Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Keperawatan
1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru,

sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan

sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). (Said,

2010).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi

terhambat dan tidak berfungsi maksimal (Somantri, 2009).


Pneumonia merupkan penyakit batuk pilek yang disertai sesak

nafas dan napas cepat. penyakit ini sering menyerang anak balita,

namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada orang

lanjut usia (Misnadiarly, 2008).


Menurut (Riskesdas, 2013) pneumonia adalah radang paru

yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk

berdahak, napas cepat (frekuensi napas >50 x/mennit), sesak, dan

gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang).


Jadi pneumonia yaitu proses peradangan yang mengenai

parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)

yang sering menyerang anak balita namun juga dapat ditemukan pada

orang dewasa maupun lansia dengan gejala panas tinggi disertai batuk

berdahak, sesak napas dan sakit kepala.


2. Etiologi
Penyebab pneumonia pada balita yang sering adalah virus

sinsisial pernapasan, adenovirus, virus parainfluenza, dan virus

influenza. bakteri penyebab pneumonia pada balita yang sering adalah

Streptococus Pneumoniae (pneumokokus), Hemophilus tipe b (Hib),

dan Staphylococcus Aureus (S aureus) (Misnadiarly, 2008)

3. Klasifikasi
Menurut (Muttaqin, 2009) pneumonia dikelompokan berdasarkan agen

penyebabnya yaitu:

Tipe Etiologi Faktor resiko Tanda gejala


Sindrom Streptococcus Penyakit Sickle- Onset mendadak
pneumonia, cell, dingin, menggigil,
tipikal tanpa penyulit. hipogamaglobuli- demam (39-40o),
Streptococcus nemia, dan nyeri dada pleuritis,
pneumonia, multiple batuk produktif,
dengan myeloma. sputum hijau dan
penyulit purulen, dan
(epiema mungkin
penyebab mengandung bercak
infeksi) darah berkarat,
hidung kemerahan,
retraksi interkostal,
penggunaan otot
bantu napas, dan
timbul sianosis.
Sindrom Haemophilius Usia tua, COPD,
Influenzae dan influenza terakhir
atipikal Staphylococcus
aureus
Penyebab Anak-anak dan Onset bertahap
umum: dewasa muda dalam 3-5 hari,
Mycoplasma malaise, nyeri dada
pneumonia dan karena batuk, nyeri
virus pathogen kelapa, nyeri
tenggorokan, batuk
kering.
Penyebab tak ISN terbaru Seperti diatas
umum: Influenza ditambah nyeri
Legionella abdomen, diare,
pneumophilia suhu >40oC,
distress pernapasan
Pneumocystic Tranpalntasi Gagal ginjal,
carinii ginjal, penyakit hiponatremia,
otoimun, deficit hipofosfatemia,
imunologi, dan kreatinin
debilitas. fosfokinase/ onset
bertahap degan
peningkatan
dipsnea, batuk
kering, takipnea,
hipoksemia,
rontgent: gambaran
interstitial difus.
Sindrom Aspirasi: Alkoholisme Anaerob campuran:
bakteri gram debilitas, mulanya onset
aspirasi negative, perawatan (misal perlahan, demam
kleibsela, infeksi rendah, batuk, dan
pseudomonas, nosokomial), dan sputum
serratia, gangguan produksi/bau
enterobacter, kesadaran buusk.
escherchia Rontgent: jaringan
proteus, bakteri interstitial yang
gram positif, terkenatergantung
staphylococcus bagian parunya.
dan aspirasi Infeksi gram
asam lambung positif/negatif
Gambaran klinis
mungkin sama
dengan pneumonia
klasik, distress
respirasi mendadak,
dipsnea berat,
sianosis, batuk,
hipoksemia, dan
diikuti tanda-tanda
infeksi sekunder.
Hematog Aspirasi zat Kateter intravena Gejala pneumonia
en inert: air, yang infeksi, timbul minimal jika
barium, bahan endokarditis, dibandingkan gejala
makanan. Hal penyalahgunaan septikemia. Batuk
ini terjadi bila obat, abses nonproduktif dan
bakteri intraabdomen, nyeri pleuritis sama
pathogen pionefrosis, dan seperti pada emboli
menyebar ke empeima paru merupakan
paru kandung kemih. keluhan tersering.
melaluialiran
darah,
staphylococcus
, E.coli dan
bakteri anaerob
enteric

4. Patofisiologi
Umumya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian

perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat

reaksi jaringan yang memepermudah poliferasi dan penyebaran kuman

ke jaringan sektarnya. Bagian paru yang terkena mengalami

konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel Polio Mofo Nuklear (PMN),

fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditrmukannya kuman di alveoli yang

disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya deposisi fibrin semakin

bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi

proses fogositosis yang cepat dapat disebut stadium kelabu.

Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan

mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman debris menghilang

disebut stadium resolusi. System bronkopulmoner jaringan paru yang

tidak terkena akan tetep normal (Said, 2010).

5. Manifestasi klinis
Menurut (Said, 2010) secara umum tanda dan gejala

pneumonia adalah sebagai berikut:


a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,


muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi

ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi

dada, takipnea, napas cuping hidung, air hung, merintih, dan

sianosis.
Ada sumber infeksi di saluran pernafasan

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti


pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, gigi yang menyubat, makanan,
Daya tahan dan tumor bronkus
saluran pernafasan yang terganggu
pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki. Pada perkusi dan
Aspirasi
auskultusi pada umumnya bakteri berulang
tidak ditemukan kelainan.

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Edema trakhel/faringeal
Terjadi
Peningkatan produksi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat
sekret

Penurunan jaringan
Reaksi efektif paru
sistemik: dan kerusakan
bakterimia/ membran
viremia, alveolar-kapiler
anoreksia, demam, penurunan berat bada
6. Pathway
batuk produktif
sesak nafas
penurunan kemampuan batuk efektif

sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas laju


peningkatan tidak efektif
metabolisme umum
intake nutrisi tidak adekuat
tubuh makin kurus
ketergantungan aktifitas sehari-hari
Ketida Efektifan Jalan Nafas
kurangnya pemenuhan istirahat tidur
kecemasan
Gangguan Pertukaranpemenuhan
Gas informasi

perubahan pemenuhan gizi kurang dari kebutuhan


gangguan pemenuhan ADL
gangguan pemenuhan istirahat tidur
kecemasan
ketidaktahuan/pemahaman informasi
hipotermi
(Muttaqin, 2009)

7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah perifer lengkap
Menunjukan leukositosis dengan predominan Polio Morfo

Nuclear (PMN) dan dapat ditemukan leukopenia yang menunjukan

prognosis yang buruk sehingga kadang-kadang menyebabkan

anemia ringan dan laju endap darah (LED) meningkat.


b. C-reactive protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosis.

Digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan antara

faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau bakteri

superfisialis dan profunda. CRP kadang-kadang digunakan untuk

evaluasi respon terapi antibiotik dan dapat digunakan untuk

memantau respon pengobatan.


c. Uji serologi
Mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik.

Namun, secara umum tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosa

infeksi klamidia, serta beberapa viru RSV, sitomegalo,

campak,parainfluenza 1,2,3, influenza A dan B dan Adeno,

peningkatan antibody IGM, dan igG dapat mengkonfirmasi

diagnosa.
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan rutin dilakukan hanya pada pneumonia berat

dan yang dirawat di RS. Untuk pengampilan spesipen dapat berasal

dari usap tenggorok, secret nasofaring, bilasan bronkus, darah

pungsi pleuera, atau aspirasi paru.


e. Pemeriksaan rontgent toraks
Foto toraks pada pnuemonia ringan tidak rutin dilakukan,

hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Foto

rontgen toraks AP (anterior-posterior) dan lateral hanya dilakukan

pada pasien dengan tanda dan gejala distress pernafasan seperti

takipnea, batuk, dan ronki, dengan atau tanpa suara napas yang

melemah. (Said, 2010)

8. Penatalaksanaan
a. Klien dalam posisi semi fowler 45o.
b. Pengaturan keseimbangan cairanelektrolit dan asam-basa untuk

mencegah terjadinya hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan

penekanan saraf pusat.


c. Pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di

alveoli-arteri dan mencegah hipoksia seluler.


d. Pemberian cairan IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk

mencegahpenurunan dan volume cairan tubuh secara umum.


e. Pemberian bronkodilator seperti Aminofilin untuk memperbaiki

drainase secret dan distribusi ventilasi.


f. Jika terjadi hipotensi segera atasi dengan cara memperbaiki volume

intravaskular dan melakukan dekompresi lambung, jika tidakdapat

diatasi pasang kateter Swan-Ganz dan infuse Dopamin (2-5

g/kg/menit).
g. Pemberian antibiotik terpilih seperti Pinisilin diberikan secara IM

2 x 600.000 unit sehari, diberikan sekurang-kurangnya seminggu

sampai klien tidak sesak napas lagi. untuk klien yang alergi

terhadap Pinisilin bisa diberikan Eritromisin.


(Muttaqin, 2009)
B. Tinjauan Proses Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan

pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak

napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.


b. Riwayat penyakit sekarang: klien biasanya mengeluh mengalami

demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan

berbahaya). adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,

peningkan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.


c. Riwayat penyakit dahulu: pengkajian diarahkan pada waktu

sebelunya, apak klien pernah mengalami infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok,

kongesti nasal, bersin dan demam rinagn.


d. Riwayat penyakit keluarga: kaji adanya anggota keluarga yang

pernah menderita pneumonia atau tidak (penularannya).


e. Pola fungsional Gordon
Ada 11 pola fungsional gordon yang harus dikaji semua yaitu:
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat-sejahtera yang

dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan


dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif,

ketaatan pada ketentuan medis dan keperawatan.


2) Pola
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada kilen dengan

pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari

40oC, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut

nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh

dan frekuensi pernapasan, dan aapabila tidan melibatkan infeksi

sistemis yang berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler

tekanan darah biasanya tidak ada masalah.


b. B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan

pernapasan simetris. Pada pasien dengan pneumonia sering

ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta

adanya retraksi sternum dan intercostals space (ICS). napas cuping

hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak. batuk

dan sputum, saat dilakukan pengkajian batuk biasanya didapatkan

batuk produktif disertai adanya peningkatan secret dan sekresi

aputum yang purulen.


Palpasi : gerakan dinding thoraks anterior/eksresi pernapasan,

gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara

bagian kanan dan kiri, getaran suara (fromitus vokal).


Perkusi : pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,

biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang

paru.
Auskulasi : didapatkan bunyi napas lemah dan bunyi napas

tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.


c. B2 (Blood)
Pengkajian yang didapat meliputi :
Inspeksi : adanya kelainan fisik secara umum
Palpasi : denyut nadi perifer memelah
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi : tekanan darah biasanya naormal, tidak didapatkan

bunyi jantung tambahan.


d. B3 (Brain)
Pasien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan

kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi

jaringan berat. pada pengkajian objektif, wajah klien tampak

meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.


e. B4 (Bladder)
Memonitor adanya oligouria karena hal tersebut tanda awal dari

syok.
f. B5 (Bowel)
klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan,

dan penurunan berat badan.


g. B6 (Bone)
terjadi kelemahan dan kelelahan fisik secaraa umum yang

menyebabkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.


3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas b.d

Anda mungkin juga menyukai