Oleh:
KELOMPOK I
Anggota:
AHMAD IBNU RUSYDI (NIM: E1Q014003)
ARMI LARASATI (NIM: E1Q014001)
KHAIRUN NIAMI (NIM: E1Q014021)
MARYANA (NIM: E1Q014026)
NI PUTU AYU SURYANI (NIM: E1Q014033)
SRI MARYANI (NIM: E1Q014045)
WILDAN HIDAYAT (NIM: E1Q014051)
Oktober , 2016
NASKAH PIDATO SAMBUTAN PRESIDEN JOKO WIDODO PADA
PUNCAK PERINGATAN HARI GURU NASIONAL KE-21 DI ISTORA
SENAYAN, JAKARTA, 24 NOVEMBER 2015
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum wr.wb.
Yang saya hormati seluruh pimpinan lembaga negara, para menteri kabinet kerja.
Yang saya hormati para guru dan tenaga pendidikan yang saya cintai, yang saya banggakan.
Setiap tahun kita memperingati hari guru nasional. Setiap tahun juga kita mengingat dan
menghormati karya nyata para guru. Karya nyata guru-guru di kota-kota besar hingga pelosok
desa, karya nyata guru-guru yang berjuang di pedalaman, karya nyata guru-guru yang berada
di daerah-daerah yang terisolir dan di perbatasan. Guru-guru yang tanpa kenal lelah, berkarya
di pulau-pulau terdepan. Karya nyata guru-guru yang hari ke hari, harus menapakin jalan
puluhan kilometer untuk bisa terus berkarya.
Untuk itu, saya menghargai tema peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, yaitu Guru Mulia
karena Karya. Kemuliaan seorang guru memang dari karya-karyanya. Saya sendiri adalah
karya dari guru-guru saya. Dan kita semuanya merupakan karya dari guru-guru kita.
Saya tadi waktu masuk, saya kaget dibisiki Pak Menteri Pendidikan, Pak, dihadirkan di sini
guru Bapak saat di SMP dan di SMA. Tadi yang saya salami seingat saya baru dua. Yang
satu, beliau guru biologi saya. Karena sudah 40 tahun moga-moga nggak salah inget saya.
Namanya Ibu Nurhayati, betul Bu ya? Bu Nur, saya ingat. Yang kedua, Bu Parmi Satoto.
Yang lain, ada guru SMA saya tapi belum saya salamin. Belum disuruh berdiri sudah berdiri.
Saya ingat yang paling sebelah sini tadi adalah Pak Sudadi. Betul Pak Dadi? Dulu guru
biologi saya juga. Kemudian ada saya lihat juga Bu Sih Winarni. Yang saya ingat, nggak tahu
ada atau nggak, Bu Ning, guru kimia. Dulu kimia saya nilainya paling bagus. Nggak percaya,
tanya Bu Ning. Banyak yang nggak percaya sih saya pandai. Karena guru-guru saya, bukan
karena saya.
Jadi sekali lagi, guru itu bukan hanya sebuah pekerjaan, tetapi guru adalah menyiapkan
sebuah masa depan. Ini yang harus digaris bawahi. Sekali lagi, menyiapkan sebuah masa
depan. Dan saya meyakini bahwa karya guru-guru akan melukis wajah masa depan Republik
Indonesia. Kualitas manusia Indonesia di masa depan ditentukan oleh guru-guru kita hari ini.
Guru adalah teladan bagi generasi masa depan. Teladan pembelajar yang terus belajar. Dengan
karya seorang guru, maka akan ada jutaan anak Indonesia yang karakternya terbentuk dengan
etos kerja berbasis karya. Karena itu, guru bukan sekadar pendidik, melainkan peletak, dasar,
masa depan kita, masa depan bangsa kita.
Saya ingin mengajak kita semua untuk menggunakan momentum Hari Guru Nasional ini
untuk mengingatkan kembali peran penting guru dalam pendidikan karakter bangsa. Sekali
lagi, peran penting guru dalam pendidikan karakter bangsa.
Guru adalah agen perubahan karakter bangsa. Perubahan karakter bangsa bisa dimulai di
kelas-kelas, di mulai di sekolah-sekolah. Sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu
pengetahuan, melainkan arena pembelajaran bagi anak-anak kita dalam membentuk karakter
mereka.
Saya terakhir pergi ke Jambi dengan Pak Menteri Pendidikan. Masuk ke sebuah SD, masuk ke
sebuah kelas. Gurunya menyapa begitu ceria dan optimis. Saya lihat anak-anaknya juga sama.
Selamat pagi, Pak Jokowi! Ceria dan semangat, karena gurunya juga ceria dan optimis.
Pindah ke kelas yang lain. Saya masuk, gurunya, Selamat pagi, Pak. Anaknya juga sama,
diam saja.
Inilah yang saya sampaikan, pengaruh guru pada karakter anak itu sangat mempengaruhi.
Beda kelas beda suasana, karena guru itu, sekali lagi, mempengaruhi karakter anak. Nilai-nilai
seperti etos kerja, kerja keras, integritas, kejujuran, optimisme, disiplin, gotong royong, bisa
ditumbuhkan dan menjadikan kebiasaan dimulai dari ruang-ruang kelas. Anak-anak kita akan
terbangun karakternya, ketika mendapatkan inspirasi, mendapatkan teladan, mendapatkan
praktek-praktek nyata dari pembelajaran di kelas-kelas.
Ini saya perlu mengingatkan kita semuanya, bahwa sekarang ini yang mendidik anak bukan
hanya guru. Di rumah iya, di sekolah iya, tapi ada yang lain. Malam hari ada yang mendidik,
tivi. Betul? Itu bisa mempengaruhi. Ada lagi yang sekarang namanya media sosial, online
media, ada facebook, ada youtube, ada twitter, ada path, ada instagram, itu juga sangat
mempengaruhi karakter-karakter anak-anak kita. Hati-hati.
Sehingga, kekuatan mendidik, pembelajaran anak itu harus betul-betul dikuati di sekolah,
dikuati di rumah. Jangan sampai lingkungan-lingkungan yang memberikan pengaruh negatif
itu muncul dari tempat lain. Saya titip itu.
Pembangunan karakter bangsa sangat penting bagi kita dalam menjawab tantangan dalam
kompetisi abad ke-21. Bangsa kita akan bisa menjadi bangsa pemenang jika memiliki karakter
sebagai bangsa pemenang, bukan bangsa pecundang.
Persaingan sekarang bukan antar kota, bukan antar kabupaten, bukan antar propinsi, tetapi
sudah antar negara. Tidak bisa kita hindari. Sudah sebentar lagi, nanti 1 Januari sudah dibuka
yang namanya Asean Economy Community. Masyarakat Ekonomi Asean. Sudah tidak bisa
kita tolak lagi. Mobilisasi barang, mobilisasi orang antara negara sudah akan begitu sangat
cepatnya. Persaingan, kompetisi antar individu, antar bangsa juga sangat cepat sekali.
Oleh sebab itu, mempersiapkan ini ada di pundak Bapak/Ibu guru sekalian. Saya titip. Sekali
lagi, bangsa ini harus menjadi bangsa pemenang. Kita harus bekali generasi masa depan kita
dengan mentalitas pemenang, mentalitas positif, mentalitas kreatif, mentalitas berani bersaing,
karena era ke depan adalah era kompetisi.
Tetapi juga tetap memiliki keluhuran budi pekerti yang tinggi. Sekali lagi, budi pekerti yang
tinggi. Dan solidaritas sosial yang kuat sebagai bangsa. Untuk dapat mencapai itu maka saya
berharap para guru jangan pernah lelah untuk terus berkarya. Terus mengembangkan metode
pembelajaran yang kreatif, metode pembelajaran yang inovatif, metode pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk aktif, untuk berpikir kritis.
Untuk itu saya memberikan apresiasi, penghargaan yang tinggi pada guru-guru yang telah ikut
dalam simposium ini. Saya mengajak guru-guru untuk terus praktek dari simposium ini ke
daerah masing-masing. Saya berharap guru-guru yang hadir di simposium ini bisa menjadi
penyebar inspirasi bagi guru-guru yang lain, yang selanjutnya juga menjadi inspirasi bagi
anak-anak dan masa depan anak-anak kita.
Akhir kata, saya ucapkan dirgahayu guru Indonesia, karya muliamu membuka jalan bagi masa
depan Indonesia yang lebih baik.
Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb