Nabi saw sesuai sabdanya :

: :
:
.

Artinya:
berkata anas; bersabda Nabi saw; anak itu pada hari ketujuh dari lahirnya disembilihkan
aqiqah dan diberi nama serta dicukur rambutnya, kemudian setelah umur enam tahun
dididik beradab, setelah Sembilan tahun dipisah tempat tidurnya, bila telah umur 13 tahun
dipukul Karena meninggalkan sembahyang. Setelah umur 16 tahun dikawinkan oleh orang
tuanya (ayahnya), ayhnya berjabat tangan dan mengatakan; saya telah mendidik kamu,
mengajar dan mengawinkan kamu. Saya memohon kepada tuhan agar dijauhkan dari
fitnahmu di dunia dan siksamu di akhirat

Dari ayat dan hadits tadi dapat ditarik pengertian bahwa fase-fase pertumbuhan anak secara
paedagogis adalah sebagai berikut :
1. Fase pendidikan pada saat anak masih dalam kandungan ibu.

2. Fase pendidikan secara dresser (pembiasaan) terhadap hal yang baik-baik dari sejak
lahir sampai pada usia enam tahun.

3. Fase anak dididik tentang adat kesusilaan yang dimulai pada saat anak mulai berumur
6 tahun.

4. Fase anak dididik seksuilnya. Sehubungan dengan watak anak yang suka meniru
perbuatan orang lain terutama orang tuanya. Maka pada usia sekitar 9 tahun ini anak
harus dipisahkan tempat tidurnya dari orang tuanya, sebab bila hubungan seksuil ayah
dan ibu sampai dilihat anak, akan membahayakan jiwanya, karena ingin menirunya.

5. Fase pandidikan untuk menenangkan jiwa anak dengan mengharuskannya


menjalankan shalat. Umur anak pada fase ini sekitar 13 tahun, dikenal dengan masa
sturm und drag (puberteit) dimana anak mengalami kegoncangan-kegoncangan jiwa
yang sangat membutuhkan pimpinan yang sangat teguh. Dengan shalat kegoncangan
jiwanya itu dapat ditenangkan.

6. Fase pendidikan terhadap anak yang telah mengalami kedewasaan nafsu sexuilnya.
Agar tidak terjadi akses-akses yang merugikan yang berlangsung sekitar umur 16
tahun. Oleh karena menurut pandangan islam, anak yang berumur 15 tahun itu sudah
dewasa, maka dalam pengendalian nafsu sexual (birahi) anak pada fase ini ditempuh
dengan cara mengawinkan bagi mereka yang sudah berhasrat untuk berkeluarga dan
melaksankan puasa bagi yang belum berhasrat untuk berkeluarga.

Hikmah perkawinan dan puasa disini dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam salah satu
haditsnya :

Artinya:
Hai para pemuda, bila kamu talah mempunyai biaya (kemampuan moral), kawinlah.
Karena kawin itu dapat menenangkan pandangan mata (hati) dan lebih menjaga faraj. Dan
barang siapa belum bisa kawin, maka berpuasalah, karena puasa itu mengurangi syahwat.

Fase pendidikan anak menurut islam pada umur dewasa (16 sampai 21 tahun). Anak pada
saat ini telah lepas oleh orang tuanya dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri.

F. IMUNISASI
Imunisasi Yang Halal Menurut Islam

Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terdiri dari dua macam yaitu imunisasi
pasif dan imunisasi aktif. Imunisasi pasif merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap
penyakit. Sedangkan imunisasi aktif merupakan kekebalan yang harus didapat dari pemberian
bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh yang berguna membentuk
antibodi terhadap penyakit yang sama, baik yang lemah maupun yang kuat.

Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau
bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum /
telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita, maka tubuh akan terangsang untuk
melawan penyakit tersebut dengan membentuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada
di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba
menyerang.

Akan tetapi, permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah imunisasi yang diprogramkan oleh
pemerintah mengundung unsur haram dan zat yang berbahaya.

Alloh SWT berfirman dalam Surat Al-Baqoroh ayat 168: Hai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa-apa yang terdapat di bumi. Dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaithon, karena sesungguhnya syaithon itu adalah musuh yang nyata
bagimu.

Dari ayat di atas jelas Alloh memerintahkan kepada manusia untuk mengkonsumsi makanan,
minuman, obat, termasuk vaksin dari bahan-bahan yang halal dan baik.

Imunisasi Yang Benar Menurut Islam

Imunisasi yang benar menurut islam adalah imunisasi yang halal dan thoyyib (baik).
Selain halal, imunisasi ala Rasululloh betul-betul akan menjadikan anak Anda sehat, cerdas
dan tidak akan menimbulkan efek samping sedikitpun. Inilah cara imunisasi yang diajarkan
Rasululloh:

Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma binti Abi Bakr,

Dari Asma binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah ibn Zubair di
Mekah mengatakan, Saya keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke
madinah, aku turun di Quba dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka beliau Shalallaahu alaihi wasalam menaruh
Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam meminta
kurma lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma
yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang
pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kemudian
beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam pun mendoakannya dan
mendoakan keberkahan kepadanya.

Dalam shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asyariy, Anakku lahir,
lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, lalu beliau
Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya
dengan kurma. dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: maka beliau SAW mendoakan
kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.

Tahnik adalah suatu metode yang diajarkan oleh Rasululloh, tahnik yaitu memberikan
kurma yang sudah dilumat atau dikunyah lembut oleh orang yang beriman/sholeh atau
orang tua bayi kepada bayi yang baru lahir, dengan menempelkan ke langit-langit atas
mulut bayi. Dengan metode ini, akan mengurangi resiko kekurangan glukosa pada bayi.
Selain itu, kurma memiliki banyak mujizat yang memberikan efek positif.

Pemberian imun kepada bayi bisa dilakukan oleh seorang ibu dengan cara memberikan ASI
yang pertama keluar yang berwarna kuning (colostrum), kemudian ibu harus
memberikan ASI eksklusif dengan kualitas ASI yang baik. Mujizat lain yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh adalah madu, karena madu adalah obat dari segala
penyakit.

Selain daripada itu, kita sebagai orang tua harus memberikan makanan yang halal dan
bergizi kepada anak-anak kita. Yang terpenting adalah jangan sampai memberikan makanan
haram sedikit pun, karena dari barang haram itulah bisa timbul penyakit.

Sekali lagi kami tekankan dalam artikel ini bahwa vaksinasi modern atau imunisasi
memberikan dampak yang sangat membahayakan. Hanya ada dua hasil dari anak yang
diimunisasi, yaitu mati atau hidup dalam keadaan tidak sehat. kalau ia tidak kuat terhadap
virus dan bahan yang ada dalam vaksin, maka ia akan mati. Dan jika ia kuat terhadap vaksin,
maka di masa depannya ia akan sakit-sakitan, daya tahan tubuh menurun, kecerdasan
menurun dan perubahan watak alami.

Jadi, marilah kita kembali kepada metode sehat yang diajarkan Rasulullah SAW.

KESIMPULAN
Dalam ilmu kedokteran, reproduksi bermakna menghasilkan keturunan. Sedangkan
kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, sosial
dalam segala hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga
berkaitan dengan kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman,
serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu memiliki
keturunan dan jumlah keturunan.
Kesehatan reproduksi memiliki tiga komponen yaitu kemampuan untuk prokreasi,
mengatur tingkat kesuburan, dan menikmati kehidupan seksual; dampak kehamilan yang baik
melalui angka harapan hidup dan pertumbuhan bayi dan balita yang meningkat; serta proses
reproduksi yang aman.
Maka dari menurut M. Asrorudin (2009), reproduksi menurut ajaran islam terbagi
atas beberapa bagian, antara lain:
1. Islam dan seksualitas
2. Islam dan kehamilan
3. Islam dan menyusui
4. Islam dan kontrasepsi
5. Islam dan aborsi
6. Islam dan pendidikan seks
7. Islam dalam tumbuh kembang anak
8. Islam dalam imunisasi

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai