Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari

sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit

yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.

Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah

putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh

manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500.

Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang

terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus

bisa sampai nol).1

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di

seluruh dunia. UNAIDS, Badan WHO yang mengurusi masalah AIDS, memperkirakan jumlah

odha di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada negara

yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan,

menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan, dan juga

krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai

krisis kesehatan , AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan dan

perawatan untuk individu yang terinfeksi.2

Penularan terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung HIV. Cairan tubuh yang paling

banyak mengandung HIV adalah air mani, cairan vagina/serviks, dan darah. Penularan utama
HIV melalui 4 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut, yakni hubungan seksual, jalur

pemindahan darah (alat suntik, tato, tindik, alat bedah, alat cukur dan melalui luka kecil di kulit),

transplantasi organ, dan dari ibu yang terinfeksi ke bayi yang dilahirkannya.3

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data

selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan

kombinasi beberapa obat anti HIV (obat anti retroviral, disingkat ARV) bermanfaat menurunkan

morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat,

dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya kerentanan akibat

HIV dan pulihnya kerentanan odha terhadap opurtunistik.2

Penggunaan obat antiretroviral memang menurunkan mortalitas pasien HIV/AIDS, tetapi

penggunaan obat tersebut banyak menimbulkan erupsi obat. Semua obat antiretroviral dilaporkan

dapat menyebabkan erupsi obat. Pasien HIV/ AIDS cenderung lebih mudah mengalami erupsi

obat. Trimetoprim sulfametoksazol (TMP-SMX) dan obat golongan sulfa lain merupakan

penyebab erupsi obat paling sering pada pasien HIV/AIDS. Erupsi obat yang berat, seperti

sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan nekrolisis epidermal toksik (NET), berhubungan dengan

morbiditas dan terutama NET mortalitas yang tinggi.4

Anda mungkin juga menyukai