Anda di halaman 1dari 11

Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

DAMPAK KEBIJAKAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR TERHADAP


TINGKAT HUNIAN PERUMAHAN MENENGAH KE BAWAH
A.Adib Abadi
E-mail : abadi@ar.itb.ac.id

ABSTRAK
Rumah mempunyai fungsi yang multidimensi. Selain fungsi fisik, rumah juga mempunyai
fungsi sosial dan ekonomi yang dapat terlihat dari pemanfaatannya. Agar dapat berfungsi secara
layak, rumah harus dilengkapi infrastruktur dasar seperti taman, ruang terbuka, jaringan jalan dan
sistem transportasi, jaringan listrik dan air minum. Penyediaan tersebut harus sesuai dengan tata
ruang yang ada sehingga dapat mendukung berbagai kegiatan sosial dan ekonomi baik dalam skala
lingkungan perumahan maupun kota. Namun kenyataannya banyak pengembangan perumahan
tidak didukung infrastruktur dasar yang memadai sehingga tidak berfungsi optimal. Orientasi
kebijakan pengembangan perumahan pada pencapaian target kuantitas - khususnya untuk segmen
menengah ke bawah - tampaknya ikut memengaruhi penyediaan infrastruktur dasar perumahan yang
berdampak sangat penting terhadap tingkat hunian perumahan.
Tulisan ini mengungkapkan dampak kebijakan penyediaan infrastruktur dasar terhadap
kepuasan pada perumahan menengah ke bawah. Dari analisis tingkat makro dan mikro terhadap data
lapangan yang dikumpulkan pada beberapa sampel perumahan menengah ke bawah di kota Bekasi
dapat diungkapkan pentingnya pengaruh kebijakan penyediaan infrastruktur dasar terhadap daya
dukung fungsional suatu perumahan. Melalui identifikasi permasalahan tersebut diturunkan strategi
peningkatan pemenuhan infrastruktur dasar perumahan melalui pelibatan semua pelaku
pembangunan perumahan.

Kata kunci: infrastruktur dasar, kualitas perumahan, tingkat hunian, perumahan kelas bawah dan
menengah

ABSTRACT
Housing has multi dimensional function. Beside of physical function, housing has also social
and economic ones which can bee seen from its utilization. In order to be in decent function houses
must be completed with basic infrastructures such as parks, open spaces, road transportation
system, electricity, and water. The provision has to in accordance with existing spatial planning so
that it can support social and economic activities both in settlement and urban scales. However in
reality many housing developments have not been included proper basic infrastructure so that it
could not be well in function. Housing development policy that refers on quantitative achievement
rather than qualitative one - especially on low to middle income group - seems to influence housing
basic infrastructure provision that produce significant impact on housing occupancy level.
This paper exposes the influence of policy on basic infrastructure provision on low to middle
income housing satisfaction. From macro and micro levels analysis data upon collected field data of
some housing samples at the city of Bekasi, it discloses the importance of basic infrastructure policy
on housing functional capacity. By understanding the problem, than it can be formulated appropriate
strategies to enhance the fulfilment of basic infrastructure by involving all stakeholders in housing
development.

Key Words: basic infrastructure, settlement quality, level of occupancy, low to middle income
housing

* Program Studi Arsitektur, SAPPK ITB

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012 1


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

PENDAHULUAN yang sederhana. Bahkan masalah ini


merupakan salah satu agenda penting dalam
Kualitas sebuah rumah mestinya dilihat pengembangan perumahan agar lingkungannya
dari kemampuannya menjadi tempat tinggal lebih produktif baik secara ekonomi maupun
yang mendukung kehidupan sosial penghuni- sosial (Cohen dan Cheema, 1992:45).
nya (Stokie, 1999). Kriteria tersebut perlu
menjadi perhatian khusus karena kondisi KAJIAN PUSTAKA
perumahan mempunyai pengaruh sangat
penting terhadap kualitas lingkungan sosial Kajian pustaka pada dasarnya dilakukan
maupun fisik. Namun, besarnya kebutuhan untuk mengidentifikasi variabel yang dapat
pengembangan perumahan juga merupakan mengungkapkan pengaruh penyediaan
masalah tersendiri karena banyak perumahan di
infrastruktur dasar terhadap respon pemilik
negara berkembang tidak didukung oleh
rumah terhadap kondisi lingkungan perumah-
penyediaan infrastruktur dasar yang memadai
(Hall dkk, 2000). an. Dari kajian ini selanjutnya dikonstruksi
hubungan antara variabel untuk menjelaskan
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan
implikasi kebijakan penyediaan infrastruktur
bagi masyarakat menengah ke bawah, banyak
pemerintah, termasuk Indonesia, mendorong dasar pada pengembangan perumahan
pemilikan rumah melalui pengembangan menengah ke bawah melalui salah satu
perumahan sederhana dan sangat sederhana. indikatornya, dalam hal ini tingkat huniannya
Upaya tersebut dilakukan tidak lepas dari yang bisa dilihat dari kekosongannya.
banyaknya manfaat pemilikan rumah baik Secara garis besar studi literatur di-
secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. kelompokkan dalam beberapa aspek berikut.
Pemilikan rumah diyakini dapat membantu
menstabilkan lingkungan ketetanggaan a. Kualitas Lingkungan Perumahan
(neighborhood) dan memperkuat komunitas. Persoalan kualitas lingkungan pe-
Strategi ini juga menciptakan insentif bagi rumahan tidak terlepas dari preferensi dan
lingkungan dan individual yang penting untuk dinamika kebutuhan masyarakat. Hal
memelihara dan memperbaiki properti pribadi tersebut dikuatkan oleh Yuan dkk. (1999)
maupun ruang publik. Semua itu merupakan yang menyatakan bahwa kualitas pe-
syarat untuk menciptakan lingkungan rumahan merupakan konsep multifacet
perumahan yang berkualitas. Namun, dengan dimensi sosial dan fisik serta sering
pengembangan rumah bagi keluarga menengah dikaitkan dengan konsep kepuasan.
ke bawah ternyata kurang didukung oleh
Menurut Rogerson (1999:45) kepuasan
penyediaan infrastruktur dasar sehingga
penghuni/pengguna terhadap manfaat
manfaat program pemilikan rumah tidak sesuai
perumahannya merupakan salah satu
sasaran.
pendekatan untuk mendefinisikan dan
Pengembangan perumahan di Indonesia
menentukan kualitas lingkungan pe-
yang berorientrasi pada kuantitas telah
mempengaruhi kemampuan fungsional rumahan. Untuk mengukurnya sering
perumahan, khususnya perumahan menengah digunakan indikator visual yang terkait
ke bawah. Kondisi tersebut diindikasikan oleh dengan situasi dan kondisi perumahan dan
fenomena rumah kosong yang mencerminkan proses sosial yang terjadi di dalamnya. Hall
tingkat hunian rumah menengah ke bawah di dkk. (2000:32) menyebutkan ukuran
beberapa kota di Indonesia. Situasi tersebut tersebut terkait dengan kondisi jalan dan
menunjukkan penyediaan infrastruktur dasar lingkungan ketetanggaan yang hidup
perumahan terhadap penciptaan lingkungan (liveable), penataan bangunan, kepadatan
perumahan yang berkualitas ternyata bukan hal lingkungan, integrasi aktivitas berhuni,

2 Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

kerja, belanja, umum, spiritual, dan dan perasaan penghuni tehadap rumah dan
rekreasi. lingkungannya tetapi juga dapat menjelas-
Kualitas suatu lingkungan perumahan kan kualitas hidup mereka (Ogu, 2002).
juga dapat dilihat dari tingkat hunian suatu Banyak bukti di literatur yang dapat
perumahan yang terindikasi dalam proporsi menunjukkan kepuasan perumahan di-
jumlah rumah kosong terhadap semua pengaruhi berbagai kondisi objektif dan
rumah (van Zandt dkk., 2006:13). Adapun diterima secara subyektif (Theodori, 2001).
Bramley dkk. (2005:2) menambahkan Faktor-faktor yang ditemukan terkait
bahwa semakin banyak rumah kosong pada dengan kepuasan perumahan meliputi : latar
suatu lingkungan perumahan, semakin belakang sosial, ekonomi dan budaya. Di
tinggi pula derajat ketidakpuasan penghuni samping itu, lama menghuni, karakter fisik
terhadap lingkungannya. Hal ini berarti rumah, kepuasan terhadap kondisi fisik dan
bahwa semakin tinggi tingkat ke- layanan pengelolaan, partisipasi dan
kosongannya berarti semakin rendah interaksi (Awang, 2000; Varady dan Preiser,
kualitas lingkungan perumahan tersebut. 1998:20) dan kondisi hunian sebelumnya
Penelitian yang ada juga menunjukkan serta mobilitas dan rencana perpindahan
keterkaitan antara kekosongan rumah rumah (Yeh, 1972:6).
dengan berbagai kondisi lingkungan yang
lebih luas. Perumahan dengan tingkat c. Hierarki kebutuhan perumahan serta
kekosongan di atas kondisi normal - lebih
karakteristiknya
dari 7% - akan mendorong terjadinya
Pemilikan rumah mempunyai be-
penurunan kualitas dan ketidakteraturan
berapa tingkatan kebutuhan dengan dimensi
fisik (Rosentraub, dkk., 2004:328) dan pada
yang berbeda-beda. Setiap tingkat dan
gilirannya menstimulus perilaku sosial
yang negatif seperti tindakan kriminal dimensi ditandai karakteristik fisik rumah
(Kingsley, 1997). Lebih jauh dijelaskan yang beragam pula. Mengacu pada teori
oleh Bassett dkk. (2006:17) bahwa dampak kebutuhan Maslow - yang membagi
kekosongan hunian tidak terbatas pada kebutuhan dalam 5 tingkatan, Harris dkk.
lingkungan perumahan, tetapi juga pada (1983:4) menyebutkan setiap hierarki
skala yang lebih besar - perkotaan. kebutuhan mempunyai tuntutan terhadap
karakteristik rumah yang dapat di-
b. Kepuasan lingkungan perumahan kelompokkan dalam dimensi fisik, sosial
atau ekonomi (Tabel 1).
Kepuasan terhadap lingkungan
perumahan didefinsikan oleh Varady dan Dari dimensi sosial kebutuhan
Preiser (1998:20) sebagai kesenjangan yang perumahan diperlihatkan secara tak
diterima antara kebutuhan dan aspirasi langsung bahwa infrastruktur dasar
pemilik dengan realita kondisi hunian saat memegang peranan penting dan menjadi
ini. Kepuasan tersebut tidak saja terhadap persyaratan yang mutlak harus agar
unit huniannya tetapi juga terhadap karakteristik perumahan yang ada me-
lingkungan ketetanggaan dan kondisi menuhi tuntutan kebutuhan pada tingkat
sekitarnya (Onibokun, 1974). Konsep yang paling dasar. Hal ini sangat penting
kepuasan hunian atau perumahan tidak saja khususnya dalam pembangunan perumahan
digunakan untuk mengevaluasi persepsi bagi masyarakat menengah ke bawah.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012 3


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

TABEL 1. DIMENSIKARAKTERISTIK PERUMAHAN DAN HIERARKIKEBUTUHAN


Dimensi karakteristik perumahan
Hirarki kebutuhan
Fisik Ekonomi Sosial
Struktur yang layak Lokasi yang nyaman ke Biaya hidup semurah-
Fisiologis yang menyediakan tempat kerja dan sarana murahnya
fasiltas dasar transportasi
Privasi yang cukup Bebas dari gangguan Kemampuan untuk
untuk sebuah keluarga lingkungan dan ketidak melakukan koendali
Keamanan/ketenangan
pastian pasar terhadap lingkungan
perumahan
Privasi yang cukup Lingkungan sosial yang Penerimaan dalam
Pemilikan untuk setiap individu sesuai komunitas oleh
dalam keluarga pemilik rumah lainnya
Desain rumah dan Alamat yang bergengsi Kebanggaan akan asset
Kehormatan lansekap yang menarik pemilikan dengan
potensi kenaikannya
Fasilitas untuk Mendekati kebutuhan Ekspresi jaminan akan
Aktualisasi diri mengembangkan hobi/ estetik, budaya dan suatu nilai khusus
kesukaan rekreasi
Sumber:Harrisdkk.(1983)

d. Dimensi masalah hunian rumah HASIL STUDI


Tingkat hunian rumah dapat diukur
dari kekosongannya. Menurut Bassett dkk., Untuk menjelaskan persoalan kaitan
(2006:2), kondisi kekosongan rumah kondisi infrastruktur dasar terhadap tingkat
dikelompokkan menjadi 2, yakni rumah hunian dibutuhkan data kualitatif maupun
kosong (vacant house) dan rumah puso kuantitatif. Adapun langkah-langkah yang
(abandoned house). Grimes dkk. (2006:67) diambil untuk mendapatkan data-data tersebut
menambahkan bahwa rumah puso dapat adalah berikut ini.
menjadi cerminan respon rasional para Pertama, menentukan sampel rumah kosong
pemiliknya terhadap kondisi perumahan di dan reponden untuk mendapatkan data
suatu lokasi. Kekosongan tersebut sekunder kondisi perumahan di Kota Bekasi
menggambarkan tidak optimalnya serta data kuesioner pemilik rumah kosong.
kemampuan lingkungan perumahan Pemilihan kota Bekasi sebagai kasus dalam
memenuhi kebutuhan sosial dan spasial studi ini selain karena ketersediaan data awal,
pemiliknya yang sangat dipengaruhi oleh dan tingkat kekosongan rumah di kota ini
penyediaan infrastruktur dasarnya. (7,88%) lebih tinggi dari tingkat kekosongan
Sebaliknya lingkungan yang berkualitas rata-rata nasional (7,32%). Selanjutnya
memiliki semua suasana dan sarana yang dilakukan penyusunan kerangka sampel dari
dibutuhkan oleh seluruh penghuninya untuk pengembangan perumahan yang dilakukan
menumbuhkan dan mengembangkan antara tahun 1996 hingga 2001. Dari 107
potensi sosial dan ekonomi secara optimal. pengembangan perumahan diketahui bahwa
Karena itu keberadaan rumah kosong dapat hanya 49 pengembang yang memasok rumah
menjadi indikator rendahnya nilai guna menengah ke bawah (tipe 45m2 atau 36m2) yang
rumah (Logan dkk., 1987:36 ; Turner, digunakan sebagai kerangka sampel (sampling
1976:20) dalam mendukung aktivitas frame).
keseharian penghuninya.

4 Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

Sampel lokasi perumahan ditentukan perumahan lebih dari 2 tahun, tingkat


berdasarkan kondisi kekosongan rumah pada kekosongan perumahan di atas rata-rata kota
kerangka sampel. Dari pengamatan lapangan Bekasi, harga rumah masih terjangkau
terhadap 49 pengembangan tersebut ditemukan kelompok menengah ke bawah. Berdasarkan
kondisi kekosongan yang sangat beragam. kriteria tersebut, selanjutnya ditentukan
Sampel perumahan kosong selanjutnya sampelnya (Tabel 2).
ditetapkan dengan beberapa kriteria : usia

TABEL 2. SAMPEL PERUMAHAN DAN TINGKAT PENGHUNIANNYA


Jumlah kosong
Nama perumahan Kelurahan, Kecamatan Tipe %
(total) unit
Perum Dep PU Sumur Batu, Bantar Gebang 21 935 (1,358) 68.85
BKKBN Pusat Mustika Jaya, Mustika Jaya 21 83 (365) 22.47
Bumi Alam Hijau Pedurenan, MustikaJaya 36 63 (212) 29.72
Inti Alasindo Permai Jatisari, Jatiasih 21/36 62 (113) 54.87
Peg PT Asabri Jatiasih, Jatiasih 36 162 (452) 35.84
Bumi Alinda Kencana Kaliabang Tengah, Bekasi Utara 36 58 (606) 9.57
Puri Gading II Jatiluhur, Jatiasih 36 68 (290) 23.45
Griya Mustika Sari Mustika Sari, MustikaJaya 36 67 (330) 20.94
Sumber: Data lapangan (2005)

Kedua, mengumpulkan data terkait masalah multivariat). Analisis multi-variat terdiri dari
penghunian/pengosongan. Untuk mendapatkan analisis korelasi, analisis faktor dan analisis
keterangan, baik lisan maupun kuesioner regresi. Hasilnya digunakan untuk menyusun
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Structural Equation Model (SEM). Namun,
kekosongan rumah, diperlukan responden yang tahap-tahap analisis korelasi, faktor dan regresi
ditentukan secara purposif, yaitu pihak-pihak tidak disajikan disini karena terlalu panjang,
yang dianggap dapat menjelaskan karakter sehingga janya hasil pemodelan korelasi
kondisi lingkungan perumahan dan hal-hal dengan SEM saja yang ditampilkan dalam
yang menyebabkan munculnya rumah kosong. tulisan ini.
Jumlah dan sampel responden ditentukan Dari data terukur yang ada dapat dikelompok-
secara proporsional terhadap populasi rumah kan kajian sebagai berikut.
kosong. Dari 350 kuesioner yang disebarkan
hingga Maret 2007 hanya 108 kuesioner yang a. Kondisi kekosongan
masuk. Semua data, baik data spasial lokasi Secara umum kekosongan rumah
kekosongan dan wawancara, diambil antara menengah ke bawah di kota Bekasi
Juni tahun 2005 hingga April 2007. dikategorikan ke dalam rumah puso
Pengamatan lapangan terhadap kondisi (abandoned houses). Dengan acuan waktu
infrastruktur dasar dari sampel-sampel kekosongan yang lebih dari 6 bulan maka
perumahan yang ada ditunjukkan pada Tabel 3. hanya sekitar 2% saja yang dapat dianggap
sebagai rumah kosong, sisanya (87%)
Terakhir, dilakukan analisis terhadap data masuk kategori kosong bermasalah. Dari
terukur untuk mendapatkan faktor laten dan rumah puso yang ada sebagian besar (75%)
alasan pemanfaatan rumah. Untuk kepentingan telah dibiarkan kosong lebih dari 4 tahun,
tersebut digunakan metode kualitatif sedangkan 16% telah kosong antara 1-2
(deskriptif) maupun kuantitatif (korelasi tahun, dan hanya 7% yang kosong

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012 5


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

antara 2-4 tahun. Selain itu 81% rumah yang pernah dihuni tapi kemudian dibarkan
kosong puso tersebut belum pernah dihuni kosong hingga lebih dari 4 tahun.
sama sekali dan hanya sekitar 18 persen saja

Diagram 1. Alasan Kekosongan dan Lama Kosong


Sumber : Abadi (2009)

6 Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


TABEL 3. KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN MENENGAH KE BAWAH

Jalan Akses Drainase Potensi / ancaman


Pengelolaan Lampu
Perumahan lebar lebar Polusi udara
permukaan kondisi sampah jalan Banjir Longsor
(m) (cm) /tanah
terbuka, menyatu
tanah keras ada,
Pegawai PT Asabri 5-7 dengan jalan 40 berfungsi baik tidak tidak tidak
batu cukup
kampung
terbuka, menyatu
tanah keras ada,
Bumi Alam Hijau 5-7 dengan jalan 30 berfungsi baik tidak tidak tidak
beton ringan cukup
kampung
terbuka, dilalui berfungsi
Bumi Alinda tanah keras 30 / tak ada,
4 jalur angkutan tak buruk ya tidak tidak
Kencana batu ada kurang
kota maksimal
terbuka, menyatu berfungsi
Pegawai BKKBN tanah keras 30 / tak ada,
3-4 dengan jalan tak buruk ya tidak tidak
Pusat batu ada kurang
kampung maksimal
terbuka, menyatu
tanah keras ada,
Pegawai Dep. PU 3-6 dengan jalan 30 berfungsi baik tidak tidak ada, besar
aspal cukup
kampung
berfungsi
tanah keras 30 / tak ada,
Griya Mustika Sari 5 tertutup tak buruk ya tidak tidak
batu ada kurang
maksimal
terbuka, menyatu
tanah keras ada,
Inti Alasindo Permai 4 dengan jalan 30 berfungsi baik tidak tidak tidak
beton ringan kurang
kampung
tanah keras
ada,
Puri Gading II 5-6 aspal / beton tertutup 30 berfungsi baik tidak tidak tidak
cukup
ringan

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


Sumber: Data lapangan (2006)
Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

7
Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

Selain itu, ada banyak alasan b. Kepuasan terhadap lingkungan dan


berkaitan dengan keputusan pembiaran kekosongan perumahan
kosong rumah-rumah tersebut. Di antara Penilaian terhadap kualitas ling-
berbagai alasan yang ada, yang paling kungan perumahan menengah ke bawah,
umum adalah karena kondisi rumah yang kondisinya seperti pada Gambar 1 dan
dianggap kurang layak. Kelayakan rumah Tabel 3, dan pengaruhnya terhadap
ini terkait dengan berbagai atributnya yang penghunian terlihat melalui tingkat
meliputi fungsi berlindung, lokasi, akses kepuasan pemilik rumah pada Diagram 2.
terhadap pelayanan, infrastruktur dan Diagram yang dihasilkan dari analisis
fasilitasnya. Atribut perumahan tersebut korelasi multivariate dan pemodelan
mempunyai dimensi yang bersifat teknis, menggunakan SEM memperlihatkan
sosial dan ekonomi. hubungan antara variabel laten kondisi
lingkungan dengan kepuasan pemilik
rumah termasuk nilai atau kekuatannya.

Gambar 1. Kondisi Infrastruktur Dasar (jalan dan utilitas lingkungan)


(Sumber : Dokumen pribadi, 2005)

.44
-.77
U5-Accpubfac E5-Wtrclean e3

.09 -.18
.97 .84
.26

.28 .45 R2-Regret e5


e2
-.09 U6-Nvisdistrb
-.09
.30 -.60 .60 .67
.00 .00 -.17
1.18 .22 Y-Vacancy
-.15 .08 U6-Infrasqua -1.47 -.36
-.81 .62
.00 .90 -.47 R -Indecent e1
.20

.00 U5-Opensnts .48


.15

.53 .54
.22
.36 E6-Bldgdsgyrd e4

U6-Bldgyrd Chi-square = 12.193 (13 df)


p = .512, GFI=.978, AGFI=.908,RMSEA=.000

Diagram 2. Model SEM Indikasi Kondisi Pasokan Rumah dan Kekosongan


Sumber: Hasil analisis (2008)

Keterangan : U5-Accpubfac : Ketersediaan akses ke fasilitas Kepuasan terhadap penyediaan air bersih dan kebersihan
umum seperti ke tempat kerja, dan aktivitas sehari-hari; U5- lingkungan; E6-Bldgdsyrd: Kepuasan terhadap desain
School : Dekat sarana pendidikan menengah dan atas; U5- bangunan dan luasan halaman rumah R2-Regret : Menyesal
Opensnts : Ruang terbuka dan sanitasi lingkungan; U6- telah membeli rumah; Y-Vacancy : Lamanya rumah
Infrasqua : Kualitas infrastruktur dasar; U6-Nvisdistrb : Adanya dikosongkan; IE: Indirect Effect; TE: Total Effect.
gangguan lingkungan yang sifatnya nonvisual; E5 Wtrclean:

8 Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

Dari diagram tadi juga diketahui bahwa faktor menyangkut kondisi bangunan dan luas
ketidakpuasan perumahan yang menjadi alasan persilnya juga berkaitan dengan
utama pembiaran rumah terutama berkaitan ketersediaan ruang terbuka dan sanitasi
dengan kualitas infrastruktur yang berkaitan lingkungan (rw: .53), gangguan nonvisual
dengan ketersediaan air bersih dan kondisi (rw: .48) serta kualitas infrastruktur dasar
hunian dan lingkungannya. lingkungan (rw: -.47). Ketiganya
merupakan faktor-faktor yang mutlak
PEMBAHASAN diperlukan untuk menghasilkan lingkungan
hunian yang layak yang dapat mendukung
a. Kepuasan terhadap infrastruktur dasar aktivitas kehidupan masyarakat perkotaan.
perumahan
Evaluasi terhadap kualitas ling- b. Kekosongan hunian dan kualitas ling-
kungan perumahan dapat dilihat dari respon kungan perumahan
yang diberikan oleh pemilik rumah Keberadaan rumah kosong tidak bisa
terhadap kondisi rumah dan lingkungannya. dilepaskan dari keseluruhan kondisi rumah
Respon negatif (ketidakpuasan) yang dan lingkungannya. Secara umum variabel-
muncul dalam kasus ini merupakan variabel kualitas lingkungan terdiri atas 2
cerminan kesenjangan antara kondisi kelompok besar yakni infrastruktur dan
objektif rumah dan lingkungannya dengan sarana lingkungan perumahan serta kondisi
berbagai kebutuhan dan aspirasi pemilik rumah. Diagram 2 memunculkan 3 faktor
rumah. Idealnya kondisi lingkungan yang pengaruhnya signifikan terhadap
perumahan dapat mendukung semua keberadaan rumah kosong di kota Bekasi.
aktivitas keseharian penghuni baik yang Faktor ketiadaan ruang terbuka dan sanitasi
bersifat sosial maupun ekonomi. lingkungan (Opensnts - rw: -1.47) dan
Ketidakpuasan terhadap kebutuhan buruknya kualitas infrastruktur dasar
air dan kebersihan lingkungan ternyata lingkungan (Infrasqua - rw: 1.18)
tidak hanya berkaitan dengan masalah cenderung berpengaruh sangat dominan
ketersediaan air tetapi juga menyangkut terhadap munculnya kekosongan rumah
keterbatasan para penghuni untuk dapat menengah ke bawah tersebut.
mengakses air bersih. Keadaan ini tampak Dari berbagai karakteristik ling-
dari besarnya pengaruh faktor gangguan kungan yang ada hanya faktor kualitas
non-visual (polusi lingkungan - rw:.84), infrastruktur dasar lingkungan yang mem-
akses terhadap fasilitas publik (rw: -.77), punyai pengaruh terhadap ketidaklayakan
buruknya kualitas infrastruktur dasar hunian dan kekosongan rumah. Pengaruh
lingkungan (rw: .30) serta dan terbatasnya langsung faktor kualitas infrastruktur dasar
ruang terbuka dan sanitasi lingkungan lingkungan terhadap ketidaklayakan huni
(rw:.28) terhadap ketidakpuasan tersebut. (rw: -.81) maupun kondisi kekosongan (-1.
Faktor-faktor tersebut berpotensi mem- 18) yang sangat tinggi dan negatif
persulit akses keluarga menengah ke bawah menunjukkan buruknya kualitas ling-
untuk memperoleh air dan kebersihan kungan perumahan tersebut. Kondisi ini
lingkungan. Ketidaktersediaan infra- secara tak langsung menunjukkan bahwa
struktur dasar tersebut tampaknya telah kondisi infrastruktur dasar lingkungan
menurunkan kemampuan lingkungan menjadi prasyarat untuk mendorong
perumahan dalam mengakomodasi terbentuknya lingkungan hunian yang layak
kebutuhan penghuni pemilik rumah yang dan berkualitas. Tampaknya syarat-syarat
paling dasar. tersebut tak ada pada lingkungan pe-
Persoalan ketidakpuasan terhadap rumahan menengah ke bawah sehingga
rumah sederhana di kota Bekasi selain menimbulkan ketidakpuasan dan pemilik-
nya membiarkan rumah-rumah tersebut

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012 9


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

kosong (sementara). Meskipun sesungguh- tersebut diharapkan tingkat penghunian rumah


nya ketersediaan infrastruktur dasar dapat pada perumahan menengah ke bawah dapat
memberikan dampak positif bagi proses ditingkatkan sehingga mendorong terjadinya
peningkatan kualitas lingkungan pe- berbagai aktivitas ekonomi serta sosial yang
rumahan. Namun dalam kasus di kota pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup
Bekasi ini justru berjalan sebaliknya. Dalam dan menjadikan kota lebih berkelanjutan.
hal ini rendahnya kualitas infrastruktur Perumahan menengah ke bawah adalah
dasar lingkungan tersebut terjadi bukan realitas perkotaan di Indonesia. Kebijakan
kesalahan pengembang semata. Hal pengembangannya tetap berpotensi menghasil-
tersebut terjadi karena tidak berfungsinya kan kualitas lingkungan perumahan yang baik,
mekanisme pengendalian dan pengawasan namun perlu dukungan dengan berbagai
terhadap kualitas penyediaan infrastruktur kebijakan dan komitmen penuh semua pihak
dasar perumahan. terkait. Terhadap persoalan kualitas infra-
struktur dasar tersebut pemerintah dapat
SIMPULAN mengambil alih peran penyediaannya yang
selama ini dibebankan kepada pengembang.
Pengembangan rumah bagi masyarakat Hal ini perlu dilakukan mengingat hambatan
menengah ke bawah di kota Bekasi yang yang umum untuk melibatkan masyarakat
infrastruktur dasarnya kurang layak ternyata dalam penyediaan infrastruktur dasar baik
tidak mampu mendukung peningkatan kualitas bersifat ekonomis maupun teknis.
lingkungan perumahan. Kondisi yang terjadi
bahkan sebaliknya, dimana lingkungan DAFTAR PUSTAKA
perumahan mengalami penurunan kualitas
akibat dibiarkannya rumah-rumah dalam Awang, M.Z. 2000. "Kajian Kepuasan Penghuni dan
keadaan kosong. Padahal penghunian rumah Persekitarannya; Kajian Kes: Taman Perumahan
Permin Jaya, Cendering, Kuala Terengganu".
merupakan titik awal proses sosial hidup Thesis Ijazah Sarjana Sains (Perumahan).
bertetangga yang berpotensi mendukung Universiti Sains Malaysia: Pusat Pengajian
peningkatan kualitas lingkungan perumahan. Perumahan, Bangunan dan Perancangan.
Lebih jauh kekosongan rumah bahkan telah Bassett, E.M., Schweitzer, J. dan Panken, S. 2006.
ikut menurunkan kualitas lingkungannya Understanding Housing Abandonment and
Owner Decision-Making in Flint Michigan: An
karena tidak didukung infrastruktur dasar Exploratory Analysis. Working Paper.
lingkungan yang berkualitas. Harrisburg, Pensylvania : Lincoln Institute of
Dari berbagai kondisi yang ada, tampak Land Policy.
bahwa penyediaan infrastruktur dasar yang Bramley, G. dan Power, S. 2005. "Urban Form and Social
layak mempunyai pengaruh yang sangat Sustainability: the role of density and housing
type". European Network for Housing Research
menentukan kualitas lingkungan perumahan Conference. Reykjavik, Iceland, June.
yang dapat menjadi dasar bagi berjalannya Cohen, M. and Cheema, S. 1992. The New Agendas in N.
aktivitas sosial penghuni. Pentingnya peranan Harris (ed), Cities in the 1900s. London : UCL
infrastruktur ini harus menjadi strategi dasar Press.
untuk meningkatkan kualitas lingkungan Grimes, A, Kerr, S., Aitken, A., dan Sourell, R. 2006. The
housing fulcrum: balancing economic and social
perumahan di perkotaan. Terhadap perumahan factors in housing research and policy. Ktuitui :
yang kekosongannya tinggi dapat dilakukan New Zealand Journal of Social Sciences Online.
perbaikan atau peningkatan kualitas infra- Royal Society of New Zealand. Vol. 1:65-79.
struktur dasar lingkungannya (gentrifikasi). Hall, P., dan Pfeiffer, U. 2000. Urban Future 21. A global
Untuk mengurangi tingkat kekosongan rumah Agenda for Twenty - first Century Cities. New
York : E&FN Spon and Feddral Ministry of
pada pengembangan baru perlu disyaratkan Transport, Building and Housing.
bagai penyediaan infrastruktur dasar ling- Kingsley, T. 1997. "Neighborhood Indicators: Taking
kungan yang layak dan memadai baik secara Advantage of the New Potential. Growing Smart.
kualitas maupun kuantitas. Dengan strategi Working Paper.

10 Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012


Dampak Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Hunian Perumahan Menengah Ke Bawah

Logan, J. R dan Harvey, L.M. 1987. Urban Fortune. The Turner, J.F.C. 1976. Housing by People, Toward
Political Economy of Place. Los Angeles and autonomy in building environments. London :
London : University of California Press. Marion Boyars.
Ogu, V.I. 2002. Urban Residential Satisfaction and The Van Zandt, S. 2006. The Costs and Benefits of Home-
Planning Implications in a Developing World ownership. Center for Urban and Regional
Context: The Example of Benin City, Nigeria, Studies. University of North Carolina at Chapel
International Planning Studies, 7(1): 37-53. Hill. Working paper.
Onibokun, A.G. 1974. Evaluating Consumers' Varady, D.P. dan Preiser, W.F.E. 1998. Scattered-Site
Satisfaction with Housing: An Application of a
Public Housing and Housing Satisfaction:
System Approach, Journal of American Institute
of Planners, 40(3): 189-200. Implications for the New Public Housing
Rosentraub,M.S., dan ShroitmanHROITMAN, T. 2004. Program, Journal of American Planning
Public Employee Pension Fund and Social Association, 6(2): 189-207.
Investments: Recent Performance and A Policy Yeh, S.H.K. 1972. Homes For The People: A Study of
Option for Changing Investment Strategies. Tenants's Views on Public Housing in Singapore.
Journal of Urban Affairs.Volume 2 Number 3 University of Singapore: Economic Research
page 325 - 335 Urban Affairs Association Center. Working Paper.
Stokie, T. 1999. Benchmarking Melbourne: Indicators of Yuan, L.L., Yuen, B., dan Low, C. 1999. Qualty of Live in
Liveability and Competitiveness dalam Yuan, Cities-Definition, Approaches and Research
Lim Lan dkk.s (ed). Urban Quality of Life. dalam Yuan, Lim Lan dkk.s (ed). Urban Quality of
Critical Issues and Options. School of Building Life. Critical Issues and Options. School of
and Real Etate, National University of Singapore. Building and Real Etate. Singapore : National
Theodori, G. L. 2001. Examining the Effects of University of Singapore.
Community Satisfaction and Attachment on
Individual Well-being, Rural Sociology, 4(66):
618-628.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012 11

Anda mungkin juga menyukai