PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas (peurperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali
seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Batas waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007),
diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui
bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI
eksklusif mencapai 32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55%
ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena kurangnya masa menyusui serta pengetahuan ibu yang kurang
Terjadi perubahan fisiologi selama masa post partum yang meliputi semua
sistem tubuh salah satu diantaranya yaitu perubahan pada sistem reproduksi.
mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Dalam
bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang
Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
seluruh payudara meningkat. Hal tersebut juga bisa terjadi dikarenakan adanya
timbul hanya pada satu payudara dan hanya sedikit rasa hangat dirasakan atau tidak
ada rasa hangat sama sekali. Dalam suatu penelitian 96 dari 100 ibu dilaporkan
mengalami nyeri pada waktu-waktu tertentu. Hal inI terjadi terutama antara hari ke-3
dan ke-7. Pada beberapa wanita, nyeri ini berlangsung selama 6 minggu (Wheeler,
2004) .
nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
dapat meberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi yang
tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) dan serabut C. Implus
nyeri menyebrangi tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal
asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau spinothalamus
dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi
2.PLEBITIS
Menurut Hinchliff (1999) dalam Bolin (2011) tindakan invasif merupakan tindakan
medis keperawatan berupa memasukkan atau melukai jaringan yang dimasukkan melalui
organ tubuh tertentu. American Heart Association (AHA) tahun 2003, orang dewasa
sangat rentan terhadap stress yang berhubungan dengan prosedur tindakan invasif. Contoh
tindakan invasif sederhana yang sering dilakukan pada orang dewasa adalah pemasangan
infus. Tindakan invasif (pemasangan infus) tentu saja akan menimbulkan nyeri dan rasa
sakit. Pemasangan infus biasanya bisa dilakukan berkali kali selama dalam masa
perawatan. Ini disebabkan karena cenderung tidak bisa tenang sehingga infus yang
terpasang bisa macet, aboket bengkok/ patah, atau bahkan infus terlepas. Akibatnya jika
dilakukan pemasangan infus berulang kali akan merasakan nyeri setiap kali penusukan.
Menurut Hindley (2004) dalam Handoyo dkk (2007:1) terapi intravena (IV)
adalah salah satu teknologi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kesehatan
di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk ke rumah sakit mendapat terapi
melalui IV. Terry (1995) dalam Prastika dkk (2011:2) menyebutkan bahwa phlebitis
adalah peradangan pada dinding vena akibat terapi cairan intravena, kemerahan, teraba
keparahan gejala phlebitis ditentukan berdasarkan skala derajat phlebitis mulai dari
yang dilakukan oleh Handoyo,dkk (2006) dalam Triyanto dkk (2007:2) didapatkan
persentase kejadian phlebitis di bangsal bedah RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto adalah 31, 7%. Penelitian tersebut juga menemukan rata - rata 2 - 4 pasien
mengalami phlebitis setiap harinya. Penanganan atau tindakan untuk mengatasi
phlebitis merupakan isu penting di Indonesia khususnya di RSUD Prof Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto, karena jika phlebitis tidak diatasi dapat mengakibatkan sepsis
Pada dua kasus diatas Pemberian kompres air hangat dapat membantu
darah yang mengalami phlebitis, sehingga selain mengurangi nyeri juga dapat
Nyeri payudara pada post partum dapat diatasi dengan melakukan kompres panas
untuk mengurangi rasa sakit (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Kompres panas juga akan
metabolisme sel dan merelaksasikan otot, sehingga nyeri yang dirasa berkurang. Kompres
0 0
panas dengan suhu 40,5 C 43 C merupakan salah satu pilihan tindakan yang
digunakan untuk mengurangi dan bahkan mengatasi rasa nyeri (Potter dan Perry,
2006).
mempergunakan buli buli panas atau kantong air panas secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot. Nyeri yang
dirasakan akan berkurang atau hilang. Kompres hangat memiliki beberapa pengaruh
meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta
adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta
peningkatan tekanan kapiler. Tekanan oksigen dan karbondioksida di dalam darah akan
meningkat sedangkan derajat keasaman darah akan mengalami penurunan
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan uraian singkat dalam latar
belakang dapat dirumuskan satu masalah yaitu : Pemberian Kompres hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Payudara Pada Pasien Nifas Dan Penurunan Skala nyeri pada penderita
Phlebitis Di Rsia Sayang Ibu Tahun 2016
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a.Mampu dan dapat melakukan pemberian kompres hangat terhadap penurunan rasa
nyeri payudara pada masa nifas
b.Mampu dan dapat melakukan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala
nyeri pada penderita phlebitis
2. Tujuan Khusus
b.Nyeri Phlebitis
D. Manfaat Penulisan
1. Peneliti
hangat Terhadap Penurunan Nyeri Payudara Pada Pasien Nifas Dan Penurunan
Skala nyeri pada penderita Phlebitis Di Rsia Sayang Ibu Tahun 2016 .
2. Tempat Penelitian dan Instansi Rumah Sakit
BAB II
LANDASAN TEOROI
A.Post Partum
1. Pengertian
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2005). Masa nifas
(peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Bahiyatun, 2009).
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Batas waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk dan tidak
demam.
Fase ini berlangsung 1 minggu 5 minggu. Pada periode ini yang perlu
(Saleha, 2009)
a.Perubahan Uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas.
kembali seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uterus pada bayi lahir yaitu
setinggi pusat, saat uri lahir fundus uteri dua jari bawah pusat (Suherni, 2008).
b.Lochea
Menurut Saleha (2009), lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum
uteri dan vagina selama nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
c.Perubahan Payudara
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari ke-2
atau hari ke-3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
dan bisa meluas apabila kepala janin terlalu cepat (Suherni, 2008).Laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
menurut arah irisan ada tiga: medialis, mediolaeralis dan lateralis dengan
tujuan agar supaya tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur
progesteron, sehingga yang menyebabkan terjadi nyeri ulu hati dan konstipasi,
terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas
adanya reflek hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum
darah dan peningkatan produk sisa. Beberapa ibu, khususnya setelah persalinan yang
menggunakan bantuan alat, mengalami kesulitan saat mulai berkemih. Ada pula ibu
yang mungkin mengalami kesulitan menahan lebih lama aliran urinenya saat ada
1) Hormon Plasenta
post partum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari
2009).
2) Hormon Hipofisis
progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap
3) Hormon Oksitosin
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini
membantu uterus kembali kebentuk normal dan pengeluaran air susu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya
1. Pengkajian
a. Anamnesa
kebutuhan sehari-hari misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan
penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu
tidak), rencana merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau
mertua).
mendatar, adakah nyeri dan lecet pada putting), ASI atau kolostrum
abnormal.
jumlah, bau), odema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka
(Suherni, 2008)
2. Diagnosa
tubuh berhubungan dengan faktor biologis (asupan nutrisi zat besi tidak
3. Intervensi
teratasi dengan kriteria hasil, skala nyeri berkurang (1-3), Tekanan darah
payudara tidak kenceng dan tidak teraba keras dan sekresi ASI lancar.
(Wilkinson, 2007).
payudara tidak kenceng dan tidak teraba keras dan sekresi ASI lancar.
16
(Wilkinson, 2007).
sesuai NIC adalah kaji nutrisi pasien, anjurkan makan sedikit tapi
C. Nyeri
1. Definisi
mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini
2. Klasifikasi Nyeri
kronis. Nyeri akut diakibatkan oleh penyakit, radang atau injuri jaringan.
Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan. Nyeri kronik,
berlangsung lebih lama (lebih dari enam bulan). Nyeri ini dapat dan
dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) dan serabut C. Implus nyeri
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)
oleh dua orang yang berbeda. Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan
1. Skala Numerik
Numerik
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Sangat Nyeri
Gambar 2.1
Skala Nyeri Numerik
Sumber : Andarmoyo (2013)
2. Skala deskriptif
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
garis. Pendeskripsi ini di ranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri
Deskriptif
Gambar 2.2
Skala Nyeri Deskriptif
Sumber : Andarmoyo (2013)
19
Analog
Gambar 2.3
Skala Nyeri Analog Visual
Sumber : Andarmoyo (2013)
D. Nyeri Payudara
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa
ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada
payudara sumbatan tersebut bisa terjadi pada satu atau bisa lebih duktus
biasanya timbul hanya pada satu payudara dan hanya sedikit rasa hangat
dirasakan atau tidak ada rasa hangat sama sekali. Dalam suatu penelitian 96
dari 100 ibu dilaporkan mengalami nyeri pada waktu-waktu tertentu. Hal ini
terjadi terutama antara hari ke-3 dan ke-7. Pada beberapa wanita, nyeri ini
E. Kompres Panas
1. Definisi
(Bonde, 2013).
rasa sakit atau nyeri dan akan menunjang proses penyembuhan luka dan
dapat menurunkan persepsi nyeri seseorang. Selain itu, teknik ini juga
nyaman sesuai keinginan ibu (Chapman, 2006). Salah satu terapi non-
lebih besar dan lebih cepat. Proses ini juga menurunkan transmisi nyeri
yang akan membuat pembuluh darah berdilatasi (Guyton dan Hall, 2007).
nyeri dengan metode alami adalah metode panas dingin. Memang tak
nyaman. Botol air panas yang dibungkus handuk dicelupkan ke air dingin
23
payudara dapat mereda dengan kompres panas dan shower air panas di
kecil untuk kompres panas, satu handuk ukuran sedang untuk menutup
0
41 C dalam waskom, termometer air dan stopwatch (Nengah dan
Surinati , 2013).
yang akan digunakan, lalu membuka baju bagian atas pasien dan
handuk kecil yang sudah dicelupkan ke waskom yang berisi air panas
1. Pengertian
merupakan peradangan yang terjadi pada pembuluh darah vena yang disebabkan
oleh kateter atau iritasi kimiawi zat aditif dan obat-obatan yang diberikan secara
intravena.
peradangan pada dinding vena akibat terapi cairan intravena, yang ditandai dengan
nyeri, kemerahan, teraba lunak, pembengkakan dan hangat pada lokasi penusukan.
Menurut Hankiens dkk (2006) dalam Nurjanah (2011) tanda dan gejala
phlebitis adalah eritema, nyeri, edema dan peningkatan temperatur kulit pada area
pemasangan infus.
Tanda dan gejala phlebitis menurut Karadag dan Gorgulu (2000) dalam
Asrin dkk (2006:3) umumnya timbul nyeri, kemerahan, bengkak, panas dan vena
3. Faktor Resiko
Faktor faktor yang mempengaruhi peningkatan resiko terjadinya
phlebitis menurut Hanskin dkk (2001) dalam Nurjanah (2011) antara lain :
4. Pencegahan
b. Tinggikan ekstremitas.
c. Beritahu dokter.
Menurut Campbell (1998) dalam Asrin dkk (2006) skala yang dapat
digunakan untuk menilai phlebitis adalah Baxter Scale dan INS Phlebitis Scale.
Baxter scale yang dimaksud terdiri dari rentang skala 0-5; skala 0 tidak ada
tanda dan gejala plebitis ; skala 1 terdapat nyeri pada tempat insersi ; skala 2
kurang dari 3 inchi di atas tempat insersi ; dan skala 5 nyeri, kemerahan,
bengkak, indurasi, pembesaran vena lebih dari 3 inchi dan trombosis vena.
dibedakan menjadi 3 skala yaitu skala 0 tidak ada tanda dan gejala ; skala 1
kemerahan dengan atau tanpa nyeri dan odema ; skala 2 kemerahan dengan atau
tanpa nyeri, edema, bentuk berlapis ; skala 3 terdapat semua tanda dan gejala
tersebut di atas.
C. Kompres Hangat
1. Pengertian
Wahyuningsih, 2013).
2. Tujuan
3. Persiapan Alat
4. Prosedur Pelaksanaan
5. Manfaat
Pemberian kompres air hangat dapat membantu vasodilatasi pembuluh
5. Evaluasi
Menurut Hutahean (2010) dalam Dewi (2013:20) definisi evaluasi adalah tahap
subyektif yaitu data yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap data
tersebut (jika pasien afasia, penulisan datanya adalah 0/X), kemudian O adalah
obyektif yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda
tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data
yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subyektif dan objektif, P adalah
perencanaan yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan pasien yang optimal. Tipe pernyataan tahapan
evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
sumatif adala evaluasi akhir. Pernyataan evaluasi formatif adalah hasil observasi
dan analisa perawar terhadap respon pasien segera pada saat / setelah dilakukan
sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan
(Dermawan, 2012:131).
19