Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang diperlengkapi dengan akan budi dan
kehendak merdeka, kedua macam insan itu mempunyai persamaan yang hakiki.
Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk berkembang.
Namun dalamkenyataannya, baik di negara maju maupun di negara berkembang,
wanita dianggap sebagai warga negara kelas dua II, yang selalu mengalami
kesulitan untuk dapat menikmati hak yang dimilikinya.
Pada periode Wanita Pasif, kehidupan wanita berputar disekitar kehidupan
rumah tangga. Tujuan wanita seakan-akan hanyalah untuk menikah dan membangun
rumah tangga, oleh karena itu anak gadis tidak sempat memiliki cita-cita. Mereka tidak
mengenal masa remaja, karena sesudah berusia sekitar dua belas tahun mereka telah
berumah tangga. Calon suami ditentukan oleh orang tuanya, terutama oleh
ayahnya (Marshall, 1983; Kartini, 1979). Sesudah menikah hampir seluruh
kehidupannya disibukkan oleh pekerjaan rumah tangga.
Dalam masa transisi menuju ke masyarakat industrial terdapat perubahan
sistem nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan
teknologi barat. Dari teknologi Barat ini manfaat yang diambil cukup besar, tetapi
disamping itu terdapat pula dampaknya berupa benturan - benturan antara
kebudayaan tradisional dan Barat. Pertemuan antar kebudayaan secara mendadak itu
menimbulkan permasalahan sosial yang erat hubungannya dengan moralitas.
Misalnya, Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Penyalahgunaan Narkotika.
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Saat ini tingkat
kemoralan bangsa Indonesia semakin terpuruk, hal ini terbukti dengan tingginya jumlah
pekerja seks komersial. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular
seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual
merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini sebagian besar
diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakkan dirinya terhadap pasangan kencan yang
berganti ganti tanpa menggunakan pengaman seperti kondom.

1
Permasalahan yang berkenaan dengan pekerja seks di Indonesia adalah tingkat
perekonomian yang semakin mencekik kehidupan masyarakat Indonesia.hal ini sangat
dirasakan oleh masyarakat miskin, yang memaksa mereka untuk menghalalkan segala
cara untuk memenuhi kebutuhan hidup.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa/i dapat mengetetahui dan memahami mengenai Dimensi


Sosial Wanita dan Permasalahannya : Pekerja Seks Komersial (PSK).

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mahasiswa/i dapat mengetahui pengertian dari Pekerja Seks Komersial


(PSK)
2) Mahasiswa/i dapat mengetahui faktor-faktor penyebab adanya Pekerja
Seks Komersial (PSK)
3) Mahasiswa/i dapat mengetahui persoalanpersoalanpsikologis
4) Mahasiswa/i dapat mengetahui dampakyangditimbulkanbilaseseorang
bekerjasebagaiPekerja Seks Komersial (PSK)
5) Mahasiswa/i dapat mengetahui penanganan masalah Pekerja Seks
Komersial (PSK)
6) Mahasiswa/i dapat mengetahui aspekkesehaanreproduksi

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya
semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks
komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya
penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya
terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti
kondom.

2.2 Faktor-faktor penyebab adanya PSK

1) Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia
untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun
kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut.

2) Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman,
guru, dan sebagainya.

3) Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen
penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap
ditemui.

4) Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah
bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang
dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang
sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar
kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis
yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku
seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan
nafsu birahi pada orang lain.

3
2.3 PersoalanPersoalanPsikologis

1) Akibat gaya hidup modern


Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan
barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang
terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka
mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.

2) Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja
untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan itu dimanfaatkan
oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja
sebagai PSK.

3) Kenangan masa kecil yang buruk


Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan
bahkan adanya perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi
seorang PSK.

2.4 Dampakyangditimbulkan
1) Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
2) Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
3) Memberikan citra buruk bagi keluarga.
4) Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,
herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.

2.5 Penanganan masalah PSK


a. Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks
secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.

2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari perbuatan


dosa.

b. Masyarakat
1) Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan
PSK.

4
c. Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK
untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

2.6 AspekKesehaanReproduksi

Diantararemajaputriberusia1115tahun,yangditeliti,adayangmengidap
penyakit menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma Virus. Ini
mengisyaratkan bahwa remaja putri dalam usia yang sangat masih muda sudah
melakukan huungan seks dengan lakilaki, bahkan tertular penyakit. Yang lebih
menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan diklinik spesialis swasta. Ini
menunjukkanbahwamerekayangdatangkesanaadalahkalanganmenengahkeatas.
Kembali hendak dikemukakan disini bahwa, bukan masalah ekonomi yang
mendorong remaja putri menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik.
Dampakperilakuseksualyangsudahmerambahdalamusiayangmasihsangatmuda
ini akan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya bisa
terjadi kemandulan atau beberapa penyakit saluran reproduksi lainnya, terutama
merekayangsudahpernahterinfeksiolehHPV(HumanPapillomaVirus).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial yang mencakup pekerja
seks komersial diantaranya penularan penyakit menular seksual karena meningkatnya

5
aktifitas pekerja seks komersial. Rusaknya masa depan wanita karena penularan
penyakit menular seksual karena. Rendahnya derajat kesehatan wanita dan tingginya
angka kematian ibu dan anak karena kurangnya pendidikan wanita. Diskriminasi
wanita terhadap upah pada pekerjaan karena wanita dianggap sebagai skala bawah.
Upaya-upaya yang bisa dilakukan sebagai tenaga kesehatan adalah
memberikan konseling pada pekerja seks komersial betapa bahayanya pekerjaan yang
mereka lakukan. Memberikan konseling dan penyuluhan kepada para wanita tentang
kesehatan reproduksi agar pengetahuan wanita bertambah sehingga derajat kesehatan
wanita dan atau masyarakat meningkat.

3.2 Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
diharapkan kepada rekan-rekan dapat memberikan saran yang menunjang untuk
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Widyatun, Diah . Diunggah pada tanggal 14 Mei 2012. Dimensi Sosial Wanita dan
Permasalahannya, http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/dimensi-sosial-wanita-
dan.html#ixzz3Yi2FhltD (diakses tanggal 30 April 2015)

Fitriani, Nabilah Yasmin. Diunggah pada tanggal 10 Mei 2012. Permasalahan Kesehatan
Wanita Dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya

6
http://yasminmidwife.blogspot.com/2012/05/permasalahan-kesehatan-wanita-
dalam.html, (diakses tanggal 30 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai