l-11:l',:l::::rr.ii.ir+ : r-..-_
j, .,ri :r. a:::r1:.r:1:.,i.::,:_",it_1='
:r;' :!i:':':i-,itrj1+-i-:..:=:
..,].:::
PENDAHULUAN
GOAL / TUJUAN
Bobot 100%
1
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
Formulasi Matematis
Apabila diasumsikan terdapat n komponen yang dinilai tingkat kepentingannya secara
berpasangan, serta C , C , ....., C adalah set dari komponen-komponen, maka judgement
1 2 n
secara berpasangan antara C dengan C , direpresentasikan dalam matriks A dengan ukuran
i j
n x n:
A=(a) ( i,j = 1,2,...,n ) ..................................tahap (1)
ij
2
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
A=
..................................tahap (2)
Jika telah didapat hasil judgement berpasangan (Ci, Cj), maka hasil tersebut dapat
dipindahkan ke dalam bentuk numerik aij pada matriks A. Selanjutnya akan ditentukan bobot
C ,C ,..., C yang mencerminkan hasil dari judgement di atas. Bobot masing-masing set
1 2 n
komponen di atas dinyatakan sebagai w , w , ... , w . Yang menjadi masalah adalah
1 2 n
bagaimana mendapatkan bobot w untuk setiap judgement a tersebut. Untuk memecahkan
i ij
masalah tersebut dapat dilakukan pengerjaan melalui 3 tahap berikut:
Tahap 1:
Asumsikan bahwa judgement didasarkan atas hasil pengukuran nyata yang teliti.
Untuk membandingkan C dengan C diambil patokan dari berat (bobot) setiap komponen.
1 2
Dalam kasus ideal (yang didasarkan hasil pengukuran eksak), hubungan antara bobot w
i
dengan hasil judgement a adalah sebagai berikut:
ij
w /w = a ( untuk i,j = 1,2, ....., n ) ..................................tahap (3)
i j ij
A=
..................................tahap (4)
Karena pengukuran fisik tidak pernah eksak secara rnatematis sehingga diperlukan
kelonggaran untuk penyimpangan (deviation).
Tahap 2:
Untuk melihat seberapa besar kelonggaran yang pantas diberikan untuk
penyimpangan, perhatikan baris ke-i dari matriks A. Pada kasus umum, akan diperoleh
elemen baris yang besarnya berkisar sekitar nilai wi, sehingga beralasan jika dikatakan
bahwa wi adalah harga rata-rata dari nilai-nilai tersebut:
w = 1/ n . ( i = 1,2, ...., n ) ..................................tahap (5)
i
Tahap 3:
Pada kasus nyata, nilai a tidak selalu sarna dengan w /w ,, sehingga akan
ij i j
mempengaruhi solusi persamaan di atas, kecuali jika n juga berubah.
Untuk selanjutnya nilai n ini diganti oleh max ; sehingga:
w = 1/ max . ( i = 1,2, ...., n ) .......................tahap (6)
i
3
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
Persamaan tersebut mempunyai solusi yang unik, yang dikenal dengan masalah
eigenvalue (nilai eigen). Nilai adalah eigenvalue maksimum dari matriks A.
Dari tahap-1 dapat diturunkan hubungan:
1. aij.ajk = (wi/wj).(wj/wk) = wi/wk = aik Bentuk tersebut menyatakan harus terpenuhinya
konsistensi penilaian dari elemen matriks tersebut; sedangkan:
2. 2. aji = wj/wi = 1/wi/wj = 1/aij Menunjukkan ciri resiprocality dari matriks dalam Proses
Hierarki Analitik.
Bentuk perkalian matriks
...........................tahap (7)
Bentuk persamaan: A.W = n.W atau dalam bentuk lain: ( A - n.I ) = 0, dimana I adalah
matriks identitas. Persamaan ini mempunyai solusi tidak nol jika dan hanya jika n adalah
eigenvalue dari matriks A, dan W adalah eigenvektornya.
Apabila dihubungkan dengan tahap-3 di atas, dan mengingat adanya kenyataan dalam teori
matriks, maka:
1. Jika , , ..., adalah eigenvalue dari A dan karena a = 1 untuk semua i, maka:
1 2 n ij
= jumlah dari elemen-elemen diagonal matriks A
2. Kesalahan kecil pada koefisien matriks aij, akan menyebabkan penyimpangan yang kecil
pula pada eigenvalue pada tingkat ke j+1 yang dibandingkan terhadap aktifitas dari
tingkat ke-j.
Oleh karena itu, untuk rnendapatkan besarnya vektor bobot, kita harus
menyelesaikan persamaan:
A.W = max . W ..............................tahap (8)
Untuk mendapatkan nilai W, harga eigenvalue maksimum disubstitusikan ke dalam
matriks A, karena nilai total bobot = 1, kemudian dilakukan perkalian A kali W yang
menghasilkan beberapa persamaan yang akan diuraikan lagi, sehingga diperoleh nilai W ,
1
W , ...,W Harga W i ini merupakan eigenvektor yang bersesuaian dengan
2 n max.
4
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
Indeks Konsistensi
Pada kenyataannya akan terjadi beberapa penyimpangan hubungan sehingga matriks
tidak konsisten lagi. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan preferensi seseorang
(partisipan). Salah satu keistimewaan dari Proses Hierarki Analitik dapat memperhitungkan
perbandingan konsistensi suatu hasil penilaian. Menurut Saaty (1994), hasil penilaian yang
diterima adalah matriks yang mempunyai perbandingan konsistensi < 10%. Jika lebih besar
dari 10%, berarti penilaian yang telah dilakukan random, dan perlu diperbaiki. Untuk
menghitung derajat konsistensi digunakan rumus sebagai berikut:
Konsistensi Hirarki
Hirarki yang disusun harus konsisten, yang dinyatakan dengan konsistensi hirarki
(CRH), yang dihitung dengan persamaan:
C = CI1 + (EV1)(CI2) .........................tahap (11)
CI
C = RI1 + (EV1)(RI2) .........................tahap (12)
RI
CRH= C /C .........................tahap (13)
CI RI
Dimana:
CRH = rasio konsistensi hierarki.
C = konsistensi hirarki terhadap konsistensi indeks dari matriks perbandingan
CI
pasangan.
C = konsistensi hirarki terhadap indeks random dari matriks perbandingan
RI
berpasangan.
CI1 = konsistensi indeks dari matriks perbandingan pasangan pada hirarki tingkat
pertama.
Cl2 = konsistensi indeks dari matriks perbandingan pasangan pada hirarki tingkat
kedua, berupa vektor kolom.
EV1 = eigenvalue dari matriks perbandingan pasangan pada hirarki tingkat pertama,
berupa vektor baris.
RI1 = indeks random dari orde matriks perbandingan pasangan pada hirarki tingkat
pertama (j).
Rl2 = indeks random dari orde matriks adalah indeks konsistensi random yang
besarnya tergantung pada ukuran matriks (Ordo Matriks).
Metode AHP dapat dilakukan dengan perhitungan secara manual yang akan lebih
mudah jika jumlah faktor/kriteria yang dimiliki hanya sedikit, namun jika jumlah faktor/kriteria
sudah lebih dari 10 maka perhitungan bobot dapat menggunakan software yang jauh lebih
mudah. Ada beberapa software yang bisa dipakai antara lain Expert Choice, Decision Lens,
TESS, Web-HIPPRE. Dalam praktikum ini, kita akan menggunakan software Expert Choice.
5
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
ACARA I:
AHP SERDERHANA DENGAN SOFTWARE EXPERT CHOICE
Langkah-langkah:
1. Buatlah kerangka AHP dengan kriteria sebagai berikut:
- Tujuan: Penentuan Prioritas Pengambangan Desa Pesisir di Kab. Kulonprogo
- Adapun faktor hingga variabelnya:
Aspek Ekonomi Optimasi Penamfaatan Sumberdaya Pesisir
Menumbuhkan Lapangan Kerja
Meningkatkan Pendapatan
Aspek Sosial Pemerataan
Tujuan Budaya
Aktivitas Sosial
Aspek Ekologi Tujuan Konservasi
Pengurangan Degradasi Lingkungan
Pengurangan Resiko Bencana
3. Ketik nama file yang diinginkan dan arahkan ke direktori mana untuk menyimpan file
tersebut.
6
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
4. Kotak dialog yang lain akan muncul yang menyuruh Anda untuk Memasukkan deskripsi
tujuan Anda. Ketik tujuan anda; kemudian klik OK.
7. Trash menampung node/simpul yang telah dihapus dari model (Edit, Delete Node) atau
di-copy menggunakan Edit, Copy Plex to Trash Can.
- Dari ModelView, pilih View, Trash Can.
Sekali item-item berada di trash can, item-item tersebut muncul di Trash Window dan
dapat dikembalikan lagi ke dalam hierarki dengan cara memposisikan kursor pada
node/simpul yang akan menampung item yang ingin dikembalikan.
9. membuat penilaian atau perbandingan yang adil tentang faktor dan pilihan pada model.
Faktor Pemerintah Masyarakat LSM/NGO
Ekonomi - Sosial 5 5 3
Ekonomi - Ekologi 3 3 1/3
Sosial - Ekologi 1/3 1/3 1/5
Tingkat Sub-Faktor Ekonomi
Lapangan Kerja - Pendapatan 2 2 3
Lapangan Kerja - Optimasi SD 1/3 1/3 1/2
Pendapatan - Optimasi SD 1/5 1/5 1/5
Tingkat Sub-Faktor Ekologi
Konservasi - Degradasi 3 3 1
Konservasi - Bencana 5 5 1/5
Degradasi - Bencana 3 2 1/5
Tingkat Sub-Faktor Sosial
Pemerataan - Budaya 5 5 3
Pemerataan Aktivitas Sosial 7 3 5
Budaya Aktivitas Sosial 3 1 3
8
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
11. Dalam sesi ini, kita akan menggunakan perbandingan berpasangan numerik
- Dari TreeView, klik Goal (sampai tertandai).
- Kemudian dari menu, pilih Assessment, Pairwise, atau cukup mengklik Verbal tab.
12. Setelah Anda memasukkan penilaian terakhir, kotak dialog akan muncul yang berisi
pertanyaan apakah Anda ingin untuk Record Judgement and Calculate (Merekam
Penilaian dan Mengkalkulasi).
- Pilih No, dan Anda akan tetap pada jendela Verbal tempat dimana Anda dapat
merubah penilaian. Sekali selesai mengulas dan/atau mengubah penilaian Anda, klik
13. Dalam Expert Choice untuk mengidentifikasi inkonsistensi, anda dapat melihat nilai
Incon pada bagian bawah. Apabila terdapat inkonsistensi, lakukan hal-hal berikut ini:
- Pilih Inconsistency, 1st dari menu untuk mengidentifikasi penilaian yang paling
inkonsisiten.
- Pilih Inconsistency, Best Fit
9
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
10
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
11
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
12
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
Dari bar menu grafik terakhir yang dilihat, klik tombol Two-Dimensional (2D Plot) .
Grafik ini menunjukkan prioritas pilihan/alternatif dengan signifikan terhadap dua tujuan pada
satu waktu. Dengan mengklik perintah menu Sumbu X dan Sumbu Y Anda bisa
mengubah tujuan/objektif yang sedang ditampilkan.
Daerah plot 2D dibagi ke dalam empat kuadran. Pilihan/alternatif yang paling
menguntungkan/dapat didukung secara signifikan terhadap tujuan/objektif pada kedua
sumbu yang akan ditunjukkan di kuadran kanan atas (semakin dekat dengan sudut kanan
atas, maka akan semakin baik pilihannya). Pilihan/altenatif yang paling tidak menguntungkan
akan ditunjukkan di kuadran kiri bawah (semakin dekat dengan sudut kiri bawah, maka
semakin tidak menguntungkan pilihannya).
Pilihan/alternatif yang terletak di kuadran kiri atas dan kanan bawah mengindikasikan kunci
pertukaran di mana terdapat konflik/perselisihan antara kedua tujuan yang dipilih.
13
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
ACARA II
MEMBUAT MODEL AHP DENGAN PRO-CON
Langkah-langkah:
1. Mulailah Expert Choice dan dari menu pilih File, New.
2. Ketik nama file, Pemilihan Ibukota Propinsi Jawa Tengah.
3. Ketik Goal Description: Pemilihan Ibukota Propinsi Jawa Tengah.
4. Masukkan pilihan/Alternatif: Kota Semarang dan Kota Surakarta.
5. Klik tombol Pros/Cons pane di atas pane/kaca jendela TreeView .
Tabel. Kriteria Penilaian Penentuan Ibukota Propinsi (PP no. 129 tahun 2000)
Faktor Indikator Variabel
Aspek Aksesibilitas Jarak tempuh dengan seluruh Ibukota
Ruang Kabupaten/Kota dan Ibukota Propinsi lain
Luas Daerah Luas wilayah
Demografi Jumlah Pendudk Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan Penduduk tidak minus
Potensi Saran & Prasarana - Jumlah Bandara
Daearah Transportasi - Jumlah Pelabuhan
- Jumlah Terminal
Lembaga Keuangan - Jumlah Bank
Ekonomi - Jumlah Pasar Modern
- Jumlah Pasar Tradisional
Pendidikan - Jumlah PTN/Akademik
- Jumlah SMA & sederajat
Kesehatan - Jumlah Rumah Sakit
Pariwisata - Jumlah hotel
Sosial Organisasi Kemasyarakatan Jumlah organisasi kemasyarakatan
Budaya
Lain-lain Keamanan dan Ketertiban Angka kriminalitas per 10.000 penduduk
Ketersediaan sarana dan - Jumlah gedung
prasarana pemerintah - Ketersediaan lahan
6. Untuk pilihan pertama Kota Semarang, klik tombol Add Pro (Tambah Pro). Sebuah kotak
dialog akan muncul berlabel Add Pro for Kota Semarang.
14
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
7. Masukkan pernyataan yang menandakan keunggulan dari alternatif yang ada. Misal
Terletak di Tengah Propinsi Jawa Tengah kemudian klik OK. Jika perlu, tarik pro di
bawah tombol Pro.
8. Tambahkan pro lainnya
9. Sekarang masukkan kontra untuk Kota Semarang. Pilih tombol Add Con. Pada saat
kotak dialog muncul, ketik Pernyataan yang menandakan Kelemahan. OK
Perhatikan bahwa kontra ditampilkan dalam warna magenta (keungu-unguan)
sedangkan pro dalam warna biru.
10. Tambahkan kontra yang lainnya.
11. Untuk melihat Semua Daftar Pro dan Kontra
Dari menu, pilih View; kemudian pilih pane All Pros/Cons. Cara yang lebih cepat
untuk melihat ini adalah mengklik tombol All Pros/Cons di atas pane Alternative.
Catatan: Pro dalam warna biru sedamgkan Kontra berwarna magenta (keungu-unguan)
Membangun Hirarki
Sekarang Anda akan mulai membangun sebuah hirarki dengan menarik dan
menurunkan (dan juga mendefinisikan kembali) sebuah pro atau sebuah kontra (dari pane
All Pros/Cons) ke TreeView. Karena susunan tidaklah penting, Anda dapat mulai di mana
saja di daftar Pro/Con.
Mari kita mulai dengan pro, Terletak di tengah Propinsi Jawa Tengah, yang
berkaitan dengan Kota Semarang.
Klik Terletak di tengah Propinsi Jawa Tengah
Tarik dan jatuhkan ia pada Goal/tujuan di TreeView.
Ketika didorong untuk mendefinisikan kembali kontra sebagai sebuah tujuan/objektif,
ketik Aksesibilitas; klik OK.
Perhatikan, terdapat pro/con yang berwarna kelabu; hal ini menandakan bahwa ini telah
dimasukkan ke tujuan. Warna kelabu dapat dihilangkan dari pro atau kontra dengan
mengklik ganda.
Expert Choice merupakan system pendukung keputusan yang fleksibel yang dirancang
untuk bekerja sesuai alur pikir Anda.
Jika hirarki tujuan Anda sudah komplit, pilih tombol Alts/Children/InfoDocs yang
terletak pada pane Alternative. Kemudian pane Alternative akan digantikan dengan pane All
Pros/Cons.
16
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
ACARA III
AHP DENGAN SOFTWARE EXPERT CHOICE (JILID III)
Studi Kasus: Valuasi Sumberdaya Wilayah Kabupaten Sleman
DATA GRID
Data Grid berisi data tentang pilihan keputusan dengan signifikan memperhatikan pada
hirarki keputusan yang mencakup tujuan. Pilihan/alternatif muncul di barisan Data Grid
sedangkan tujuan/objektif muncul di kolom. Setiap rumusan tujuan merubah data tentang
pilihan menjadi nilai (prioritas). Terdapat lima jenis rumusan yang berbeda yang dapat
digunakan dalam Data Grid.
Data Grid juga mempunyai kolom Total, Cost dan user defined (definisi pengguna)
yang dapat dibuat terlihat atau tersembunyi dengan perintah menu View. Nilai di kolom Total
untuk setiap pilihan berisi jumlah bobot nilai (prioritas) dari pilihan/alternatif yang merupakan
jarak semua kolom tujuan/objektif yang tercakup.
Setiap sel di bagian tubuh Data Grid berisi (1) sebuah bar/batang yang
merepresentasikan nilai dari masing-masing pilihan (elemen baris) dengan perhatian
terhadap tujuan yang ada (elemen kolom) dan (2) mendasari data atau nilai (Anda dapat
meminta untuk melihat, baik data maupun nilai). Nilai di sel bagian tubuh Data Grid diperoleh
dari data berdasarkan pada satu dari lima jenis rumusan/formula:
- Ratings, (Tingkatan)
Merupakan rumusan/formula yang berupa data ordinal
- Increasing utility curve, (Kurva manfaat yang naik)
Berupa angka yang mempunyai hubungan positif dengan tujuan. Biasanya skala
0 - 100
- Decreasing utility curve, (Kurva manfaat yang turun)
Berupa angka yang mempunyai hubungan negatif dengan tujuan.
- Step function, dan (Fungsi langkah)
- Direct data entry. (Entri data langsung)
Langkah Kerja:
1. Menentukan Faktor, Indikator, maupun variabel yang akan digunakan
2. Menyusun hirarki AHP secara manual, sebagai gambaran dalam proses selanjutnya.
3. Dalam expert choice nanti, dengan melihat bentuk hirarki AHP Valuasi Sumberdaya
Wilayah maka lebih memungkinkan untuk menggunakan penyusunan hirarki secara
Top-Down
4. Membuat model baru dalam Expert Choice dengan GOAL: VALUASI
SUMBERDAYA WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
17
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
Cara memasukkan kedalam hirarki di klik dan tarik ke dalam sub yang diinginkan.
Lakukan Proses ini hingga hirarki sempurna.
18
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
19
Modul Praktikum DSS untuk Pembangunan Wilayah 2012 GPW 0118
10. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah memasukkan data variabel ke dalam Data
Grid dengan menggunakan Formula Type: Increasing, Decreasing, dan Ratings.
(Data tersedia: Sesi 5)
11. Secara otomatis, akan dihitung nilai prioritasnya.
12. Tampilkan prioritas terhadap Tujuan/Goal dalam ModelView.
20