Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KIMIA INDUSTRIAL AND CHEMICAL WASTES

ON CEMENT INDUSTRY

Disusun oleh :

FAIZAL BAGUS ADI NUGRAHA


RADEN VITO BAGAS B.P.

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
Definisi Semen

Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa
merekatkan bahan bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga
bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum
semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat
bahan bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo
Pangaribuan, Holcim)

Definisi Semen Portland berdasarkan SNI

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 15-2049-2004,


semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak (Clinker) portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat (xCaO.SiO2)
yang bersifat hidrolis dan digiling bersama sama dengan bahan tambahan berupa
satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan boleh
ditambah dengan bahan tambahan lain (Mineral in component).

Hidrolis berarti sangat senang bereaksi dengan air, senyawa yang bersifat
hirolis akan bereaksi dengan air secara cepat. Semen portland bersifat hidrolis
karena di dalamnya terkandung kalsium silikat (xCaO.SiO2) dan kalsium sulfat
(CaSO4.xH2O) yang bersifat hidrolis dan sangat cepat bereaksi dengan air. Reaksi
semen dengan air berlangsung secara irreversibel, artinya hanya dapat terjadi satu
kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula.

Komposisi kimia semen

Seperti yang telah disinggung di atas, bahan kimia utama penyusun semen
adalah kalsium silikat (xCaO.SiO2), kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan bahan
tambahan lain (Mineral in component) yang akan berperan sebagai cement filler.
Dimana mineral kalsium silikat (xCaO.SiO2) bersifat sangat hidrolis, di dalam
industri semen mineral mineral penyusun semen diistilahkan sebagai C3S, C2S,
C3A dan C4AF yang berarti :

C3S = 3CaO.SiO2

C2S = 2CaO.SiO2

C3A = 3CaO.Al2O3

C4AF = 4CaO.Al2O3.Fe2O3

Inilah yang membuat industri semen berbeda dengan industri kimia pada
umumnya, dimana pada industri kimia lain C dipakai untuk Carbon, S untuk
Sulfur, dan F untuk Fluoro sedangkan pada industri semen diapaki hanya untuk
kemudahan dalam pelafalan.

Polutan yang dihasilkan Industri Semen

Industri semen merupakan salah satu penyumbang polutan yang cukup


besar pada pencemaran udara seperti emisi gas dan partikel debu. Dalam proses
produksi industri semen sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil, jadi
menimbulkan dampak gas rumah kaca. Disamping itu, dalam proses produksi
industri semen juga memberikan dampak fisik secara langsung baik pada Pekerja
dan Masyarakat sekitar, yaitu dampak tingkat kebisingan serta getaran mekanik
dari rangkaian proses poduksi semen.

Limbah yang terbesar dari industri semen atau pabrik semen adalah debu
dan partikel, yang termasuk limbah gas dan limbah B3. Udara adalah media
pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar
bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti
O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Dampak Industri Semen terhadap pencemaran udara

Limbah yang terbesar dari industri semen atau pabrik semen adalah debu
dan partikel, yang termasuk limbah gas dan limbah B3. Udara adalah media
pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar
bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur-unsur :

1. CO (Karbon Monoksida)

Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar
dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang
baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan
emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi
serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan
tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang
mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan
bahan bakar.

2. Nitrogen Dioksida (NO2)

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO 2 yang lebih tinggi
dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari
kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari).
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-
binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan
pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
3. Sulfur Oksida (SOx)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen


sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO 2) dan Sulfur
trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama
polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO 2 sebesar
5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada
kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.

4. Ozon (O3)

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari
radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian 30 km dimana
radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan
memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah
molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap
radiasi sinar matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm.

5. Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan


membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk
dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
kanker.
6. Khlorin (Cl2)

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat
menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas
hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun
yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang menyengat gas khlorin
dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin
masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi
dan peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan
membebaskan oksigen seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.

7. Partikulat Debu (TSP)

Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan


partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap
di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar
dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

8. Timah

Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap


bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia
6 tahun, yang biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding
rumah. Logam berat ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan,
mengurangi kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan
menghilangkan konsentrasi. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti
kadmium, arsenik, mangan, nikel dan zink).
Dampak Industri Semen terhadap pencemaran lahan
Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta
pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini
akan menyebabkan keimbangan lingkungan setempat.

Dampak Industri Semen terhadap pencemaran air


Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah
terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan
menimbulkan banjir pada musim hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat
itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada
musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi
menyerap air.

Penanggulangan pencemaran lingkungan industri semen

Penemuan Semen Terbaru

1. Ekosemen

Ekosemen dibuat dengan mengubah sampah menjadi produk semen. Kata


ekosemen sendiri diambil dari penggabungan kata ekologi dan semen.
Diawali penelitian di tahun 1992, para peneliti Jepang (yang tergabung dalam
NEDO) telah meneliti kemungkinan abu hasil pembakaran sampah dan endapan
air kotor sebagai bahan semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu
hasil pembakaran sampah mengandung unsur yang sama dengan bahan dasar
semen pada umumnya. Dari abu inilah kemudian dijadikan sebagai bahan dari
pembuatan ekosemen. Abu ini dan endapan air kotor mengandung senyawa-
senyawa dalam pembentukan semen biasa yaitu senyawa-senyawa oksida seperti
CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Oleh karena itu, abu insenerasi ini dapat
berfungsi sebagai pengganti clay (tanah liat) yang digunakan dalam pembentukan
semen biasa.
Dengan adanya pengubahan sampah menjadi semen, menambah alternatif
pengolahan sampah yang lebih bernilai ekonomis. Selain itu, teknologi ekosemen
juga ramah lingkungan. Pada pembuatan ekosemen, sebagian CaO diperoleh dari
abu insenerasi sehingga mengurangi penggunaan batu kapur yang selama ini
menjadi polusi gas CO2. Pasalnya, dalam produksi satu ton semen Portland, akan
dihasilkan sekitar satu ton gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Dari data
tahun 1995, jumlah produksi semen di dunia tercatat 1,5 miliar ton. Hal ini berarti
industri semen melepaskan karbon dioksida sejumlah 1,5 miliar ton ke alam bebas.

2. Semen Pozolan
Jenis semen alternatif yang harganya relatif murah dan teknologi proses
pembuatannya sederhana adalah semen pozolan. Semen ini dibuat dari campuran
bahan pozolan dan kapur padam dengan tidak melalui proses pemanasan. Bahan
pozolan berasal dari batuan produk gunungapi dan biasanya batuan tersebut telah
mengalami pelapukan baik pelapukan fisik maupun kimia. Sedangkan kapur
padam berasal dari batugamping dengan melalui proses pembakaran
menghasilkan kapur tohor. Kemudian pada kapur tohor tersebut ditambahkan air
sehingga terbentuk kapur padam.
Pada kegiatan evaluasi bahan baku semen pozolan telah dilakukan pekerjaan
pemetaan topografi dan geologi serta pemboran pada endapan bahan pozolan berupa
zeolit dengan tujuan untuk mengetahui volume bahan bakunya. Zeolit merupakan
senyawa alumino-silikat terhidrasi yang secara fisik dan kimia mempunyai
kemampuan sebagai bahan penyerap (adsorpsi), penukar kation dan katalis. Unsur
utama mineral zeolit terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Sehingga dalam proses
pembuatannya, semen pozolan tidak mengambil tanah yang kaya mineral sebagai
bahan baku. Maka dampaknya kesuburan tanah tetap terjagadan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lain.
Pencemaran air
Sementara untuk penanggulangan pencemaran air dari limbah industri pabrik
semen dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan bisa
dilakukan dengan cara dan prosedur yang benar semisal dibuatnya bak penampungan
sementara bagi limbah cair hasil proses produksi semen, sebelum kemudian diolah
kembali ataupun dibuang ke tempat yang aman.
Selain itu minimnya lahan segar yang dialiri air tanpa polutan yang
mengakibatkan pendangkalan sungai dan erosi, dapat ditanggulangi dengan
melakukan pengerukan dasar sungai secara berkala dan perluasan bibir sungai,
sehingga bila saat musim hujan tiba, sungai dapat menampung air bersih dan
mengaliri limbah cair yang mungkin terdapat di sungai karena pembuangan sisa
produksi semen.

Anda mungkin juga menyukai