Oleh :
Arsy Cahya ramadhani
H1A012008
Pembimbing :
dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si.Med
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan journal reading yang
berjudul Sudden Cardiac Death Autopsy Findings in 7200 Cases Between 2001
and 2015. Journal reading ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam
proses mengikuti kepaniteraan klinik di bagian SMF Forensik Rumah Sakit
Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Saya berharap penyusunan journal reading ini dapat berguna dalam meningkatkan
pemahaman kita semua mengenai kasus terkait.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
laporan ini. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di
dalam melaksanakan tugas dan menerima segala amal ibadah kita.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
IDENTITAS JURNAL 4
ABSTRAK 5
PENDAHULUAN 6
METODE 7
HASIL 9
DISKUSI 13
KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 16
3
A. IDENTITAS JURNAL
4
A. ABSTRAK
Hasil: Dari 7.200 otopsi yang dilakukan selama periode 15 tahun, kami
mengeksklusi 276 kasus dengan data yang tidak lengkap. Sisanya terdapat 6.924
kasus termasuk 3.000 otopsi (43,3%) karena kematian akibat tindak kekerasan:
kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan. Kasus kematian tanpa kekerasan adalah
3.924 kasus (56,7%). Dari 3924 kematian tanpa kekerasan tersebut, berdasarkan
data departemen forensik, kami mengidentifikasi 1.085 kasus kematian jantung
mendadak (749 laki-laki [69%]; usia rata-rata, 56 17,4 tahun).
5
B. PENDAHULUAN
Kematian jantung mendadak diperkirakan terjadi antara 180 dan 400 kasus
per tahun di Amerika Serikat, namun di Romania, masih belum diketahui.
6
telah melakukan penelitian yang menggambarkan insidensi kematian jantung
mendadak dan penyebab kematian pada penderita skizofrenia. Hasil otopsi
menunjukkan bahwa kematian mendadak pada skizofrenia disebabkan oleh
kelainan struktural kardiovaskular, pernafasan, dan neurologis, dan sebagian besar
kasus disebabkan oleh infark miokard akut. Penyebab utama kematian mendadak
pada demensia adalah infark miokard (25,5%) pada kasus dengan kematian
mendadak yang takterduga berdasarkan temuan otopsi. Otopsi sangat penting
untuk mengidentifikasi penyebab kematian jantung mendadak pada korban.
Mengetahui penyebab kematian jantung mendadak sangat penting karena
penelitian sebelumnya menemukan sindrom aritmia herediter pada hampir
separuh kerabat yang memiliki hubungan darah, sehingga diduga menjadi
penyebab kematian dan mengidentifikasi keluarga yang masih bertahan yang
berisiko mengalami hal serupa.
C. METODE
7
Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian laporan otopsi yang dilakukan oleh
departemen forensik lokal antara 1 Januari 2001, dan 31 Desember 2015. Untuk
kriteria inklusi yaitu menetapkan kematian mendadak yang tak terduga sebagai
kematian tak terduga dalam waktu 1 jam dari onset gejala atau, pada kondisi kasus
yang tidak disaksikan, seperti kematian seseorang yang terakhir terlihat hidup dan
berfungsi baik 24 jam sebelum kematian. Data dikumpulkan dari Departemen
Forensik Kabupaten Brasov berdasarkan sertifikat pendaftaran dan kematian dan
termasuk penyebab kematian, demografi, komorbiditas (kondisi medis dan
penyakit kejiwaan jika diketahui), waktu dan tempat kejadian, manuver resusitasi,
dan konsentrasi alkohol darah. Kasus dieksklusi jika penyebab kematian berasal
dari etiologi lain (cerebrovascular accidents, emboli paru, atau asma),
pembunuhan, atau bunuh diri, atau jika data tidak lengkap. Studi ini telah disetujui
oleh komite etik institusi.
Pelaksanaan Otopsi
Analisis Statistik
8
D. HASIL
Kasus-Kasus Otopsi
Kasus yang diotopsi pada tahun 2001 hingga 2015 yaitu sejumlah 7.200 kasus
yang dilakukan di Departemen Forensik Brasov country. Untuk tujuan penelitian
ini, peneliti mengeksklusi 276 kasus dengan data yang tidak lengkap. Dari 6.924
otopsi, peneliti menemukan 3.000 kasus dengan kematian kekerasan (68%
kecelakaan, 23% kasus bunuh diri, dan pembunuhan 9%), 2.340 laki-laki (78%)
dengan usia rata-rata 44,1 13,4 tahun. Sisanya 3.924 kasus tersebut adalah
kematian tanpa kekerasan, 2.708 laki-laki (69%) dengan usia rata-rata 58,7 16,4
tahun. Peneliti menyadari bahwa jumlah otopsi yang dilakukan untuk kasus
kekerasan sekitar 200 kasus dalam setahun, dan ada kecenderungan menurun
sejak tahun 2011 hingga saat ini (Gambar 1).
Gambar 1. Jumlah otopsi pada kasus kekerasan dan tanpa kekerasan antara tahun 2001 dan 2015.
9
(jumlah tertinggi). Terdapat 2 periode dengan peningkatan jumlah otopsi pada
kasus tanpa kekerasan: 2002 sampai 2005 dan 2010 sampai 2015 (Gambar 2).
Gambar 2. Jumlah otopsi kasus tanpa kekerasan anatara tahun 2001 dan 2015.
10
Penyebab Kematian
Penyebab kematian yang ditemukan saat otopsi pada kasus kematian jantung
mendadak adalah penyakit jantung koroner (PJK) sebanyak 635 (58,5%) dari
1.085 kasus diikuti oleh kardiomiopati hipertrofik (7%, 77/1085), Arrhythmogenic
Right Ventricular Cardiomyopathy (ARMP) (6%, 65/1085), dan miokarditis (3%,
37/1085). Kasus lain termasuk diseksi aorta, penyakit katup, cacat bawaan, dan
tumor. Penyebab kematian yang tidak dapat dijelaskan atau tidak meyakinkan
setelah diotopsi terdapat pada 229 (13,5%) dari 1.085 kasus.
Individu dengan kematian jantung mendadak lebih dari 20% memiliki risiko
kardiovaskular: riwayat hipertensi (56,1%), diabetes (28%), merokok (22%),
obesitas (13%), dan penyalahgunaan alkohol (11%) (Tabel 2).
11
Tabel 1. Penyebab kematian pada 37 kasus otopsi pada anak-anak dengan kematian jantung
mendadak.
Lokasi Kematian
Kematian jantung mendadak pada 2.200 kasus, 56,1% terjadi di rumah; 1.339
kasus (34,1%) kematian terjadi di ruang gawat darurat (disebut kematian saat
kedatangan di gawat darurat). Dalam 237 kasus (6,0%), individu tersebut
ditemukan tewas. Pada sisa kasus (3,8%), kematian terjadi selama aktivitas fisik
berat (mengangkat atau mengurangi berat badan) atau olahraga (sepak bola,
mendaki, ski, dan bersepeda).
12
Resusitasi Kardiopulmonal
E. DISKUSI
13
Penyakit jantung koroner bertanggung jawab atas sebagian besar kasus
kematian jantung mendadak (58,5%), diikuti oleh kardiomiopati hipertrofik (7% ),
ARVC (6%), dan miokarditis (3%). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa lebih dari 75% kasus kematian jantung mendadak berkorelasi dengan PJK
yang ada sebelumnya. Dari kasus tersebut, 10%-15% teridentifikasi lesi yang
sesuai untuk penyakit miokardiak seperti kardiomiopati hipertrofik, kardiomiopati
dilatasi idiopatik, displasia aritmogen ventrikel kanan, atau penyakit miokard
infiltratif.
Dalam studi Maastricht, 80% kasus henti jantung terjadi di rumah dan
40% tidak disaksikan, dengan kemungkinan RJP berhasil yang rendah. Penelitian
ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, ini adalah penelitian retrospektif,
14
dan beberapa data spesifik kurang mengenai kejadian seperti profil faktor risiko
kematian jantung mendadak yang lengkap, deskripsi manifestasi klinis yang lebih
baik yang dipresentasikan oleh korban sebelum kematian dalam kasus yang
disaksikan, dan prosedur RJP yang dilakukan atau protokol otopsi, pernyataan
kerabat, dan status sosial ekonomi.
15
F. KESIMPULAN
Kematian jantung mendadak terjadi sekitar lebih dari 25% dari semua
kematian tanpa kekerasan di komunitas urban Rumania. Berdasarkan laporan
otopsi, kami menemukan bahwa penyakit jantung koroner (coronary artery
disease, CAD) adalah penyebab kematian paling sering; Pria lebih rentan dalam
dekade keenam kehidupan. Kejadian sering terjadi di rumah, dan manuver
resusitasi jantung paru dilakukan di lebih dari separuh kasus. Strategi pencegahan
diperlukan untuk menurunkan masalah kesehatan utama ini karena berdampak
besar secara emosional, sosial, dan ekonomi.
G. DAFTAR PUSTAKA
16