PENDAHULUAN
1
Serangan pusing bisa datang tiba-tiba atau setelah kejadian singkat tinnitus
atau meredamnya pendengaran. Beberapa penderita penyakit Mnire memiliki
vertigo yang sangat ekstrim sehingga kehilangan keseimbangan dan jatuh,
kejadian ini disebut drop attack. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo
disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, penderita merasa berputar,
mual, dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, meskipun keadaannya berangsur baik. Pada serangan kedua kalinya dan
selanjutnya dirasakan lebih ringan, tidak seperti serangan yang pertama kali.
Vertigo pada penyakit Mnire bersifat periodik, yang makin mereda pada
serangan-serangan berikutnya. Pada setiap serangan biasanya disertai dengan
gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran
dirasakan baik kembali.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada teling
dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus
bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-0,75 : 1000 di Inggris dan
Swedia. ( Coelho dan Lalwani, 2008 )
Penyakit ini jarang ditemukan pada anak anak. Pada sebagian besar
kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan
pada usia 20-50tahun. Kemungkinan ada komponen genetic yang berperan dalam
penyakitMeniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada
pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan risiko besar terkena penyakit
Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stress, dan
pasien yang alkoholisme. (Wittner, 2006)
3
2.3 Anatomi Telinga
4
2.3.2 Anatomi Telinga Tengah
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua
yaitu bagian luar merupakan lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi
oleh sel kubus bersilia, seperti mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki
satu lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan elastin
yang berjalan secara radier di luar dan sirkuler di dalam. Bayangan penonjolan
bagian bawah maleus pada membrab timpani disebut umbo. Dari umbo bermula
suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu ke arah pukul 7 untuk
membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Serabut sirkuler
dan radier pada membran timpani pars tensa inilah yang menyebabkan refleks
cahaya yang berupa kerucut ini yang kita nilai. ( Soetirto, dkk., 2007)
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus,
inkus, dan stapes. Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan.
5
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada fenestra ovale yang
berhubungan dengan kokhlea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran adalah
persendian. ( Soetirto. Dkk., 2007)
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini
terdapat aditus ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tekanan udara dalam cavum timpani. Bagian lateral berupa dinding
dari tulang dan selalu terbuka, sedangkan dinding medial tersusun dari tulang
rawan yang biasanya menutup kecuali menelan, mengunyah, atau menguap.
6
Gambar 2.3 Anatomi Membran Timpani (Ellis, 2006)
7
darah. Di dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang
diproduksi oleh stria vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus.
Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan
perilimfa skalatimpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea
tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala
media diantaranya. Skalavestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan
skala media berisi endolimfe.Dasar skala vestibuli disebut membran reissner
sedangkan dasar skala media disebut membran basilaris yang terletak organ korti
di dalamnya. Pada skala media terdapatbagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria dan pada membranbasilaris melekat sel rambut dalam, sel
rambut luar, dan kanalis korti. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada
tinggi) dan melebar pada apeksnya (nada rendah). Terletak diatas membran
basilaris dari basis ke apeks adalah organ korti yangmengandung organel-organel
penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.
Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris
sel rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung
bawah sel rambut.Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus,
sakulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula
yang diliputi oleh sel-selrambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan
gelatinosa yang ditembus olehsilia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang
mengandung kalsium dan akan menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus
berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang merupakan
saluran menuju sakus endolimfatikus.Makula utrikulus terletak pada bidang yang
tegak lurus dengan makula sakulus.Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada
utrikulus. Masing-masing kanalismemiliki satu ujung yang melebar yang
membentuk ampula dan mengandung sel-selrambut krista dan diselubungi oleh
lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan dari endolimfe dalam kanalis
semisirkularis akan menggerakkan kupula yangselanjutnya akan membengkokkan
silia sel-sel rambut krista dan merangsang selreseptor. (Ellis , 2006)
8
Gambar 2.3 . Anatomi telinga dalam (Ellis, 2006)
9
2.3.5. Persarafan (inervasi) telinga
N.akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan n.kokhlearis.
Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada
mediolus terletak ganglion spiralis. (Liston , 2007 )
10
linier dan translasi sehingga gangguan ini akan menyebabkan keluhan vestibular
non-rotasi. Organ korti yang memiliki peranan penting dalam sistem pendengaran
juga mengalami gangguan yaitu terjadi gangguan distorsi membrane basilar dan
kerusakan rambut-rambut dalam dan luar sehingga terjadi keluhan tinnitus dan
penurunan kemampuan pendengaran.5
Pada kasus penyakit Meniere dapat ditemukan pelebaran dan perubahan
morfologi pada membrane Reissner pada pemeriksaan histopatologi tulang
temporal. Pada pemeriksaan histopatologi tersebut, ditemukan penonjolan ke
dalam skala vestibuli terutama pada daerah apeks koklea helicotrema. Selain itu,
ditemukan juga pelebaran sakulus yang menekan utrikulus. Pelebaran skala media
dimulai dari daerah apeks koklea, selanjutnya mengenai bagian tengah dan basal
koklea. Bagian apeks koklea sensitive terhadap perubahan tekanan. Hal ini yang
dapat menjelaskan tuli saraf nada rendah pada penyakit Meniere.6
Etiologi yang menyebabkan akumulasi hydrops endolimfa belum jelas.
Infeksi virus dikatakan berperan terhadap kejadian ini. Penelitian Arnold dan
Niedermeyer menemukan adanya peningkatan IgG terhadap virus herpes simplex
pada perilimfa orang dengan penyakit Meniere. Penelitian yang berbeda dalam
artikel yang sama menyebutkan sebuah penelitian menemukan adanya
peningkatan IgG terhadap virus varicela zoster dan adenovirus pada orang dengan
penyakit Meniere. Penyakit autoimun juga diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya penyakit Meniere seperti Lupus, rematoid artritis dengan mekanisme
respon inflamasi terhadap labirin.6
11
Pada fase awal, gejala yang paling sering ditemukan adalah vertigo. Hanya
satu dari tiga kasus yang memenuhi triad penyakit Meniere langsung yaitu
vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural secara bersamaan. Sedangkan pada kasus
sisanya, triad manifestasi klinis penyakit Meniere baru akan ditemukan setelah
beberapa tahun.5
Gejala klinis penyakit Meniere pada fase awal biasanya menghilang
diantara fase serangan. Setelah beberapa tahun akan terjadi penurunan fungsi
pendengaran secara progresif serta tinnitus yang persisten dengan vertigo yang
membaik tetapi terjadi gangguan keseimbangan yang konstan.5
Beberapa pasien mengeluhkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran atau
tekena serangan Turmakin. Secara tipikal, pasien mengeluhkan adanya sensasi
terdorong dari belakang. Setelah terjatuh pasien dapat bangun dan melanjutkan
aktivitas. Hal ini terjadi pada 10% kasus penyekit Meniere yang disebabkan oleh
deformasi mekanis dari membran otolotik yang menyebabkan aktivasi
motorneuron pada jalur vestibulospinal.5
12
bila masih terdengar maka Rinne positif. (2) Tes Swabach
dilakukan dengan cara membunyikan garpu tala 128 Hz atau 512
Hz, lengan garpu tala ditempatkan di dekat telinga penderita,
setelah tidak mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat
telinga pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka Swabach
memendek. (3) Tes Weber dilakukan dengan cara membunyikan
garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, ditempelkan di vertex kepala
pasien tepat di garis tengah, minta pasien mendengarkan dan
menentukan telinga mana yang lebih keras bunyinya, bila lebih
keras kanan maka Weber lateralisasi ke kanan.
Tabel 1. Jenis Gangguan Pendengaran
Normal Tuli Konduksi Tuli Sensorineural
Rinne Positif Negatif Positif
Swabac Normal Memanjang Memendek
h
Weber Tidak ada Mendengar lebih Mendengar lebih
lateralisasi keras pada keras pada telinga
telinga yang yang sehat
sakit
c. Tes gliserol menunjukkan adanya hidrops.
d. Tes kalori menunjukkan adanya penurunan fungsi vestibuler pada
telinga yang bersangkutan.
3. Pemeriksaan penunjang:8
a. Pemeriksaan audiogram menunjukkan adanya gangguan
pendengaran yang khas berupa hilangnya frekuensi rendah.
b. Electronystagmograph (ENG) menemukan adanya penurunan
fungsi keseimbangan pada telinga yang terkena pada sekitar 50%
kasus penyakit Meniere.
c. Electrocochleography (ECoG) dipergunakan untuk mengetahui
adanya cairan endolimfe yang berebihan di telinga dalam yang
terkena.
d. Brainstem Evoked Reporse Audiometry (BERA) untuk mengetahui
kerusakan sistem keseimbangan pada telinga dalam.
e. Pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor-faktor gangguan
metabolik, infeksi, dan gangguan hormonal yang dapat
menimbulkan penyakit Meniere.
f. Pemeriksaan radiologis
13
1) CT-Scan untuk mendeteksi adanya pelebaran aquaduktus
koklearis dan vestibularis.
2) MRI untuk mendeteksi adanya tumor ponto serebellar misalnya
neuroma akustik yang dapat memberikan gejala-gejala yang
sama dengan penyakit Meniere, melihat kelainan lainnya
seperti multiple sclerosis, malaformasi Arnold-chiari, serta
melihat dilatasi sakulus, koklea, dan sakus endolimfatik.
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif: 8,14
a. Mengubah Gaya Hidup
1) Hindari alkohol, rokok, kopi, coklat, makanan yang mengandung
banyak kolesterol, dan merokok
2) Hindari kelelahan fisik dan stres
3) Makan yang cukup, diet tinggi protein, konsumsi garam dibatasi
4) Aktifitas fisik dan olahraga teratur
14
5) Tidur yang teratur
b. Terapi Farmakologis
1) Diuretik, dipercaya dapat menurunkan tekanan hidrops
endolimfatik pada telinga. Golongan acetazolamide sering
digunakan untuk hidrops maupun migrainous vertigo.
2) Vasodilator misalnya betahistine
3) Kortikosteroid
4) Calcium channel blockers
2. Terapi Pembedahan
a. Chemical labyrinthectomy
b. The endolymphatic shunt atau dekompresi
c. Selective vestibular neurectomy
d. Labyrinthectomy
15
BAB III
SIMPULAN
16
Terapifarmakologis meliputi pengobatan vertigo, pemberian obat diuretik, injeksi
steroidtranstimpanik, dan injeksi perfusi gentamisin transtimpanik. Sedangkan
terapiintervensional meliputi terapi pembedahan yang direkomendasikan bila
pengobatan medikamentosa tidak dapat menanggulangi vertigo
17
DAFTAR PUSTAKA
Ellis H. 2006. The Special Senses : The Ear. In : Clinical Anatomy, Applied
Anatomi for Students and Junior Doctor. 6th Ed. Massachussetts. Blackwell
Publishing. 384-387.
Escamez, J. A. L., Carey, J., Chung, W. H., Goebel, J. A., Magnussone, M.,
Mandala, M., et. al.2015. Diagnostic criteria for Menieres disease. Journal of
Vestibular Research. (25), 1-7. http://doi.org/10.3233/VES-150549.
Foster, C. A.2015. Optimal Management of Menieres Disease. Dove Press
Journal: Therapeutics and Clinical Risk Management, 11: 301-307.
18
Lbuguen, R. H. Initial Evaluation of Vertigo. American Family Physician. 2006,
73(2), 244-251.
Liston LS, Duvail AJ.2007. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam :
BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC.
27-38.
19