Anda di halaman 1dari 18

PT.

PLN (PERSERO) DISTRIBUSI


JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

PEDOMAN STANDAR KONSTRUKSI 2008

I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan permintaan energi listrik tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan
kemampuan infrastruktur ketenagalistrikan yang ada, sehingga penyaluran energi
listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas penyaluran energi listrik yang
memenuhi standar.
Sistem Jaringan Distribusi tenaga listrik memiliki andil yang sangat besar dalam
memberikan jaminan kualitas, keandalan dan efisiensi penyaluran energi listrik
yang memenuhi standar.
Guna meningkatkan kinerja jaringan distribusi dimasa mendatang, maka pada saat
pembangunannya sudah mempertimbangkan standar konstruksi yang ada.
Disadari bersama bahwa standar konstruksi yang ada saat ini disusun pada tahun
1992 yang relatif sudah lama, maka standar konstruksi ini perlu disempurnakan,
namun masih tetap mengacu kepada Standar Konstruksi Chast. T. Main.
Penyempurnaan Standar Konstruksi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
hal-hal, yang antara lain sebagai berikut :
1. Aspek kemajuan tehnologi dibidang ketenagalistrikan terutama tentang telah
diproduksinya peralatan listrik yang lebih andal, efisien, namun standar
konstruksi untuk pemasangannya belum dipersiapkan.
2. Kondisi lapangan yang semakin tidak beraturan dan sulit untuk menggunakan
standar yang ada.
3. Tuntutan dari shareholder agar standar konstruksi yang dimaksud ramah dan
aman terhadap manusia serta lingkungan.
Standar Konstruksi ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Buku Pedoman
Standart Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi tahun 1992.

1
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

1.2. TUJUAN
Standar Konstruksi ini dimaksudkan untuk membantu dan memberikan arahan /
petunjuk teknis yang lebih rinci bagi pengelola jaringan kelistrikan yang ada di
daerah kerja PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta,
khususnya bagi Perencana, Pelaksana Pembangunan, Petugas Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Distribusi tenaga listrik.

II. KETENTUAN UMUM


Buku Pedoman Standart Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi tahun 1992 (lama),
merupakan bagaian yang terpisahkan dari Buku Pedoman Standar Konstruksi tahun
2008 (baru), dan pada prinsipnya Standar Konstruksi ini .
Hal ini berarti bahwa Unit-unit Konstruksi yang sebelumnya ada pada Standar
Konstruksi 1992 dan masih terpasang dilapangan tidak dibatalkan / dihapus,
meskipun tidak tercantum pada Standar Konstruksi 2008.
2.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
Jaringan Tegangan Menengah dalam desain ini mempunyai beberapa ketentuan
umum sebagai berikut :
2.1.1. Pemasangan Penghantar Udara
a. Jarak gawang
Untuk daerah diluar pemukiman (JTM murni, atau dengan JTR Semi
Underbuild, atau SKUTM ), berjarak antara 60 80 m, andongan
maksimum 1.00 m.
Untuk daerah pemukiman (JTM murni, atau dengan JTR
Underbuild, atau SKUTM ), berjarak antara 35 50 m, andongan
maksimum 1.00 m.
b. Jarak bebas : Minimum 6 m
Keterangan : Jarak bebas penyeberangan dan jarak bebas dengan pohon
dan bangunan mengikuti PUIL dan Perda setempat yang berlaku.
c. Pemasangan sejajar SUTM atau SKUTM dengan saluran telekomunikasi
tidak dibenarkan, bila tidak memungkinkan harus berjarak lebih dari 2,5
meter (PUIL 760.B.4).

2
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

d. Pemasangan penghantar udara untuk tegangan yang lebih tinggi


dipasang diatas penghantar udara yang bertegangan yang lebih rendah.
2.1.2. Pemasangan Kabel tanah
2.1.2.1. Pemasangan kabel tanah didalam tanah minimum 0,8 meter dibawah
permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan, dan minimum
0,6 meter dibawah permukaan tanah pada jalan yang tidak dilewati
kendaraan (PUIL 750.A.2) (SPLN 56-1: 1991 ,7.2.1).
2.1.2.2. Pemasangan kabel tanah untuk tegangan yang lebih tinggi dipasang
dibawah kabel tegangan yang lebih rendah, kabel tanah Listrik arus
kuat dibawah kabel tanah telekomunikasi (PUIL 750.A.5).
2.1.2.3. Persilangan atau pemasangan sejajar kabel tanah telekomunikasi
dengan kabel TR berjarak lebih kecil 0,3 meter dan kabel TM 0,5
meter (PUIL 750.B.2).
2.1.2.3. Persilangan kabel tanah Listrik Arus Kuat dengan rel KA sekurang-
kurang berjarak 2 meter (PUIL 750.C.1) dan berjarak 0,3 meter
dengan kabel instalasi PT.KAI (PUIL 750.C.2).
2.1.2.4. Persilangan saluran air, kabel tanah Listrik Arus Kuat diletakkan
paling sedikit 1 meter dibawah saluran (PUIL 750.D.1), jika
persilangan dengan saluaran air laut diletakkan paling sedikit 2 meter
dibawah saluran air laut (PUIL 750.D.2).
2.1.2.5. Kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah harus dipasang didalam
pipa atau selubung dari baja atau bahan yang kuat (PUIL 750.F.1).
2.1.3. Alat Pengaman
a). PMT ( Circuit Breaker)
PMT merupakan peralatan hubung yang bekerja membuka dan menutup
rangkaian arus listrik, mempunyai kemampuan memutus arus beban , arus
gangguan dan dilengkapi dengan media pemadam busur api.
b). LBS ( Load break switch)
LBS adalah peralatan hubung yang bekerja membuka dan menutup
Rangkaian arus listrik , mempunyai kemampuan memutus arus beban dan
tidak mampu memutus arus gangguan. Peralatan hubung ini dilengkapi
dengan media pemutus busur api vacum, SF6 dll.
3
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

c). ABSW (Air Break Switch)


Peralatan ini berfungsi untuk membuka dan menutup rangkaian,dalam
keadaan berbeban maupun tanpa beban dan tidak mampu untuk memutus
arus gangguan dengan media pemutus udara.
Alat ini dapat dioperasikan dalam keadaan terbuka (normally open) atau
tertutup (normally close) sesuai dengan keperluan.
Pemasangan ABSW pada jaringan, antara lain digunakan untuk:
penambahan beban pada lokasi jaringan;
pengurangan beban pada lokasi jaringan;
pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami
gangguan.
d). Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO)
Recloser pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan
peralatan kontrol.
 Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi
buka tutup kepada pemutus tenaga.
 untuk jaringan yang panjang (> 20 km) perlu dipasang 2 atau lebih PBO
pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang
terjadi dapat segera dibebaskan.
e). Pelebur ( Fuse )
Pengaman lebur ( FuseCut ),dipasang pada jaringan cabang atau pada
transformator distribusi yang tidak berpengaman sendiri yang fungsinya
untuk mengamankan cabang jaringan yang mengalami gangguan permanen
dan transformator.
Catatan : Untuk Jaringan Tegangan Menengah 20 KV 3phasa 4 kawat
tidak direkomendasikan penggunaan pengaman lebur pada
percabangan jaringan 3 phasa Hal ini untuk menghindari terjadinya
gangguan trafo 3 phasa akibat terputusnya/meleburnya pengaman
pada salah satu phasa dijaringan karena dibebani trafo2 1 phasa
dibelakangnya.

4
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

2.2. GARDU DISTRIBUSI


1. Sistem pengaman untuk Trafo CSP.
Sistem pengaman arus hubung singkat, beban lebih dan tegangan lebih terdiri
dari pemutus tenaga pada sisi sekunder dan pengaman lebur serta arester pada
sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan transformator.
2. Sistem pengaman untuk Trafo Non CSP.
 Pengaman TM terdiri dari :
Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang
dipergunakan.
Arester 18 kV , 5 kA.
Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai
pembumiannya.
 Pengaman TR terdiri dari :
Pemutus daya tegangan rendah (LVCB) , yang dioperasikan dengan
tongkat, untuk kapasitas sampai dengan 25 kVA.
Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas 50 kVA.
2.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Jaringan Tegangran Rendah dalam desain ini mempunyai beberapa kriteria
umum sebagai berikut :
a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR), jika sejajar dengan saluran
telekomunikasi harus dipasang diatas saluran telekomunikasi dengan jarak 1
meter, dan bila bersilangan dengan saluran telekomunikasi harus berjarak 1
meter jika menggunakan penghantar udara telanjang dan berjarak 0,3 meter
bila menggunakan penghantar udara berisolasi (PUIL 760.B.3 dan 760.C.5).
b. Jarak antar 2 (dua) penghantar udara TR telanjang minimum 25 cm untuk
jarak antar tiang ( 10 meter < L 40 meter ) (PUIL table 760-2).
c. Jarak minimum penghantar udara TR telanjang dengan tanah diukur dari titik
lenjutan terendah terhadap tanah untuk : (PUIL table 760-3).

5
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

No Pemasangan Penghantar Udara


Telanjang Isolasi
1 Jalan umum 5 meter 5 meter
2 Bukan jalan umum 5 meter 4 meter
3 Halaman Rumah 5 meter 3 meter
4 Jalan kereta Api 5,5 meter 5,5 meter

d. Jarak bebas minimum penghantar udara TR telanjang dengan benda lain


sekurang-kurangnya 0,5 meter .
e. Jarak gawang
Maksimum 40 m untuk JTR Semi Underbuild.
Maksimum 5 0 m untuk JTR Murni dan JTR Underbuild .
2.4. SAMBUNGAN RUMAH
a. Konstruksi Sambungan Rumah (SR), diutamakan tanpa memakai tiang atap
(dakstandar) dengan saluran masuk pelanggan diletakkan sedemikian rupa
sehingga kelihatan dari luar.
b. Pemakaian tiang atap hanya untuk melayani sambungan dari rumah ke rumah
atau rumah yang letaknya tidak pada satu sisi jalan dengan JTR-nya, sehingga
diperlukan tiang atap.
c. Tiang atap dipasang di puncak atap (wuwungan/bubungan) dan disesuaikan
dengan SPLN 56 : 1984.
d. Jumlah SLTR pada satu tiang diperbolehkan maksimum (6 SLP dcngan
mempcrhatikan keseimbangan fasa, tiap SLP diperbolchkan mcmpunyai
maksimum 4 pelanggan, atau rugi tegangan yang diperkenankan sepanjang
penghantar sambungan tegangan rendah adalah 2 % diperhitungkan dari titik
penyambungan pada JTR (SPLN 56-1 : 1993).

6
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

III. SPESIFIKASI KOMPONEN


3.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
a. Tiang
Jenis Tiang beton, Tiang besi ( SPLN 28A:1980 ; SPLN 4 5 : 1981 d a n
SPLN 5 4 : 1983 ) .
Kekuatan : Beban kerja 200 daN, 350 daN, dan 500 daN sudah diperhitungkan
mampu menahan tarikan penghantar JTM fasa tiga yang digabungkan dengan
JTR Underbuild dan juga mampu menahan beban trafo dengan kapasitas
maksimum 160 kVA.
Panjang : 11 m , 12 m, 13 m, dan 14 m, atau ditentukan lain.
b. Penghantar
Penghantar AAAC dengan penampang nominal : 70 mm2 ; 150 mm2 , dan
240 mm2 (sesuai SPLN 71 : 1987).
Kabel pilin udara , (sesuai SPLN 43-5 : 1986).

c. Isolator
Jenis Isolator tongrgak saluran (Line Post, ANSI 57 - 2) atau "Pin Post untuk
tiang topang / sangga dan tiang belokan dengan sudut 30 , sedangkan untuk
belokan antara 30 60 dipergunakan travers ganda dengan isolator tonggak
saluran atau Pin Post ganda .
Jenis renteng " untuk belokan 60 dan tiang tarik / tegang.
3.2. GARDU DISTRIBUSI
Spesifikasi Komponen
Jenis trafo CSP, fasa tunggal: 20 KV antar fasa dan 20/3 KV fasa-netral
Jenis trafo Non-CSP, fasa tunggal: 20 KV (antar fasa dan 20/3 KV fasa-netral )
dan fasa tiga ( 20 KV).
Ukuran trafo :
Fasa tunggal : 10 , 16, 25 dan 50 kVA.
Fasa tiga : 50, 100, 160 , 200 , 250 , 300 kVA, dst.
3.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH
a. Tiang
Jenis : Tiang beton, Tiang besi, dan Tiang kayu.
 Kekuatan: Beban kerja : 90 da N, 100 daN, 156 daN, dst
7
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

 Panj ang : 7 m , 9 m, atau ditentukan lain.


b. Kabel pilin udara
Kabe1 pilin udara, penghantar fasa (AAC) dengan isolasi terbuat dari bahan ikat
silang polietilen Crosslink Polyethylene (XLPE) serta netral sebagai
penggantung terdiri dari kawat-kawat aluminium senyawa (AAAC) yang dipilin
bulat dipadatkan.
Ukuran kabel pilin yang dipilih untuk dikembangkan adalah sesuai dengan
SPLN

2 x 25 + 1 x 25 mm2 2 x 50 + 1 x 50 mm2
2 x 35 + 1 x 25 mm2 3 x 50 + 1 x 50 mm2
3 x 25 + 1 x 25 mm2 2 x 70 + 1 x 50 mm2
3 x 35 + 1 x 25 mm2 3 x 70 + 1 x 50 mm2

3.4. SAMBUNGAN RUMAH


Jenis Penghantar SLTR baik SLP maupun SMP terdiri dari :
Kabel pilin udara dengan netral bukan sebagai penggantung (SPLN .42-10).
Kabel udara berisolasi XLPE dan berselubung PVC dcngan penghantar
konsentris tembaga (SPLN 42-11).
Kabel tanah berisolasi dan berselubung PVC dengan perisai kawat baja
(SPLN 43-2) atau dengan perisai pita baja (SPLN 43-3) atau dengan
penghantar konsentris ternbaga (SPLN 43-4).
untuk sambungan rumah ialah penghantar berisolasi dipilin, terdiri dari
aluminium setengah keras (mediumhard drawn) .
Dipergunakan baik untuk SLP maupun SMP, bagi yang mempergunakan tiang
atap atau sebagai sambungan rumah.
Ukuran penghantar yang dipilih untuk SR yang disadap dari Jaringan Tegangan
Rendah adalah : 2 x 1 0 mm2 ; 2 x 1 6 mm2
Ukuran penghantar yang dipilih untuk SR yang disadap langsung dari trafo
adalah: 2 x 1 0 mm2 ; 2 x 1 6 mm2 : 2 x 25 mm2.

8
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

APP, terdiri dari :


a . kWh meter (1 fasa dan 3 fasa );
b . MCB yang disesuaikan dengan daya pada konsumen;
Kotak APP;
Pembumian SR disesuaikan dengan SPLN 3 : 1987, Pentanahan Jaring
Tegangan Rendah PLN Dan Pentanahan Instalasi

IV. STANDAR KONSTRUKSI


Penyusunan Standar Konstruksi ini pada prinsipnya didasarkan pada Standar
Konstruksi Chast. T. Main dan menyempurnakan standart konstruksi tahun 1992.
Sehubungan Unit Konstruksi yang disusun dalam Standar Konstruksi ini sangat
beragam baik dari segi bentuk dan konstruksi pemasangannya, maka untuk
mempermudah pemahamannya perlu disusun kodenisasi dari masing-masing unit
konstruksi seperti berikut :
4.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
4.1.1. Konstruksi SUTM 1 Fase

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 CA 1 Konstruksi Primer 1 Fasa ( 14.4 / 24.9 KV Primary 1 - PH, 19
single Primary Support 0 - 10)
2 CA 1-N Konstruksi 1 Phasa ( 0 - 10 ) Angle 20
3 CA -1PN Konstruksi 1 Phasa ( 10 - 20 ) Angle 21
Konstruksi Primer 1 Phasa ( Angle 10 - 25 )
4 CA2 / CA-1P Konstruksi Primer 1 Phasa ( Angle 10 - 25 ) 22
5 CA 2 - N Konstruksi 1 Phasa ( 20 - 30 ) Angle 23
6 CA 3 Konstruksi Primer 1 Phasa ( 14.4 / 24.9 KV Primary 1 - PH, 24
25 to 60 Angle )
7 CA 3 - N Konstruksi 1 Phasa ( 30 - 60 ) Angle 25
8 CA 4 Konstruksi Primer 1 Phasa Double Dead End ( 60 - 90 26
Angle )
9 CA 4 - N Konstruksi 1 Phasa ( 60 - 90 ) Angle 27
10 CA 5 Konstruksi Primer 1 Fasa, Dead End ( Single ) 28
11 CA 5 - N Konstruksi 1 Phasa Dead End 29
12 CA 5 - 1, CA 5 - 2 14.4 / 24.9 KV Primary Single Phasa Tap 30
13 CA 5 - 3, CA 5 - 4 14.4 / 24.9 KV Primary Single Phasa Tap 31
14 CA 6 Konstruksi Primer 1 Fasa, Dead End ( Double ) 32
15 CA 6 - N Konstruksi 1 Phasa Double Dead End 33
16 CA 7 Konstruksi Primer 1 Fasa Dead End dengan Cross Arm) 34
17 CA 7 - A Konstruksi Dead End Primer 1 Fasa dengan Single Cross 35
Arm untuk Span Pendek
18 CA 8 Konstruksi Primer 1 - Fasa Double Dead End dengan Cross 36
Arm
9
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

19 CA 8 - A 14.4 / 24.9 KV Primary, 1 - PH Crossarm Constr. - Dead 37


End ( Double ) Short Span Construction
20 CA 9 Konstruksi Primer 1 Fasa ( Crossarm Constr - Double Line 38
Arm )
21 CA 9 - N Konstruksi Over Building & Pencabangan lurus 39

4.1.2. Konstruksi SUTM 1 Fase 3 Fase

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 CB 1 Perubahan 1 PH Menjadi 3 PH 0 - 10 40
2 CB 2 Perubahan 1 PH Menjadi 3 PH 0 - 30 41
3 CB 3 Perubahan 1 PH Menjadi 3 PH 30 - 60 42
4 CB 4 Perubahan 1 PH Menjadi 3 PH Double Dead End 43
5 CB 5 Perubahan Primary 1 PH Menjadi 3 PH Double Dead End 44

4.1.3. Konstruksi SUTM 3 Fase, Single Circuit

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 CC 1 Konstruksi Primer 3 Fasa, (Steel Pole Construction 0 - 45
10)
2 CC 1 - 1 Konstruksi Primer 3 Fasa, ( Crossarm Constr. - Single 46
Primary Support 0 to 10 Angle )
3 CC 1 - N Konstruksi 3 PH ( 0 - 5 ) 47
4 CC - 1A 14.4 / 24.9 KV, 3 PH crossarm Cons. - Single Primary 48
Support 0 to 10 Angle
5 C1 -1N Konstruksi 3 PH ( 0 - 5 ) x' ARM 2000mm 49
6 CC 2 Konstruksi 3 Fasa dengan Line Post untuk Sudut 10-20 50
Span Pendek
7 CC 2-N Konstruksi 3 PH ( 0 - 10 ) Angle 51
8 CC2-A Konstruksi Primer 3 Fasa, dengan Double Cros Arm untuk 52
Sudut 10 - 25 Span Panjang
9 CC 2 - 1 Konstruksi 3 Fasa untuk Sudut 10 to 30 Span Panjang 53
10 CC 2 - 1N Konstruksi 3 PH ( 0 - 25 ) Angle 54
11 CC 3 14.4 / 24.9 KV Primary, 3 - PH, Vertical Construction 30 55
to 60 Angle
12 CC 3 - VN Konstruksi 3 PH 30 - 60 Angle 56
13 CC 4 - 1 14.4 / 24.9 KV Primary, 3 - PH, Vertical Construction 60 57
to 90 Angle
14 CC 5 - 1 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Vertical Construction - Dead end
(Single) 58
15 CC - 7 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Vertical Construction - Dead end
(Single) 59
16 CC 7-1 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction Dead End 60
(Double dibelakang)
17 CC - 7N Konstruksi 3 PH Dead End 61
18 CC 8 Konstruksi Primer 3 Fasa, ( 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, 62
Crossarm Construction Dead End ( Double )
19 CC 8 - AN Konstruksi 3 PH Double Dead End 63
20 CC 8 - N Konstruksi 3 PH ( 20 - 60 ) Angle 64
10
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

21 CC 9 Konstruksi Menggunakan Single Crossarm 2000 dengan 65


Alley Arm
22 CC 9 - N Konstruksi 3 PH dengan Single Crossarm & Alley Arm 66
23 CC10 Konstruksi Menggunakan Single Crossarm 2500 dengan 67
Alley Arm
24 CC10 - N Konstruksi 3 PH dengan Single Crossarm & Alley Arm 68
25 CC11 Konstruksi Menggunakan Double Crossarm 2500 dengan 69
Alley Arm
26 CC11 - N Konstruksi 3 PH Double Dead End 70

4.1.4. Konstruksi SUTM 3 Fase, Double Circuit

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 DC-C1V Konstruksi 3 PH ( 0 - 10 ) Angle 71
2 DC-C1-1V 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double 72
sircuit single primary support AT 0 - 5 angle 2x arm type
3 DC1-C1-1VN Konstruksi 3 PH ( SINGLE X' ARM ) ( 0 - 10 ) Angle 73
4 DC-C1-1H 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double 74
sircuit single primary support AT 0 - 10 angle 2x arm
type
5 DC-C1-AHN Konstruksi 3 PH double sirkuit tangen 75
6 DC-C2-1V 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double 76
circuit vertikal 5 - 30 angle
7 DC-C2AH 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double 77
circuit horizontal single primary support AT 10 - 30 angle
2x arm type
8 DC-C2AHN 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH double sircuit ( 10 - 20 ) angle 78
9 DC-C2AVN Konstruksi 3 PH ( 10 - 20 ) angle 79
10 DC-C2-1BN Konstruksi 3 PH ( 10 - 20 ) angle 80
11 DC - 4N Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Dead End Vertikal 81
12 DC - 7N Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Dead End Horizontal 82
13 DC - 8 Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Double Dead End 83
14 DC - 8N Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Double Dead End 84

4.1.5. Konstruksi Kelengkapan JTM & Grounding

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 P12C - 1 konstruksi 1 PH ( 0 - 10 ) Angle 85
2 P12C - 2 konstruksi 1 PH ( 10 Dead End ) 86
3 E1-1, E1-2, E1-3 14.4 / 24.9 KV, Single down Guy, Through Bolt Type 87
4 SE1-1, SE1-2, 14.4 / 24.9 KV, Single down Guy, pole Band Type 88
SE1-3
5 E2-1, E2-2, E2-3 Single Overhead Guy Through Bolt Type 89
6 SE2-1, SE2-2, Single Overhead Guy pole Band Type 90
SE2-3
7 E5-1, E5-2 14.4 / 24.9 KV, Dead Guy Crossarm Construction 91
8 SE5-1, SE5-2 14.4 / 24.9 KV, Dead End Guy Crossarm Construction 92
9 E 6-1 Konstruksi kawat tarik / Sidewalk (Strut) Guy 93
10 SE 6-1 Konstruksi kawat tarik / Sidewalk (Strut) Guy- Tiang Besi 94
11
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

11 FGD Drag Schoor 95


12 F1-1, F1-2, F1-3, Line Anchor Assembles 96
F1-4
13 F2-1, F2-2, F2-3, Log Anchor Assembles 97
F2-4
14 F2 - 5 Pole Key Assembles Sudut maksimum 5 98
15 F6-1, F6-2, F6-3, Swamp Anchor Assembly 99
F6-1A, F6-2A
16 M 2 - 11 Grounding Assembly - Ground Rod Type 100
17 CM 2 - 12 Pentanahan / Ground Rod Type 101
18 CM 2 - 12 A Pentanahan / Ground Rod Type 102
19 CM2 - 15 Grounding Assembly Platform type for sectionalizing air 103
break switch
20 M 5 - 2 s.d M 5 - 8 14.4 / 24.9 KV Miscellaneous Primary Assemblies 104
21 M 5 - 9 s.d Miscellaneous Primary Assemblies 105
M 5 - 16
22 M 5 - 17 s.d Miscellaneous Primary Assemblies 106
M 5 - 24
23 M-19 Crossarm Steel & Steel Brace 107
24 M 5 - 25 Fabrication design Foe Alley arm Brace 2"x2"x1/4"x120.0" 108
50.8mmx50.8mmx63.5mmx3048mm
25 M 5 - 26 Fabrication design Foe Alley arm Brace 1 3/4" x 1 3/4" x 109
3/16" x 84.0" 44.5mmx44.5mmx4.76mmx2134mm
26 M-20 Wood Pole Freaming Guide And Dimensions 110
27 M21 Angle Construction Guide Crossarm to Vertical 111
Construction
28 M 22 - 1 Tree trimming guide 112
29 M 22 - 2 Tree trimming guide 113
30 M 29 -1 Tap Assembly 114
31 SM2-11 Grounding Assembly - Ground Rod Type Steel Pole 115
32 SM-20 Steel Pole Drilling Guide Class A, B And C 116
33 SM29-2 Single phasa tap assembly guide from SC- 1 using SA5-3 117
line angle to right
34 SM29-3 Three phasa tap assembly guide SC - 1 using SC-7, Line 118
Angle to right
35 SM 30 Bog Shoe 119
36 M 40 - 10 Tying Guide Single Insulator 120
37 M 41 - 10 Angle Assembly Guide, Vertical Constr. 30 to 60 angle, 121
alum. Conductos with straight or preformed armor rods
38 M 42 - 11 A Dead End Assembly Guide Dead End Clamp Method 122
Alum. Conductors
39 M 43 - 10 Tap Assembly Guide Alum. Conductors 123
40 M45-22 Sleeving Guide Compression type 124
41 M 44 Tanda Peringatan 125
Tanda Peringatan sisi 1 126
Tanda Peringatan sisi 2 127
42 M 45 Penghalang Panjat 128
43 CTM 28 Jarak bebas 129
44 Clearance / Daerah Bebas 130
45 Tabel Perbandingan Luas Penampang (Sistem Amerika & Sistem Metrik) 131
46 TIANG BETON Konstruksi lubang tiang beton 132

12
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

4.1.6. Konstruksi SKUTM 3 Fase

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 DB 01 Konstruksi Primer SKUTM ( 0 - 10 ) Angle 133
2 DB 02 Konstruksi Primer SKUTM ( 10 - 25 ) Angle 134
3 DB 03 Konstruksi Primer SKUTM ( 25 - 45 ) Angle 135
4 DB 04 Konstruksi Primer SKUTM Double Dead End 136
5 DB 05 Konstruksi Primer SKUTM Dead End 137
Material Konstruksi Primer SKUTM Dead End 138
6 DB 06 Konstruksi Primer SKUTM pada Riser Pole ( Tiang awal ) 139
Material Konstruksi Primer SKUTM pada Riser Pole 140
( Tiang awal )
7 DB 08 Kostruksi Primer SKUTM Joint SKUTM denagn SUTM 141
8 DB 09 Sambungan kabel SKUTM (Kabel Jointing) 142

4.1.7. Konstruksi SKTM 3 Fase

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 Saluran Kabel Tanah A.Kabel TM 20 KV 143
2 Saluran Kabel Tanah B. Kabel Tegangan Rendah 144
3 AMKA 01 Peletakan 1 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 145
4 AMKA 02 Peletakan 2 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 146
5 AMKA 03 Peletakan 3 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 147
6 AMKA 04 Peletakan 4 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 148
7 AMKA 05 Peletakan 5 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 149
8 AMKA 06 Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 150
9 AMKA 06K Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal (jalan 151
sempit)
10 AMKA 07 Peletakan 7 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 152
11 AMKA 08 Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal 153
12 AMKK 01/2/1 Konst pemasangan Kabel naik untuk jarak span lebih besar 154
dari 50 mtr
13 AMKK 01/2/2 Konst pemasangan Kabel naik untuk jarak span lebih besar 155
dari 50 mtr
14 PRK 05 Konst Panel dengan pondasi beton 156
15 PRK 06 Sambungan Rumah dengan penempatan panel di tepi jalan 157
16 PRK 06A Sambungan Rumah dengan penempatan panel melintasi 158
parit di tepi jalan
17 PRK 07 Penempatan panel di tepi jalan 159
18 PRK 011 JTR kabel tanah untuk komplek perumahan 160
19 ARKA 01 Peletakan 1 kabel tanah TR melintang di jalan aspal 161
20 ARKA 02 Peletakan 2 kabel tanah TR melintang di jalan aspal 162
21 ARKA 03 Peletakan 3 kabel tanah TR melintang di jalan aspal 163
22 ARKA 04 Peletakan 4 kabel tanah TR melintang di jalan aspal 164
23 ARKB 01 Peletakan 1 kabel tanah TR dibawah berm 165
24 ARKB 02 Peletakan 2 kabel tanah TR dibawah berm 166
25 ARKB 03 Peletakan 3 kabel tanah TR dibawah berm 167
26 ARKB 04 Peletakan 4 kabel tanah TR dibawah berm 168
27 ARKB 05 Peletakan 5 kabel tanah TR dibawah berm 169

13
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

28 ARKB 06 Peletakan 6 kabel tanah TR dibawah berm 170


29 ARKB 07 Peletakan 7 kabel tanah TR dibawah berm 171
30 ARKB 08 Peletakan 8 kabel tanah TR dibawah berm 172

4.2. GARDU DISTRIBUSI

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL

A Konstruksi Pemasangan Trafo 1 Phase


1 CG - 105 Pemasangan Trafo 1 Phasa Pada Line 1 Phasa 173
2 CG 105 + LVTC Pemasangan Trafo 1 Phasa pada Line 1 Phasa tersambung 174
pada JTR LVTC
3 CG - 106 Konstruksi Trafo Pada JTM Deadend 1 Phasa 175
4 CG - 106 + LVTC Konst. Trafo pada JTM Dead End 1 Phasa tersambung pada 176
JTR LVTC
5 CG - 107 Pemasangan Trafo 1 Phasa dengan serandang 177
6 CG - 136 14.4 / 24.9 KV, Single Phasa Transformer On three Circuit 178
B Konstruksi Pemasangan Trafo 3 Phase
7 CG - 312 Three transformer, clustre mounted 4-wire gounded wye for 179
220/380 volt power loads
8 CG - 312 A Konstruksi Trafo 3 fase dengan serandang 1 tiang sejajar 180
thd jaringan (Max : 200 KVA)
9 CG - 313 Konstruksi Trafo 3 fase max 630 KVA pada 2 tiang 181
10 CG - 313A 3 fasa transformers structure 24.9 KV / 220 - 380 volt for 182
500 and 750 KVA transformers
C Kelengkapan Gardu
11 GB 1 - 1 Panel TR untuk Trafo 1 Fasa pada 1 tiang 183
12 GB 3 - 1 Panel TR untuk Trafo 3 Fasa pada 1 tiang 184
13 GB 3 - 2 Panel TR untuk Trafo 3 Fasa pada 2 tiang 185
Material panel TR (GB 1-1,GB 3 -1,GB 3 -2) 186
14 M8 - A1 Kabel Sec masuk dan keluar 2 Jurusan untuk GD 1 Tiang 187
Rincian Material 188
15 M8 - A2 Kabel Sec masuk dan keluar 2 Jurusan untuk GD 2 Tiang 189
Rincian Material 190
16 M8 - B1 Kabel Sec masuk dan keluar 4 Jurusan untuk GD 1 Tiang 191
Rincian Material 192
17 M8 - B2 Kabel Sec masuk dan keluar 4 Jurusan untuk GD 2 Tiang 193
Rincian Material 194
18 M 27 transformer connection guide open wire service 195
19 M 27-1 transformers connection guide duplex or triplex service 196
20 M 27-2 transformers connection guide secondary underbuild 197
21 M 28 transformers connection and service take off guide from 198
secondary

14
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

4.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL

A Konstruksi dengan kawat telanjang


1 CJ 5 / SJ 5 Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa) tarikan lurus 199
2 CJ 6 / SJ 6 Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) dead-end 200
3 CJ 6X / SJ 6X Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) 201
4 CJ 7 Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) sudut >300 202
5 CJ 8 Konstruksi neutral JTR (tarikan lurus) 203
6 CJ 10 Konstruksi JTR kawat telanjang untuk sudut 100 - 300 204
B Konstruksi dengan LVTC
7 J5-T Konstruksi pada Tarikan 0 - 5 205
8 J7-T Konstruksi pada Tarikan 5 - 60 206
9 J6-T Tarikan pada Dead End 207
10 MJ 6 - T Konstruksi untuk ujung pelindung LVTC 208
C Konstruksi Pencabangan

11 SM29 - 4 Secondary Unit Installation Guide W / Netral 209


12 M29 - 4 Crossing Jaringan Utama dan pencabangan pad JTR 210
telanjang

4.4. ALAT PENGAMAN DAN PERALATAN LAINNYA

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL

A Unit Konstruksi Pengukuran

1 SME / CME - A6 KWH Meter kirim Terima Pada JTM 1 Phasa 211
Rincian material 212
2 SME / CME - C8 Kwh Meter kirim terima pada JTM 3 Phasa 213
Rincian material 214
3 SME / CME S / C8 Kwh Meter Exim 1 Tiang dengan Arester dan FCO 215
Rincian material 216
4 SME / CME - C8A Kwh Meter kirim terima pada JTM 3 Phasa 217
Rincian material 218
5 CME / C8B Kwh Meter Exim 3 Fasa (outfet) 1 tiang 219
Rincian material 220
B Unit Konstruksi Alat Pengaman & Peralatan

1 CM 3 -1A,CM3 - 4 14.4 / 24/9 KV, 1 PH One Sectionalizer Fuce Cut out 221
2 CM3 16 14.4/24.9 KV, Primary, 3 PH, 4 Wire Star Sectionalizing 222
( Exs. Amelco) Air Breke Switch Group Operated
3 CM3 - 16 Pemasangan ABSW 223
4 SM/CM 3 16A Pemasangan ABSW pada D. Sirkuit Atas 224
Rincian material 225
5 SM/CM 3 16B Pemasangan ABSW pada D. Sirkuit Bawah 226
Rincian material 227
15
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

6 SM/CM 3 16G Load Break Switch (LBS) konstruksi gantung 228


Rincian material 229
7 M3-20 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser 230
8 CM3 - 20 Reclocer 3 Phase 20 KV konstruksi 1 tiang dengan 3 PMS 231
Rincian material 232
9 M3-20-A 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with 233
two pole
14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with 234
two pole
14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with 235
two pole
Rincian material 236
10 SM 3 - 21 Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS 237
Rincian material 238
11 SM 3 - 21 Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS 239
12 SM 3 21L Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS + 240
LBS
Rincian material 241
13 M3 - 23 14.4/24.9 KV One Sectionalizing Oil Cirkuit Recloser With 242
By-Pass Switch
14 M 5 - 50 Pemasangan Fault Indikator 243
15 M 5 - 51 Pemasangan Disconecting Switch 244
16 M 5 - 52 Pemasangan Arching Horn 245
17 M7-1 1.4 / 24.9 KV ne Step Voltage Regulator Platform Mounted 246
18 M7-3 Regulator 247
19 ME C8 OF Me Outfet 248
Rincian material 249
20 S 83 C5 -1 Kapasitor TM 20 KV 3 Phase pada 1 tiang 250
21 S 83 C5 -1M Kapasitor TM 20 KV 3 Phase pada 1 tiang 251
Rincian material 252

4.5. SAMBUNGAN RUMAH & APP

KONSTRUKSI
NO
UNIT KONST. KETERANGAN HAL
1 K 10 , K 11 Services Assemblies 253
2 SK 10 , SK 11 Services Assemblies pada tiang besi 254
3 K 10 C Services Assemblies, Cable 255
4 K 11C, K 15 C , Services Assemblies, Cable 256
K 15 CX
5 SK 11C, SK 15 C , Services Assemblies, Cable untuk tiang besi 257
SK 15 CX
6 K 16 C , K 17 Services Mast Assemblies 258
7 CKA -C1 / CKC - Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 259
C1 / CKA-C2 / titik tumpu dinding /tiang kayu/tiang beton
CKC-C2
8 CKA-T1 / CKC - Konstruksi SLP 1 Phase jenis Twisted pada titik tumpu 260
T1 / CKA-T2 / dinding / tiang beton
CKC -T2
9 KA 10-C / KC 10 Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 261
C / KA 10-C1 / titik tumpu dinding /tiang kayu
KC 10 -C1
10 KA C / KC-C, Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 262

16
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

CKC C / CKA-C titik tumpu dinding /tiang kayu/tiang beton


11 KA-T / KC T / Konstruksi SLP 1 Phase , 3 Phase jenis Twisted pada titik 263
CKA-T / CKC -T tumpu dinding/tiang kayu / tiang beton
12 KA-T1 / KC -T1 / Konstruksi SLP 1 Phase jenis Twisted pada titik tumpu 264
KA-T2 / KC -T2 dinding / tiang kayu
13 PKA-T / PKC T / Konstruksi SLP 1 Phase , 3 Phase jenis Twisted pada tiang 265
PKA-T1 / PKC -T1 atap
14 SKA 11-C / SKC Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 266
11 C / SKA 11- STR tanpa Isolasi dan berisolasi
C-T / SKC 11 -C-T
15 SKA 14-C / SKC Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 267
14 C / SKA 14-C- STR tanpa Isolasi dan berisolasi
T / SKC 14 -C-T
16 SKA-C / SKC-C / Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 268
SKA-C-T / STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC-C-T
17 SKA-C1 SKC-C1 Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 269
/ SKA-C1-T / STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC-C1-T
18 SKA-C2 / SKC-C2 Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 270
/ SKA-C2-T / STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC-C2-T
19 SKA-T / SKC T / Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted 271
SKA-T-T / pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC -T-T
20 SKA-T1 / SKC -T1 Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted 272
/ SKA-T1-T / pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC -T1-T
21 SKA-T2 / SKC -T2 Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted 273
/ SKA-T2-T / pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
SKC -T2-T
22 PKA 16-C / PKC Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada 274
16 C / PKA-C / tiang atap
PKC -C
23 PMA 8-C / Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 275
PMC 8-C Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
diluar Bangunan
24 PMA 8-C1 / Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 276
PMC 8-C1 Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
diluar Plafon
25 MA 8-C / Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 277
MC 8-C Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
diluar bangunan
26 CMA 8-C / Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 278
CMC 8-C Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
diluar bangunan
27 PMA 8-T , Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 279
PMC 8-T Phase tanpa sambungan jenis twisted
28 MA 8-T , MC 8-T Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 280
Phase tanpa sambungan jenis twisted
29 PMA 8-T1 , Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 281
PMC 8-T1 Phase tanpa sambungan jenis twisted
30 CMA8-T / Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 282
CMC8-T Phase tanpa sambungan jenis twisted
31 APPA-IR / Pemasangan APP pelanggan TR 1 Phase /3 Phase dengan 283
APPC-IIIR OK type I / III pada dinding yang sudah ada pelindungnya.

17
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI
JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA
Pedoman Standar Konstruksi 2008

32 APPA-IR1 Pemasangan APP pelanggan TR 1 Phase dengan OK type I 284


dengan pelindung tambahan
33 APPC-IIIR1 Pemasangan APP pelanggan TR 3 Phase dengan OK type 285
III dengan pelindung tambahan
34 APPC-VIP Pemasangan APP pelanggan TR 3 Phase pada gardu trafo 286
tiang
35 M 24 Cable Service Assembly 287
36 MA 24 -1 / Sambungan Luar Pelayanan 288
MC24 -1
37 MA 24 -2 / Ketentuan umum sambungan luar pelayanan 289
MC24 -2
38 M 24 - 10 Assembly Guide of Service Mast for Out Side Metering 290
39 M 24 - 10A Conversion Diagram for existing service mast 291
40 Daftar Sagging Conductor 292
s/d
301

V. PENUTUP
Dengan telah diterbitkannya Buku Pedoman Standar Konstruksi 2008, diharapkan
dapat memberi arahan / petunjuk teknis yang lebih rinci dan jelas bagi pengelola
jaringan kelistrikan yang ada di daerah kerja PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta, khususnya bagi Perencana, Pelaksana Pembangunan,
Petugas Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi. Dan akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi, kwalitas dari pada Jaringan Distribusi serta memberikan
rasa aman bagi Pelaksana / Operator dan lingkungan.

18

Anda mungkin juga menyukai