Anda di halaman 1dari 7

I.

Topik

Rana sp

II.Tujuan

Untuk mengetahui morfologi dan anatomi pada katak (Rana sp)

III.Dasar Teori

Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani
yaitu Amphi yang berarti dua danBios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan
sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000
spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi
tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk
menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan
pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya
berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah.
Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan
bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk
(bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-
tempat yang lebih kering dan bernafas dengan paru-paru. Perubahan cara bernafas yang
seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang
dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat.
(Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada
mata terdapatmembrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu,
kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf
mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar
dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak
berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan
pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari
kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,
tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase
berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis
amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke
air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama
hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb,
1986).
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah
habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah
berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat
bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-
tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak
katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Sebagai hewan yang berdarah
dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan
hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung
kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi
telur, biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang
melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan
diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk
menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak beracun dari Amerika
Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak
sangat kuat racun emas yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya, dapat
menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan
anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu
mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
IV.Alat dan Bahan
No Alat Jumlah
1 Papan Bedah 1 Buah
2 Pinset 1 Buah
3 Silet 1 Buah
4 Jarum Pentul 1 Buah
5 Kamera Hp 1 Buah
6 Kertas Polio Bergaris 1 Buah
7 Pulpen 1 Buah
8 Pensil 1 Buah
9 Tissue 1 Buah

No Bahan Jumlah
1 Katak ( Rana sp) 1 Ekor
2 Kloroform Secukupnya
3 Formalin Secukupnya

V.Prosedur Kerja

A. Prosedur kerja untuk mengamati morfologi dan anatomi katak ( Rana sp )

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pratikum
2. Membius katak ( Rana sp) dengan menggunakan kloroform
3. Memfoto morfologi katak ( Rana sp ) dengan menggunakan kamera hp
4. Membedah bagian anatomi katak ( Rana sp) dengan mengunakan silet serta pinset
untuk mengangkat bagian kulit pada katak ( Rana sp).
5. Memfoto bagian anatomi katak dengan menggunakan kamera hp
6. Menggambar hasil pengamatan pada kertas folio

B.Prosedur kerja mengamati otak katak

1. Membedah kepala katak dengan menggunakan silet


2. Membuka bagian yang telah di bedah dan menggambil bagian otaknya
3. Memfoto otak katak dengan menggunakan kamera hp
4. Menggambar hasil pengamatan pada kertas Polio bergaris
5. Membersihkan semua alat dan sisa bahan yang telah digunakan dalam kegiatan
pratikum dan setelah itu menaruh alat yang telah dibersihkan pada tempat semula

VI.Hasil Pengamatan

A.Morfologi katak

Bagian Dorsal
Bagian ventral
B. Bagian mulut Katak ( Rana sp )
C. Bagian Topographi pada katak ( Rana sp )

Anda mungkin juga menyukai