BEDAH (ANTISEPTIK)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Menggosok tangan dari kotoran dengan sabun atau antiseptic dan dibilas
PENGERTIAN
dengan air mengalir
PROSEDUR
A. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAA
Kuku dalam keadaan pendek
N
B. Tahap Kerja
12. Menutup kran dengan siku. (Bila kran harus ditutup dengan
tangan, cuci kran dengan sabun terlebih dahulu sebelum
membilas tangan)
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
A ALAT
1 Bak cuci dan air mengalir 2
2 Sabun atau antiseptic 4
3 Handuk atau pengering 2
B Tahap Pra Interaksi
Kuku dalam keadaan pendek 2
C Tahap Kerja
1 Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju
3
sampai siku
2 Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka / sayatan 2
3 Menjaga agar tangan dan pakaian tidak menyentuh wastafel (jika
3
tangan menyentuh wastafel cuci tangan diulang)
4 Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian 2
5 Membasahi tangan dan lengan bawah, mempertahankannya lebih
3
rendah dari siku
6 Menaruh sedikit sabun / antiseptic (2 4 cc). Untuk sabun batang,
3
pegang dan gosok sampai berbusa
7 Menggosok kedua lengan dengan cepat, selama 10 15 detik 4
8 Menggosok punggung tangan, sela-sela jari 4
9 Menggosok sela-sela jari secara melingkar minimal 5 kali 4
10 Menggosok ujung-ujung jari ke telapak tangan yang lain 4
11 Membilas lengan dan tangan sampai bersih 4
12 Menutup kran dengan siku. (Bila kran harus ditutup dengan tangan,
2
cuci kran dengan sabun terlebih dahulu sebelum membilas tangan)
13 Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering 2
TOTAL 50
Pengertian Membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku
dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Tujuan a) Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah kontaminasi
b) Memindahkan angka maksimum kulit dari kemungkinan adanya
organisme patogen.
c) Mencegah atau mengurangi peristiwa infeksi
d) Memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat.
Kebijakan Sebagai perlindungan terahdap tenaga medis maupun pasien dari infeksi
Prosedur A. Peralatan
a) Wastafel/air mengalir
b) Sabun biasa/antiseptic
c) Watafel/airmengalir
B. Prosedur kerja
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan (air yang mengalir). Air
mengalir membantu menyingkirkan mikroorganisme
2) Singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan
tangan Anda. Memberikan akses ke jari-jari, tangan dan lengan
3) Lepaskan perhiasan dan jam tangan. Menggunakan cincin dapat
meningkatkan mikroorganisme pada tangan (Meeker, Rothrock, 1995)
4) Periksa adanya luka atau abrasi pada lengan dan jari. Area inflamasi atau
luka pada kulit dapat menjadi tempat mikroorganisme
5) Basahi kedua tangan sampai ke siku dengan air yang mengalir. Jaga
tangan dan lengan bawah berada lebih rendah dari siku selama prosedur
dilakukan. Tangan menjadi bagian yang paling bersih dari ekstremitas
atas
6) Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada tangan
dan gosok sampai berbusa. Jika menggunakan sabun batangan, pegang
dan gosok sampai berbusa. Jumlah bakteri berkurang secara signifikan
pada tangan jika digunakan 3-5 sabun antimikrobial (Larsen, 1987)
7) Bersihkan kedua tangan dan jari selama 10-15 detik. Gesekan dan
gosokkan mekanik mengangkat kotoran dan bakteri. Sabun antimikribial
harus kontak dengan kulit selama sedikitnya 10 detik (Garner, 1985)
8) Bersihkan punggung tangan kanan dan kiri dengan gerakan memutar
secara bergantian
9) Bersihkan sela jari kanan dan kiri dengan menyilangkan jari-jari kedua
tangan secara bergantian. Menjalin jari-jari dan ibu jari memastikan
bahwa semua permukaan dibersihkan
10) Bersihkan punggung jari kanan dan kiri secara bergantian
11) Bersihkan ibu jari kanan dan kiri secara bergantia
12) Bersihkan ujung jari kanan dan kiri pada telapak tangan secara bergantian
13) Jika area di bawah jari-jari kotor tambahkan sabun atau disikat dengan
sikat kuku. Penyikatan kotoran di bawah kuku dapat mengurangi
mikroorganisme pada tangan
14) Bilas kedua tangan secara menyeluruh, jaga tangan diatas dan siku tetap
dibawah. Pembilasan secara mekanik dapat membersihkan kotoran dan
mikroorganisme. Mengeringkan tangan mencegah kulit pecah-pecah da
kasar
15) Gunakan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tangan, gerakan
dari jari ke siku. Keringkan dengan gerakan melingkar
16) Tutup kran dengan menggunakan handuk atau tissu. Mencegah
kontaminasi tangan
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah dan
kaca mata), topi, gaun apron dan pelindung lainnya. Di banyak Negara lain, topi, masker, gaun
dan duk sering terbuat dari kain atau kertas, namun pelindung yang paling baik adalah yang
terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sinetik yang tidak tembus air atau cairan lain
(darah atau cairan tubuh). Bahan yang tahan air ini tidak banyak tersedia karena harganya yang
mahal. Di banyak Negara, kain katun ringan (dengan jumlah benang 140/inci 2) adalah bahan
yang paling umum digunakan untuk pamakaian bedah (masket, topi dan gaun) serta duk.
Sayangnya, katun yang ringan tersebut tidak merupakan penghalang yang efektif, karena cairan
dapat tembus dengan mudah sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi. Denim, kanvas
dan bahan berat lainnya, disisi lain, terlalu tebal untuk ditembus oleh uap pada waktu
pengukusan sehingga tidak dapat di sterilkan, sulit dicuci dan memerlukan waktu yang terlalu
lama untuk kering. Sebaliknya bahan kain yang digunakan berwarna putih atau terang kotoran
dan kotaminasi dapat terlihat dengan mudah. Topi atau masker yang terbuat dari kertas tidak
boleh digunakan ulang karena tidak ada cara untuk membersihkannya dengan baik. Jika tidak
dapat dicuci jangan digunakan lagi. (Depertemen Kesehatan, 2009).
Resiko Sedang :
Kemungkinana terpajan darah Pemeriksaan pelvis Sarung tangan
namun tidak ada cipratan Insersi IUD Mungkin perlu gaun
Melepas IUD pelindung atau Celemek
Pemasangan kateter intra vena
Penanganan spesimen
laboratorium
Perawatan luka berat
Ceceran darah
Resiko Tinggi :
Kemungkinan terpajan darah dan Tidakan bedah mayor Sarung tangan
kemungkinan terciprat Bedah mulut Celemek
Perdarahan massif Persalinan pervagina Kacamata pelindung
Masker
Sumber : Depertemen Kesehatan, 2009