Anda di halaman 1dari 33

Kondisi saaat ini, permasalahan yang ada serta kompetensi kekuatan yang dimiliki

Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan dalam


rangka mengatasi permasalahanup

Strategi, solusi atau upaya yang dapat ditempuh untuk mendukung penyelesaian
permasalahan pada poinup sbg mahasiswa dan pemuda

Sofian-sukajadi.blogspot.co

Makalah Ketenagakerjaan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara kondisi berkembang pada umumnya memiliki tingkat
pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar
sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor
informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai
kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan
setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan
kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang
tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan,
dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan?
2. Apa sajakah teori-teori ketenagakerjaan?
3. Bagaimana kondisi tenaga kerja di Indonesia?
4. Bagaimana solusi dalam menangani masalah ketenagakerjaan di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bertujuan melakukan suatu
penelitian dan pembahasan tentang :
1. Mengetahui pengertian ketenagakerjaan.
2. Mengetahui teori-teori ketenagakerjaan.
3. Mengetahui kondisi tenaga kerja di Indonesia.
4. Mengetahui solusi dari masalah ketenagakerjaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketenagakerjaan
Dalam ketenagakerjaan, penduduk dengan segala potensi yang
dimilikinya dikategorikan menjadi dua, yaitu penduduk usia kerja dan
penduduk di luar usia kerja. Di Indonesia, yang termasuk penduduk usia
kerja adalah penduduk yang berusia 15 hingga 65 tahun. Pada usia tersebut
mereka dapat melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja untuk menghasilkan barang atau jasa dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut berarti kamu
termasuk penduduk usia kerja. Sebaliknya, penduduk di luar usia kerja
adalah penduduk yang usianya di luar batasan tersebut. Jadi tenaga kerja
adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara
lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Menurut UU No 13 Tahun 2003, tentang ketenagakerjaan tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat dan merupakan modal bagi bergeraknya perekonomian Negara
Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke atas yang
selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau mempunyai pekerjaan,
sementara tidak bekerja, dan mereka tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
Dari keseluruhan angkatan kerja dalam suatu Negara tidak semua mendapat
kesempatan untuk bekerja sehingga angkatan kerja dikelompokkan menjadi
angkatan kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang menganggur
(pengangguran terbuka). Pekerja yang bukan angkatan kerja adalah mereka
yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, dan yang lainnya, seperti
penyandang cacat mental ataupun lainnya yang membuat seorang tidak
produktif.
Kesempatan kerja pada suatu Negara merupakan peluang bagi
penduduk untuk melaksanakan fungsinya sebagai sumber ekonomi dalam
proses produksi untuk mencapai kesejahteraan. Kesempatan kerja adalah
jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan
melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan.
Kesempatan kerja meliputi kesempatan untuk bekerja, kesempatan
untuk bekerja sesuai dengan pendidikan dan keterampilan, dan kesempatan
untuk mengembangkan diri. Semakin banyak orang yang bekerja berarti
semakin luas kesempatan kerja. Kesempatan kerja dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu : kesempatan kerja permanen dan kesempatan kerja
temporer.
Susunan penduduk menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a) Penduduk produktif (usia kerja): umur 15 65 tahun
b) Penduduk nonproduktif (dibawah usia kerja): umur 14 tahun kebawah
c) Penduduk nonproduktif (diatas usia kerja : umur 65 tahun keatas

B. Teori-teori Ketenagakerjaan
1. Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi
yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam
Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah
pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal
(fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan
kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap
sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-
pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan
deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan
deret hitung.
Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan
diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi,
kekurangan pangan dan sebagainya.
3. Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam
kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik.
Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union)
yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan
tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes
kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya
pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya
daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi
secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan
mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal
labor (marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai
patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika
penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya
turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap
saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi
kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas
marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung
menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
4. Teori Harrod-domar
Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut
teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga
memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar
membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan
yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
5. Teori Tentang Tenaga Kerja
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja
seperti yang sudah dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini
adalah ketidak seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for
labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat
upah. Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari
permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih
besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for
labor) dalam pasar tenaga kerja.
C. Kondisi Tenaga Kerja Di Indonesia
Permasalahan tenaga kerja di Indonesia semakin berat. Bagaimana
tidak berat, angka pengangguran saja sudah mencapai 38,3 juta jiwa. Dari
angka itu tercatat 8,1 juta yang menganggur total atau tidak bekerja sama
sekali dan tidak memiliki penghasilan. Sementara yang 30,2 juta, itu
setengah menganggur, atau mereka yang bekerja di bawah 35 jam. Bahkan,
bila ada buruh yang dibayar UMR, meski bekerja selama 40 jam, tak cukup
untuk memenuhi standar hidupnya.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai
kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan
setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan
kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang
tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan,
dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi
merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban
keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat
pembangunan dalam jangka panjang.
Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pengangguran dan pendidikan rendah
Masalah di atas pada akhirnya tali temali menghadirkan implikasi buruk
dalam pembangunan hukum di Indonesia. Bila ditelusuri lebih jauh keempat
masalah di atas dapatlah disimpulkan bahwa akar dari semua masalah itu
adalah karena ketidakjelasan politik ketenagakerjaan nasional. Sekalipun
dasar-dasar konstitusi UUD 45 khususnya pasal 27 dan pasal 34 telah
memberikan amanat yang cukup jelas bagaimana seharusnya negara
memberikan perlindungan terhadap buruh/pekerja.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah
lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga
kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena
pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup/mengurangi
bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang
kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses
ekspor impor, dll.
Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13
juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang
berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78
juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7
juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless).
Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas
nasional. Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang
bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002
berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja
pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang
mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah
pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang
yang harus segera dituntaskan.
2. Minimnya perlindungan hukum dan rendahnya upah
Dalam kamus modern serikat buruh, hanya ada dua cara melindungi
buruh yaitu; Pertama, melalui undang-undang perburuhan. MeIalui undang-
undang buruh akan terlindungi secara hukum, mulai dari jaminan negara
memberikan pekerjaan yang layak, melindunginya di tempat kerja
(kesehatan dan keselamatan kerja dan upah layak) sampai dengan
pemberian jaminan sosial setelah pensiun.
Kedua, melalui serikat buruh. Sekalipun undang-undang perburuhan
bagus, tetapi buruh tetap memerlukan kehadiran serikat buruh untuk
pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB ). PKB adalah sebuah dokumen
perjanjian bersama antara majikan dan buruh yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Hanya melalui serikat buruhlah bukan melalui LSM
ataupun partai politik bisa berunding untuk mendapatkan hak-hak
tambahan (di luar ketentuan UU) untuk menambah kesejahteraan mereka.
3. Penurunan Pekerja Sektor Formal
Jumlah orang yang bekerja di sektor formal terus mengalami penurunan
semenjak tahun 2000 dan terus turun hingga lebih dari 1 juta lapangan kerja
yang hilang di tahun 2003. Kondisi ini terutama terlihat sekali pada kelompok
pekerja kasar. Di lain pihak, pekerja di sektor informal menunjukkan gejala
yang terus meningkat. Pada tahun 2003 terdapat peningkatan sekitar
400.000pekerja. Jumlah pekerja di sektor pertanian, dimana kebanyakan
berada pada sektor informal, juga kembali meningkat dari 40 persen pada
tahun 1997 menjadi sekitar 46,3 persen pada tahun 2003. Kecenderungan
ini merupakan gambaran bahwa pekerjaan yang lebih produktif, dengan
sistem jaminan socials yang memadai sedang mengalami penurunan,
digantikan dengan pekerjaan yang kurang produktif dan tanpa proteksi
sosial.
Penciptaan lapangan kerja yang mengecewakan saat ini amat berbeda
jauh dengan pengalaman Indonesia di masa lalu. Sebelum krisis
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh ekspor dengan investasi tinggi
merupakan sumber utama penyerapan tenaga kerja. Antara tahun 1990
hingga 1995, industri berorientasi ekspor beserta berbagai industri
pendukungnya diperkirakan telah menyediakan separuh dari total pekerjaan
yang ada.
D. Solusi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia
Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan
melalui berbagai upaya praktis seperti berikut:
1. Mendorong Investasi
Mengharapkan investasi dari luar negeri kenyataannya belum
menunjukkan hasil yang berarti selama tahun 2006 lalu. Para investor asing
mungkin masih menunggu adanya perbaikan iklim investasi dan beberapa
peraturan yang menyangkut aspek perburuhan. Kalau upaya terobosan lain
tidak dilakukan, khawatir masalah pengangguran ini akan bertambah terus
pada tahun-tahun mendatang.
Beberapa produk perikanan dan kelautan juga sangat potensial untuk
dikembangkan seperti udang, ikan kerapu dan rumput laut dan beberapa
jenis budidaya perikanan dan kelautan lainnya. Sektor industri manufaktur
dan kerajinan, khususnya untuk industri penunjang supporting industries
seperti komponen otomotif, elektronika, furnitur, garmen dan produk alas
kaki juga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan dan penyerapan
tenaga kerja. Penulis juga mencermati banyak sekali produkproduk IT dan
industri manufaktur yang sangat dibutuhkan, baik untuk pasar domestik,
maupun untuk pasar ekspor. Di samping kedua sektor tersebut, sector jasa
keuangan, persewaan, jasa konsultasi bisnis dan jasa lainnya juga memiliki
prospek baik untuk dikembangkan.
2. Memperbaiki daya saing
Daya saing ekspor Indonesia bergantung pada kebijakan perdagangan
yang terus menjaga keterbukaan, disamping menciptakan fasilitasi bagi
pembentukan struktur ekspor yang sesuai dengan ketatnya kompetisi dunia.
Dalam jangka pendek, Indonesia dapat mendorong ekspor dengan
mengurangi berbagai biaya yang terkait dengan ekspor itu sendiri serta
meningkatkan akses kepada pasar internasional. Kebijakan yang dapat
dipakai untuk mengontrol biaya-biaya tersebut diantaranya i) Menjaga
kestabilan dan daya saing nilai tukar ii) Memastikan peningkatan tingkat
upah yang moderat sejalan dengan peningkatan produktifitas iii) Akselerasi
proses restitusi PPn dan restitusi bea masuk impor bagi para eksportir dan iv)
Meningkatkan kemampuan fasilitas pelabuhan dan bandara dan infrastruktur
jalan untuk mengurangi biaya transportasi.
Pemerintah dapat berupaya lebih keras lagi dalam menegosiasikan
akses yang lebih besar ke pasar internasional pada pembicaraan
perdagangan multilateral Putaran Doha terbaru. Karena Indonesia telah
mempunyai kebijakan rezim perdagangan yang sangat terbuka, pemerintah
dapat meminta pemotongan bea masuk dan pembebasan atas berbagai
pengenaan bea masuk bukan ad-valorem oleh negara-negara maju, dengan
dampak yang kecil bagi kebijakan proteksi Indonesia sendiri.
3. Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja
Indonesia memiliki aturan ketenagakerjaan yang paling kaku serta
menimbulkan biaya paling tinggi di Asia Timur. Sebagai contoh, biaya untuk
mengeluarkan pekerja sangatlah tinggi; pesangon yang harus dibayarkan
mencapai 9 bulan gaji. Tentunya kebijakan pasar tenaga kerja harus
berimbang antara penciptaan pasar tenaga kerja yang fleksibel dengan
kebutuhan untuk memberikan perlindungan dan keamanan bagi tenaga
kerja.
Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan fleksibilitas tenaga kerja antara lain:
Menyelesaikan pelaksanaan perundang-undangan tenaga kerja dan
berkonsentrasi pada dua isu utama yang mendapat perhatian para
pengusaha yaitu: i) keleluasaan dalam mempekerjakan pekerja kontrak dan
ii) keleluasaan dalam melakukan outsourcing, dengan menekankan para sub-
kontraktor untuk memenuhi hak-hak pekerja mereka.
Menciptakan peradilan tenaga kerja, sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang perselisihan hubungan industrial. Hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat proses penyelesaian perselisihan tenaga kerja.
Membentuk tim ahli dalam menentukan tingkat upah minimum. Pemerintah
pusat dapat menjalankan kewenangan untuk membatasi peningkatan upah
minimum di daerah.
Jika diperlukan, merevisi Undang-undang mengenai Sistem Kesejahteraan
Sosial Nasional yang baru disahkan dan membentuk komisi tingkat tinggi
yang bertugas mendesain sistem kesejahteraan nasional. Sistem ini harus
dapat dilaksanakan dan mendukung penciptaan lapangan pekerjaan.

4. Peningkatan Keahlian Pekerja


Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan kemampuan angkatan
kerja. Lemahnya kemampuan pekerja Indonesia dirasakan sebagai kendala
utama bagi investor. Rendahnya keahlian ini akan mempersempit ruang bagi
kebijakan Indonesia untuk meningkatkan struktur produksinya. Walaupun
pada saat sebelum krisis pendidikan di Indonesia mencapai kemajuan yang
luar biasa, dalam segi kuantitas, kualitas pendidikan masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara pesaing lainnya. Pemerintah harus
lebih menekankan pencapaian tujuan di bidang pendidikan formal dengan
mereformasi sistem pendidikan, sesuai dengan prinsip dan manfaat dari
proses desentralisasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-65
tahun) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun
2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun
ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak
Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga
kerja adalah penduduk yang berusia 15-65 tahun.
Pengangguran adalah seseorang yang tidak atau sedang mencari
pekerjaan. Kebanyakan pemgangguran terjadi karena kurangnya kualitas
keterampilan yang dimiliki oleh penduduk sehingga mereka tidak dapat
bekerja.
Kondisi ketenagakerjaan di indonesia amatlah kurang dari harapan.
Angka pengangguran masih sangat tinggi, kualitas pekerja yang kurang
memadai dan berbagai factor lain yang turut memburuk kondisi tenaga kerja
di Indonesia. Kebijakan pemerintah berkenaan dengan ketenagakerjaan
Indonesia belumlah cukup untuk mengentaskan para pekerja dari
kemiskinan.
B. Saran
Untuk teciptanya tenaga kerja yang berkualitas pemerintah supaya
lebih memperhatikan masyarakat, misalkan:
1) Lebih mengoptimalkan perogram Belajar 9 tahun karena kebanyakan
pengangguran terjadi disebabkan pendidikannya rendah/hanya lulus sampai
SD.
2) Memberikan bantuan kepada anak yang tidak mampu misalkan memberikan
beasiswa.
3) memberikan sarana dan prasarana pendidikan misalkan gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium.
Pemerintah dilarang mengambil keuntungan apapun dari Jamsostek,
bahkan sebaliknya. Pemerintah yang bertanggungjawab, harus memberikan
kontribusi setiap tahun, sehingga buruh bisa hidup layak. Pemerintah harus
segera merubah sistem jaminan sosial ketenagakerjaan, sehingga buruh
korban PHK danburuh pensiunan akan mendapat tunjangan layak dari
Jamsostek. Sistem Jaminan sosial ketenagakerjaan yang baik akan
mengurangi kriminalitas sosial. Diberikan jaminan penegakan hukum dan
kepastian berusaha terhadap investor, sehingga investor tidak bingung
terhadap banyaknya prosedur tidak resmi dalam proses pengurusan
usaha, dan biaya-biaya yang tidak tercatat. Faktor inilah membuat
pengusaha enggan berusaha di Indonesi sehingga menyulitkan dalam
menyalurka tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Irfan. 2013. Makalah Tenaga Kerja, [Online]. Tersedia:
http://irfanhadinugraha354.blogspot.com. [26 Januaari2015]
Hanifa, Novria. 2014. Pengertian Ketenagakerjaan Kesempatan Kerja Tenaga
Kerja dan Angkatan Kerja, [Online]. Tersedia: http://novria-hanifa.com. [26
Januari 2015]
Admin. 2013. Makalah Ketenagakerjaan, [Online]. Tersedia:
https://avychapy.wordpress.com. [26 Januari 2015]

Makalah Ketenagakerjaan

Diposkan oleh Anastasia Palazzo di 01.24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara
ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Masalah ketenagakerjaan di
Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan
ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata.

Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan,
pengangguran, dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini
dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan
menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengara yang lebih maju.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Permasalahan pengangguran dan setengah pengguran ini merupakan persoalan


serius karena dapat menyebabkan tingkat pendapatan Nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal. Untuk itu perlu adanya
upaya untuk menanggulangi masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan
banyaknya jumlah pengangguran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian dalam ketenagakerjaan?
2. Apa teori tenaga kerja?
3. Bagaimana kondisi tenaga kerja di Indonesia?
4. Bagaimana sistem upah yang berlaku di Indonesia?
5. Bagaimana cara peningkatan mutu tenaga kerja?
6. Bagaimana upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia?
7. Bagaimana hukum ketenagakerjaan di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan
2. Untuk mengetahui teori tenaga kerja
3. Untuk mengetahui kondisi tenaga kerja di Indonesia
4. Untuk mengetahui sistem upah di Indonesia
5. Untuk mengetahui cara peningkatan mutu tenaga kerja
6. Untuk mengetahui upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia
7. Untuk mengetahui hukum ketenagakerjaan di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan dapat di bagi kedalam beberapa bagian yaitu:

1. Tenaga kerja

Klasifikasi tenaga kerja

a. Tenaga kerja berdasarkan penduduknya


1) Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
2) Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja
No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang
berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini
adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
b. Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan
nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2) Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan
latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan
tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2. Angkatan kerja

Angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

a. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja
maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani
yang sdang menunggu panen/ hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan
sebagainya.
b. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah
tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak
melakukan suatu kegiatan yang dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara
tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

Beberapa ukuran dasar dalam angkatan kerja:

a. Tingkat partisipasi angkatan kerja yaitu menggambarkan jumlah angkatan kerja


dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur
itu. Ini dapat juga merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam
usia kerja ( tingkat aktivitas umum).
Rumus:

Untuk mencari angka tingkat partisipasi angkatan kerja penulis mengambil


contoh data kota padang panjang dalam angka 2010.

Tabel 1. Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan
Jenis Kelamin Kota Padang Panjang 2010

Jenis Kegiatan Laki-laki Perempua Jumlah


n

1. Angkatan Kerja 14690 11252 25944

Bekerja 13426 9665 23091


Pengangguran 1264 1589 2853

2. Bukan Angkatan Kerja 4700 9601 14301

Sekolah 2522 2368 4890

Mengurus Rumah Tangga 488 6618 7106

Lainnya 1690 615 2305

Jumlah 19390 20855 40255

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Tabel 2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan
Jenis Kelamin Kota Padang Panjang 2010

Jenis Kegiatan Laki-laki Perempua Jumlah


n

1. Angkatan Kerja 75,76 53,96 64,47

Bekerja 69,24 46,34 57,38

Pengangguran 8,60 14,12 11,00

2. Bukan Angkatan Kerja 24,24 46,04 35,53

Sekolah 13,01 11,35 12,15

Mengurus Rumah Tangga 2,52 31,73 17,66

Lainnya 8,72 2,95 5,73

Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Artinya bahwa tingkt partisipasi angkatan kerja kota Padang Panjang sebesar
64,47% pada tahun 2010.
b. Tingkat Aktivitas umum adalah tingkat aktivitas untuk seluruh penduduk dalam
usia kerja. Untuk Indonesia adalah labor force dibagi seluruh penduduk berumur 10
tahun keatas.
c. Rasio beban ketergantungan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
mengenai berapa persen penduduk yang dianggap mempunyai aktivitas konsumtif
harus ditanggung oleh penduduk usia 15-64 tahun yang dianggap sebagai
penduduk yang secara potensial disebut produktif.
Rumus:

Untuk mencari angka rasio beban ketergantungan penulis mengambil contoh


data kota padang panjang dalam angka 2010.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Padang
Panjang 2010

Kelompok Umur Laki-laki Perempua Jumlah


n

0-4 2995 2603 5598

5-9 3070 2900 5970

10-14 2860 2855 5715

15-19 3002 2590 5592

20-24 1770 1772 3542

25-29 1774 2103 3877

30-34 1928 2416 4344

35-39 2363 2416 4779

40-44 1959 1969 3928

45-49 1549 1418 2967

50-54 847 923 1770

55-59 938 890 1828

60-64 862 1132 1994

65-69 588 606 1194


70-74 381 488 869

75+ 407 506 913

Jumlah 27293 27587 54880

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Artinya bahwa angka beban ketergantungan kota padang panjang tahun 2010
mencapai 58,52 % atau dengan pembulatan 59 % berarti setiap 100 orang
penduduk berusia produktif harus menanggung 59 orang penduduk yang
nonproduktif.

3. Usia kerja

Usia kerja merupakan tingkat umur seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan
memperoleh pendapatan. usia kerja di Indonesia berkisar antara berumur 10-55
tahun sedangkan batas usia kerja menurut bank dunia adalah 15-64 tahun.

4. Kesempatan kerja

Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan


kerja (pekerjaan) untuk diisi pencari kerja. Kesempatan kerja dapat diartikan
kembali sebagai permintaan akan tenaga kerja atau seberapa banyak tenaga kerja
yang terserap kedalam dunia kerja.

5. Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan kerja, atau
sedang mencari pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal.

a. Klasifikasi pengangguran
1) Pengangguran menurut lama waktu bekerja
a) Pengangguran terbuka, merupakan tenaga kerja yang betul-betul tidak
mempunyai pekerjaan, meskipun mereka sedang mencari pekerjaan. Pengangguran
ini terjadi apabila seseorang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal, sementara lapangan kerja yang tersedia tidak cocok dengan latar
belakang pendidikannya, atau karena malas mencari pekerjaan.
b) Setengah menganggur merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaannya. Pengangguran ini jam kerjanya
kurang dari tiga puluh lima jam selama seminggu. Sebagai contoh, seorang buruh
bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara
menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
c) Pengangguran terselubung, adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena tidak memperoleh pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Sebagai contoh, suatu kantor mempekerjakan sepuluh orang
karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat di kerjakan dengan baik
dengan delapan karyawan saja, sehingga terdapat kelebihan dua orang tenaga
kerja dan orang-orang tersebut dinamakan pengangguran terselubung.

2) Pengangguran menurut penyebab


a) Pengangguran struktural, disebabkan oleh ketidak cocokan antara keterampilan
tenaga kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.
Latarbelakang ketidakcocokan ini berupa perubahan struktur permintaan
penawaran dalam jangka panjang sebagai dampak kemajuan teknologi, perubahan
selera, dan persaingan antar perusahaan.
b) Pengangguran siklikal, berkaitan dengan naik turunya aktifitas atau keadaan
perekonomian suatu Negara.
c) Pengangguran musiman, disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga
kerja yang sifatnya berkala. Pengangguran seperti ini biasa terjadi pada tenaga
kerja paruh waktu (part time).
d) Pengangguran friksional, disebabkan oleh pergantian pekerjaan atau pergeseran
tenaga kerja. Sering kita jumpai tenaga kerja yang berpindah dari satu perusahaan
keperusahaan lain, atau berpindah dari jenis pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan
lainnya.
e) Pengangguran teknologi adalah Pengangguran yang terjadi karena adanya
penggunaan alat-alat teknologi yang semakin modern yang menggantikan tenaga
krja manusia.

b. Dampak negatif pengangguran terhadap lingkungan sosial


1) Penurunan produktifitas
Tenaga kerja akan menurun produktifitasnya jika tidak dimanfaatkan. Peningkatan
rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang terjadi pada
pengangguran, dalam jangka panjang akan menumbuhkan sikap masa bodoh. Para
penganggur tidak mampu lagi mengelola dirinya sendiri dan tidak mampu
menangkap peluang yang ada secepatnya.
2) Penurunan setandar hidup
Jika pekerja menganggur, maka pendapatannya anjlok dan standar kehidupan
menurun. Sebagian pekerja mungkin dapat meminta bantuan kepada pihak lain
untuk membuka usaha tapi kebanyakan dari mereka terpaksa harus melakukan
penghematan besar-besaran.
3) Penurunan pendapatan Negara
Semakin besar jumlah pengangguran semakin menurun pendapatan Negara dari
pajak penghasilan. Begitu pendapatan menurun semakin menurun juga
kemampuan pemerintah melayani kebutuhan warganya.
4) Pertumbuhan ekonomi terhambat
Pengangguran akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi berkurang. Hal ini akan menyebabkan
turunnya penanaman modal. Sebagai akibatnya aktifitas perekonomian dan
pertumbuhan ekonomi akan terhambat.
5) Biaya sosial meningkat
Pengangguran mengakibatkan masyarakat harus menanggung jumlah biaya sosial
antara lain ada kaitan erat antara peningkatan pengangguran dan kejahatan.

c. Upaya Mengatasi Pengangguran


1) Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal. Peningkatan mobilitas tenaga kerja
dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan
melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi
ditempat baru. Peningkatan modal dapat dilakukan dengan memindahkan industry
padat karya kewilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik
digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran struktural
2) Pengelolaan permintaan masyarakat. Pemerintah dapat mengurangi
pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-
permintaan masyarakat kebarang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang
melimpah.
3) Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja. Untuk mengatasi
pengangguran musiman, perlu ada pemberiaan informasi yang cepat mengenai
tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah
pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang
membuka lowongan kerja, atau perusahaan yang seperti apa yang cocok dengan
keterampilan yang dimiliki.
4) Pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan nasional. Semakin banyak barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara, semakin tinggi pendapatan nasional. Pendapatan nasional yang tinggi
dapat memungkinkan pembentukan modal menjadi lebih besar melalui tabungan
perorangan, tabungan perusahaan maupun tabungan pemerintah. Tabungan-
tabungan tersebut memberikan kesempatan membentuk investasi yang
menyebabkan perluasan usaha yang berarti menciptakan kesempatan kerja.
5) Program pendidikan dan latihan kerja. Pengangguran terutama disebabkan oleh
masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Untuk mengatasi masalah
tersebut perlu digalakkan lembaga yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai.
Yang paling penting dalam pendidikan dan latihan kerja adalah kesesuaian program
dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
6) Pengiriman tenaga kerja keluar negeri. Pengiriman tenaga kerja keluar negeri
merupakan salah satu pilihan dalam usaha memperluas kesempatan kerja sekaligus
dapat menghasilkan devisa negara.
7) Wiraswasta. Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja
diperusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah
menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta. Kendala utama wiraswasta adalah modal dan
peluang. Seseorang dengan keteramoilan dan keahlian tertentu tidak sanggup
berbuat apapun apabila seseorang tersebut tidak memiliki modal dan peluang
usaha karena bidang usaha yang menguntungkan hampir pasti sudah dikuasai oleh
perusahaan raksasa. Itulah mengapa upaya menggerakkan wiraswasta perlu
disertai keleluasaan memperoleh modal dan peluang bisnis.

B. Teori-teori Ketenagakerjaan

1. Teori Klasik Adam Smith

Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang
kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga
melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru
mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi
sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition)
bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Malthus

Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai


pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang
jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan
produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Jika hal ini tidak
dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara
lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.

3. Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar


tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para
pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil
sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat,
yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang.
Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.

Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal
value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha
dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar
maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah
tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan
kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja
yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
4. Teori Harrod-domar

Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini
investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas
produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih
besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti
dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah
produksi.

5. Teori Tentang Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti
yang sudah dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak
seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran
tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan
tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran
tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.

C.Kondisi Tenaga Kerja Di Indonesia dan Sumatera Barat


Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Februari 2011-2012
Nasional (Indonesia)

Kegiatan Utama Februari 2011 Februari 2012

1. Penduduk Usia 15 tahun ke 170.656.140 172.865.970


atas

2. Angkatan kerja 119.399.380 120.417.050

a. bekerja 111.281.740 112.802.810

b. pengangguran 8.117.630 7.614.240


3. Bukan angkatan kerja 51.256.760 52.448.920

4. Tingkat partisipasi angkatan 69.96 69.66


kerja

5. Tingkat pengangguran terbuka 6,80 6,32

Sumber: BPS Sumatera Barat

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah penduduk nasional usia 15 tahun
ke atas mengalami peningkatan sebesar 2.209.830 orang, jumlah angkatan kerja
mengalami peningkatan sebesar 1.017.670 orang, jumlah penduduk yang bekerja
mengalami peningkatan sebesar 1.521.070 orang, jumlah pengangguran
mengalami penurunan sebesar 503.390 orang, jumlah bukan angkatan kerja
mengalami peningkatan sebesar 1.192.160 orang, tingkat partisipasi angkatan kerja
mengalami penurunan 0,3 % dan tingkat pengangguran terbuka mengalami
penurunan sebesar 0,48 %.

Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Februari 2011-2012


Sumatera Barat

Kegiatan Utama Februari 2011 Februari 2012

1. Penduduk Usia 15 tahun ke 3.326.730 3.362.735


atas

2. Angkatan kerja 2.275.996 2.351.192

a. bekerja 2.113.506 2.204.218

b. pengangguran 162.490 146.974

3. Bukan angkatan kerja 1.050.734 1.011.534

4. Tingkat partisipasi angkatan 68,42 69,92


kerja

5. Tingkat pengangguran terbuka 7,14 6,25

Sumber: BPS Sumatera Barat

Dari tabel di atas dapat dianalisi bahwa penduduk Sumatera Barat usia 15 tahun
ke atas mengalami peningkatan sebesar 36.005 orang, jumlah angkatan kerja
mengalami peningkatan sebesar 75.196 orang, jumlah penduduk yang bekerja
mengalami peningkatan sebesar 90.712 orang, jumlah penduduk menganggur
mengalami penurunan sebesar 15.516 orang, bukan angkatan kerja mengalami
penurunan sebesar 39.200 orang, tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami
peningkatan sebesar 1,5 % dan tingkat pengangguran terbuka mengalami
penurunan sebesar 0,89 %.

D. Sistem Upah yang berlaku di Indonesia

Pemerintah dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja,


perlu menetapkan upah minimum. Penetapan upah minimum itu antara lain
dilakukan dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa
mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan serta
perkembangan perekonomian pada umumnya.

Semula upah minimum ditetapkan secara regional, atau sering kita kenal
sebagai upah minimum regional (UMR). Sistem upah ini ditetapkan berdasarkan
biaya hidup pekerja disetiap daerah. Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut
sistem pengupahan berdasarkan kawasan (regional). Artinya, untuk kawasan yang
berbeda, upah minimum yang harus diterima oleh pekerja juga berbeda. Ini
berdasarkan pada perbedaan biaya hidup pekerja di setiap daerah. Akan tetapi,
penentuan upah berdasarkan kawasan ini masih dirasakan belum cukup untuk
mewakili angka biaya hidup di setiap daerah. Untuk itu pemerintah melakukan
perubahan peraturan tentang upah minimum.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka pemberlakuan
Upah Minimum Regional (UMR) berubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) atau
upah minimum kabupaten/kota. Dengan adanya peraturan baru ini, provinsi-
provinsi di Indonesia mulai menyeuaikan upah minimum regional di daerah mereka.

Pajak penghasilan yang berhubungan dengan upah minimum provinsi atau upah
minimum kabupaten/kota diatur oleh pemerintah melalui PP No. 5 Tahun 2003
mengenai Pajak Penghasilan Atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja Sampai
Dengan Sebesar Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota.
Peraturan ini dibuat berdasarkan kenyataan bahwa masih banyak pekerja yang
memperoleh penghasilan dalam sebulan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak,
namun masih di bawah atau sebesar UMP. Akibatnya, pekerja tersebut dikenakan
PPh pasal 21 atas penghasilannya, sehingga mungkin mengurangi kesejahteraan
pekerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk penghasilan pekerja sampai
dengan sebesar UMP atau upah minimum, pajak penghasilan yang terutang atas
penghasilan tersebut ditanggung oleh pemerintah.

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap.penetapan upah buruh di Indonesia dilaksanakan setiap tahun
melalui proses yang panjang. Setelah otonomi daerah berlaku penuh dikenal pula
istilah upah minimum kabupaten/kota (UMK). Angka UMK merupakan hasil
perhitungan dewan pengupahan kabupaten/kota (DPK).

Tabel 4 Daftar upah minimum provinsi di Indonesia tahun 2012

Provinsi 2012 (dalam rupiah)

NAD 1.400.000

Sumatera Utara 1.200.000

Sumatera Barat 1.150.000

Riau 1.238.000
Kep.Riau 1.015.000

Jambi 1.142.500

Sumatera Selatan 1.195.000

Bangka Belitung 1.110.000

Bengkulu 930.000

Lampung 975.000

Jawa Barat (732.000 tahun 2011)

DKI Jakarta 1.529.150

Banten 1.042.000

Jawa Tengah (675.000 tahun 2011)

Yogyakarta 892.660

Jawa Timur (705.000 tahun 2011)

Bali 967.500

NTB 1.000.000

NTT 925.000

Kalimantan Barat 900.000

Kalimantan selatan 1.225.000

Kalimantan tengah 1.327.459

Kalimantan timur 1.177.000

Maluku 975.000

Maluku utara 960.498

Gorontalo 837.500

Sulawesi utara 1.250.000

Sulawesi tenggara 1.032.300

Sulawesi Tengah 885.000

Sulawesi Selatan 1.200.000

Sulawesi barat 1.127.000


Papua 1.515.000

Papua barat 1.450.000

Sumber : Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

E.Peningkatan Mutu Tenaga Kerja

a. Latihan Kerja

Latihan kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan keterampilan kerja


yang langsung dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja. Dengan kata lain,
latihan kerja berkaitan dengan pengembangan profesionalisme tenaga kerja. Dalam
kaitannya dengan peningkatan mutu kerja, latihan kerja dapat berfungsi sebagai
suplemen ataupun komplemen terhadap pendidikan formal.

b. Pemagangan
Pemagangan adalah latihan kerja langsung ditempat kerja. Jalur pemagangan ini
bertujuan untuk memantapkan profesionalisme yang dibentuk melalui latihan kerja.
Dengan bimbingan dan pengalaman yang terus-menerus dalam dunia kerja maka
profesionalisme tenaga kerja akan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
keterampilan yang dipelajari selama magang pada suatu perusahaan.
c. Perbaikan gizi dan kesehatan
Perbaikan gizi dan kesehatan perlu dilaksanakan untuk mendukung ketahanan
kerja dan kemampuan belajar (kecerdasan) dalam menerima pengetahuan baru dan
meningkatkan semangat kerja. Selain peningkatan kemampuan teknis melalui jalur-
jalur pengembangan sumber daya manusia tersebut pula diupayakan agar tercipta
manusia yang berkualitas dengan cirri taat menjalankan agama, toleran dan saling
menghargai sesama manusia, berwawasan kepentingan nasional, produktif, disiplin,
inivatif dan bertanggung jawab.

F. Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan melalui


berbagai upaya praktis seperti berikut:

1. Mendorong Investasi
Mengharapkan investasi dari luar negeri kenyataannya belum menunjukkan hasil
yang berarti selama tahun 2006 lalu. Para investor asing mungkin masih menunggu
adanya perbaikan iklim investasi dan beberapa peraturan yang menyangkut aspek
perburuhan. Kalau upaya terobosan lain tidak dilakukan, khawatir masalah
pengangguran ini akan bertambah terus pada tahun-tahun mendatang.
Beberapa produk perikanan dan kelautan juga sangat potensial untuk
dikembangkan seperti udang, ikan kerapu dan rumput laut dan beberapa jenis
budidaya perikanan dan kelautan lainnya. Sektor industri manufaktur dan kerajinan,
khususnya untuk industri penunjang - supporting industries seperti komponen
otomotif, elektronika, furnitur, garmen dan produk alas kaki juga memberikan
kontribusi besar dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Penulis juga
mencermati banyak sekali produkproduk IT dan industri manufaktur yang sangat
dibutuhkan, baik untuk pasar domestik, maupun untuk pasar ekspor. Di samping
kedua sektor tersebut, sector jasa keuangan, persewaan, jasa konsultasi bisnis dan
jasa lainnya juga memiliki prospek baik untuk dikembangkan.
2. Memperbaiki daya saing
Daya saing ekspor Indonesia bergantung pada kebijakan perdagangan yang
terus menjaga keterbukaan, disamping menciptakan fasilitasi bagi pembentukan
struktur ekspor yang sesuai dengan ketatnya kompetisi dunia. Dalam jangka
pendek, Indonesia dapat mendorong ekspor dengan mengurangi berbagai biaya
yang terkait dengan ekspor itu sendiri serta meningkatkan akses kepada pasar
internasional. Kebijakan yang dapat dipakai untuk mengontrol biaya-biaya tersebut
diantaranya i) Menjaga kestabilan dan daya saing nilai tukar ii) Memastikan
peningkatan tingkat upah yang moderat sejalan dengan peningkatan produktifitas
iii) Akselerasi proses restitusi PPn dan restitusi bea masuk impor bagi para eksportir
dan iv) Meningkatkan kemampuan fasilitas pelabuhan dan bandara dan
infrastruktur jalan untuk mengurangi biaya transportasi.
Pemerintah dapat berupaya lebih keras lagi dalam menegosiasikan akses yang
lebih besar ke pasar internasional pada pembicaraan perdagangan multilateral
Putaran Doha terbaru. Karena Indonesia telah mempunyai kebijakan rezim
perdagangan yang sangat terbuka, pemerintah dapat meminta pemotongan bea
masuk dan pembebasan atas berbagai pengenaan bea masuk bukan ad-valorem
oleh negara-negara maju, dengan dampak yang kecil bagi kebijakan proteksi
Indonesia sendiri.

3. Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja


Indonesia memiliki aturan ketenagakerjaan yang paling kaku serta menimbulkan
biaya paling tinggi di Asia Timur. Sebagai contoh, biaya untuk mengeluarkan
pekerja sangatlah tinggi; pesangon yang harus dibayarkan mencapai 9 bulan gaji.
Tentunya kebijakan pasar tenaga kerja harus berimbang antara penciptaan pasar
tenaga kerja yang fleksibel dengan kebutuhan untuk memberikan perlindungan dan
keamanan bagi tenaga kerja.
Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
fleksibilitas tenaga kerja antara lain:
a. Menyelesaikan pelaksanaan perundang-undangan tenaga kerja dan berkonsentrasi
pada dua isu utama yang mendapat perhatian para pengusaha yaitu: i) keleluasaan
dalam mempekerjakan pekerja kontrak dan ii) keleluasaan dalam melakukan
outsourcing, dengan menekankan para sub-kontraktor untuk memenuhi hak-hak
pekerja mereka.
b. Menciptakan peradilan tenaga kerja, sebagaimana yang diatur dalam undang-
undang perselisihan hubungan industrial. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
proses penyelesaian perselisihan tenaga kerja.
c. Membentuk tim ahli dalam menentukan tingkat upah minimum. Pemerintah pusat
dapat menjalankan kewenangan untuk membatasi peningkatan upah minimum di
daerah.
d. Jika diperlukan, merevisi Undang-undang mengenai Sistem Kesejahteraan Sosial
Nasional yang baru disahkan dan membentuk komisi tingkat tinggi yang bertugas
mendesain sistem kesejahteraan nasional. Sistem ini harus dapat dilaksanakan dan
mendukung penciptaan lapangan pekerjaan.
4. Peningkatan Keahlian Pekerja
Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan kemampuan angkatan kerja.
Lemahnya kemampuan pekerja Indonesia dirasakan sebagai kendala utama bagi
investor. Rendahnya keahlian ini akan mempersempit ruang bagi kebijakan
Indonesia untuk meningkatkan struktur produksinya. Walaupun pada saat sebelum
krisis pendidikan di Indonesia mencapai kemajuan yang luar biasa, dalam segi
kuantitas, kualitas pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
pesaing lainnya. Pemerintah harus lebih menekankan pencapaian tujuan di bidang
pendidikan formal dengan mereformasi sistem pendidikan, sesuai dengan prinsip
dan manfaat dari proses desentralisasi.

G. Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia


Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup luas.
Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga termasuk
seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar ataupun lembaga-
lembaga pelaksana yang terkait.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis


atau tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan
sesudah tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan
dan apabila di langgar dapat terkena sanksi perdata atau pidana termasuk
lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang tenaga kerja.

Pengertian ketenagakerjan berdasarkan ketentuan UU NO 13 tahun 2003


tentang adalah sebagai berikut:

Pasal 1(1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Pasal 1(2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.

Pengertian tenaga kerja menurut UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja : Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan ketenagakerjaan


dalam arti selama bekerja adalah UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja. Defenisi Jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-
undang ini : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga
kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari
tua dan meninggal dunia.
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalan arti sesudah
bekerja diatur dalam UU NO 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Pengertian menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan
hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan pendapat antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antara serikat pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan.
Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang terebut diatas diatur dalam
Peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) dan
Keputusan menteri tenaga kerja

.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi ketenagakerjaan di indonesia amatlah kurang dari harapan. Banyaknya
jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh kurangnya
peningkatan terhadap mutu tenaga kerja sehingga mereka tidak mempunyai skill
atau keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja. Adapun cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara latihan kerja, pemagangan dan perbaikan gizi.
Pemerintah dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja,
perlu menetapkan upah minimum. Penetapan upah minimum itu antara lain
dilakukan dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa
mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan serta
perkembangan perekonomian pada umumnya.
Aapun cara untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia dapat
melalui investasi, perbaikan daya saing, peningkatan fleksibilitas tenaga kerja,
peningkatan keahlian pekerja dan yang paling penting adalah terlaksananya hukum
ketenagakerjaan yang berlaku.

B. Saran
Pemerintah harus memperhatikan kondisi tenaga kerja baik dari peningkatan
mutu tenaga kerja maupun dari sistem upah dan hukum ketenagakerjaan yang
berlaku. Untuk tenaga kerja harus mengasah keterampilan agar mudah
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja

http://kompas.wageindicator.org/main/gaji/Gaji-Minimum/ump-2012/upah-minimum-

propinsi-2012

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

http://twentytwopm.wordpress.com/2011/03/26/sistem-upah-di-indonesia/

http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com/2012/03/sumber-hukum-

ketenagakerjaan-indonesia.html

http://hqsa.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-ketenagakerjaan.html

http://seshakri-ariezuya.blogspot.com/2012/06/ventor-12.html

Anda mungkin juga menyukai