I. PENGERTIAN
E.Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1.Tempat kejadian
a.kecelakaan lalu lintas,
b.kecelakaan di lingkungan rumah tangga ;
c.kecelakaan di lingkungan pekerjaan ;
d.kecelakaan di sekolah;
e.kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di
arena olah raga. dan lain-lain.
2.Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3.Waktu kejadian :
a.waktu perjalanan (traveling/trasport time):
b.waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
F.Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G.Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.
A.Tujuan
1.Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
3.Menanggulangi korban bencana.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistim/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1.Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2.Kecepatan meminta pertolongan
3.Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a.ditempat kejadian
b.dalam perjalanan kerumah sakit
c.pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit
III. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT
A.Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu
rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1.Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2.Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih
memadai.
3.Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita
gawat darurat.
4.Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5.Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan
ICU).
6.Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
Kemampuan Penanggutangan Pendenta Gawat Darurat (Basic Life Support) yang harus dimiliki
oleh orang awam
(1)cara meminta pertolongan
(2)resusitasi kardiopulmuner seoerhana
(3)cara menghentikan perdarahan
(4)cara memasang balut/bidai
(5)cara transportasi penderita gawat darurat
Anak-anak lebih mudah menerima pelajaran penanggulangan penderita gawat darurat, terutama
kalau dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Anak-anak akan menjadi dewasa dan
pengetahuan ini akan tetap dimiknya.
Kernampuan yang harus dimiliki oleh orang awam khusus antara lain:
(1)Kemampuan penanggulangan pendenta gawat darurat seperti orang awam (Basic Life
Support) ditambah.
(2)Kemampuan menanggulangai keadaan gawat darurat sesuai bidang pekerjaannya.
2)Tenaga perawat/paramedis
Di samping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki oleh perawat, mereka harus
rnemperoleh tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life
Support) termasuk PHTLS dan PHCLS untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.
Kernampuan PPGD yang harus dimiliki tenaga pararnedik adalah:
a)Untuk sistem pernapasan
(1)mengenal adanya sumbatan jalan napas
(2)membebaskan jalan napas .(orapharyngeal air way) sampai dengan intubasi endotracheal
(3)memberikan napas buatan
(a)pernapasan mulut ke mulut
(b)dengan resusitator manual dan otomatik
(4)melakukan resusitasi kardiopulmuner
b)Untuk sistim sirkulasi (jantung)
(1)mengenal aritmia jantung, shok, infark jantung
(2)memberi pertolongan pertama pada aritmia. infrak jantung
(3)membuat rekaman jantung (EKG)
c)Untuk sistim vaskuler
(1)menghentikan perdarahan
(2)memasang infus/transfusi
(3)merawat infus-infus CVP
d)Untuk sistim saraf
(1)mengenal koma dan memberi pertolongan pertama
(2)memberikan pertolongan pertama pada trauma kepada
(3)mengenal stroke dan memberi pertolongan pertama
Kemampuan a) + b) + C) + d) dalam penanggulangan pra rumah sakit yaitu Pre Hospital Trauma
Life Support (PHTLS) dan Pie Hospital Cardiac Life Support (PHCLS)
e)Untuk sitim imunologi
(1)mengenal renjatan/shock anafilaksis
(2)memberikan prtolongan pertama pada shock
f)Untuk sisfim gastro intestional
(1)mampu rnerawat/mempersiapkan operasi pada penderita dengan akut abdomen.
g)Untuk sistem skeletal
(1)mengenal patah tulang
(2)mampu memasang bidai
(3)mampu mentransportasi penderita dengan patah tulang (tungkai dan tulang punggung)
h)Untuk sistim kulit
(1)memberikan pertololidan pertama pada luka
(2)memberikan pertolongan pada iuka bakar
j)Untuk FarmakologilToksikologi
(1)mampu memberikan pertolongan pertama pada keracunan
(2)mampu memberikan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat
(3)mampu membenkan pertotongan pertama pada gigitan binatang
k)Untuk Organisasi
(1)mengetahui sistim penanggulangan pendenta gawat darurat
(2)mengetahui sistirn penanggulangan korban bencana di rumah sakit dan kota tempat
bekerja
j)Mengenal gagal hati, gagal ginjal, gagal pankreas dan mampu menanggulangi koma.
k)Untuk farmakologi/toksikologi
(1)mengenal keadaan penyalahgunaan obat/keracunan/ gigitan binatang
(2)membenkan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat/ keracunan /gigitan binatang
l)Untuk organisasi
(1)mengetahui sistim penanggulangan pendenta gawat darurat
(2)mengetahui sistim penanggulangan korban bencana di rumah sakit dan Rota tempat bekerja.
4)Sesuai dengan keadaan geografis di Indonesia yang terdri dan ribuah pulau, maka
jenis kendaraan yang dapat digunakan pada umumnya adalah:
a)Kendaraan Darat
(1)Angkutan trandisional
(a)kereta kuda/lembu
(b)tandu/digotong
(2)Angkutan modern
(a)kendaraan umum roda empat: berupa trauk dan pic up station, kereta api dll
(b)kendaraan roda tiga: berupa bemo, bajaj, beca dan lain-lain.
(c)kendaraan khusus untuk penderita yaitu ambulan darat
b)Kendaraan laut
(1)angkutan tradisional
(a)perahu
(b)rakit
(2)angkutan modern
(a)kapal, perahu motor
(b)ambulan laut
c)Kendaran udara (ambulans udara)
Tujuan penggunaan. persyaratan kendaraan secara teknis, medis dan kebutuhan tenaga pengelota
lihat lampiran 1
b)Ambulans Air
Sama dengan ambulans darat
c)Ambulans Udara
(1)Fungsi ambulans udarata adalah
Sebagai alat angkut udara penderita gawat darurat dan lokasi kejadian ke rumah sakit
(2)Jenis pesawat udara yang digunakan sebagai ambulans udara adalah:
(a)jenis Rotary Wing (helikopter 500 km)
(b)jenis Fixed Wing (sayap letap tak terbatas)
d.Jenis Komunikasi
Teknologi komunikasi di Indonesia telah berkembang pesat dan sernakin modern, namun
demikian sarana komunikasi medis belum sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan di seluruh
pelosok tanah air. Oleh karena itu, jenis komunikasi dalam penanggulangan penderita gawat
darurat dapat berupa:
1)Komunikasi tradisionil
a)kentongan
b)beduk
c)trompet
d)kurir/mulut ke mulut
2)Komunikasi modern
a)telepon/telepon gengjam
b)radio komunikasi
c)teleks/telegram
d)facsimile
e)komputer
f)telemetri (EKG data transrnision)
e.Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana kornunikasi adalah berupa:
1)Sentral komunikasi (Pusat konunikasi)
a)Fungsi Pusat Komunikasi
(1)Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke
sarana kesehatan yang sesuai (rumah sakit) yaitu dengan:
(a)menerma dan nenganalisa permintaan pertolongan
(b)mengatur ambuians terdekat ke tempat kejadian
(c)menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas yang tersedia (tempat tidur
kosong) pada saat itu yang dapat diberikan untuk penderita gawat darurat
(d)Mengatur/memonitor rujukan penderita gawat da rurat.
2)Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penanggulangan medis korban bencana.
3)Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain, instansi lain dan katau perlu
dengan negara lain.
4)Dapat diambil aTih oleh aparat keamanan (ABRI) bila negara berada dalam keadaan darurat
(perang)
b)Syarat-syarat sentral komunikasi
(1)Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit).
(2)Mudah dihubungi dan memberikan pelayanan 24 jam sehari
(3)Dilayani oleh tenaga medis atau paramedis perawatan yang trampil dan berpengalaman.
c)Syarat alat sentral komunikasi
(1)Telepon
(2)Radio komunikasi
(3)Teleks/facsimile
(4)Komputer bila diperlukan
(5)Tenaga yang trampil dan komunikatif
(6)Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.
2) Jaringan kmunikasi
Agarahasia medis setiap penderita tetap terjamin, maka tenaga untuk keperluan komunikasi
seyogianya adalah tenaga medis atau paramedis perawatan yang telah dididik dalam bidang
penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikast.
2.Komponen Intra Rumah Sakit (dalam R.S.)
a.Upaya Pelayanan Penderita Gawat Darurat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit (Sub-Sistim
Pelayanan Gawat Darurat)
Seringkah Puskesmas berperan sebagal pos terdepan dalam rnenangguangi penderita seb&uin
mempeoeh penanganan yang memadai di rumah sakit.
Oleh karena itu Puskesmas dalam wilayah kerja tertentu harus buka 24 jam dan mampu dalam
hal:
1)Melakukan resusitasi dan life support
2)Melakukan rujukan penderita-penderita gawat darurat sesuai dengan kemampuan
3)Menampung dan menanggulangi korban bencana
4)Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah sakit rujukan.
5)Menanggulangi false. emergency oaik medikal dan surgikal (bedah minor)
Rumah Sakit merupakan terminal teraknhr dalam menanggulangi penderita gawat darurat. OIeh
karena itu fasilitas rumah sakit. khususnya unit gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa
sehingga mampu menanggulangi penderita gawat darurat (to save life and limb).
Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan
kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian upay oenanqcutanqan
penderita gawat darurat yang pertu diorganisir.
Tidak semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap dengan tenaga
memadai dan peralatan canggih. karena dengan demikian akan terjadi penghamburan dana dan
sarana. Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan 2 (dua) aspek
yaitu:
1)Sistim rujukan penderita gawat darurat
2)Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita gawat da rurat
Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut. maka kategorisasi (akreditasi) unit gawat darurat
tidak selalu sesuai dengan kelas rumah sakit yang bersangkutan. Rumah Sakit tertentu dapat
mengembangkan unit gawat darurat dengan kategorisasi yang lebih tinggi atau Iebih rendah dan
kelas rumah sakit tersebut. Kategosasi/akreditsi Unit Gawa Darurat (lihat lampiran III)
Harus mampu
a)mencegah kematian dan cacat
b)melakukan rujukan
c)menanggulangi korban hencana
Kriteria:
a)Unit Gawat Darurat haru buka 24 jam
b)Unit Gawat Darurat juga hams melayani penderita-penderita false emergency tetapi tidak
boleh menganggu/mengurangi mutu pelayanan penderita-penderita Gawat Darurat
c)Unit Gawat Darurat sebaiknya hanya melakukan rpmary care.
Sedangkan definitive care dilakukan ditempat lain dengan cara.kerjasama yang baik.
d)Unit Gawat Darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya
dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).
e)Unit Gawat Darurat hams melakukan riset guna meningkatkan mutu/kwalitas pelayanan
kesehatan masyarakat sekitarnya
2)Organisasi, Administrasi, Catatan Medis
Unit Gawat Darurat harus mernenuhi kebutuhan masyarakatdalam Penanggutangan Pendenta
Gawat Darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang hrmons dengan
unit-unit dan instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit.
Kriteria:
a)Seorang petugas medis harus menjadi penanggung jawab Unit Gawat Darurat
Interpretasi:
Petugas medis mi dapat seorang dokter ahli. dokter umum maupun perawat, tergantung pada klas
rumah sakit. Yang penting ialah:
(1)Tertarik/mempunyai perhatian khusus dalam bidang kedokteran gawat darurat;
(2)mempunyai kemampuan memimpin; dan
(3)ia harus dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di Unit Gawat Darurat.
b)Harus ada seorang perawat ldokter yang menjadi penanggung jawab harian.
interpretasi:
Ia bertanggung jawab atas mutu pelayanan pada hari itu.
c)Harus ada kerjasama yang saling menunjang antar Unit Gawat Darurat dengan:
(1)unti-unti dan instalasi-instalasi lain di rumah sakit
(2)ambulans servis.(tipe 118)
(3)dokter-dokter yang berpraktek / tinggal di sekitarnya
(4)puskesmas-puskesmas di sekitar
(5)dan instansi kesehatan lainnya.
g) Semua penderita yang datang ke unit gawat darurat harus melalu: Triage Otficer.
Interpretasi:
Triage adalah sistim:
(1) Seleksi problim seorang enderita (dalam keadaan sehari-hari)
(2) Seleksi pendenta (dalam Keadaan bencana)
Triage diakukan oleh orang yang paling berpengaarnan dan harus dapat menentukan organ mana
tergangg. dan dapat menyebabkan kematian dan menentukan penanggulangannya. Triage otficer
dapat seorang dokter ahhl, dokter umum ataupun perawat sesuai dengan kelas atau kebijaksanaan
rumah sakit.
h) Unit Gawat Darurat atau Rurnah Sakit clengan pelayanan terbatas harus mempunyai sistem
rujukan yang jelas.
Interpretasi:
Puskesmas dan rumah sakit kelas D yang hanya mampu melakukan resusitasi dan life support
sementara, harus mempunyai komunikasi (telepon, radio) dengan rumah sakit kelas iebih tinggi
yang terdekat
j) Penunjang pelayanan medis seperti alat, obat dan personalia harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan 24 jam.
Interpretasi:
(1)Daftar jaga:
(a)personalia (dokter. perawat, tenaga administrasi)
(b)konsulen
(2)Radiologi, laboratorium termasuk hernatologi. biokimia baktenologi dan patologi diatur
sesuai dengan kemampuan rumah sakit dan kebutuhan penderita.
(3)Depot darah
(4)Farmasi sangat penting sehingga persediaan obat-obat infus, plasma expander, alat-alat steril,
alat-alat dlsposlble dan linen cukup untuk 24 jam.
harus mencakup:
(a)tanggal dan jam tiba
(b)resume catatan klinik, laboratorium, x-ray
(c)catatan tentang tindakan dan tanggal serta jam dilakukan
(d)nama dan tanda tangan petugas medis
Kriteria:
a)Jumlah dan kwalitas personalia harus memenuhi syarat
(1)Karena ilmu kedokteran gawat darurat tidak diberikan secara integrated dalam kurikulum
Fakultas Kedokteran dan belum lengkap dalam kurikulum pendidikan perawat maka sebaiknya
para dokter dan perawat yang akan bekerja di Unit Gawat Darurat atau Puskesmas -harus
mendapat kursus tambahan dalarn ilmu kedokteran gawat darurat.
(2)Tenaga non medis harus mendapat kursus Penanggulangan Penderita Gawat Darurat sebagai
orang awam.
(3)Karena Unit Gawat Darurat pada rumah sakit kias A dan B juga tempat belajarnya mahasiswa
dan perawat maka sebelum bekerja praktek disitu harus sudah mendapat/ sedang mendapat
pelajaran ilmu KedoKteran. gawat darurat. Mereka harus dibawah pengawasan/bimbingan
seorang dokter atau perawat dan Unit Gawat Darurat.
(4)Jumlah petugas medis disesuaikan dengan beban kerja dan kelas rumah sakit
(5)Tenaga non medis selain pekarya juga diperlukan untuk
(a)catatan medis
(b)keuangan
(c)keamanan
(d)asuransi
-Jasa Raharja Akses
-Astek
b)Harus mempunyai skema organisasi muiai dan pimpinan sampai petugas yang paling
rendah dengan job description nya dan jalur tanggung jawabnya.
c)Pertemuan staf yang reguler untuk menjaga kornunikasi antar petugas dan
kebiasaan-kebiasaan yang baik.
d)Seorang petugas baru sebelum bekerja Sendiri harus mendapat / melalui program
orientasi dan induction
e)Harus ada program cara menilai mutu petugas feedback.
f)Kalau ada petugas yang pindah maka harus diminta pendapatnya tentang Unit Gawat
Darurat bersangkutan yaitu positif maupun negatifnya dan usul-usul.
Proses Keperawatan Nanda, NIC & NOC
Kemajuan dunia keperawatan pada saat ini telah memicu para perawat baik di
dalam dan luar negeri untuk mencoba memahami berbagai model asuhan
keperawatan untuk bisa digunakan dalam setting klinik. Dalam prakteknya, perawat
menggunakan proses keperawatan ketika melakukan asuhan perawatan pada
pasien. Pada umumnya muncul kesimpangsiuran pemahaman mengenai perbedaan
atau kaitan antara proses perawatan, NANDA-I, NIC dan NOC. Makalah ini akan
mencoba menjelaskan kepada pembaca sekalian mengenai proses keperawatan
yang kemudian dikaitkan dengan NANDA-I, NIC dan NOC.
1. Proses Keperawatan
Keperawatan sebagai proses diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada
tahun 2004 proses keperawatan ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA
(American Nursing Association) (Wilkinson, 2007).
c. Teori berdasarkan pada nilai dan asumsi mengenai health, patient, perawatan
dan lingkungan
d. Setiap teori menggambarkan konsep di atas dan menjelaskan bagaimana satu
dengan yang lain berkaitan (Wilkinson, 2007)
Proses perawatan merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial
(khusus) dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan,
terdapat beberapa tindakan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain
yaitu: assessment (pengkajian), diagnosis (penentuan diagnosa), perencanaan
hasil (planning: outcome), perencaan intervensi (planning: intervention),
pelaksanaan (implementation) dan evaluasi (evluation) (Wilkinson, 2007)
Pada dasarnya NANDA-I adalah merupakan label diagnostic (berada pada fase
penentuan diagnosa), NIC merupakan Klasifikasi intervensi keperawatan (berada
pada fase Planning: intervensi) dan NOC adalah merupakan klasifikasi outcome
(berada pada fase planning: outcome). Pada saat ini label diagnostic tidak hanya
dapat dirujuk kepada NANDA-I tetapi juga bisa merujuk kepada label diagnostik:
GORDONs nursing diagnosis atau ICNP yang dikeluarkan oleh International Council
of Nursing (ICNP, 2005).
Kegiatan dalam pengkajian dibagi dalam empat hal, yaitu mengumpulkan data,
memvalidasi data, mengorganisir data dan mencatat data.
Adalah data yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya
didapatkan dengan cara melakukan observasi atau memeriksa klien. Contoh
data obyektif adalah nadi, warna kulit, urin output, dan hasil diagnosa
misalnya X-ray dll.
Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain dengan
observasi, wawancara dan pengkajian fisik. Sedangkan data yang dikaji
meliputi aspek biologi, psikologi, social, spiritual dan cultural.
Memvalidasi data artinya mengecek kembali data untuk klarifikasi. Validasi data
dilakukan pada kondisi sebagai berikut:
2). Orems self care model: patients abilities to perform self care to maintain
life, health and well being
3). Roys adaptation model: patterns indicating the clientss ability to adapt in
one of four modes: psychological, self-concept, social role, and
interdependence
2). Catat cues dan bukan inference (cues adalah apa yang klien ceriakan, apa
yang anda lihat, apa yang anda dengar, rasakan, bau dan ukur), sedangkan
inference berarti penilaian atau apa arti dari cues)
3). Hindari menggunakan kata umum misalnya good, normal, adekuat, tolerated
well.
Beberapa hal yang perlu dimengerti oleh perawat mengenai terminology diagnosis
adalah
a. Diagnosis
b. Nursing diagnosis
c. Diagnostic label
Merupakan daftar standar penulisan nursing diagnosis. Umumnya perawat
menggunakan NANDA-I sebagai diagnostic label, tetapi ada juga diagnostic label
yang dibuat oleh Gordon, atau ICNP. (Wilkinson, 2007)
Perlu dimengerti bahwa suatu stressor bisa menyebabkan banyak respon yang
mungkin bisa berupa respon yang membantu atau respon yang berbahaya atau
merusak (Wilkinson, 2007).
a. Strengths
b. wellness diagnoses
d. collaborative problems
e. medical problems
a. Label adalah kata atau frase yang menggambarkan kesehatan klien. Label
bisa digunakan sebagai PROBLEM/masalah atau ETIOLOGI/penyebab
d. Relate or Risk factors adalah semua kondisi, situasi yang berkaitan dengan
masalah misalnya hal yang mempengaruhi, menyebabkan, bisa berasal dari
biologi, psikologi, social, developmental, treatment dll.
Cara memilih label diagnosa adalah dengan mencocokkan gejala dan tanda yang
didapatkan dari pengkajian dengan definisi dan batasan karakteristik yang ada
dalam NANDA-I. Untuk mempermudah pencocokan data pengkajian dengan
NANDA-I, penulis telah menerbitkan sebuah buku dengan judul Fast Methods of
formulating nursing diagnoses: Cara cepat merumuskan diagnosa keperawatan
(2006) dimana dalam buku ini terdapat semua kata yang terdapat dalam NANDA
2005 yang akan memberikan petunjuk kepada kita untuk mengetahui dimana
posisi data tersebut dalam diagnosa NANDA.
P = Problem
E = Etiology
Contoh:
Format ini direkomendasikan pada saat anda pertama kali belajar menulis
diagnosa keperawatan. Jika anda menggunakan metode ini anda perlu
menambahkan as manifested by (A.M.B) setelah etiologi dan diikuti
dengan sign and symptoms dari pasien.
Apabila anda berpikir bahwa anda tahu etiologi tetapi anda masih merasa
perlu data lagi untuk memastikan, maka anda perlu menggunakan frase
possible related to
Wellness diagnoses
Disuse syndrome
Post-trauma syndrome
Rape-trauma syndrome
Death anxiety
Defensive coping
Adalah diagnosa yang diangkat apabila perawat masih perlu mencari data
lain karena data yang ada tidak cukup untuk menjadi salah satu statement
(baik problem atau etiologi). Untuk kasus ini, diagnosa yang dituliskan
dengan menambah kata possible. Kata possible ini bisa digunakan
sebelum Problem atau sebelum penulisan etiologi.
Contoh:
Possible Situational Low Self-esteem r/t loss of job and rejection by family
Pengertian NOC:
NOC (2004) terdiri dari 330 outcomes yang terbagi dalam tujuh domains (Moorhead,
Johnson & Maas, 2004):
a. Functional health
b. physiological health
c. psychosocial health
e. family health
d. perceived health
e. community health
Cara menggunakan NOC adalah dengan membandingkan nilai status dari setiap
indicator sebelum dan setelah dilakukan intervensi
NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari
542 aktifitas (mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, &
Dochterman, 2008)
Basic physiological
Complex physiological
Behavior
Safety
Family
Health system
Community
Definisi
Aktifitas
Cara menggunakan NIC adalah dengan memilih aktifitas yang tepat untuk
mencapai outcome yang diharapkan.
Hal-hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri
dari:
Kegiatan dalam fase evaluasi meliput evaluasi patient outcomes dan nursing
process.
a. Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention
Classification (NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.
b. Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2004). Iowa Outcomes Project. Nursing
Outcomes Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.
e. Stuart, G.W, Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 7th
ed. St Louis. Mosby.
f.Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey.
Pearson Education.