Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kolik ginjal adalah jenis rasa sakit yang dapat sering disebabkan oleh adanya

perkembangan batu ginjal. Rasa sakit biasanya dimulai sekitar daerah ginjal atau di

suatu tempat di bawahnya. Rasa sakit tidak teratur kemudian lama kelamaan menjadi

perasaan nyeri stabil dan terus menerus.1,2

Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul

(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun

pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah

sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio

inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat

sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup.

Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai

infeksi.1,2

Di USA, pasien dengan kolik renal memegang andil dalam 1 juta kunjungan ke

emergensi setiap tahun. Di salah satu rumah sakit di Italia, kolik renal didiagnosis

pada 1% kasus; 21,6% di antaranya merupakan kasus rekuren; rasio pria-wanita

sebesar 1,4-1. Insidennya lebih tinggi pada usia 25 hingga 44 tahun. Di Indonesia,

belum ada data epidemiologis tentang pasien yang datang dengan keluhan kolik renal

namun angka kejadian batu ginjal, sebagai penyebab kolik renal, tahun 2005

1
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah

sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.

Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah

kematian adalah sebesar 378 orang.3

Penyebab utama terjadinya nyeri kolik adalah adanya batu ginjal. Bertambah

parahnya nyeri bergantung pada derajat dan tempat terjadinya obstruksi; bukan pada

keras, ukuran, atau sifat abrasi batu ginjal.1 Bekuan darah atau fragmen jaringan juga

dapat menyebabkan hal yang sama. Kolik karena bekuan darah sering ditemui pada

penyakit gangguan pembekuan darah herediter atau didapat, trauma, neoplasma dari

ginjal dan traktus urinarius, perdarahan setelah biopsi renal perkutan, kista renal,

malformasi vaskular renal, nekrosis papilar, tuberkulosis, dan infark pada ginjal.

Kolik sesungguhnya terjadi karena refluks vesikoureteral.4,5

Kecuali kolik renal atipikal, umumnya gejala kolik renal sangat khas dan tidak

seperti nyeri karena penyakit intra abdominal atau retroperitoneal lainnya. Pada kali

ini akan dilaporkan sebuah laporan kasus seorang perempuan berusia 44 tahun yang

dirawat di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUD Ulin Banjarmasin dengan diagnosis

Kolik ginjal ec. Hidronefrosis ec. Susp keganasan vesica urinaria + ISK + Syndroma

uremicum ec Azotemia + Anemia ec. Hematuria + hipertensi stage I.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kolik ginjal adalah jenis rasa sakit yang dapat sering disebabkan oleh adanya

perkembangan batu ginjal. Rasa sakit biasanya dimulai sekitar daerah ginjal atau di

suatu tempat di bawahnya. Rasa sakit tidak teratur kemudian lama kelamaan menjadi

perasaan nyeri stabil dan terus menerus.1,2

Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul

(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun

pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah

sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio

inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat

sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup.

Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai

infeksi.1,2

B. Epidemiologi

Di USA, pasien dengan kolik renal memegang andil dalam 1 juta kunjungan ke

emergensi setiap tahun. Di salah satu rumah sakit di Italia, kolik renal didiagnosis

pada 1% kasus; 21,6% di antaranya merupakan kasus rekuren; rasio pria-wanita

sebesar 1,4-1. Insidennya lebih tinggi pada usia 25 hingga 44 tahun. Di Indonesia,

3
belum ada data epidemiologis tentang pasien yang datang dengan keluhan kolik renal

namun angka kejadian batu ginjal, sebagai penyebab kolik renal, tahun 2005

berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah

sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.

Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah

kematian adalah sebesar 378 orang.3

C. Etiopatologi

Penyebab utama terjadinya nyeri kolik adalah adanya batu ginjal. Bertambah

parahnya nyeri bergantung pada derajat dan tempat terjadinya obstruksi; bukan pada

keras, ukuran, atau sifat abrasi batu ginjal. Bekuan darah atau fragmen jaringan juga

dapat menyebabkan hal yang sama. Kolik karena bekuan darah sering ditemui pada

penyakit gangguan pembekuan darah herediter atau didapat, trauma, neoplasma dari

ginjal dan traktus urinarius, perdarahan setelah biopsi renal perkutan, kista renal,

malformasi vaskular renal, nekrosis papilar, tuberkulosis, dan infark pada ginjal.

Kolik sesungguhnya terjadi karena refluks vesikoureteral.4,5

Batu ginjal yang bergerak sepanjang ureter dan hanya menyebabkan obstruksi

intermiten sebenarnya menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat daripada batu yang

tidak bergerak. Suatu obstruksi konstan akan memicu berbagai mekanisme

autoregulasi dan refleks yang akan membantu meredakan nyeri. Dua puluh empat jam

setelah obstruksi ureteral total, tekanan hidrostatik akan menurun karena:4,5

4
1. Penurunan peristalsis ureteral.

2. Penurunan aliran darah arteri renal, yang menyebabkan penurunan produksi urin,

dan;

3. Edema interstitial yang menyebabkan peningkatan lymphatic drainage.

Faktor-faktor ini menyebabkan kolik renal yang berintensitas tinggi berdurasi

kurang dari 24 jam. Kalau obstruksi bersifat parsial, perubahan-perubahan yang sama

terjadi, namun pada derajat yang lebih ringan dan waktu yang lebih lama. Serabut

saraf nyeri pada renal umumnya dari saraf simpatis preganglion yang mencapai korda

spinal T-11 sampai L-2 melalui dorsal nerve roots. Transmisi sinyal nyeri terjadi

melalui traktus spinotalamikus asenden. Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri juga

didistribusikan melalui saraf genitofemoral dan N. ilioinguinal yang mempersarafi

ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab untuk beberapa gejala

kandung kemih.4,5

1. Ureter bagian atas dan pelvis renal

Nyeri dari batu ureter bagian atas condong untuk menjalar ke area pinggang dan

area lumbar. Di sisi kanan, hal ini bisa disalahartikan dengan kolelitiasis atau

kolesistisis. Di sisi kiri, diagnosis banding meliputi pankreatitis akut, ulkus peptikum

dan gastritis.4,5

2. Ureter bagian tengah

Nyeri pada daerah ini menjalar ke bagian kaudoanterior. Nyeri ini bisa

menyerupai apendisitis jika berada di kanan ataupun divertikulitis akut pada sisi

kiri.4,5

5
3. Ureter distal

Nyeri pada daerah ini menjalar ke lipat paha, testikel pada pria maupun labia

mayor pada wanita karena nyeri ini dialihkan melalui N. ilioinguinal atau N.

genitofemoral. Jika batu berada di ureter intramural, gejala yang muncul mirip

dengan sistitis atau uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis, urgensi, disuria,

nyeri pada ujung penis dan terkadang berbagai gejala GI seperti diare dan tenesmus.

Gejala ini bisa disalahartikan dengan penyakit inflamasi pelvis dan ruptur kista

ovarium.4,5

Kebanyakan reseptor nyeri di traktus urinarius atas yang bertanggung jawab

atas persepsi kolik renal berada di submukosa dari pelvis renal, kalix dan ureter

bagian atas. Di ureter, peningkatan peristaltik proksimal melalui aktivasi intrinsic

ureteral pacemakers berperan penting pada persepsi nyeri. Spasme otot, peningkatan

peristaltik proksimal, inflamasi lokal, iritasi dan edema di tempat obstruksi berperan

terhadap perkembangan nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung

saraf bebas submukosa. Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik renal akut

dan terjadi setidaknya pada 50% pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan yang

umum dari pelvis renal, lambung, usus melalui serabut saraf aferen vagal dan sumbu

celiac.4,5

Hal ini sering diperkuat lagi melalui efek analgesik narkotik yang menginduksi

mual dan muntah melalui efek langsung terhadap motilitas GI dan efek tidak

langsung pada chemoreceptor trigger zone (CTZ) di medulla oblongata. Nonsteroidal

6
anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seringkali dapat menyebabkan iritasi lambung

dan masalah GI. Kolik biasanya mengikuti pola yang khas yang mudah untuk

dikenali, tetapi bentuk yang atipikal dapat menimbulkan kesulitan diagnostik.4,5

Tabel 1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu ginjal dan timbulnya

renal kolik

Faktor pelayanan
Faktor biologi Faktor lingkungan Faktor perilaku
kesehatan
Faktor genetik Iklim (insiden batu Diet tinggi Minimnya
(misalnya ginjal lebih tinggi protein, purin, pengetahuan
Hiperkalsiuria dan pada temperatur kalsium petugas kesehatan
hiperoksaluria lingkungan yang dan garam. dalam diagnosis
primer) memegang lebih tinggi/ musim Diet rendah sitrat. dan terapi.
peranan sebesar panas). Kebiasaan minum Kurangnya sarana
25%. Letak geografis softdrink/soda penunjang
Faktor keturunan (beberapa daerah (tinggi oksalat). diagnostik.
(terdapatnya riwayat yang menunjukkan Obesitas. Tidak adanya
batu ginjal pada insiden batu saluran Kurangnya asupan program yang
keluarga kemih yang lebih air. adekuat dalam
meningkatkan risiko tinggi dibandingkan Pekerjaan yang proses skrining
seseorang terkena daerah lain disebut lebih banyak awal penyakit.
batu ginjal sebesar daerah stone belt duduk.
dua kali lipat). (sabuk batu) dan Kurang aktifitas
Usia (puncak usia Indonesia termasuk dan olah raga.
onset adalah 20-40 dalam daerah sabuk Perilaku sering
tahun). batu tersebut. menahan BAK.
Jenis kelamin (risiko Penggunaan obat
menderita batu ginjal antasida dan
pada pria sekitar diuretika golongan
10% dengan rasio thiazide jangka
pria-wanita 3:1). panjang.
Ras (insiden batu
ginjal lebih tinggi
pada orang kulit
putih dibandingkan
dengan orang kulit
hitam).

Faktor intrinsik, meliputi:6,7

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

7
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:6,7

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi

daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran

kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

D. Manifestasi klinis

Bisa tanpa keluhan sama sekali. Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi pinggang

atau perut, dapat menjalar ke alat kelamin (buah zakar, penis, vulva), muncul

mendadak, hilang timbul, dan intensitasnya kuat. Nyeri ginjal (renal colic), yang

terasa di pinggang, tidak menjalar, terjadi akibat regangan kapsul ginjal, sering

berhubungan dengan mual dan muntah. Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa di

bawah pusat. Urgensi, yaitu rasa ingin kencing sehingga terasa sakit. Disuria, yaitu

rasa nyeri saat kencing atau sulit kencing. Polakisuria, yaitu frekuensi kencing yang

lebih sering dari biasanya. Hematuria, yaitu terdapat darah atau sel darah merah

(eritrosit) di air seni. Anuria yaitu jika produksi air seni < 200 cc/hari. Oliguria yaitu

8
jika produksi air seni < 600 cc/hari. Gambaran umum kolik renal dibagi menjadi 2

tipe yaitu:1,8

1. Kolik renal tipikal

Fase-fase serangan kolik kenal akut. Nyeri ini terjadi di sekitar dermatom T-10

sampai S-4. Keseluruhan proses ini terjadi selama 3-18 jam. Ada 3 fase:

1) Fase akut/onset

Serangannya secara tipikal terjadi pada pagi atau malam hari sehingga

membangunkan pasien dari tidurnya. Jika terjadi pagi hari, pasien umumnya

mendeskripsikan serangan tersebut sebagai serangan yang mulanya perlahan sehingga

tidak dirasakan. Sensasi dimulai dari pinggang, unilateral, menyebar ke sisi bawah,

menyilang perut ke lipat paha. Nyerinya biasanya tetap, progresif, dan kontinu;

beberapa pasien mengalami serangan intermiten yang paroksismal dan sangat parah.

Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum setelah 30 menit sampai 6 jam

atau lebih lama lagi. Pasien umumnya mencapai nyeri puncak pada 1-2 jam setelah

onset.

2) Fase konstan/plateau

Saat nyeri telah mencapai intensitas maksimum, nyeri akan menetap sampai

pasien diobati atau hilang dengan sendirinya. Periode dimana nyeri maksimal ini

dinamakan fase konstan. Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam tetapi dapat bertahan

lebih lama lebih dari 12 jam pada beberapa kasus. Kebanyakan pasien datang ke

UGD selama fase ini. Pasien yang menderita kolik biasanya banyak bergerak, di atas

tempat tidur atau saat berjalan, untuk mencari posisi yang nyaman dan mengurangi

9
nyeri. Walaupun ginjal dan traktus urinarius terletak retroperitoneal, mual dan

muntah disertai bising usus menurun / hipoaktif adalah tanda yang dominan; sehingga

memungkinkan kesalahan diagnosis intraperitoneal. Contohnya terutama adalah

obstruksi ureteropelvis junction pada ginjal kanan.

3) Fase hilangnya nyer/relieve

Pada fase terakhir ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat, dan pasien

merasakan kelegaan. Kelegaan ini bisa terjadi secara spontan kapanpun setelah onset.

Pasien kemudian dapat tidur, terutama jika diberikan analgesik. Fase ini berlangsung

1,5 3 jam.

2. Kolik renal atipikal

Etiologi kolik tipikal bisa juga menyebabkan kolik atipikal. Obstruksi pada

calyx dapat menyebabkan nyeri pinggang yang lebih ringan tapi episodik. Hematuria

dapat juga terjadi. Lesi obstruktif pada ureterovesical junction (hubungan ureter dan

kandung kemih) ataupun segmen intramural dari ureter dapat menyebabkan dysuria.

Keinginan buang air kecil yang mendadak dan sering, serta nyeri yang menjalar ke

atas atau bawah. Kolik renal dapat disertai muntah-muntah hebat, mual, diare,

ataupun nyeri ringan yang tidak biasa sehingga memungkinkan kesalahan diagnosis.

E. Diagnosis

1. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik antara lain:9,10

1) Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.

10
2) Nyeri tekan/ketok pada pinggang.

3) Batu uretra anterior bisa di raba.

4) Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah nyeri di daerah pinggul (flank

tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi sementara yaitu

saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.

Pasien dengan kolik renal harus menjalani filtrasi urin untuk menemukan batu,

bekuan darah, atau jaringan lainnya, sebagai penentu diagnosis. Bila perlu, ini

dilakukan berminggu-minggu karena batu atau jaringan bisa menetap di kandung

kemih tanpa menimbulkan gejala. Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan

kadang-kadang kristaluria.9,10

2. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium

Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan

merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya

suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi

komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang

tidak aktif. Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat

memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu asam

urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH (>7) menyokong adanya organisme

pemecah urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu struvit.9,10

11
2) Radiologis

Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu:9,10

a. Foto polos abdomen

Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu

radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque

dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat

radiolusen. Gambaran radioopak paling sering ditemukan pada area pelvis renal

sepanjang ureter ataupun ureterovesical junction. Gambaran radioopak ini disebabkan

karena adanya batu kalsium oksalat dan batu struvit (MgNH3PO4).

b. Intravenous Pyelogram (IVP)

Pielografi intravena untuk menilai obstruksi urinaria dan mencari etiologi kolik

(pielografi adalah radiografi pelvis renalis dan ureter setelah penyuntikan bahan

kontras). Seringkali batu atau benda obstruktif lainnya sudah dikeluarkan ketika

pielografi, sehingga hanya ditemukan dilatasi unilateral ureter, pelvis renalis, ataupun

calyx. IVP dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu yang

radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya

batu semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh foto polos

abdomen. Pielografi retrograde (melalui ureter) dilakukan pada kasus-kasus di mana

IVP tidak jelas, alergi zat kontras dan IVP tidak mungkin dilakukan, walaupun

prosedur ini tidak menyenangkan dan berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi

atau kerusakan ureteral.

12
c. CT Scan

CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar X yang dapat

membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.

d. Ultrasonografi (USG)

USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu

pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan

pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih peka

untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen daripada foto polos abdomen. Cara

terbaik untuk mendeteksi BSK (Batu Saluran Kemih) ialah dengan kombinasi USG

dan foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di

dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.

e. Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya sumbatan

pada gagal ginjal.

F. Diagnosis banding

Kecuali kolik renal atipikal, umumnya gejala kolik renal sangat khas dan tidak

seperti nyeri karena penyakit intra abdominal atau retroperitoneal lainnya.11,12

1. Kolik bilier

Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, mual dan muntah yang menetap,

abdominal tenderness adalah gejala kolik bilier. Jika terdapat infeksi ginjal, kolik ini

13
juga dapat disertai demam, leukositosis, dan ikterus ringan. Kolesistitis akut dapat

menyebabkan nyeri ke bahu kanan atau subskapula.

2. Apendisitis

Nyeri setelah 4-6 jam di periumbilikus, nyeri terlokalisasi di titik Mc Burney.

Pasien biasanya berbaring tenang, berbeda dengan pasien kolik renal.

3. Divertikulitis dan irritable colon syndrome

Divertikulitis yaitu nyeri pada sisi kiri dekat ureter bagian bawah, jauh lebih

ringan dari kolik renal dan seringkali ada abdominal tenderness. Ini disertai

konstipasi dan darah samar di tinja, yang tidak lazim pada kolik renal. Irritable colon

syndrome disertai distensi abdomen dan nyeri hebat yang berhubungan dengan nyeri

punggung bawah. Yang paling membedakan dengan kolik renal adalah diare hebat

dan bising usus hiperaktif.

4. Nyeri muskuloskeletal

Protrusi diskus intervertebral lumbalis dapat menyebabkan nyeri punggung

unilateral yang menjalar ke pinggul, paha, atau lipat paha (paling sering L4-5 dan L5-

S1). Pembedanya dari kolik renal adalah nyeri tersebut bergantung dengan posisi

tubuh yang dapat hilang dengan imobilitas. Nyeri pada pelvis dapat terjadi karena lesi

obstruktif dan berciri khas unilateral yang menjalar ke bagian sakral.

5. Penyakit Skrotal, Penis, atau Labial

Kolik ini terjadi karena obstruksi ureterovesical junction. Tandanya adalah

keinginan untuk buang air kecil yang sering, disuria dan nyeri sakral atau lumbal

bawah.

14
G. Penatalaksanaan

Berhasilnya penatalaksanaan medis ditentukan oleh lima faktor yaitu: ketepatan

diagnosis, lokasi batu, adanya infeksi dan derajat beratnya, derajat kerusakan fungsi

ginjal, serta tata laksana yang tepat. Terapi dinyatakan berhasil bila: keluhan

menghilang, kekambuhan batu dapat dicegah, infeksi telah dapat dieradikasi dan

fungsi ginjal dapat dipertahankan.13,14

1. Terapi konservatif tanpa operasi13,14

1) Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,

karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk

mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan minum banyak supaya dapat

mendorong batu keluar dari saluran kemih. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet

kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab batu.

Beberapa jenis obat yang diberikan antara lain spasmolitika yang dicampur dengan

analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk meningkatkan pH urin,

antibiotika untuk mencegah infeksi dan sebagainya.

Obat penghilang nyeri, seperti: golongan narkotik (meperidine, morfin sulfat,

kombinasi parasetamol dan kodein, atau injeksi morfin), golongan analgesik opioid

(morphine sulfate, oxycodone dan acetaminophen, hydrocodone dan acetaminophen),

golongan analgesik narkotik (butorphanol), golongan anti-inflamasi non steroid

(ketorolac, diclofenac, celecoxib, ibuprofen). Antiemetic (metoclopramide) jika mual

atau muntah. Antibiotik jika ada infeksi saluran kemih, misalnya: ampicillin plus

15
gentamicin, ticarcillin dan clavulanic acid, ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin.

Untuk mengeluarkan batu ginjal dapat juga dengan obat golongan calcium channel

blockers atau penghambat kalsium (nifedipine), golongan alpha-adrenergic blockers

(tamsulosin, terazosin), golongan corticosteroids atau glukokortikoid, seperti:

prednisone, prednisolone. Obat pilihan lainnya: agen uricosuric (allopurinol), agen

alkalinizing oral (potassium citrate).

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat

lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan

obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK (Infeksi Saluran Kemih) menyebabkan

observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi

pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan

fungsi ginjal) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera

dilakukan intervensi.

2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu

kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri

kolik dan menyebabkan hematuria. Persyaratan BSK yang dapat ditangani dengan

ESWL:

16
a. Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.

b. Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.

c. Fungsi ginjal masih baik.

d. Tidak ada sumbatan distal dari batu.

3) Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan

BSK yang terdiri atas memecah batu, dan mengeluarkannya dari saluran kemih

melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan

melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu

dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang

suara atau energi laser.

2. Tindakan operasi13,14

1) Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil BSK saat ini sedang berkembang.

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

2) Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk

tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih

dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah :

pielolitomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan

ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan

nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi

17
nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan

akibat BSK yang menimbulkan obstruks dan infeksi yang menahun.

18

Anda mungkin juga menyukai