ABSTRAK
Rumah mempunyai fungsi yang multidimensi. Selain fungsi fisik, rumah juga mempunyai
fungsi sosial dan ekonomi yang dapat terlihat dari pemanfaatannya. Agar dapat berfungsi secara
layak, rumah harus dilengkapi infrastruktur dasar seperti taman, ruang terbuka, jaringan jalan dan
sistem transportasi, jaringan listrik dan air minum. Penyediaan tersebut harus sesuai dengan tata
ruang yang ada sehingga dapat mendukung berbagai kegiatan sosial dan ekonomi baik dalam skala
lingkungan perumahan maupun kota. Namun kenyataannya banyak pengembangan perumahan
tidak didukung infrastruktur dasar yang memadai sehingga tidak berfungsi optimal. Orientasi
kebijakan pengembangan perumahan pada pencapaian target kuantitas - khususnya untuk segmen
menengah ke bawah - tampaknya ikut memengaruhi penyediaan infrastruktur dasar perumahan yang
berdampak sangat penting terhadap tingkat hunian perumahan.
Tulisan ini mengungkapkan dampak kebijakan penyediaan infrastruktur dasar terhadap
kepuasan pada perumahan menengah ke bawah. Dari analisis tingkat makro dan mikro terhadap data
lapangan yang dikumpulkan pada beberapa sampel perumahan menengah ke bawah di kota Bekasi
dapat diungkapkan pentingnya pengaruh kebijakan penyediaan infrastruktur dasar terhadap daya
dukung fungsional suatu perumahan. Melalui identifikasi permasalahan tersebut diturunkan strategi
peningkatan pemenuhan infrastruktur dasar perumahan melalui pelibatan semua pelaku
pembangunan perumahan.
Kata kunci: infrastruktur dasar, kualitas perumahan, tingkat hunian, perumahan kelas bawah dan
menengah
ABSTRACT
Housing has multi dimensional function. Beside of physical function, housing has also social
and economic ones which can bee seen from its utilization. In order to be in decent function houses
must be completed with basic infrastructures such as parks, open spaces, road transportation
system, electricity, and water. The provision has to in accordance with existing spatial planning so
that it can support social and economic activities both in settlement and urban scales. However in
reality many housing developments have not been included proper basic infrastructure so that it
could not be well in function. Housing development policy that refers on quantitative achievement
rather than qualitative one - especially on low to middle income group - seems to influence housing
basic infrastructure provision that produce significant impact on housing occupancy level.
This paper exposes the influence of policy on basic infrastructure provision on low to middle
income housing satisfaction. From macro and micro levels analysis data upon collected field data of
some housing samples at the city of Bekasi, it discloses the importance of basic infrastructure policy
on housing functional capacity. By understanding the problem, than it can be formulated appropriate
strategies to enhance the fulfilment of basic infrastructure by involving all stakeholders in housing
development.
Key Words: basic infrastructure, settlement quality, level of occupancy, low to middle income
housing
kerja, belanja, umum, spiritual, dan dan perasaan penghuni tehadap rumah dan
rekreasi. lingkungannya tetapi juga dapat menjelas-
Kualitas suatu lingkungan perumahan kan kualitas hidup mereka (Ogu, 2002).
juga dapat dilihat dari tingkat hunian suatu Banyak bukti di literatur yang dapat
perumahan yang terindikasi dalam proporsi menunjukkan kepuasan perumahan di-
jumlah rumah kosong terhadap semua pengaruhi berbagai kondisi objektif dan
rumah (van Zandt dkk., 2006:13). Adapun diterima secara subyektif (Theodori, 2001).
Bramley dkk. (2005:2) menambahkan Faktor-faktor yang ditemukan terkait
bahwa semakin banyak rumah kosong pada dengan kepuasan perumahan meliputi : latar
suatu lingkungan perumahan, semakin belakang sosial, ekonomi dan budaya. Di
tinggi pula derajat ketidakpuasan penghuni samping itu, lama menghuni, karakter fisik
terhadap lingkungannya. Hal ini berarti rumah, kepuasan terhadap kondisi fisik dan
bahwa semakin tinggi tingkat ke- layanan pengelolaan, partisipasi dan
kosongannya berarti semakin rendah interaksi (Awang, 2000; Varady dan Preiser,
kualitas lingkungan perumahan tersebut. 1998:20) dan kondisi hunian sebelumnya
Penelitian yang ada juga menunjukkan serta mobilitas dan rencana perpindahan
keterkaitan antara kekosongan rumah rumah (Yeh, 1972:6).
dengan berbagai kondisi lingkungan yang
lebih luas. Perumahan dengan tingkat c. Hierarki kebutuhan perumahan serta
kekosongan di atas kondisi normal - lebih
karakteristiknya
dari 7% - akan mendorong terjadinya
Pemilikan rumah mempunyai be-
penurunan kualitas dan ketidakteraturan
berapa tingkatan kebutuhan dengan dimensi
fisik (Rosentraub, dkk., 2004:328) dan pada
yang berbeda-beda. Setiap tingkat dan
gilirannya menstimulus perilaku sosial
yang negatif seperti tindakan kriminal dimensi ditandai karakteristik fisik rumah
(Kingsley, 1997). Lebih jauh dijelaskan yang beragam pula. Mengacu pada teori
oleh Bassett dkk. (2006:17) bahwa dampak kebutuhan Maslow - yang membagi
kekosongan hunian tidak terbatas pada kebutuhan dalam 5 tingkatan, Harris dkk.
lingkungan perumahan, tetapi juga pada (1983:4) menyebutkan setiap hierarki
skala yang lebih besar - perkotaan. kebutuhan mempunyai tuntutan terhadap
karakteristik rumah yang dapat di-
b. Kepuasan lingkungan perumahan kelompokkan dalam dimensi fisik, sosial
atau ekonomi (Tabel 1).
Kepuasan terhadap lingkungan
perumahan didefinsikan oleh Varady dan Dari dimensi sosial kebutuhan
Preiser (1998:20) sebagai kesenjangan yang perumahan diperlihatkan secara tak
diterima antara kebutuhan dan aspirasi langsung bahwa infrastruktur dasar
pemilik dengan realita kondisi hunian saat memegang peranan penting dan menjadi
ini. Kepuasan tersebut tidak saja terhadap persyaratan yang mutlak harus agar
unit huniannya tetapi juga terhadap karakteristik perumahan yang ada me-
lingkungan ketetanggaan dan kondisi menuhi tuntutan kebutuhan pada tingkat
sekitarnya (Onibokun, 1974). Konsep yang paling dasar. Hal ini sangat penting
kepuasan hunian atau perumahan tidak saja khususnya dalam pembangunan perumahan
digunakan untuk mengevaluasi persepsi bagi masyarakat menengah ke bawah.
Kedua, mengumpulkan data terkait masalah multivariat). Analisis multi-variat terdiri dari
penghunian/pengosongan. Untuk mendapatkan analisis korelasi, analisis faktor dan analisis
keterangan, baik lisan maupun kuesioner regresi. Hasilnya digunakan untuk menyusun
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Structural Equation Model (SEM). Namun,
kekosongan rumah, diperlukan responden yang tahap-tahap analisis korelasi, faktor dan regresi
ditentukan secara purposif, yaitu pihak-pihak tidak disajikan disini karena terlalu panjang,
yang dianggap dapat menjelaskan karakter sehingga janya hasil pemodelan korelasi
kondisi lingkungan perumahan dan hal-hal dengan SEM saja yang ditampilkan dalam
yang menyebabkan munculnya rumah kosong. tulisan ini.
Jumlah dan sampel responden ditentukan Dari data terukur yang ada dapat dikelompok-
secara proporsional terhadap populasi rumah kan kajian sebagai berikut.
kosong. Dari 350 kuesioner yang disebarkan
hingga Maret 2007 hanya 108 kuesioner yang a. Kondisi kekosongan
masuk. Semua data, baik data spasial lokasi Secara umum kekosongan rumah
kekosongan dan wawancara, diambil antara menengah ke bawah di kota Bekasi
Juni tahun 2005 hingga April 2007. dikategorikan ke dalam rumah puso
Pengamatan lapangan terhadap kondisi (abandoned houses). Dengan acuan waktu
infrastruktur dasar dari sampel-sampel kekosongan yang lebih dari 6 bulan maka
perumahan yang ada ditunjukkan pada Tabel 3. hanya sekitar 2% saja yang dapat dianggap
sebagai rumah kosong, sisanya (87%)
Terakhir, dilakukan analisis terhadap data masuk kategori kosong bermasalah. Dari
terukur untuk mendapatkan faktor laten dan rumah puso yang ada sebagian besar (75%)
alasan pemanfaatan rumah. Untuk kepentingan telah dibiarkan kosong lebih dari 4 tahun,
tersebut digunakan metode kualitatif sedangkan 16% telah kosong antara 1-2
(deskriptif) maupun kuantitatif (korelasi tahun, dan hanya 7% yang kosong
antara 2-4 tahun. Selain itu 81% rumah yang pernah dihuni tapi kemudian dibarkan
kosong puso tersebut belum pernah dihuni kosong hingga lebih dari 4 tahun.
sama sekali dan hanya sekitar 18 persen saja
7
Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah
.44
-.77
U5-Accpubfac E5-Wtrclean e3
.09 -.18
.97 .84
.26
.53 .54
.22
.36 E6-Bldgdsgyrd e4
Keterangan : U5-Accpubfac : Ketersediaan akses ke fasilitas Kepuasan terhadap penyediaan air bersih dan kebersihan
umum seperti ke tempat kerja, dan aktivitas sehari-hari; U5- lingkungan; E6-Bldgdsyrd: Kepuasan terhadap desain
School : Dekat sarana pendidikan menengah dan atas; U5- bangunan dan luasan halaman rumah R2-Regret : Menyesal
Opensnts : Ruang terbuka dan sanitasi lingkungan; U6- telah membeli rumah; Y-Vacancy : Lamanya rumah
Infrasqua : Kualitas infrastruktur dasar; U6-Nvisdistrb : Adanya dikosongkan; IE: Indirect Effect; TE: Total Effect.
gangguan lingkungan yang sifatnya nonvisual; E5 Wtrclean:
Dari diagram tadi juga diketahui bahwa faktor menyangkut kondisi bangunan dan luas
ketidakpuasan perumahan yang menjadi alasan persilnya juga berkaitan dengan
utama pembiaran rumah terutama berkaitan ketersediaan ruang terbuka dan sanitasi
dengan kualitas infrastruktur yang berkaitan lingkungan (rw: .53), gangguan nonvisual
dengan ketersediaan air bersih dan kondisi (rw: .48) serta kualitas infrastruktur dasar
hunian dan lingkungannya. lingkungan (rw: -.47). Ketiganya
merupakan faktor-faktor yang mutlak
PEMBAHASAN diperlukan untuk menghasilkan lingkungan
hunian yang layak yang dapat mendukung
a. Kepuasan terhadap infrastruktur dasar aktivitas kehidupan masyarakat perkotaan.
perumahan
Evaluasi terhadap kualitas ling- b. Kekosongan hunian dan kualitas ling-
kungan perumahan dapat dilihat dari respon kungan perumahan
yang diberikan oleh pemilik rumah Keberadaan rumah kosong tidak bisa
terhadap kondisi rumah dan lingkungannya. dilepaskan dari keseluruhan kondisi rumah
Respon negatif (ketidakpuasan) yang dan lingkungannya. Secara umum variabel-
muncul dalam kasus ini merupakan variabel kualitas lingkungan terdiri atas 2
cerminan kesenjangan antara kondisi kelompok besar yakni infrastruktur dan
objektif rumah dan lingkungannya dengan sarana lingkungan perumahan serta kondisi
berbagai kebutuhan dan aspirasi pemilik rumah. Diagram 2 memunculkan 3 faktor
rumah. Idealnya kondisi lingkungan yang pengaruhnya signifikan terhadap
perumahan dapat mendukung semua keberadaan rumah kosong di kota Bekasi.
aktivitas keseharian penghuni baik yang Faktor ketiadaan ruang terbuka dan sanitasi
bersifat sosial maupun ekonomi. lingkungan (Opensnts - rw: -1.47) dan
Ketidakpuasan terhadap kebutuhan buruknya kualitas infrastruktur dasar
air dan kebersihan lingkungan ternyata lingkungan (Infrasqua - rw: 1.18)
tidak hanya berkaitan dengan masalah cenderung berpengaruh sangat dominan
ketersediaan air tetapi juga menyangkut terhadap munculnya kekosongan rumah
keterbatasan para penghuni untuk dapat menengah ke bawah tersebut.
mengakses air bersih. Keadaan ini tampak Dari berbagai karakteristik ling-
dari besarnya pengaruh faktor gangguan kungan yang ada hanya faktor kualitas
non-visual (polusi lingkungan - rw:.84), infrastruktur dasar lingkungan yang mem-
akses terhadap fasilitas publik (rw: -.77), punyai pengaruh terhadap ketidaklayakan
buruknya kualitas infrastruktur dasar hunian dan kekosongan rumah. Pengaruh
lingkungan (rw: .30) serta dan terbatasnya langsung faktor kualitas infrastruktur dasar
ruang terbuka dan sanitasi lingkungan lingkungan terhadap ketidaklayakan huni
(rw:.28) terhadap ketidakpuasan tersebut. (rw: -.81) maupun kondisi kekosongan (-1.
Faktor-faktor tersebut berpotensi mem- 18) yang sangat tinggi dan negatif
persulit akses keluarga menengah ke bawah menunjukkan buruknya kualitas ling-
untuk memperoleh air dan kebersihan kungan perumahan tersebut. Kondisi ini
lingkungan. Ketidaktersediaan infra- secara tak langsung menunjukkan bahwa
struktur dasar tersebut tampaknya telah kondisi infrastruktur dasar lingkungan
menurunkan kemampuan lingkungan menjadi prasyarat untuk mendorong
perumahan dalam mengakomodasi terbentuknya lingkungan hunian yang layak
kebutuhan penghuni pemilik rumah yang dan berkualitas. Tampaknya syarat-syarat
paling dasar. tersebut tak ada pada lingkungan pe-
Persoalan ketidakpuasan terhadap rumahan menengah ke bawah sehingga
rumah sederhana di kota Bekasi selain menimbulkan ketidakpuasan dan pemilik-
nya membiarkan rumah-rumah tersebut
Logan, J. R dan Harvey, L.M. 1987. Urban Fortune. The Turner, J.F.C. 1976. Housing by People, Toward
Political Economy of Place. Los Angeles and autonomy in building environments. London :
London : University of California Press. Marion Boyars.
Ogu, V.I. 2002. Urban Residential Satisfaction and The Van Zandt, S. 2006. The Costs and Benefits of Home-
Planning Implications in a Developing World ownership. Center for Urban and Regional
Context: The Example of Benin City, Nigeria, Studies. University of North Carolina at Chapel
International Planning Studies, 7(1): 37-53. Hill. Working paper.
Onibokun, A.G. 1974. Evaluating Consumers' Varady, D.P. dan Preiser, W.F.E. 1998. Scattered-Site
Satisfaction with Housing: An Application of a
Public Housing and Housing Satisfaction:
System Approach, Journal of American Institute
of Planners, 40(3): 189-200. Implications for the New Public Housing
Rosentraub,M.S., dan ShroitmanHROITMAN, T. 2004. Program, Journal of American Planning
Public Employee Pension Fund and Social Association, 6(2): 189-207.
Investments: Recent Performance and A Policy Yeh, S.H.K. 1972. Homes For The People: A Study of
Option for Changing Investment Strategies. Tenants's Views on Public Housing in Singapore.
Journal of Urban Affairs.Volume 2 Number 3 University of Singapore: Economic Research
page 325 - 335 Urban Affairs Association Center. Working Paper.
Stokie, T. 1999. Benchmarking Melbourne: Indicators of Yuan, L.L., Yuen, B., dan Low, C. 1999. Qualty of Live in
Liveability and Competitiveness dalam Yuan, Cities-Definition, Approaches and Research
Lim Lan dkk.s (ed). Urban Quality of Life. dalam Yuan, Lim Lan dkk.s (ed). Urban Quality of
Critical Issues and Options. School of Building Life. Critical Issues and Options. School of
and Real Etate, National University of Singapore. Building and Real Etate. Singapore : National
Theodori, G. L. 2001. Examining the Effects of University of Singapore.
Community Satisfaction and Attachment on
Individual Well-being, Rural Sociology, 4(66):
618-628.