Fraktur terbuka sering merupakan akibat dari trauma bertekanan tinggi dan dapat
menyebabkan kecacatan jangka panjang. Fraktur terbuka didefinisikan sebagai adanya
hubungan antara tulang dengan lingkungan luar melalui kerusakan atau defek pada kulit.
Hubungan dengan lingkungan luar menyebabkan tingginya angka infeksi, malunion, dan non
union jika tidak dikenali dan ditangani dengan segera.
I. EVALUASI INISIAL
Ketika menangani pasien trauma, termasuk pasien pasien fraktur terbuka,
tujuan utama adalah menyelamatkan hidup (saving life). Protokol ATLS harus segera
dilaksanakan pada kondisi emergensi. Pemeriksaan dan penanganan dari bidang
orthopdia sebaikanya dilakukan segera setelah kondisi pasien stabil. Mengetahui
mekanisme trauma penting untuk mengetahui jumlah tekanan yang diterima pasien
serta luasnya kontaminasi lingkungan. Inspeksi yang sistematiks pada tiap ekstremitas
juga penting, kadang fraktur terbuka dapat tidak terlihat jika seluruh ekstremitas tidak
diperhatikan degan detail.
Dimensi, lokasi dan derajat kerusakan jaringan lunak pada luka terka harus
diperhatikan sebelum melakukan reduksi/splinting. Pemeriksaan neurovaskular
lengkap harus dilakukan. Penting untuk mempertahankan kemungkinan terjadinya
sindrom kompartemen, terutama pada trauma bertekanan tinggi.
Durasi
Durasi optimal dari pemberian antibiotik belum dapat ditentukan dengan pasti.
Tidak ada bukti kuat bahwa memperluas cakupan antibiotik sampai lebih dari 24 jam
dalam menurunkan angka infeksi, bahkan pada fraktur rade II maupun III. Penelitian
juga menunjukkan bahwa penggunaan sefalosforin generasi 1 selama 1 hari dan
selama 5 hari tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
V. SURGICAL DEBRIDEMENT
Debridemen yang adekuat dianggap merupakan step yang penting dalam
mencegah infeksi dan mencetus penyembuhan luka. Tujuannya adalah untuk
membersihkan semua jaringan yang terkontaminasi dan jaringan mati, termasuk kulit
dan jaringan lemak subkutis, otot dan tulang. Luka harus diperluas secara longitudinas
agar dapat diinspeksi dengan jelas. Harus sampai pada ujung tulang, kanal medular
dibersihkan, dan seluruh fragmen tulang yang mati tanpa perlekatan jaringan lunak
diangkat. Edwards et al menemukan bahwa pengangkatan dari tulang yang
mengalami nekrosis dapat menurunkan angka infeksi secara signifikan pada fraktur
terbuka. Walaupun viablitas tulang dan kulit dapat dinilai dari kapasitasnya dalam
berdarah, dan viabilitas otot diperiksa dengan menggunakan kriteria artz yaitu 4 Cs:
Color, contractility, consistency, capacity to bleed. Kapanpun viablitas jaringan lunak
atau adekuatnya debridemen dipertanyakan, debridement ulang dibutuhkan.
Waktu operasi
Waktu optimal untuk melakukan debridemen masih menjadi perdebatan.
Secara historis, fraktur terbuka ditangani dengan debridement segera dalam waktu
kuarng dari 6 jam setelah trauma, seperti yang dilaporkan gustillo anderson pada
tahun 1976. Terdapat angka kejadian infeksi akut yang sama pada pasien yang
dioperasi dalam waktu 6 jam setelah trauma degan pasien yang operasinya ditunda
sampai lebih dari 72 jam, tanpa memperhatikan gradenya.
Cairan irigasi
Cairan irigasi yang optimal belum diketahui dengan pasti karena keterbatasan
penelitian pada topik ini. Pada penelitian yang menggunakan 458 sampel yang
membedakan efikasi normal saline dengan campuarn basitrasi dan castile soap. Tidak
terdadapat perbdaan yang signifikan antara normal salin yang diberikan castile soap
dan tidak.
Volume irigasi
Gustilo et al merekomendasikan irigasi menggunakan 5-10 liter normal saline
dan atau masak air + basitrasin untuk semua jenis fraktur. Lebih dari satu dekade yang
lalu, jumlah optimal unutk irigasi tidak pernah diperlihatkan. Anglen memberikan
protokol berdasarkan keparahan cidera, dalam 3 L untuk 1 fraktur, 6 L untuk tipe II,
dan 9 untuk fraktur tipe III.
Fikasi eksterna
Fiksasi eksterna adalah ukuran raguan efektif pada pasien politrauma,
khususnya dalam kasus cacat jaringan lunak. Hal ini juga dapat digunakan sebagai
pengobatan defiitive dengan hasil yang baik. Edwards menunjukkan tingkat serikat
93% dengan fiation eksternal pada median tindak lanjut dari 9 bulan di 202 berturut-
turut tipe III fraktur tibialis terbuka.