Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. PENGERTIAN

A.Pasien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.

B.Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker
stadium lanjut.

C.Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota
badannya, misanya luka sayat dangkal.

D.Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.

E.Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1.Tempat kejadian
a.kecelakaan lalu lintas,
b.kecelakaan di lingkungan rumah tangga ;
c.kecelakaan di lingkungan pekerjaan ;
d.kecelakaan di sekolah;
e.kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di
arena olah raga. dan lain-lain.
2.Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3.Waktu kejadian :
a.waktu perjalanan (traveling/trasport time):
b.waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain

F.Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G.Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.

II. PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)

A.Tujuan
1.Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
3.Menanggulangi korban bencana.

B.Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu
sistem/organ di bawah ini yaitu :
1.Susunan saraf pusat
2.Pernapasan
3.Kardiovaskuler
4.Hati
5.Ginjal
6.Pancreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:


1.Trauma/cedera3
2.lnfeksi
3.Keracunan (poisoning)
4.Degenerasi (failure)
5.Asfiksi
6.Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolie)
7.Dan lain-lain.

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistim/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1.Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2.Kecepatan meminta pertolongan
3.Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a.ditempat kejadian
b.dalam perjalanan kerumah sakit
c.pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit
III. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT
A.Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu
rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1.Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2.Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih
memadai.
3.Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita
gawat darurat.
4.Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5.Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan
ICU).
6.Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.

B.Komponen Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


1.Komponen Pra Rumah Sakit (Luar R.S.)
a.Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Awam dan Petugas Kesehatan (Sub
Sistem Ketenagaan).
Pada umumnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat di tempat musibah adalah
masyarakat yang dikenal dengan istllah orang awam. Oleh karena itu, sangatlah bermanfaat
sekali bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan
penderita gawat darurat.
1)Klasifikasi orang awam:
Ditinjau dan segi peranan dalam masyaakat orang awam dibagi 2 (dua) golongan.
a)Golongan awam biasa antara lain:
(1)guru-guru
(2)pelajar
(3)pengemudian kendaraan bermotor
(4)ibu-ibu rumah tangga
(5)petugas hotel, restoran dan lain-lain.

b)Golongan awam khusus antara lain:


(1)anggota polisi
(2)petugas Dinas Pemadam Kebakaran
(3)satpam/hansip
(4)petugas DLLAJR
(5)petugas SAR (Search and Rescue)
(6)anggota pcamuka (PMR)

Kemampuan Penanggutangan Pendenta Gawat Darurat (Basic Life Support) yang harus dimiliki
oleh orang awam
(1)cara meminta pertolongan
(2)resusitasi kardiopulmuner seoerhana
(3)cara menghentikan perdarahan
(4)cara memasang balut/bidai
(5)cara transportasi penderita gawat darurat

Anak-anak lebih mudah menerima pelajaran penanggulangan penderita gawat darurat, terutama
kalau dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Anak-anak akan menjadi dewasa dan
pengetahuan ini akan tetap dimiknya.
Kernampuan yang harus dimiliki oleh orang awam khusus antara lain:
(1)Kemampuan penanggulangan pendenta gawat darurat seperti orang awam (Basic Life
Support) ditambah.
(2)Kemampuan menanggulangai keadaan gawat darurat sesuai bidang pekerjaannya.

2)Tenaga perawat/paramedis
Di samping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki oleh perawat, mereka harus
rnemperoleh tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life
Support) termasuk PHTLS dan PHCLS untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.
Kernampuan PPGD yang harus dimiliki tenaga pararnedik adalah:
a)Untuk sistem pernapasan
(1)mengenal adanya sumbatan jalan napas
(2)membebaskan jalan napas .(orapharyngeal air way) sampai dengan intubasi endotracheal
(3)memberikan napas buatan
(a)pernapasan mulut ke mulut
(b)dengan resusitator manual dan otomatik
(4)melakukan resusitasi kardiopulmuner
b)Untuk sistim sirkulasi (jantung)
(1)mengenal aritmia jantung, shok, infark jantung
(2)memberi pertolongan pertama pada aritmia. infrak jantung
(3)membuat rekaman jantung (EKG)
c)Untuk sistim vaskuler
(1)menghentikan perdarahan
(2)memasang infus/transfusi
(3)merawat infus-infus CVP
d)Untuk sistim saraf
(1)mengenal koma dan memberi pertolongan pertama
(2)memberikan pertolongan pertama pada trauma kepada
(3)mengenal stroke dan memberi pertolongan pertama
Kemampuan a) + b) + C) + d) dalam penanggulangan pra rumah sakit yaitu Pre Hospital Trauma
Life Support (PHTLS) dan Pie Hospital Cardiac Life Support (PHCLS)
e)Untuk sitim imunologi
(1)mengenal renjatan/shock anafilaksis
(2)memberikan prtolongan pertama pada shock
f)Untuk sisfim gastro intestional
(1)mampu rnerawat/mempersiapkan operasi pada penderita dengan akut abdomen.
g)Untuk sistem skeletal
(1)mengenal patah tulang
(2)mampu memasang bidai
(3)mampu mentransportasi penderita dengan patah tulang (tungkai dan tulang punggung)
h)Untuk sistim kulit
(1)memberikan pertololidan pertama pada luka
(2)memberikan pertolongan pada iuka bakar

i)Untuk sistim reproduksi


(1)mampu melayani persalinan
(2)memberikan pertolongan pertama pada keadaan darurat obstetri-ginekologi

j)Untuk FarmakologilToksikologi
(1)mampu memberikan pertolongan pertama pada keracunan
(2)mampu memberikan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat
(3)mampu membenkan pertotongan pertama pada gigitan binatang

k)Untuk Organisasi
(1)mengetahui sistim penanggulangan pendenta gawat darurat
(2)mengetahui sistirn penanggulangan korban bencana di rumah sakit dan kota tempat
bekerja

3)Tenaga Medis (Dokter Umum)


Di samping pengetahuan medis yang telah dikuasai, dokter umum perlu mendapat pengetahuan
dan keterampian tambahan agar mampu menanggulangi penderita gawat darurat.
Kemampuan yang harus dimiliki adalah:
a)Untuk sistim pemapasan
(1)mengenal adanya sumbatan jalan napas
(2)membebaskan jalan napas (oropharyngeal air way)
(a)intubasi endotracheal
(b)melakukan tricothyroidectomi
(3)melakukan resusitasi kardiopulmoner (ABCD) dan memberikan obat-obatan yang perlu.
b)Untuk sistimsirkulasi
(1)mengenal aritmia jantung
(2)memberikan pertolongan pertama pada antmia
(3)mengenal infark jantung
(4)memberikan pertolongan pertama pada penderita infark miokard (DC)
(5)membuat/membaca EKG
(6)menangguangi renjatan/syok.
c)Untuk sistim vaskuler
(1)menghentikan perdarahan
(2)memberikan transfusi darah dan terapi cairan/elektiolit
(3)memesan/membaca dan merawat CVP
d)Untuk sistim saraf
(1)menegakkan diagnosa/diagnosa diferensial koma dan kelainan darurat sistim saraf Pusat
(2)mengetahui pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan pada keadaan koma, keadaan
darurat SPP a)+ b) + c) + d) adaah kernampuan ATLS dan ACLS
e)Untuk sistim imunologi
(1)menanggulangi keadaan alergi akut
(2)menanggulangi keadaan renjatan/syok anaftlaksis

f)ntuk sistim kulit


(1)mengenat berbagai jenis luka
(2)mampu menanggulangi berbagai perlukaan
g)Untuk sistim gastrointestinal
(1)mendiagnosis akut abdomen
(2)menanggulangi akut abdomen (memasang nasogastric tube)
h)Untuk sistim skeletal
(1)mengenal dan mendiagnosis patah tulang
(2)memasang bidai
(3)merigetahui cara pengangkutan penderita dengan fraktur/patah tulang.
(4)merawat patah tulang secara konservatif

i)Untuk sistim reproduksi


(1)mengenal kelainan darurat obstetri/ginekologi
(2)memberikan pertolongan pertama dan pengobatan pada keadaan darurat obstetri/ginekologi

j)Mengenal gagal hati, gagal ginjal, gagal pankreas dan mampu menanggulangi koma.

k)Untuk farmakologi/toksikologi
(1)mengenal keadaan penyalahgunaan obat/keracunan/ gigitan binatang
(2)membenkan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat/ keracunan /gigitan binatang

l)Untuk organisasi
(1)mengetahui sistim penanggulangan pendenta gawat darurat
(2)mengetahui sistim penanggulangan korban bencana di rumah sakit dan Rota tempat bekerja.

Dalam memasyarakatkan penanggulangan penderita gawat darurat yang penting adalah:


(1)semua pusat pendidikan penanggulangan penderita gawat darurat mempunyai kurikulum yang
sama.
(2)mempunyai sertifikat dan lencana tanda lulus yang sama.

Dengan demikian instansi manapun yang menyelenggarakan pendidikan penangulagan


pendenta gawat darurat, para siswa akan mempunyai kemampuan yang sama. Lencana akan
memudahkan mereka memberikan pertolongan dalam keadaan sehari-han maupun bila ada
bencana.

b.Upaya Pelayanan Transportasi Penderita Gawat Darurat (Sub Sistim Transportasi).


1)Tujuan
Memindakan penderita gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke
sarana kesehatan yang memadai.

2)Sarana transportasi terdiri dari


a)kendaraan pengangkat
b)peralatan medis dan non medis
c)petugas (tenaga medi/paramedis)
d)obat-obatan life saving dan life support

3)Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi pendenita gawat darurat


a)sebelum diangkat
(1)gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
(2)perdarahan telab dihentikan
(3)luka-luka telah ditutup
(4)patah tulang tetah difiksasi
b)selama perjalanan harus sealu diperhatikan dan dimonitor
(1)kesadaran
(2)pemapasan
(3)tekanan darah
(4)denyut nadi
(5)keadaan luka

4)Sesuai dengan keadaan geografis di Indonesia yang terdri dan ribuah pulau, maka
jenis kendaraan yang dapat digunakan pada umumnya adalah:
a)Kendaraan Darat
(1)Angkutan trandisional
(a)kereta kuda/lembu
(b)tandu/digotong
(2)Angkutan modern
(a)kendaraan umum roda empat: berupa trauk dan pic up station, kereta api dll
(b)kendaraan roda tiga: berupa bemo, bajaj, beca dan lain-lain.
(c)kendaraan khusus untuk penderita yaitu ambulan darat

b)Kendaraan laut
(1)angkutan tradisional
(a)perahu
(b)rakit
(2)angkutan modern
(a)kapal, perahu motor
(b)ambulan laut
c)Kendaran udara (ambulans udara)

5)Ambulans (Kendaraan Pelayanan Medik)


a)Ambulan darat
(1)Fungsi ambulans darat secara umurn adalah
(a)alat untuk transportasi penderita (200 km)
(b)sebagai sarana kesehatan untuk menangguIang penderita gawat darurat di tempat
kejadian
(c)sebagai rumah sakit lapangan pada penanggulangan penderita gawat darurat dalam
keadaan bencana
(2)Klasifikasi ambulans sesual fungsinya sebagai berikut
(a)ambulans transportasi
(b)ambulans gawat darurat
(c)ambulans rumah sakit lapangan
(d)ambulans pelayanan medik bergerak
(e)kereta jenazah

Tujuan penggunaan. persyaratan kendaraan secara teknis, medis dan kebutuhan tenaga pengelota
lihat lampiran 1
b)Ambulans Air
Sama dengan ambulans darat
c)Ambulans Udara
(1)Fungsi ambulans udarata adalah
Sebagai alat angkut udara penderita gawat darurat dan lokasi kejadian ke rumah sakit
(2)Jenis pesawat udara yang digunakan sebagai ambulans udara adalah:
(a)jenis Rotary Wing (helikopter 500 km)
(b)jenis Fixed Wing (sayap letap tak terbatas)

Helikopter dibagi dalam 2 jenis


(a)helikopter kecil (3-5 tempat duduk + 1-2 tandu.)
(b)helikopter besar (7-15 tempat duduk + lebih 2 tandu)

untuk peralatan, personi dan persyaratan Iainnya lihat lampiran II.

c.Upaya Pelayanan Komunikasi Medik untuk Penangguangan Penderjta Gawat Darurat


Pada dasarnya petayanan komunikasi di sektor kesehatan terdin dan:
1)Komunikasi kesehatan
Sistim kornunikasi ini digunakan. untuk menunjang pelayanan kesehatan di bidang administratip
2)Komunikasi medis
Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang petayanan kesehatan di bidang teknis-rnedis.
a)Tujuan
Untuk mempermudah dan mempercepat penyampaian dan penerimaan informasi datam
rnenanggulangi penderita gawat darurat.
b)Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat darurat adalah:
(1)Untuk memudahkan masyarakat daarn meminta pertolongan kesarana kesehatan (akses
kedalam sistim GD)
(2)Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang diberikan di (empat kejadian dan
selama perjalanan kesarana kesehatan yang lebih memadai.
(3)Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darucat dan puskesmas ke rumah
sakit atau antar rumah sakit.
(4)Untuk mengkooidinir pei I inJgua igan ii tedik korban bencana.

d.Jenis Komunikasi
Teknologi komunikasi di Indonesia telah berkembang pesat dan sernakin modern, namun
demikian sarana komunikasi medis belum sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan di seluruh
pelosok tanah air. Oleh karena itu, jenis komunikasi dalam penanggulangan penderita gawat
darurat dapat berupa:
1)Komunikasi tradisionil
a)kentongan
b)beduk
c)trompet
d)kurir/mulut ke mulut
2)Komunikasi modern
a)telepon/telepon gengjam
b)radio komunikasi
c)teleks/telegram
d)facsimile
e)komputer
f)telemetri (EKG data transrnision)

e.Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana kornunikasi adalah berupa:
1)Sentral komunikasi (Pusat konunikasi)
a)Fungsi Pusat Komunikasi
(1)Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke
sarana kesehatan yang sesuai (rumah sakit) yaitu dengan:
(a)menerma dan nenganalisa permintaan pertolongan
(b)mengatur ambuians terdekat ke tempat kejadian
(c)menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas yang tersedia (tempat tidur
kosong) pada saat itu yang dapat diberikan untuk penderita gawat darurat
(d)Mengatur/memonitor rujukan penderita gawat da rurat.
2)Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penanggulangan medis korban bencana.
3)Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain, instansi lain dan katau perlu
dengan negara lain.
4)Dapat diambil aTih oleh aparat keamanan (ABRI) bila negara berada dalam keadaan darurat
(perang)
b)Syarat-syarat sentral komunikasi
(1)Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit).
(2)Mudah dihubungi dan memberikan pelayanan 24 jam sehari
(3)Dilayani oleh tenaga medis atau paramedis perawatan yang trampil dan berpengalaman.
c)Syarat alat sentral komunikasi
(1)Telepon
(2)Radio komunikasi
(3)Teleks/facsimile
(4)Komputer bila diperlukan
(5)Tenaga yang trampil dan komunikatif
(6)Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.

2) Jaringan kmunikasi

Agarahasia medis setiap penderita tetap terjamin, maka tenaga untuk keperluan komunikasi
seyogianya adalah tenaga medis atau paramedis perawatan yang telah dididik dalam bidang
penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikast.
2.Komponen Intra Rumah Sakit (dalam R.S.)
a.Upaya Pelayanan Penderita Gawat Darurat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit (Sub-Sistim
Pelayanan Gawat Darurat)

Seringkah Puskesmas berperan sebagal pos terdepan dalam rnenangguangi penderita seb&uin
mempeoeh penanganan yang memadai di rumah sakit.

Oleh karena itu Puskesmas dalam wilayah kerja tertentu harus buka 24 jam dan mampu dalam
hal:
1)Melakukan resusitasi dan life support
2)Melakukan rujukan penderita-penderita gawat darurat sesuai dengan kemampuan
3)Menampung dan menanggulangi korban bencana
4)Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah sakit rujukan.
5)Menanggulangi false. emergency oaik medikal dan surgikal (bedah minor)

Puskesmas tersebut harus dilengkapi dengan:


1)Laboratorium untuk menunjang diagnostik
Seperti: Hb, Ht, leukosit, urine dan gula darah
2)Tenaga: 1 dokter umum dan paramedis (2-3 orang pararnedis yang sudah mendapat pendidikan
tertentu dalam PPGD)

Rumah Sakit merupakan terminal teraknhr dalam menanggulangi penderita gawat darurat. OIeh
karena itu fasilitas rumah sakit. khususnya unit gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa
sehingga mampu menanggulangi penderita gawat darurat (to save life and limb).

Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan
kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian upay oenanqcutanqan
penderita gawat darurat yang pertu diorganisir.

Tidak semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap dengan tenaga
memadai dan peralatan canggih. karena dengan demikian akan terjadi penghamburan dana dan
sarana. Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan 2 (dua) aspek
yaitu:
1)Sistim rujukan penderita gawat darurat
2)Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita gawat da rurat

Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut. maka kategorisasi (akreditasi) unit gawat darurat
tidak selalu sesuai dengan kelas rumah sakit yang bersangkutan. Rumah Sakit tertentu dapat
mengembangkan unit gawat darurat dengan kategorisasi yang lebih tinggi atau Iebih rendah dan
kelas rumah sakit tersebut. Kategosasi/akreditsi Unit Gawa Darurat (lihat lampiran III)

Pedoman Pengembangan Pelayanan Gavwat Darurat di Rumah Sakit


1)Tujuan
Suatu Unit Gawat Darurat (UGD) harus mampu memberikan pelayanan dengan kwalitas tinggi
pada masyarakat dengan problim medis akut.
Interpretasi:

Harus mampu
a)mencegah kematian dan cacat
b)melakukan rujukan
c)menanggulangi korban hencana
Kriteria:
a)Unit Gawat Darurat haru buka 24 jam
b)Unit Gawat Darurat juga hams melayani penderita-penderita false emergency tetapi tidak
boleh menganggu/mengurangi mutu pelayanan penderita-penderita Gawat Darurat
c)Unit Gawat Darurat sebaiknya hanya melakukan rpmary care.
Sedangkan definitive care dilakukan ditempat lain dengan cara.kerjasama yang baik.
d)Unit Gawat Darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya
dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).
e)Unit Gawat Darurat hams melakukan riset guna meningkatkan mutu/kwalitas pelayanan
kesehatan masyarakat sekitarnya
2)Organisasi, Administrasi, Catatan Medis
Unit Gawat Darurat harus mernenuhi kebutuhan masyarakatdalam Penanggutangan Pendenta
Gawat Darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang hrmons dengan
unit-unit dan instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit.

Kriteria:
a)Seorang petugas medis harus menjadi penanggung jawab Unit Gawat Darurat
Interpretasi:
Petugas medis mi dapat seorang dokter ahli. dokter umum maupun perawat, tergantung pada klas
rumah sakit. Yang penting ialah:
(1)Tertarik/mempunyai perhatian khusus dalam bidang kedokteran gawat darurat;
(2)mempunyai kemampuan memimpin; dan
(3)ia harus dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di Unit Gawat Darurat.

b)Harus ada seorang perawat ldokter yang menjadi penanggung jawab harian.
interpretasi:
Ia bertanggung jawab atas mutu pelayanan pada hari itu.

c)Harus ada kerjasama yang saling menunjang antar Unit Gawat Darurat dengan:
(1)unti-unti dan instalasi-instalasi lain di rumah sakit
(2)ambulans servis.(tipe 118)
(3)dokter-dokter yang berpraktek / tinggal di sekitarnya
(4)puskesmas-puskesmas di sekitar
(5)dan instansi kesehatan lainnya.

d)Harus mempunyai peranan inti dalam:


(1)Disaster planning rumah sakit maupun kota dimana dia berada
(2)penanggulangan penderita gawat darurat di rurnah sakitnya sendin dilengkapi dengan Unit
Perawatan Intensip (ICU)
e) Semua personalia unit gawat darurat mengenal dan menghayati sistirn penanggulangan
penderita gawat darurat d unitnya maupun penangguangan penderita gawat darurat nasionat.
Semua petugas balk medis maupun pararnedis harus seIau memperhatikan:
(1)sopan santun
(2)hak dan rahasia medis penderita
(3)waktu menunggu tindakan medis
(4)kebutuhan rohani penderita
(5)kerjasama dan disipin kerja mempunyai prioritas yang tinggi.
f) Sernua penderita yang masuk unit gawat darurat harus jelas identitasnya. Interpretasi:
(1)Biodata dan kelengkapan administrasi
(2)Catatan medis yang baik
(3)Kalau penderita tak dikenal/tak ada keluarga yang mengantar harus diusahakan semaksirnum
mungkin untuk mencari dan menahubungi keluarga.

g) Semua penderita yang datang ke unit gawat darurat harus melalu: Triage Otficer.
Interpretasi:
Triage adalah sistim:
(1) Seleksi problim seorang enderita (dalam keadaan sehari-hari)
(2) Seleksi pendenta (dalam Keadaan bencana)

Triage diakukan oleh orang yang paling berpengaarnan dan harus dapat menentukan organ mana
tergangg. dan dapat menyebabkan kematian dan menentukan penanggulangannya. Triage otficer
dapat seorang dokter ahhl, dokter umum ataupun perawat sesuai dengan kelas atau kebijaksanaan
rumah sakit.

h) Unit Gawat Darurat atau Rurnah Sakit clengan pelayanan terbatas harus mempunyai sistem
rujukan yang jelas.
Interpretasi:
Puskesmas dan rumah sakit kelas D yang hanya mampu melakukan resusitasi dan life support
sementara, harus mempunyai komunikasi (telepon, radio) dengan rumah sakit kelas iebih tinggi
yang terdekat

i) Pendenta-penderita gawat darurat harus mendapa:


pengawasan ketat selama ia berada di dalam Unit Gawat Darurat.
Interpretasi:
Unit Gawat Darurat harus mempunyai peralatan, obat-obatan dan persolania yang memadai
untuk melakukannya
Pengawasan ini harus dilakukan terus menerus baik di ruang Unit Gawet Darurat maupun
sewaktu diangkut ke rumah sakit lain

j) Penunjang pelayanan medis seperti alat, obat dan personalia harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan 24 jam.
Interpretasi:
(1)Daftar jaga:
(a)personalia (dokter. perawat, tenaga administrasi)
(b)konsulen
(2)Radiologi, laboratorium termasuk hernatologi. biokimia baktenologi dan patologi diatur
sesuai dengan kemampuan rumah sakit dan kebutuhan penderita.
(3)Depot darah
(4)Farmasi sangat penting sehingga persediaan obat-obat infus, plasma expander, alat-alat steril,
alat-alat dlsposlble dan linen cukup untuk 24 jam.

k) Penderita keluar dan Unit Gawat Daru rat harus jelas:


(1)dimana dirawat
(2)peluang
(a)keterangan penyakitnya
(b)kapan dan kemana kontrol

I) Catatan medis yang iengKap untuk setiap penderita


Interpretasi:
(1)Catatan medis harus bekera 24 jam
(2)Catatan medis minimum.

harus mencakup:
(a)tanggal dan jam tiba
(b)resume catatan klinik, laboratorium, x-ray
(c)catatan tentang tindakan dan tanggal serta jam dilakukan
(d)nama dan tanda tangan petugas medis

3)Personalia dan Pimpinan


Personalia Unit Gawat Darurat mulal dan pimpinan, dokter. perawat dan personalia non medis
harus memenuhi kwalifikasi tertentu sehingga mampu memberikan pelayanan Penanggu angan
Gawat Darurat yang optimal.

Kriteria:
a)Jumlah dan kwalitas personalia harus memenuhi syarat
(1)Karena ilmu kedokteran gawat darurat tidak diberikan secara integrated dalam kurikulum
Fakultas Kedokteran dan belum lengkap dalam kurikulum pendidikan perawat maka sebaiknya
para dokter dan perawat yang akan bekerja di Unit Gawat Darurat atau Puskesmas -harus
mendapat kursus tambahan dalarn ilmu kedokteran gawat darurat.
(2)Tenaga non medis harus mendapat kursus Penanggulangan Penderita Gawat Darurat sebagai
orang awam.
(3)Karena Unit Gawat Darurat pada rumah sakit kias A dan B juga tempat belajarnya mahasiswa
dan perawat maka sebelum bekerja praktek disitu harus sudah mendapat/ sedang mendapat
pelajaran ilmu KedoKteran. gawat darurat. Mereka harus dibawah pengawasan/bimbingan
seorang dokter atau perawat dan Unit Gawat Darurat.
(4)Jumlah petugas medis disesuaikan dengan beban kerja dan kelas rumah sakit
(5)Tenaga non medis selain pekarya juga diperlukan untuk
(a)catatan medis
(b)keuangan
(c)keamanan
(d)asuransi
-Jasa Raharja Akses
-Astek
b)Harus mempunyai skema organisasi muiai dan pimpinan sampai petugas yang paling
rendah dengan job description nya dan jalur tanggung jawabnya.
c)Pertemuan staf yang reguler untuk menjaga kornunikasi antar petugas dan
kebiasaan-kebiasaan yang baik.
d)Seorang petugas baru sebelum bekerja Sendiri harus mendapat / melalui program
orientasi dan induction
e)Harus ada program cara menilai mutu petugas feedback.
f)Kalau ada petugas yang pindah maka harus diminta pendapatnya tentang Unit Gawat
Darurat bersangkutan yaitu positif maupun negatifnya dan usul-usul.
Proses Keperawatan Nanda, NIC & NOC

PROSES KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN NNN (NANDA-I-NIC-NOC)

NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association-International),


NIC (Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome
Classification)

Kemajuan dunia keperawatan pada saat ini telah memicu para perawat baik di
dalam dan luar negeri untuk mencoba memahami berbagai model asuhan
keperawatan untuk bisa digunakan dalam setting klinik. Dalam prakteknya, perawat
menggunakan proses keperawatan ketika melakukan asuhan perawatan pada
pasien. Pada umumnya muncul kesimpangsiuran pemahaman mengenai perbedaan
atau kaitan antara proses perawatan, NANDA-I, NIC dan NOC. Makalah ini akan
mencoba menjelaskan kepada pembaca sekalian mengenai proses keperawatan
yang kemudian dikaitkan dengan NANDA-I, NIC dan NOC.

1. Proses Keperawatan

Keperawatan sebagai proses diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada
tahun 2004 proses keperawatan ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA
(American Nursing Association) (Wilkinson, 2007).

Proses keperawatan kemudian dipahami sebagai:

a. Cara berpikir dan bertindak yang special (khusus)

b. Pendekatan yang sistematik, kreatif untuk mengidentifikasi, mencegah dan


mengatasi masalah kesehatan yang actual dan potensial untuk
mengidentifikasi kekuatan pasien dan untuk mendukung kesejahteraan

c. Kerangka kerja dimana perawat menggunakan pengetahuan dan ketrampilan


untuk mengekspresikan human caring (Wilkinson, 2007).

Kaitan antara proses keperawatan dengan nursing model (berbagai model/teori


keperawatan):

a. Mempengaruhi penggunaan dari nursing process

b. Membantu menjelaskan keunikan dari perawat dalam tempatnya di dalam tim


multidisiplin

c. Teori berdasarkan pada nilai dan asumsi mengenai health, patient, perawatan
dan lingkungan
d. Setiap teori menggambarkan konsep di atas dan menjelaskan bagaimana satu
dengan yang lain berkaitan (Wilkinson, 2007)

Adanya berbagai macam nursing model kemudian akan memunculkan beberapa


macam definisi tentang keperawatan, dan juga cara pendekatan dari masing
masing model mempengaruhi penggunaan proses keperawatan. Salah satu
contoh pengaruh nursing model dalam proses keperawatan adalah adanya
perbedaan dalam hal pengkajian, misalnya pengkajian di psikiatri akan
mempunyai beberapa fokus yang berbeda dengan pengkajian dalam lingkup
medikal bedah atau komunitas. (Stuart & Laraia, 2001).

2. Kaitan proses keperawatan dengan NANDA-I, NIC dan NOC

Proses perawatan merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial
(khusus) dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan,
terdapat beberapa tindakan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain
yaitu: assessment (pengkajian), diagnosis (penentuan diagnosa), perencanaan
hasil (planning: outcome), perencaan intervensi (planning: intervention),
pelaksanaan (implementation) dan evaluasi (evluation) (Wilkinson, 2007)

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan


tetapi bisa dikerjakan pada waktu bersamaan (overlapping).

Dimanakah posisi NANDA-I, NIC dan NOC dalam proses keperawatan?

Pada dasarnya NANDA-I adalah merupakan label diagnostic (berada pada fase
penentuan diagnosa), NIC merupakan Klasifikasi intervensi keperawatan (berada
pada fase Planning: intervensi) dan NOC adalah merupakan klasifikasi outcome
(berada pada fase planning: outcome). Pada saat ini label diagnostic tidak hanya
dapat dirujuk kepada NANDA-I tetapi juga bisa merujuk kepada label diagnostik:
GORDONs nursing diagnosis atau ICNP yang dikeluarkan oleh International Council
of Nursing (ICNP, 2005).

Nursing process ditunjukkan oleh gambar berikut ini (Wilkinson, 2007):


Assessment phase

Kegiatan dalam pengkajian dibagi dalam empat hal, yaitu mengumpulkan data,
memvalidasi data, mengorganisir data dan mencatat data.

a. Mengumpulkan data (Wilkinson, 2007)

Data yang didapatkan dapat dikelompokkan dalam

1). Subjective data: cover data/symptoms

Merupakan data yang tidak bisa di ukur atau diobservasi, contohnya:


pemikiran klien, dll. Data subyektif bisa juga didapatkan dari Significant
Others atau dari petugas kesehatan yang lain. Data ini hanya bisa didapatkan
dari apa yang klien sampaikan pada perawat.

2). Objective data: overt data/signs

Adalah data yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya
didapatkan dengan cara melakukan observasi atau memeriksa klien. Contoh
data obyektif adalah nadi, warna kulit, urin output, dan hasil diagnosa
misalnya X-ray dll.

Pengkajian dibedakan antara pengkajian awal dan pengkajian lanjutan Pada


dasarnya pengkajian awal merupakan pengkajian pada awal masuk, biasanya
adalah berisi data base, dan merupakan pengkajian lengkap. Pengakajian
Lanjutan merupakan pengkajian focus yang berfokus pada masalah, aktifitas
atau perilaku spesifik dan bisa juga pengkajian yang datanya digunakan
untuk mengevaluasi pencapaian hasil dan penyelesaian masalah.

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain dengan
observasi, wawancara dan pengkajian fisik. Sedangkan data yang dikaji
meliputi aspek biologi, psikologi, social, spiritual dan cultural.

b. Memvalidasi data (Wilkinson, 2007)

Memvalidasi data artinya mengecek kembali data untuk klarifikasi. Validasi data
dilakukan pada kondisi sebagai berikut:

1). Data subyektif dan obyektif tidak sinkron

2). Statement klien berbeda pada waktu pengkajian yang berbeda

3). Data tampak sangat tidak normal

4). Adanya faktor yg mempengaruhi pada waktu melakukan pengukuran


misalnya frekuensi nafas bayi yang sedang menangis

c. Mengorganisir data (Wilkinson, 2007)

Data yang telah didapatkan perlu diorganizier berdasarkan kerangka kerja


dengan menggunakan model keperawatan (nursing model). Beberapa contoh
nursing model adalah sebagai berikut :

1). Gordons functional health patterns framework: common patterns behavior


that contribute to health, quality of life, and achievement of human potential

2). Orems self care model: patients abilities to perform self care to maintain
life, health and well being

3). Roys adaptation model: patterns indicating the clientss ability to adapt in
one of four modes: psychological, self-concept, social role, and
interdependence

4). Maslows hierarchy of Needs (non nursing model)

5). Stuart Adaptation Model adalah merupakan model penanganan psikiatri


yang membagi pasien dalam beberapa tahap penanganan yaitu krisis, akut,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Stuart & Laria, 2001). Model ini
sangat tepat digunakan dalam keperawatan jiwa karena memberikan arahan
untuk penanganan pasien dengan masalah psikiatrik. Model ini juga
mengarahkan apa data spesifik dalam keperawatan jiwa yang perlu di kaji
dan juga menggunakan NANDA-I sebagai rujukan label diagnostic.

d. Mencatat data (Wilkinson, 2007)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencatatan hasil


pengkajian adalah:

1). Data subyektif dituliskan dengan menuliskan kata-kata klien dengan


menggunakan atau menggunakan paraphrase tanpa menggunakan

2). Catat cues dan bukan inference (cues adalah apa yang klien ceriakan, apa
yang anda lihat, apa yang anda dengar, rasakan, bau dan ukur), sedangkan
inference berarti penilaian atau apa arti dari cues)

3). Hindari menggunakan kata umum misalnya good, normal, adekuat, tolerated
well.

Diagnosis Phase NANDA-I

Istilah diagnose keperawatan pertama kali muncul dalam literature keperawatan


pada 1950 an yang menggambarkan fungsi dari professional perawat (McManus,
1951 cit. Wilkinson, 2007). Kemudian pada 1973 ANA memasukkan diagnosa
keperawatan sebagai aktifitas keperawatan yang penting sebagai fungsi yang diakui
dari professional perawat.

Beberapa hal yang perlu dimengerti oleh perawat mengenai terminology diagnosis
adalah

a. Diagnosis

Adalah merupakan fase kedua dalam proses keperawatan dan merupakan


proses yang digunakan untuk menginterpretasikan data untuk membuat
kesimpulan dan membuat nursing diagnosis

b. Nursing diagnosis

Adalah merupakan kesimpulan dari status kesehatan pasien dan merupakan


produk dari aktifitasdiagnosis.

c. Diagnostic label
Merupakan daftar standar penulisan nursing diagnosis. Umumnya perawat
menggunakan NANDA-I sebagai diagnostic label, tetapi ada juga diagnostic label
yang dibuat oleh Gordon, atau ICNP. (Wilkinson, 2007)

Hubungan antara diagnosa keperawatan dengan respon manusia


(human respon)

Diagnosa keperawatan didasarkan kepada respon manusia terhadap berbagai


macam kejadian atau stressor misalnya penyakit atau cedera. Stressor ini bisa
berasal dari biologi, psikologi, social dan spiritual atau bahkan dari treatment.

Respon manusia terjadi dalam berbagai tingkatan, misalnya tingkat sel,


sistemik, organis atau secara keseluruhan (whole person). Dalam hal ini
diagnosa keperawatan biasa berada pada level whole person.

Perlu dimengerti bahwa suatu stressor bisa menyebabkan banyak respon yang
mungkin bisa berupa respon yang membantu atau respon yang berbahaya atau
merusak (Wilkinson, 2007).

Tujuan dari adanya diagnosa adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan


pasien dalam hal (Wilkinson, 2007):

a. Strengths

b. wellness diagnoses

c. actual, potential, and possible nursing diagnoses

d. collaborative problems

e. medical problems

Kegiatan dalam fase diagnosa adalah (Wilkinson, 2007):

1. Interpreting: dilakukan dengan mengidentifikasi hasil pengkajian dan


kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan gejala atau tanda yang
mungkin menjadi satu kelompok dan kemudian melihat pola dan hubungan
satu tanda dan gejala dengan yang lainnya. Kegiatan selanjutnya dalam
menginterpretasi data di sini adalah dengan menarik kesimpulan mengenai
status kesehatan saat ini dan menentukan etiologi dan mengkategorikan
masalah yang ada.

2. Verify: Kesimpulan yang telah dibuat diverifikasi dengan pasien (kecuali


pasien yang tidak sadar atau hampir meninggal)
3. Label

Label untuk diagnosa keperawatan menggunakan system klasifikasi


(taxonomy). Untuk itulah perlu adanya bahasa keperawatan yang sama,
antara lain dengan menggunakan NANDA-I.

NANDA- I mempunyai susunan sebagai berikut:

a. Label adalah kata atau frase yang menggambarkan kesehatan klien. Label
bisa digunakan sebagai PROBLEM/masalah atau ETIOLOGI/penyebab

b. Definition: mengekspresikan dengan tepat dan jelas mengenai kealamiahan


diagnosa dan membedakan label dengan yang lain

c. Defining characteristic (Batasan karakteristik): Adalah tanda (data subyektif


dan obyektif) yang mengindikasikan adanya label diagnosa. Untuk diagnosa
actual batasan karakteristik adalah tanda dan gejala. Tidak semua batasan
karakteristik perlu ada untuk bisa menggunakan label sebagai diagnosa

d. Relate or Risk factors adalah semua kondisi, situasi yang berkaitan dengan
masalah misalnya hal yang mempengaruhi, menyebabkan, bisa berasal dari
biologi, psikologi, social, developmental, treatment dll.

Cara memilih label diagnosa adalah dengan mencocokkan gejala dan tanda yang
didapatkan dari pengkajian dengan definisi dan batasan karakteristik yang ada
dalam NANDA-I. Untuk mempermudah pencocokan data pengkajian dengan
NANDA-I, penulis telah menerbitkan sebuah buku dengan judul Fast Methods of
formulating nursing diagnoses: Cara cepat merumuskan diagnosa keperawatan
(2006) dimana dalam buku ini terdapat semua kata yang terdapat dalam NANDA
2005 yang akan memberikan petunjuk kepada kita untuk mengetahui dimana
posisi data tersebut dalam diagnosa NANDA.

4. Record (Wilkinson, 2007)

Pencatatan/penulisan diagnosa dilakukan berdasarkan beberapa aturan berikut


ini. Beberapa hal dibawah ini perlu dimengerti sebelum memahami cara
penulisan diagnosa keperawatan

P = Problem

E = Etiology

S = Symptom and Sign (bisa juga dituliskan dalam bentuk S = subjective, O =


Objective)

R/t = Related to (merupakan penghubung antara P dan E)


Cara penulisan diagnosa aktual

a. Format dasar (P r/t E) (2 statement) = Two-Part statement

Contoh:

Problem (r/t) Etiology

Situational low sel-esteem (r/t) Rejections

Noncompliance (discharge procedure) (r/t) Unresolved anger delay discharge

b. Format P.E.S (P.E.S format = Problem, etiology, symptom)

Format ini direkomendasikan pada saat anda pertama kali belajar menulis
diagnosa keperawatan. Jika anda menggunakan metode ini anda perlu
menambahkan as manifested by (A.M.B) setelah etiologi dan diikuti
dengan sign and symptoms dari pasien.

Beberapa aturan modifikasi pada etiologi adalah sebagai berikut:

1). Menggunakan Secondary to or 2 0

Etiologi bisa dibagi dalam dua statemen dengan menggunakan dengan


kata Secondary to or 2 0 antara statemen satu dengan yang yang
lainnya. Kata setelah secondary to biasanya merupakan patofisiologi atau
proses penyakit

Contoh penulisan diagnosa keperawatan dengan menggunakan


secondary to:
Risk for impaired skin integrity r/t decreased peripheral circulation 2 0
diabetes

2). Unknown etiology

Perawat membuat diagnosa pada saat terdapat batasan karakteristik


tetapi perawat mungkin belum tahu apa penyebab atau factor yang
berkontribusi terhadap timbulnya masalah.

Contoh penulisan diagnosa dengan menggunakan format unknown


etiology:

Noncompliance (medication regimen) r/t unknown etiology

Apabila anda berpikir bahwa anda tahu etiologi tetapi anda masih merasa
perlu data lagi untuk memastikan, maka anda perlu menggunakan frase
possible related to

Contoh penulisan diagnosa:

Noncompliance (medication regiment) possibly r/t unresolved anger about


diagnosis

3). Complex etiology

Apabila anda menemukan bahwa etiologi dari masalah terlalu banyak


atau kompleks maka anda bisa menuliskan etiologi dengan complex
factors

Diagnosa keperawatan yang biasanya mempunyai etiologi yang komplek


yaitu:

Decisional conflict or Chronic Low Self-esteem

Contoh statement diagnosa:

Chronic Low Self-esteem r/t complex factors

c. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 4 statemen

Pada dasarnya modifikasi diagnosa keperawatan yang mempunyai 3-4


statemen merupakan penambahan statemen pada problem dan atau pada
related factors.
Contoh diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 statemen:

d. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 1 statement (Problem saja


tanpa Etiologi dan lainnya).

Beberapa NANDA label sudah sangat spesifik sehingga mungkin tidak


memerlukan etiologi dalam statement diagnostiknya. Diagnosa yang
biasanya menggunakan satu statement adalah:

Wellness diagnoses

Contoh diagnosa yang dapat menggunakan format 1 statement:

Disuse syndrome

Impaired environmental interpretation syndrome

Post-trauma syndrome

Rape-trauma syndrome

Relocation stress syndrome

Death anxiety

Decreased cardiac output

Defensive coping

Latex Allergy response


Unilateral neglect

Cara penulisan diagnosa potensial (Resiko)

Diagnosa resiko (potensial) didiagnosa dengan melihat adanya faktor resiko


dan bukan batasan karakteristik

Format hanya Problem + Etiology

Etiologi didapatkan dari Risk factors (Faktor resiko)

Bentuk bisa berupa 1 statement, 3 statement, multiple etiologi

Tidak bisa menggunakan format P.E.S

Cara penulisan Possible Nursing diagnoses

Adalah diagnosa yang diangkat apabila perawat masih perlu mencari data
lain karena data yang ada tidak cukup untuk menjadi salah satu statement
(baik problem atau etiologi). Untuk kasus ini, diagnosa yang dituliskan
dengan menambah kata possible. Kata possible ini bisa digunakan
sebelum Problem atau sebelum penulisan etiologi.

Contoh:

Possible Situational Low Self-esteem r/t loss of job and rejection by family

Disturbed thought process possible r/t unfamiliar surrounding

Possible Low self-esteem r/t unknown etiology

Cara penulisan Collaborative problems

Masalah kolaboratif adalah komplikasi dari penyakit, tes atau treatment


dimana perawat tidak bisa menangani secara mandiri. Etiologi untuk masalah
kolaboratif biasanya dituliskan dengan mencantumkan penyakit, treatment
atau patologis.

Dalam keperawatan jiwa, masalah kolaboratif tidak terlalu banyak, tetapi


perawat bisa mencermati beberapa treatment yang mungkin menyebabkan
respon pasien yang perlu diintervensi oleh perawat. Penulis mencoba
mencermati masalah-masalah kolaborasi dalam keperawatan jiwa yaitu
misalnya efek dari ECT dan efek dari pengobatan tranquilizer yang mungkin
menjadi etiologi untuk diagnosa Risk for Falls (Resiko jatuh).
Tugas perawat untuk masalah kolaborasi adalah prevention dan observasi.

Contoh statemen diagnosa:

Risk for falls r/t administering tranquilizer

Dalam diagnosa kolaboratif, pasien tidak mempunyai Sign and Symptoms


(karena tugas perawat mendeteksi apakah sign dan symptom tersebut
muncul atau tidak) sehingga masalah kolaboratif tidak bisa menggunakan
format P.E.S

Planning: Outcome phase The nursing outcomes classification (NOC)

NOC adalah istilah standar untuk menggambarkan outcomes pasien.

Pengertian NOC:

An outcome is an individual, family or community state, behavior, or perception,


that is measured along a continuum in response to nursing intervention
(Moorhead, Johnson & Maas, 2004, p. 25)

NOC (2004) terdiri dari 330 outcomes yang terbagi dalam tujuh domains (Moorhead,
Johnson & Maas, 2004):

a. Functional health

b. physiological health

c. psychosocial health

d. health knowledge and behavior

e. family health

d. perceived health

e. community health

Component of NOC (Moorhead, Johnson & Maas, 2004)

Label: the broadly state

A definition: concrete, observable, behaviors and states that can be used to


evaluate patient status
List of indicators

Measurement scale: a five-point measurement scale is used to evaluate patient


staus on each indicator

Cara menggunakan NOC adalah dengan membandingkan nilai status dari setiap
indicator sebelum dan setelah dilakukan intervensi

Contoh penulisan NOC:

Aggression self control

140110 Identify when angry (5: consistently demonstrated)

Penulisan secara tradisional

Kontrol diri terhadap agresi, ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi kapan


saat marah (ditunjukkan secara konsisten)

Planning: Intervention NIC (Nursing Intervention Classification)

NIC merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dibuat untuk


menyeragamkan bahasa intervensi yang dilakukan oleh perawat.

NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari
542 aktifitas (mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, &
Dochterman, 2008)

Domain of NIC (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)

Basic physiological

Complex physiological

Behavior

Safety

Family

Health system

Community

Komponen NIC, setiap NIC terdiri dari


Label

Definisi

Aktifitas

Cara menggunakan NIC adalah dengan memilih aktifitas yang tepat untuk
mencapai outcome yang diharapkan.

Fase Implementasi (Wilkinson, 2007)

Hal-hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri
dari:

Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa


kriteria yaitu:

a. dependent interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi


perawatan kesehatan lain

b. collaborative (interdependent): interventions yang dilaksanakan dengan


professional kesehatan yang lain

c. Independent (autonomous) intervention: intervensi dilakukan dengan


melakukan nursing orders dan sering juga sering juga digabungkan dengan
order dari medis

Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada


beberapa tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu
apakah tugas tersebut tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat
dilakukan dan apakah ada supervisi atau pengecekan kerja

Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format tergantung


pilihan dari setiap institusi

Fase evaluasi (Wilkinson, 2007)

Kegiatan dalam fase evaluasi meliput evaluasi patient outcomes dan nursing
process.

Evaluasi patient outcomes dilakukan dengan mereview indicator outcome.

Evaluasi nursing proses dilakukan dengan mereview fase assessment, diagnosis,


planning: outcome, nursing order dan implementation
Referensi

a. Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention
Classification (NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.

b. Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2004). Iowa Outcomes Project. Nursing
Outcomes Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.

c. ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.

d. NANDA (2007) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008.


Philadelphia

e. Stuart, G.W, Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 7th
ed. St Louis. Mosby.

f.Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey.
Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai