Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

EPISTAKSIS ANTERIOR
Oleh:
ARSY CAHYA RAMADHANI
H1A012008

Dosen Pembimbing : dr. DR. MARKUS RAMBU, SP.THT-KL


PENDAHULUAN

Epistaksis merupakan perdarahan hidung, bukanlah


merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari
suatu kelainan
Epistaksis
Ringan berhenti spontan
Kegawatdaruratan
Prevalensi sebenarnya dari epistaksis tidak dapat diketahui
karena sebagian besar kejadian dapat berhenti sendiri
sehingga tidak terlaporkan.
Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul
pada 60% populasi umum
>> anak dan orang tua
Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal atau
sistemik.
Sumber perdarahan bisa berasal dari bagian anterior
atau bagian posterior hidung.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
FISIOLOGI

Sebagai jalan nafas


Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sebagai penyaring dan pelindung
Indra penghidu
Resonansi suara
Proses bicara
Refleks nasal
Epistaksis
Definisi

Epistaksis
adalah keluarnya darah dari hidung yang
merupakan gejala atau manifestasi penyakit lain,
penyebabnya bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa
ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong
dapat berakibat fatal. Sumber perdarahan biasanya
berasal dari bagian depan atau bagian belakang
hidung
Epidemiologi

60% populasi umum.


usia <10 tahun dan >50 tahun.
Epistaksis anterior lebih sering terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda,
epistaksis posterior >> usia tua,
Pasien yang menderita alergi, inflamasi hidung, dan
penyakit sinus lebih mukosanya lebih mudah
kering dan hiperemis yang disebabkan oleh reaksi
inflamasi.
Etiologi
Lokal sistemik
Trauma Kelainan darah
Infeksi Penyakit kardiovaskuler,
Neoplasma hipertensi dan kelainan
Kongenital pembuluh darah, seperti pada
Sebab lain (benda asing, aterosklerosis, nefritis kronik,
perforasi septum) sirosis hepatis, sifilis, diabetes
Pengaruh lingkungan melitus dapat menyebabkan
epistaksis. Infeksi sistemik
akut
Demam berdarah, demam
typhoid, influenza, morbili,
demam tifoid.
Gangguan endokrin
Patofisiologi

Pendarahan biasanya terjadi ketika mukosa tererosi dan pembuluh


darah menjadi terpajan kemudian pecah.
Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris
interna yaitu arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian
depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis. Bagian
depan septum terdapat anastomosis (gabungan) dari cabang-
cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis
superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus
kiesselbach (littles area).
Jika pembuluh darah tersebut luka atau rusak, darah akan
mengalir keluar melalui dua jalan, yaitu lewat depan melalui
lubang hidung, dan lewat belakang masuk ke tenggorokan.
Klasifikasi

Epistaksis anterior

Epistaksis posterior
Diagnosis
Anamnesis
Apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorok
(posterior) atau keluar dari hidung depan (anterior) bila
pasien duduk tegak
Lama perdarahan dan frekuensinya
Riwayat perdarahan sebelumnya
Kecenderungan perdarahan
Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
Riwayat trauma hidung yang belum lama
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes mellitus
Riwayat penyakit hati
Riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan,
misalnya; aspirin dan fenilbutazon atau penggunaan
anti koagulan
Trauma hidung yang belum lama
Pemeriksaan fisik
kesadaran, tanda vital, pemeriksaan kepala sampai ekstremitas. Pada
epistaksis anterior, keadaan umum pasien baik, tidak ada gangguan
tanda vital, dan tidak ditemukannya tanda hipoperfusi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung,
dan konka inferior
Rhinoskopi posterior.
Pemeriksaan nasofaring dengan rhinoskopi posterior penting pada
pasien dengan epistaksis berulang.
Pemeriksaan Penunjang
- Rontgen sinus
Rontgen sinus penting mengenali neoplasma atau infeksi
- Skrinning terhadap koagulopati
Penatalaksanaan

Prinsip :
memperbaiki keadaan umum,
cari sumber perdarahan,
menghentikan perdarahan,
mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan.
Menghentikan Perdarahan

Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti kaustik dan


pemasangan tampon lebih baik daripada pemberian obat
hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti dengan
sendirinya.
Pasien sendiri dapat menghentikan perdarahan bagian depan
hidungnya dengan menjepit bagian itu dengan sebuah jari tangan
dan ibu jari
Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap dan
untuk membersihkan hidung dari bekuan darah.
Kemudian tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin
1/10.000 dan lidocain atau pantocain 2% dimasukkan ke dalam
rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi rasa nyeri pada waktu tindakan selanjutnya .
Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit.
Dengan cara ini dapatlah ditentukan apakah sumber
perdarahan letaknya di bagian anterior atau di bagian posterior.
Perdarahan anterior

menekan hidung dari luar selama 10-15 menit


Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal
perdarahan dikausatik dengan larutan Nitras Argenti
(AgNO3) 25-35%. Sesudahnya area tersebut diberi krim
antibiotik.
perdarahan terus berlangsung, pemasangan tampon
anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi
pelumas vaselin atau salep antibiotik.
Tampon anterior
Komplikasi

aspirasi darah kedalam saluran napas bawah


syok,
anemia dan gagal ginjal.
Turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan
iskemia serebri, insufisiensi koroner hingga infark miokard
sehingga dapat menyebabkan kematian
Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-sinusitis, otitis
media, septikemia atau toxic shock syndrome
Prognosis

90%kasus epistaksis anterior berhenti sendiri.


Pada pasien hipertensi dengan/tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering
kambuh dan prognosisnya buruk.
Penutup

Epistaksis anterior merupakan perdarahan melalui hidung yang


keluar melalui lubang hidung, dapat berasal dari Pleksus
Kiesselbach atau dari arteri athmoidalis anterior. Perdarahan
umumnya ringan, dapat berhenti sendiri. Pada kasus yang berat,
pertolongan harus dilakukan di rumah sakit dengan orang yang
yang berkompetensi pada bidang ini.
Penentuan asal pendarahan pada kasus epistaksis sangat penting
karena berkaitan dengan cara penatalaksanaannya. Untuk
menghentikan pendarahan ini dapat dilakukan tampon anterior,
kauterisasi dan tampon posteriorKomplikasi epistaksis anterior
dapat dikarenakan perdarahannya atau karena penanganannya.
Umumnya, prognosis epistaksis anterior baik.
Daftar Pustaka

Mangunkusumo E dan Wardani RS. Epistaksis. Dalam: Soepardi A., Iskandar N., Bashiruddin
J., dan Restuti D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi
Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012; p. 131-135.
Soetjipto D, mangunkusumo E, dan Wardani RS. Hidung. Dalam: Soepardi A., Iskandar N.,
Bashiruddin J., dan Restuti D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012; p.96-100.
Hilger PA. Hidung; Anatomi dan Fisiologi Terapan. Dalam: Adam GL, Boies LR, Higler PA.
Boies: Buku Ajar penyakit THT edisis 6. Jakarta: EGC, 2013; p. 173-188.
Hilger PA. Penyakit Hidung. Dalam: Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies: Buku Ajar penyakit
THT edisis 6. Jakarta: EGC, 2013; p. 224-233.
Broek PVD, Feenstra L. Buku Saku Ilmu kesehatan tenggorok, Hidung, dan Telinga edisi 12.
Jakarta: EGC, 2010. P.124-127.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai