OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Rahmat Suhada, Sp. M
I. IDENTIFIKASI PASIEN
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis pada tanggal 25 April 2016.
A. Keluhan Utama
Batuk berdarah sejak 2 jam SMRS
B. Keluhan Tambahan
Mual, tidak nafsu makan.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mulai mengalami keluhan batuk kurang lebih sejak satu bulan yang lalu,
batuk biasanya terjadi pada malam hari, biasanya pasien meminum air hangat untuk
meringankan batuk tetapi tidak memperingan keluhan batuknya. Batuk memberat
ketika beraktifitas disangkal, keluhan demam, mual, muntah, BAK dan BAB
disangkal.
Tiga hari kemudian batuk kadang berdahak, berwarna putih, dahak tidak disertai
darah, keluhan demam, nyeri tenggorokan, dan pilek disangkal. mual (-), muntah
(-), sesak (-), nyeri dada (-), bengkak (-), riwayat terbentur pada bagian dada atau
terjatuh disangkal, pasien juga merasakan sering berkeringat pada malam hari.
Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Dua minggu kemudian pasien mengaku batuk berdahak semakin sering, dan
pasien sulit untuk tidur dimalam hari, pasien juga mengeluh nafsu makan menurun,
sering berkeringat pada malam hari, dan terkadang sampai mengganti baju, dan
mulai merasakan badan hangat ketika malam hari. Mual (+), muntah (-), nyeri ulu
hati (-), nyeri dada (-), buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit batuk berdahak terus menerus
semakin memberat, kadang sampai mengganggu aktifitas harian pasien, dahak tidak
disertai darah, pasien kadang merasakan sesak ketika batuk terutama menjelang
tidur, pasien juga merasa pakaian sehari hari terasa longgar.
Pada tanggal 25-04-2016 jam 14.12 WIB pasien datang ke RSPBA dengan
keluhan batuk darah bercampur dahak sebanyak kurang lebih setengah aqua gelas,
darah berwarna merah segar, tidak bercampur sisa makanan. Keluhan disertai mual,
muntah (-), nyeri ulu hati (-), keluhan demam, nyeri tenggorokan disangkal. Pasien
juga masih mengeluh berkeringat pada malam hari, serta kesulitan untuk tidur
karena batuk yang dialami pasien selama sebulan terakhir ini. Keluhan betuk
berdarah pasien mengaku baru kali ini, dan pasien belum pernah sama sekali
minum obat warung ataupun memeriksakan keadaannya ke pelayanan kesehatan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada (pasien baru pertama kali dirawat inap)
E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+)
Pasien sudah merokok sejak usia 20 tahun, sehari pasien bisa menghabiskan
18 batang rokok. Dua bulan terakhir pasien berhenti merokok.
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan seperti pasien.
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
G. Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama anak dan menantunya, rumah pasien terletak dipingir
jalan, tidak ada ventilasi udara ataupun jendela pada kamar pasien, cahaya matahari
tidak masuk ke dalam kamar pasien.
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
- Nyeri - Tinitus
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran
Hidung
Mulut
Leher
Dada (Jantung/Paru)
D. Pemeriksaan
Kepala : Deformitas (-), rambut hitam - putih tersebar merata, tidak
mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya
langsung & tak langsung +/+, pupil bulat isokor 3mm/3mm
simetris, celopak cekung tidak ada.
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus -/-, serumen -/-, liang telinga
lapang, membran timpani intak.
Hidung : Septum deviasi (-), napas cuping hidung -/-, mukosa
hiperemis -/-, sekret -/-, hidung berdarah tidak ada
Mulut : Sianosis (-), mukosa lembab, atrofi papil (-), lidah kotor (-)
faring hiperemis (-), tonsil T1/T1.
Leher : JVP 5 - 2 cmH2O,
KGB : - submandibular : Teraba
- supraklavikula : tidak teraba
- retroaurikuler : tidak teraba
- cervicalis : tidak teraba
- axilaris : tidak teraba
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kiri atas di ICS II di linea Parastrenal sinistra,
Batas jantung kiri bawaha di ICS V pada linea midclavicula
sinistra
Batas jantung kanan di ICS IV di line parasternal
dektra
Auskultasi : Bunyi jantung s1 dan s2 normal, murmur (-), Galop S3 S4(-)
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak ada napas tertinggal.
Palpasi : Ekspansi tidak dada simetris, vokal fremitus tidak meningkat
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronki (-), wheezing-/-
Abdomen
Inspeksi : Datar, benjolan (-)
Palpasi : supel, tidak teraba massa, nyeri tekan epigastrium (-), hati tidak
teraba membesar, nyeri tekan (-), limpa tidak teraba
membesar. Tugor kulit normal.
Perkusi : Gabungan Timpani redup , shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat + + , CRT < 2, edema pitting - -
+ + - -
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 54 50-70 %
Limposit 35 20-40 %
Monosit 10 2-8 %
S : keluhan batuk masih dirasakan pasien, namun batuk berdahak sudah tidak,
berkeringat banyak saat tidur masih dirasakan oleh pasien.
O : TD : 120/80 mmHg
N : 76x/menit
Rr : 20x/menit
T : 37,2oC
C. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Foto thoraks PA
Posisi trakea ditengah, mediastinum superior
Jantung:
tidak membesar, jantung tidak membesar
Ukuran
(CTR <membesar,
50%), sinusCTR > 50%
costophrenicus bilateral
Aorta elengasi
normal, sinus cardiophrenicus kanan kabur,
Paru:
kiri normal. Diaphragma bilateral normal.
Kedua
Pulmo halus
: tak menebal
Infiltrat di basal
Hilus kanan kabur,parukiri
kanan
normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Corakan bronkovaskuler bertambah
Kesan:
Tampak perbercakan lunak diperihiler dan
Jantung:
perikardial kanan.
Kranialisasi (-)
Kesan :
Tampak perbercakan lunak di perihiler dan
perikardial kanan, ec DD/ KP aktif
atipikal, bronkopnemonia
V. RESUME
Pasien Tn. Zn 75 tahun diantar keluarga ke RSPBA dengan keluhan batuk
berdarah sejak dua jam SMRS, darah sebanyak kurang lebih setengah aqua gelas,
darah berwarna merah segar bercampur dahak, tidak bercampur sisa makanan.
Keluhan disertai mual, muntah (-), nyeri ulu hati (-), keluhan demam, nyeri
tenggorokan disangkal. Mengeluh berkeringat pada malam hari, serta kesulitan
untuk tidur karena batuk yang dialami pasien selama sebulan terakhir ini. Keluhan
betuk berdarah pasien mengaku baru kali ini, dan pasien belum pernah sama sekali
minum obat warung ataupun memeriksakan keadaannya ke pelayanan kesehatan.
DIAGNOSA DIFERENTIAL
Pneumonia
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
- Tidak menelan dahak
- Tidak membuang dahak sembarangan
- Tidak meminum satu gelas dengan orang lain
- Saat bersin dan batuk ditutup dengan tisu dan kain
- Diet cukup serat, kalori dan protein
Medikamentosa:
- IVFD RL XX gtt/menit
- Ceftriaxone 1g 2x1
- Ambroxol 30mg tab 3x1
- Curcuma 3x1
- Asam traneksamat 2x1
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Dari sarang primer akan timbul peradanga saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis
regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3 8
minggu.
Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasak
sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru paru.
Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan . nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua peura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas. Maka didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan didapatkan juga suara
napas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring.
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot otot interkostal.
2.2.1 Definisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia,
radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
2.2.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumoni komuniti
yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram
positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram
negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan
bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia
komuniti adalah bakteri Gram negatif.
2.2.3 Patogenesis
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.
Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa.
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara
Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal,
mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m
melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya
terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi
inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian
besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada
orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan kesadaran,
peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-
10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat
memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa
penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.
2.2.5 Diagnosis
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid
atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan fisik Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi
di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah
kasar pada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat
berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan
petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin
Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin gen. 2 atau 3
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
Daftar pustaka