Anda di halaman 1dari 5

PELAKSANAN SURVEILANS CAMPAK

Kegiatan surveilans campak dalam program eradikasi campak adalah sebagai


berikut:

1. A. Surveilans Rutin
Surveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans puskesmas serta surveilans
kabupaten/kota.

Kegiatan surveilans rutin yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi


nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

Tingkat Puskesmas : Pengumpulan data dari puskesmas, pembantu,


praktek dokter,bidan,perawat dan pelayanan kesehatan swasta lainnya,
masyarakat/Posyandu maupun petugas desa siaga. Setelah dilaksanakan
pengumpulan data lalu dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Tingkat Rumah Sakit : Kegiatan surveilans campak di RS lebih
ditekankan pada penemuan kasus secara aktif. Setiap hari petugas
kesehatan di bangsal dan poliklinik anak memeriksa adanya kasus
maupun kematian campak. Perlu diingat bahwa kematian akibat campak
sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terutama broncho
pneumonia, diare dan encephalitis. Setelah penemuan kasus lalu
dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
1. B. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campak
Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB perlu dilaksanakan kegiatan
kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak ada dua, yakni :

a) Pemantauan populasi rentan

b) Pemantauan kasus campak (PWS Campak)

a) Pemantauan Populasi Rentan

Prc = Px -0,85 ( Cix .Px ) -BS -AM

Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi campak dapat dihitung
dengan rumus :

Prc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun(x)

Px = Jumlah populasi bayi pada tahun (x)


Ci.x = % cakupan imunisasi tahun (x)

BS = Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn x

AM = Jurnlah Bayi meninggal selama periode tahun (x)

Batas nilai populasi rentan adalah = 5%.

Dalam pemantauan populasi rentan dilakukan juga pemantauan terhadap :

o Status gizi balita

o Keterjangkaun pelayanan kesehatan (asesibilitas)

o Kelompok pengungsi

b) Pemantauan Kasus Campak Melalui PWS-Campak

Apabila ditemukan satu (1) kasus pada desa dengan cakupan tinggi (>90%), rnasih
perlu diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin
vaksin atau karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya.

Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah, maka
kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang
tinggi.

1. C. Penyelidikan dan Penanggulangan KLB


Dalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak harus dapat dilakukan
penyelidikan epiderniologi baik oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama
dengan surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB Campak dilakukan
apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS kasus campak ditemukan indikasi adanya
peningkatan kasus dan penyelidikan Pra KLB menunjukkan terjadi KLB, atau adanya
laporan peningkatan kasus atau kematian campak dari rnasyarakat, media masa,
dan laim-lain.

Strategi penanggulangan KLB Campak ada 3, yakni sebagai berikut:

a. Penyelidikan Epidemiologi

b. Penanggulangan

c. Perneriksaan spesimen di laboratorium.


a. Penyelidikan Epidemiologi KLB campak

KLB campak harus segera diselidiki untuk melakukan diagnose secara dini (early
diagnosis), agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan.

b. Penanggulangan KLB campak

Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi hasil


penyelidikan KLB campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat
dihentikan dan KLB tidak meluas serta rnembatasi jumlah kasus dan kematian. KLB
campak harus segera didiagnosa secara dini (early diagnosis) dan segera
ditanggulangi (out break respons) agar KLB tidak meluas dan membatasi jumlah
kasus dan kematian.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mendukung diagnosa campak pada saat KLB, maka perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-
15 penderita baru, dan waktu sakit kasus kurang dari 21 hari, serta beberapa
sampel urine kasus campak untuk isolasi virus.

D. Upaya Memperkuat Surveilans

a. Memperkuat dukungan politis

Advokasi (advocacy) kepada pimpinan pemerintah daerah, (Bupati, Bapeda, Binsos,


dll) dan DPRD, Kepala Dinas dan lintas program serta sektor terkait lainnya untuk
mendapatkan dukungan politis dan pendanaan.

b. Pemasaran Sosial/Komunikasi Informasi dan Edukasi ( K I E )

Kegiatan surveilans dalam upaya pemberantasan campak perlu disebarluaskan


kepada Lintas Sektor, lintas program dan media massa.

c. Kemitraan

Kemitraan terutama dengan intern program pemberantasan penyakit menular


serta sektoral terkait dan LSM.

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau
minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya

Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya

Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya

Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Untuk penyakit-penyakit
endemis (penyakit yang selalu ada pada keadaan biasa), maka KLB didefinisikan sebagai suatu
peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah tertentu.

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2000 Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam
kurun waktu dan daerah tertentu.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB

1. Menurunnya frekuensi KLB.

2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.

3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.

4. Memendeknya periode KLB.

5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

Anda mungkin juga menyukai