Anda di halaman 1dari 7

EKONOMI MARITIM

TATA KELOLA PERIKANAN DI DAERAH PANTAI PRIGI TRENGGALEK

1. Pendahuluan
SDA ada yang bersifat non renewable dan renewable, SDA non renewable dalam
memperhitungkan dengan menggunakan model Hoteling. SDA renewbale menggunakan
pendekatan dengan model Gordon-Schaefer.
SDA renewable yang dikembangkan disini adalah model SDA renewable pada bidang
perikanan. Pada prinsipnya ikan akan tumbuh dan mencapai kesetimbangan. Dalam
pengelolaan SDA perikanan, ada dua bagian yang akan bertindak dan mempengaruhi,
yaitu:
1. Rantai makanan dan berkembang secara alami, pada kondisi ini SDA perikanan
berkembang pada posisinya dan mencapai keseimbangan. Keseimbangan ini
dikarenakan adanya populasi yang semakin banyak dan tidak berimbang dengan
pengambilan serta terjadi kanibalisme antar ikan itu sendiri akibat terjadi kekurangan
pasokan atau terputusnya rantai makanan, kondisi ini mengakibatkan adanya natural
selection.
2. Faktor manusia, adanya konsumsi dan terjadinya trading (ikan sebagai komoditi),
sehingga akan terjadi overfishing yang akan mengakibatkan depletion.
Perlu kiranya untuk menjaga keseimbangan akibat penangkapan manusia versus natural
selection. Penangkapan oleh manusia berakibat pada:
1. Konsumsi domestik, pada dasarnya akibat konsumsi ini masih sangat terbatas.
2. Nilai ekonomis dari perdagangan ikan itu sendiri, khususnya perdagangan ke luar
negeri, baik yang bersifat legal dan non legal. Sifat legal akan mempengaruhi
pertumbuhan GDP maritime economic.

Pembatasan penangkapan perlu dilakukan dan hal sangat menarik, karena ikan adalah
barang yang bersifat open acces, siapapun boleh melakukan eksploitasi dan ikan tidak
ada teritorial yang masing-masing tidak bisa mengklaim sebagai pemilik. Hal ini
berlainan dengan bidang kehutanan, pertanian dan peternakan yang bersifat close acces.
Ukuran dalam menjaga kelestarian dari perikanan adalah MSY (Maximum Sustainable
Yield). MSY berkaitan erat dengan seberapa banyak ikan yang dapat dieksploitasi dan
dibandingkan dengan biaya total. MSY berkaitan dengan:
a. Batas maksimum kuota atau produksi ikan sebelum ikan punah.
b. Melawan natural selection untuk memutus mata rantai makanan.
c. Ekstraksi yang dilakukan akan berhadapan dengan natural selection.
d. Tidak berlaku pada SDA yang non renewable.

Dalam pengelolaan SDA perikanan berkaitan dengan trade off pada manusia sebagai
penangkap dan pengkonsumsi serta pada alam dalam kaitan dengan mata rantai makanan,
hal ini berkaitan dengan:
1. SDA perikanan berkaitan dengan masalah stock, yaitu perhitungan batas maksimum
yang dapat dieksploitasi.
2. Terjadinya persoalan konsep steady state, yaitu terjadi keseimbangan antara manusia
dan alam, konsep non steady state tidak akan terjadi.

1
3. Tidak memperhitungkan nilai ekonomis bila stock tidak bisa dipanen, sehingga
opportunity cost tidak dihitung.
4. Mengabaikan prinsip interdependensi dari SDA dan lingkungan.
5. Jika jenis ikan beragam, MSY tidak berlaku.
Faktor 1 sampai 5 merupakan kelemahan MSY, jika hanya melihat faktor alamiah.

Pada kasus SDA non renewable perhitungan stock bersifat statis dan konstan, hal ini
berbeda pada SDA renewable dimana stock bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan
waktu.

2. Data Pendukung
Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya
ialah Kota Trenggalek. Kabupaten ini menempati wilayah seluas 1.205,22 km yang
dihuni oleh 700.000 jiwa. Letak Daerah - Bujur Timur 1110 24 1120 11 - Lintang
Selatan 70 63 80 34. Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang ada di pesisir
pantai selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo sebelah utara, Kabupaten Pacitan
sebelah barat, Kabupaten Tulungagung sebelah timur dan pantai selatan. Kabupaten
Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan yaitu: Bendungan, Dongko, Durenan, Gandusari,
Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan, Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu,
Watulimo. Upaya meningkatkan produksi perikanan di PPN Prigi-Trenggalek terus
diupayakan baik melalui kegiatan penyuluhan maupun kegiatan lain yang mendukung
peningkatan produksi perikanan. Data produksi perikanan Kabupaten Trenggalek tersaji
seperti pada tabel 1 dan 2 berikut:

3. Analisis Perhitungan
Model pengelolaan renewable resources untuk perikanan telah diusulkan dalam model
Gordon-Schaefer yang didasarkan pada factor input, model pengelolaan renewable
resources untuk perikanan yang didasarkan pada factor output dilakukan oleh Copes.
Model Gordon-Schaefer:

2
qE qE
Produksi h qxE atau h qKE 1 , Stok Ikan x K 1
r r

c x x
Biaya total TC ( x) r 1 , Penerimaan total TR ( x) prx1
q K K
p ( c )
Pajak yang dikenakan pada input E , pajak output
p
( p ) c
E
( p )
Dimana: h = produksi, q = koefisien kemampuan tangkap, r = pertumbuhan intrinsik
K = carrying capacity (daya dukung maksimum lingkungan), E = effort (jumlah armada
kapal penangkap ikan), p= price (harga), c = componen biaya persatuan effort.
Konstanta r, q dan K dapat dihitung dengan persamaan CPY (Clark, Yoshimoto, Pooley)
sebagai berikut:
2r (2 r ) q
ln(U t 1 ) ln(qK ) ln(U t ) ( Et Et 1 )
(2 r ) (2 r ) (2 r )
U = produksi perunit upaya, E = effort
Persamaan diatas bisa disederhanakan sebagai berikut :
ln(U t 1 ) a b ln(U t ) c ( Et Et 1 )
Dimana:
2r (2 r ) q
a= ln(qK ) , b = ,c=
(2 r ) (2 r ) (2 r )
Dengan data pada perikanan di Trenggalek diatas, maka dapat dihitung
ln(16,41) a b ln(20,64) c(862 874) (1)
ln(11,11) a b ln(16,41) c (874 2149) .(2)
ln(10,45) a b ln(11,11) c (2149 2282) ...(3)
Sehingga persamaan diatas dapat ditulis menjadi:
2,79 a 3,03b 1736c (4)
2,41 a 2,79b 3023c .(5)
2,35 a 2,41b 4431c .....(6)
Nilai konstanta a, b dan c diselesaikan secara analitik dengan persamaan aljabar dari
persamaan (4), (5) dan (6), sehingga diperoleh nilai a = 7,895, b = - 1,625 dan c = -
0,000107. Substitusi nilai konstanta kedalam persamaan:
2r (2 r ) q
a= ln(qK ) = 7,895, b = = -1,625 dan c = = -0,000107, selesaikan
(2 r ) (2 r ) (2 r )
ketiga persamaan tersebut dan akan didapatkan nilai:
r = 8,4, q = 0,0011 dan K = 118.473, 56.

Menurut data pada tabel 2, serta nilai konstanta r, q dan K, maka dapat dihitung stock,
pendapatan total, biaya total, price perperiode tahun, seperti pada tabel 3 dan 4 berikut.
Untuk perhitungan pajak yang harus dikenankan pada input dan output dapat dilihat pada
tabel 5 dan 6 berikut.

3
Grafik hubungan masing-masing komponen dapat dilihat seperti grafik berikut:

Grafik 1. Price per periode dan biaya persatuan effort

4
Grafik 2. Hubungan Produksi, Stock dan Effort

Grafik 3. Hubungan TR, TC dan Profit

5
Grafik 4. Pajak Yang Dikenakan pada SDA Perikanan

Analisis:
a. Price (P)
Harga price perperiode dapat dilihat pada tabel 3 dan grafik 1 diatas.
Kalau melihat tabel 3 dan grafik 1, price perperiode terus meningkat seharusnya
ini memberikan welfare pada nelayan, tetapi kenyataan belum tentu karena biaya
persatuan effort juga terus meningkat tidak sebanding dengan price perton ikan
yang ditangkap.
Dengan meningkatnya effort, price juga akan meningkat dan juga diikuti dengan
peningkatan biaya persatuan effort, dengan kata lain daerah penangkapan sudah
jauh bergeser untuk mendapatkan tangkapan.
b. Produksi dan Stock
Produksi dan stock perperiode dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 serta grafik 2
diatas.
Dengan meningkatnya effort, memang produksi bisa meningkat, tetapi stock akan
terus berkurang. Pada effort sekitar 874, produksi dan stock sudah sebanding,
dengan kata lain pada kondisi effort tersebut, daerah tersebut sudah overfishing.
Laju pertumbuhan intrinsik sebetulnya cukup tinggi, tetapi hal ini tidak sebanding
dengan peningkatan effort, sehingga stock cepat berkurang dan habis.
c. Total Revenue, Total Cost dan Profit
Total Revenue, Total Cost dan Profit perperiode dapat dilihat pada tabel 3 dan 4
serta grafik 3 diatas.
Total Revenue memang terus meningkat, tetapi hal ini juga diikuti dengan
peningkatan total cost. Peningkatan total cost terjadi karena terjadinya
peningkatan biaya persatuan effort, ini menandakan nelayan sudah jauh
meninggalkan daerah tersebut karena daerah tersebut sudah overfishing.
Dengan meningkatnya total cost, maka akan mengurangi besarnya profit.
Pada kondisi effort diatas 874, grafik total revenue dan total cost hampir selalu
berimpit, sehingga profit juga akan berkurang. Dengan kata lain, peningkatan
effort belum tentu akan meningkatkan profit, karena daerah tersebut sudah terjadi
overfishing.

6
d. MSY
Carrying capasity terjadi pada kondisi K = 118.473,56 dengan demikian
seharusnya data dukung lingkungan (populasi ikan) terjadi pada kondisi diatas.
Kenyataan yang terjadi begitu effort ditingkatkan sampai diatas 874, maka stock
ikan akan terus menurun.
Kalau tidak ada produksi, maka MSY terjadi pada kondisi 1/2K atau pada kondisi
59.236,78 dan inilah titik produksi lestari ikan pada daerah tersebut.
Pada produksi ikan, MSY untuk optimum effort terjadi pada kondisi bila effort
sama dengan 874 dengan produksi lestari 14.900 ton ikan.
e. Surplus produsen dan surplus konsumen
Melihat grafik 2, titik potong stock dan produksi ada pada
koordinat (874, 14.900), dengan kata lain pada posisi tersebut ada surplus stock
ikan yang dapat ditangkap sekitar 4.000 ton yang bisa dimanfaatkan oleh nelayan
pada daerah tersebut.
Begitu effort dinaikan, maka yang terjadi adalah price akan
meningkat dan diikuti dengan naiknya total cost serta biaya persatuan effort,
sehingga kemampuan konsumen akan menurun (produksi terus meningkat dengan
diikuti turunnya stock), sehingga akan terjadi eksploitasi yang semakin tinggi dan
berakibat pada overfishing.
f. Pengenaan Pajak
Berdasarkan pada tabel 5 dan 6 serta grafik 4, apabila effort dinaikan, maka pajak
yang dikenakan juga harus naik, hal ini dalam rangka mengontrol supaya sumber
daya perikanan tidak terjadi overfishing.
Pajak input dan output adalah sama pada kondisi open acces, pada kondisi sole
owner nilai pajak adalah separuh dari open acces.

Anda mungkin juga menyukai