DISUSUN OLEH :
EDY SUKMARA
NRP : G 851110051
MAYOR : BIOKIMIA
2011
METABOLISME DAN FUNGSI VITAMIN D
Pada tahun 1912, Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di
London untuk pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang
kemudian terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup),
untuk menandakan kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut.
Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat
bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai
kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya
tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi
kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet.
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun
protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal,
meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gisi yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal.
Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus
dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu akan
menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang spesifik untuk tiap-tiap vitamin.
Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan vitamin-vitamin tersebut
dapat disintesis sendiri dengan bantuan mikroflora usus.
Adanya vitamin dalam bahan makanan belum merupakan suatu jaminan bahwa suatu
defisiensi dari vitamin tersebut tidak timbul, karena mungkin ada faktor-faktor lain yang
terdapat dalam diet yang menghalangi pemanfaatannya oleh tubuh, misalnya proses
absorbsinya di dalam usus. Telah diketahui bahwa pengobatan secara terus-menerus
dengan parafin cair dapat menghalangi penyerapan karoten, karena parafin melarutkan
senyawa karoten dan membentuk suatu larutan yang tidak dapat diserap oleh mukosa
usus, maka akan timbul gejala defisiensi vitamin A. Merupakan fakta yang jelas juga
bahwa terlalu banyak minyak ikan dalam diet akan menimbulkan defisiensi vitamin E
dalam waktu singkat dengan akibat degenerasi otot. Infeksi usus ada hubungannya
dengan penyerapan vitamin A dan penggunaannya. Gangguan hidrolisis lemak dan
penyerapannya secara otomatis mempengaruhi penyerapan semua vitamin yang larut
dalam lemak.
Di bidang peternakan, dewasa ini sebagian vitamin dapat dihasilkan secara sintetik dan
penggunaan penentuan secara kimiawi makin meningkat. Vitamin-vitamin sintetik
tersebut sama efektifnya seperti dari sumber-sumber alam dan lebih disukai karena
kualitas standarnya, garansi potensinya, dan stabilitasnya. Vitamin-vitamin sintetik
memungkinkan formulasi ransum yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan setempat dan
penggunaan ekonomisnya. Bentuk-bentuk stabilitas vitamin A, D, dan E dapat diperoleh
di pasaran. Vitamin dapat diberikan terdiri dalam konsentrasi tinggi atau sebagai premiks
yang berpotensi rendah dalam kombinasi dengan zat-zat makanan aktif lainnya, seperti
zat-zat mineral, antibiotika dan lain-lain. Bila hanya tersedia sumber-sumber vitamin
alami, maka perlu diperhatikan bahwa konsentrasi vitamin-vitamin tersebut dalam bahan
makanan dapat bervariasi luas dengan musim, panenan dan kondisi penyimpanan. Nilai
hayati vitamin dapat berkurang atau hilang akibat terdapatnya zat-zat antagonis dalam
sumber-sumber vitamin alam tersebut. Vitamin A, D3, E, riboflavin, dan B12 perlu
mendapat perhatian khusus. Akan tetapi jumlah kholin, asam nikotinat dan kadangkala
asam pantothenat yang tidak mencukupi dapat dijumpai dalam berbagai ransum, terutama
pada ransum-ransum yang tidak mengandung protein hewan.
Pada ternak, daun hijau leguminosa dan rumput diketahui merupakan sumber vitamin
yang baik, terutama karoten. Pada manusia, vitamin yang alami bisa didapat dari sayur,
buah dan produk hewani.
Jenis dan jumlah vitamin dalam masing-masing bahan pangan sangat bervariasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pangan dari hewan, seperti daging, telur,
susu dan hati, mengandung hampir semua jenis vitamin yang telah diketahui dan
jumlahnya relatif tinggi, sedangkan pada biji-bijian, misalnya jagung dan umbi-umbian,
misalnya ubi kayu, mengandung hanya sedikit sampai cukup saja.
Klasifikasi Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum,
antara lain (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau provitamin; (4) menyusun
struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6) disimpan bersama lemak dalam
tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat
dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya.
Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain : (1) tidak
hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki
provitamin; (3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzim-enzim; (5) diserap
dengan proses difusi biasa; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi
melalui urin; (8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan
kelabilan.
Fungsi Vitamin
Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh,
melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B
kompleks dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan
tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari. Vitamin yang
alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani. Seringkali vitamin yang
terkandung dalam makanan atau minuman tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan
terikat, baik secara fisik maupun kimia. Proses pencernaan makanan, baik di dalam
lambung maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa
diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau
minyak yang dikonsumsi.
Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat
perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus
digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik,
baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati.
Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan
ke hati. Proses dan mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada
Tabel 1.
Vitamin D
Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan merupakan
prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa sterol yang terdapat di
alam, terutama pada hewan, tetapi juga ditemuikan di tumbuhan maupun ragi. Vitamin D
terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol).
Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid tanaman, sedangkan kholekalsiferol
terdapat pada hewan. Kedua jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda,
namun fungsinya identik.
Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat sterol yang memiliki aktivitas
vitamin D, namun ergosterol dan 7-dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama
yang menghasilkan secara berturut-turut D2 dan D3. Pada tuimbuhan, iradiasi ergosterol
menyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin D2). Pada hewan, iradiasi 7-
dehidrokolesterol menghasilkan kholekalsiferol (vitamin D3).
kholekalsiferol
Sifat-sifat Vitamin D
Kholekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan organik dan minyak
tumbuh-tumbuhan. Cairan aseton akan menyebabkan Kholekalsiferol berbentuk kristal
halus putih. Kholekalsiferol dirusak oleh sinar ultraviolet yang berlebihan dan oleh
peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tengik. Bahan pangan campuran
yang cukup kandungan vitamin E dan antioksidan bisa melindungi rusaknya vitamin D.
Vitamin D2 dan D3, memiliki nilai antirachitis yang sama untuk manusia, anjing,
babi, tikus dan ruminansia, namun pada unggas, D3 lebih bermanfaat daripada D2.
Vitamin D berfungsi dalam homeostasis kalsium-fosfor bersama-sama dengan
parathormon dan calcitonin. Kalsium darn fosfor sangat diperlukan pada proses-proses
biologik. Kalsium penting untuk kontraksi otot, transmisi impul syaraf, pembekuan darah
dan struktur membran. Vitamin D juga berperan sebagai kofaktor bagi enzim-enzim,
seperti lipase dan ATP-ase. Fosfor memegang peranan penting sebagai komponen DNA
dan RNA, fosforilasi protein-protein untuk pengaturan jalur-jalur metabolik. Kalsium dan
Fosfor serum pada kadar tertentu penting untuk mineralisasi tulang secara normal .
Metabolisme Vitamin D
Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus halus. Anak-anak
maupun orang dewasa dapat menyerap sampai 80% dari jumlah vitamin D yang
dikonsumsi, tergantung faktor-faktor yang membantu atau menghambat penyerapan.
Setelah diserap, vitamin D digabungkan dengan kilomikron dan diangkut dalam sistem
limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan, dari kilomikron dan masuk ke
saluran darah. Di dalam plasma darah, vitamin D diikat oleh suatu protein pentransport,
yaitu vitamin D-binding protein (DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut,
vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria hati, vitamin D 3
dihidroksilasi pada posisi ke-25, menjadi kalsidiol (calcidiol, atau 25-hidroksi-
kolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D3 ) dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase.
Selanjutnya 25-hidroksi vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal.
Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon
parathormon yang akan merubah kalsidiol menjadi kalsitriol. Proses ini terjadi di
mitokondria tubulus proksimalis ginjal, dimana 25-hidroksi vitamin D 3 mengalami
hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1- 25-dihidroksi vitamin D3, dengan bantuan
enzim 1-hidroksilase. Senyawa 1-25-dihidroksi vitamin D3 inilah yang merupakan
metabolit vitamin D3 yang paling kuat dan berperan dalam meningkatkan absorbsi
kalsium dalam usus dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Bila kadar kalsium darah
tinggi, kelenjar gondok (tiroid) mengeluarkan hormon kalsitonin (calcitonin) yang akan
mengubah kalsidiol menjadi 24,25-dihidroksi vitamin D3 dengan adanya peran enzim
24-hidroksilase yang menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D3 pada posisi 24. Metabolit
24,25-dihidroksi vitamin D3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif, berkepentingan dalam
peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi menurunkan kalsium dan fosfor serum
untuk meningkatkan mineralisasi tulang.
Defisiensi Vitamin D
Gejala defisiensi vitamin D antara lain : (1) rakhitis, yaitu suatu kelainan dari
tulang akibat kekurangan kalsium dan/fosfor. Terjadi terutama pada bayi atau hewan
muda. Hanya mamalia dan burung yang dapat terserang rakhitis. (2) Osteomalasia, suatu
keadaan yang ditandai oleh dekalsifikasi sebagian tulang yang mengakibatkan tulang
menjadi lunak dan rapuh. Hal ini terjadi pada orang dewasa dan hewan yang tulangnya
sudah tumbuh sempurna. (3) Konsentrasi fosfor serum yang rendah, dan (4) Penebalan
dan pembengkakan persendian.
Penyakit lain yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi akan
lebih mudah rusak, otot mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal
yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
Defisiensi vitamin D primer, bisa terjadi apabila dalam diet kurang kalsium,
kurang sinar matahari, yang terjadi pada ibu hamil pada iklim dingin. Defisiensi sekunder
bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain gangguan absorbsi lemak, kegagalan fungsi
ginjal, hipoparatiroid, pemakaian obat antikonvulsi dalam waktu lama.
Manfaat Vitamin D
Manfaat Vitamin D Tidak Hanya untuk tulang, selama ini kita mengenal vitamin D
hanya bermanfaat untuk tulang, padahal ada banyak manfaat dari vitamin yang larut
dalam lemak ini.
Untuk menjamin kesehatan tulang, tidak hanya dibutuhkan kalsium, namun diperlukan
juga vitamin D, karena vitamin D bertanggung jawab membawa kalsium dari saluran
cerna ke tulang. Sebanyak apapun Anda mengonsumsi kalsium jika tidak disertai dengan
ketersedian vitamin D yang memadai di dalam tubuh, kalsium tidak optimal untuk
kesehatan tulang.
Vitamin D diketahui jiga berperan dalam membantu mencegah beberapa jenis kanker.
Sebut saja kanker usus besar (kolon), kanker prostat. Meski tidak terlalu signifikan,
kecukupan vitamin mengurangi resiko seranganjantung dan penyakit diabetes.
Jika diperkirakan asupan makanan yang mengandung vitamin D kurang dari jumlah yang
diperlukan, tidak ada salahnya mengonsumsi suplemen vitamin D agar terhindari efek
samping kekurangan vitamin D.
Sumber Vitamin D
Dalam bentuk suplemen yang tersedia saat ini, vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin
D3 (kolekalsiferol). Bentuk D3 memiliki kelebihan, karena lebih efektif sehingga dosis
yang dibutuhkan lebih sedikit. Selain itu efek samping yang ditimbulkan juga lebih
sedikit dibandingkan dengan jenis D2.
Vitamin D3 juga lebih alamiah dibandingkan dengan vitamin D2, karena jenis ini
merupakan hasil prodiksi tubuh setelah terpapar oelh sinar matahari. Produk D2 biasanya
merupakan hasil produksi dari jamur yang sudah mengalami radiasi.
Sumber makanan yang emngandung vitamin D diantaranya keju, ikan salmon, telur, susu
dan daging sapi. Selain itu paparan sinar matahari juga dapat mengubah vitamin D inaktif
menjadi aktif di dalam tubuh.
Hingga saat ini belum didapatkan masalah serius akibat kelebihan vitamin D. Sebuah
penelitian emnemukan bahwa kondumsi vitamin D hingga 10.000 IU perhari selama 5
bulan tidak menimbulkan efek serius. Dalam beberapa penelitian diketahui, kelebihan
vitamin D mengakibatkan kadar kalsium dan fosfat emningkat di dalam darah. Kondisi
ini pada akhirnya malah dapat mengakibatkan efek osteoporosis bagi tulang.
Gejala yang terjadi akibat kadar kalsium tinggi di dalam darah (hiperkalsemia),
diantaranya rasa mual, muntah, kemudian urin menjadi lebih banyak (poliuri), rasa haus
yang berlebihan, hingga mengakibatkan gangguan kesadaran. Jika terjadi keluhan
tersebut, maka penggunaan suplemen vitamin D atau kalsium dihentikan untuk
menghindari efek samping yang lebih parah.
References :
1. Whitney, E. and Sharon Rady Rolfes. 2005. Understanding Nutrition 10th edition.
Thomson Wadsworth : USA.