Anda di halaman 1dari 49

24

BAB III

PENYELENGGARAAN PROYEK

A. Metode Pelaksanaan Proyek

Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya

oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi

langsung konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan

Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas

gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan

khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak,

rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah

atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai

akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

1. Jenis Kegiatan yang di Laksanakan

Proyek Pekerjaan Pembangunan Jalan tahun Anggaran

2016 Ruas Pinrang-Jampue dan Punnia-Cappakala

merupakan proyek yang dibangun dengan menggunakan

sumber dana PAKET II JAlAN DAK TA 2016. Untuk pekerjaan

jalan ini dilaksanakan oleh perusahaan swasta yaitu PT.

DIEGO PUTRA KONTRUKSI yang berlokasi di Jl. Bau

Massepe No.150 Kel. Cappa Galung Kec. Bacukiki Barat,

Parepare.Telp:0421-28842
25

Adapun Jenis Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada

proyek ini dan juga telah dilaksanakan pada saat kami

kerja praktek antara lain :

DEVISI 1. UMUM

- Mobilisasi

- Manag. & Keselamatan Lalu Lintas

DEVISI 2 PEKERJAAN TANAH

- Galian Biasa

- Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian

DEVISI 3 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN

JALAN BETON

- Perkerasan Beton Semen

DEVISI 4 STRUKTUR

- Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa

- Baja Tulangan U 24 Polos

- Pasangan Batu

- Pipa Penyalur PVC

2. Metode yang digunakan

a. Pekerjaan persiapan
1. Mobilisasi tenaga, peralatan dan bahan yang
diperlukan.
Peralatan utama yang akan digunakan
seluruhnya sudah berada dilokasi proyek antara lain
: Batching Plant (1 unit), Stone Cruhser (1 unit),
26

Excavator (1 unit), Wheel Loader (2 unit), Truck


Mixer (4 unit), Dump Truck (9 unit), Stamper,
Concrete Paver, dll

2. Pengukuran dan penggambaran


Berdasarkan data-data Benck Mark, patok-
patok bantu dan gambar-gambar kontrak telah
disediakan penyedia jasa dan konsultan pengawas,
maka diadakan penelusuran dan pengukuran
kembali pada seluruh area kerja.
Pengukuran terdiri dari pengukuran melintang
dan memanjang. Setiap 50 m akan dibuat potongan
melintang dengan beberapa titik pengamatan yang
mencakup elevasi jalan inspeksi dan titik lain yang
diperlukan.
Pengukuran akan dilakukan dengan
menggunakan 1 tim pengukuran dengan
menggunakan 2 set alat terdiri dari 2 unit lengkap
waterpass dan 1 set lengkap lengkap theodolit yang
telah dikalibrasi.
Setiap melaksanakan pengukuran selalu
didampingi konsultan pengawas dan didahului
dengan pengajuan ijin permohonan pelaksanaan
pekerjaan (Request). Ijin ini diajukan juga untuk
setiap pekerjaan yang akan dimulai.
Setelah diperoleh data-data pengukuran,
diajukan ke konsultan pengawas dan penyedia jasa
untuk diperiksa dan disetujui sebagai bahan
penyusunan gambar kerja dan sebagai dasar untuk
menghitung volume pekerjaan yang akan dan telah
dikerjakan.

3. Pengadaan direksi keet


27

Direksi keet dilengkapi instalasi lampu dan air


bersih. Perlengkapan pada direksi keet terdiri dari
meja, 1 set kursi tamu, 1 set meja rapat, papan
tulis white board, file kabinet buah, rak-rak buku,
gambar rencana, time schedule, grafik cuaca, buku
tamu, dan buku harian mingguan standar, jaringan
telepon.

4. Pengadaan alat-alat monitoring proyek dan kontrol


kualitas
Pengajuan terhadap type dan merk dari
masing-masing alat diajukan dulu ke konsultan
pengawas dan penyedia jasa untuk mendapatkan
persetujuan.

5. Fasilitas keselamatan kerja, penerangan,


komunikasi dan air bersih
Terdiri dari penyediaan operasional tenaga
listrik dan jaringannya, alat komunikasi berupa SSB
dan HT, penyediaan tabung pemadam kebakaran.
Fasilitas tersebut disediakan selama pelaksanaan
proyek.

6. Papan nama proyek


Papan nama proyek berukuran 120x80 Cm
yang terbuat dari triplek dengan rangka kayu kaso.
28

Gambar. 1. Pekerjaan Pesiapan

b. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan ini meliputi :

1. Pekerjaan galian biasa yang mencakup galian tanah


untuk timbunan dan galian tanah sebagai bahan
buangan.
2. Pekerjaan galian perkerasan beraspal tanpa Cold
Milling Machine (Mesin pengupas perkerasan
beraspal tanpa pemanasan).

Gambar.2. Pekerjaan Tanah

c. Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan


29

Setelah pekerjaan galian aspal pada


permukaan jalan lama selesai dilaksanakan
selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti uraian
dibawah ini :

1. Pengecekan elevasi di center line dan di pinggir.


2. Pemberian tanda dipatok dengan cat untuk
ketinggian di tepi dan di center line.
3. Pekerjaan timbunan biasa yang mencakup
4. Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan
saluran air.
5. Pekerjaan pasangan batu Mortar untuk membuat
bangunan saluran air
6. Pembentukan/perataan permukaan urugan dan
pembentukan kemiringan (crown) urugan dengan
menggunakan motor greder.
7. Pemadatan permukaan dengan Vibro Roller.
8. Pemadatan lapangan, hasil pemadatan ditest sand
cone dan CBR serta pengecekan kemiringan dan
kerataan permukaan.

Gambar. 3. Pekerjaan Penyiapan Badan jalan


30

d. Pekerjaan Penghamparan Material Kelas B


Pekerjaan ini meliputi pemprosesan,
penyediaan, pengangkutan, penggelaran dan
pemadatan material kelas B untuk konstuksi
perkerasan di atas perkerasan jalan lama yang
telah digaruk aspalnya.

1. Proses pembuatan material Kelas B


a. Material kelas B diproduksi dengan menyaring sirtu
dan memasukan sirtu ke dalam Stone Crusher dan
dicampur.
b. Sirtu diambil dari quarry dari Sungai Buhu, batu
pecah 2/3 Gentuma
c. Pencampuran material hasil Crusher dan sirtu
menggunakan wheel loader.
d. Pengujian material kelas B di laboratorium meliputi
test gradasi, analisa saringan, test plastisitas dan
indeks platisitas, test kepadatan, CBR dan Abrasi.
2. Urutan pelaksanaan pekerjaan
31

Gambar.4. Pekerjaan Penghamparan material Kelas


B
a. Pembuatan proporsi campuran (job mix formula)
material kelas B diajukan dan disetujui oleh
konsultan pengawas dan penyedia jasa.
b. Penyerahan contoh bahan mateial kelas B ke
konsultan pengawas dan penyedia jasa.
c. Pemasangan patok elevasi dan batas hamparan
kelas B
d. Pengukuran dan penggambaran shop drawing.
e. Pengangkutan material kelas B ke lokasi poyek
dengan menggunakan Dump Truck, droping
material jaraknya diatur sesuai dengan kebutuhan.
f. Pengecekan kesiapan badan jalan.
g. Penggelaran material kelas B dengan menggunakan
Motor Greder, tebal maksimum hamparan padat 15
cm.
h. Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan
Vibro Roller pemadatan dimulai dari bagian tepi
ke arah bagian tengah dan pada super elevasi dari
tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih
tinggi.
i. Selama proses penggelaran dan pemadatan kadar
air harus selalu di kontrol berada dalam batas -3%
s/d 1% dengan kadar air optimum. Bila material
kelas B terlalu basah, dijemur dahulu dengan
diratakan dengan Motor Grader. Bila bahan terlalu
kering, disiram dengan menggunakan Water Tank.
Pada saat hujan tidak dilakukan penggelaran dan
pemadatan material kelas B.
32

j. Pengujian lapangan
Tahapan material kelas B yang telah dihampar dan
dipadatkan dilakukan pengujian mutu.

e. Pekejaan Penghamparan Beton


Pekerjaan ini meliputi penyediaan,
pancampuran, penghamparan dan pemadatan
aggregate, semen dan air sehubungan dengan
persyaratan dalam spesifikasi ini dan harus sesuai
dengan dimensi dan potongan melintang yang
tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan
yang ditentukan oleh pejabat pembuat komitmen.

1. Tahapan pelaksanaan
a. Pabrikasi pembesian.
b. Pekerjaan Wet Lean Concrete
c. Pemasangan/setting bekisting/Form Work Wet Lean
Concrete setelah elevasi dan kerataan Sub Base
maksimal dan dipasang sesuai dengan lebar badan
jalan rencana yang ditambah 20 cm setiap sisi
badan jalan yang berguna sebagai dudukan
begisting/Formwork Rigid supaya elevasi dan
kerapihan pada sisi permukaan beton Rigid
Pavement maksimal/baik.
d. Penyiraman air pada permukaan Sub Base sampai
jenuh sedang maksimal supaya mengurangi proses
penyerapan air beton WLC sehingga meminimalkan
keretakan yang terjadi pada permukaan Wet Lean
Concrete.
e. Pengecoran Wet Lean Concrete dilaksanakan
dengan beton dituang langsung ke dalam area yang
33

telah dipasang formwork dan telah di set elevasinya


dan diratakan secara manual oleh pekerja, setelah
itu untuk menghasilkan kondisi permukaan WLC
yang rata/flat, permukaan beton digesek dengan
menggunakan jidar Holo/Aluminium.
f. Setelah permukaan beton rata/flat kemudian
permukaan tersebut di finishing dengan cara
digosok menggunakan roskam PVC untuk kerataan
dan kehalusan permukaan Wet Lean Concrete.
g. Pemasangan Geotextile dan disiram dengan air
untuk memperlambat proses pengeringan beton
dan mengurangi keretakan beton yang terjadi
diakibatkan karena penguapan yang terlalu cepat
dikarenakan cuaca/suhu di lokasi pekerjaan.
2. Pekejaan pengecoran Rigid Pavement
a. Pembersihan lokasi pekerjaan/permukaan Wet Lean
Concrete.
b. Pemasangan begisting/formwork mengikuti setting
elevasi, kemiringan jalan dan lebar badan jalan
sesuai dengan rencana.
c. Setting concrete paver/concrete screed sesuai
dengan elevasi rencana/di atas permukaan
begisting setinggi 2 mm 4 mm mengikuti
permukaan bekisting dan pemasangan rel alat
concrete paver/concrete screed secara rata dan
lurus sesuai badan jalan.
d. Pemasangan plastik cor yang menutup seluruh
bagian badan jalan eksisting dan
begisting/formwork dengan overlap sambungan
tengah (bila mana plastik kurang) minimal 10 cm
34

dan diikat rapat sehingga meminimalisasi


tumpah/meresapnya air beton ke luar
begisting/agregat/wic yang akan mengurangi
kandungan air beton dalam proses pengikatan dan
pengerasan beton awal selama 7 hari.
e. Pemasangan pembesian besi dowel, tie bar, duduka
dowel, dudukan tei bar di lapangan sesuai dengan
shop drawing dan bahan yang telah disediakan
dengan jarak pemasangan yang telah ditetukan.
f. Proses selanjutnya adalah penulangan beton dari
Mixer Truck ke lahan pengecoran, penuangan beton
diatur sedemikian rupa sehingga tidak menumpuk
berlebihan dan diratakan oleh pekerja dengan
ketinggian dari permukaan begisting 1 cm dan
dipadatkan dengan menggunakan vibrator
engine/electric secara merata sehingga tidak ada
bagian beton yang keropos, kemudiam diratakan
dengan menggunakan alat Concrete
Paver/Concrete Screed (nilai slump beton dalam
penggunaan alat tersebut 82) ketepatan nilai
slump beton mempengaruhi hasil permukaan
setelah diratakan dan di setting elevasi alat
Concrete Paver/Concrete Screed.
g. Untuk meratakan permukaan yang dihasilkan oleh
alat Concrete Paver/Concrete Screed, permukaan
beton diratakan / digesek kembali menggunakan
mistar aluminium sesuai dengan permukaan
begisting sehingga beton yang mengembang pada
saat pemadatan oleh vibrator dan Concrete Screed
35

tidak mempengaruhi/merubah elevasi dan kerataan


permukaan beton.
h. Penghalusan permukaan beton/finishing dilakukan
dengan menggunakan Roskam dari PVC dilakukan
tiga tahapan yaitu pemadatan dan perbaikan
permukaan, slump beton diatas 10 mengakibatkan
proses penghalusan permukaan menjadi lebih
lambat dikarenakan air beton naik berlebihan ke
permukaan yang bisa menimbulkan retak rambut
pada parmukaan beton nantinya.
i. Setelah penghalusan permukaan beton selesai,
selanjutnya adalah pembuatan tekstur pada
permukaan.
j. Penyemprotan Curring Compound secara merata
pada permukaan beton yang berguna dalam proses
pengikatan beton dan pengeringan permukaan
beton, sehingga permukaan beton (expose) tidak
mudah aus, mengurangi keretakan yang terjadi
akibat proses penguapan air beton yang terlalu
cepat dikarenakan suhu dan temperature di lokasi.
3. Pekerjaan Perawatan Beton
a. Penutupan permukaan beton menggunakan
geotextile (3-4 jam setelah curring compound)
dan dibasahi/disiram air sehingga suhu dan
kelembaban beton tetap rendah sampai umur beton
7 hari.
b. Pemotongan beton dengan menggunakan concrete
cutter dengan kedalaman 2-5 cm dari permukaan
beton sesuai dengan segmen beton yang telah
ditentukan setelah 8 jam selesai pengecoran,
36

pemotongan beton dimaksudkan untuk


memberikan perlemahan pada beton sehingga akan
terjadi keretakan pada perlemahan yang dipotong
tersebut.
c. Proses berikutnya adalah pengecoran joint sealent
pada alur potongan concrete saw tiap segmen,
spesifikasi material joint sealent sesuai dengan
yang telah disetujui dengan kadar titik leleh tinggi
sehingga kerapihan permukaan dan kekuatan joint
sealent dapat maksimal, maksud penutupan ini
adalah untuk menghidari resapan air melalui
keretakan beton yang telah diratakan di tiap
segmen sehingga bisa menimbulkan karat pada
besi dowel yang terpasang yang mengakibatkan
tidak berfungsinya dowel sebagaimana mestinya
atau bahkan patah, selain dari pada itu bocornya
penutup joint sealent bisa menjadikan sub base
tidak kedap air yang bisa mengakibatkan
penurunan/placement pada badan jalan.
37

Gambar.5. Pekerjaan Pengecoran Rigid Pavement

f. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas S


Pekerjaan ini mencakup penghamparan dan
pemadatan agregat S untuk bahu jalan. Pekerjaan
ini dilakukan setelah pekerjaan perkerasan beton
semen selesai.

3. Penjadwalaan Proyek

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil

perencanaan. yang dapat memberikan informasi

tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal

kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan

progres waktu untuk menyelesaikan proyek.

Adapun penjadwalan proyek pada proyek Pekerjaan

Pembangunan Jalan tahun Anggaran 2016 Ruas

Pinrang-Jampue dan Punnia-Cappakala (terlampir =

Lampiran 8).

4. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam Proyek ini adalah

sebagai berikut:

a. Vibratory Roller
38

Vibratory Roller suatu alat pemadat yang

menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory

roller mempunyai efisiensi pemadatan baik. Alat ini

digunakan dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.

Akibat dan efek yang ditimbulkan oleh vibratory roller

adalah gaya dinamis terhadap tanah yang cenderung

mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-

butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat,

dengan susunan yang lebih kompak/ padat.

Gambar .6. Vibratory Roller

b. Excavator

Excavator yang berfungsi untuk penggalian dan

pengerukan tanah sangat sering digunakan pada

proyek ini. Excavator sering juga digunakan untuk

pekerjaan-pekerjaan seperti :

- Loading (memuat material)


39

- Lifting (mengangkat beban)

- Hammering (mengahancurkan batuan)

- Drilling (mengebor)

Gambar . 7. Excavator

c. Dump Truck

Dump truck adalah kendaraan yang berfungsi

membawa material dari atau lokasi. Dalam proyek ini,

biasanya alat ini digunakan untuk mengangkut material

yang akan digunakan dari quarry misalnya mengangkut

agregat halus dan agregat kasar

Gambar .9. Dump Truck


40

d. Concrete Mixer Truck

Concrete Mixer Truck digunakan untuk mengaduk

campuran beton dengan volume besar, sekaligus

membawa campuran beton yang sudah siap untuk

pekerjaan pengecoran (ready mix) dari lokasi pabrik

pembuatnya ke lokasi pengecoran.

Gambar .8. Concrete Mixer Truck

e. Bulldozer

Bulldozer adalah alat berat bertipe traktor

menggunakan Track/rantai serta dilengkapi dengan

pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di depan.

Bulldozer merupakan traktor yang mempunyai traksi


41

besar. Alat berat ini digunakan untuk pekerjaan

menggali, mendorong, menggusur dan menarik

material (tanah, pasir, dsb). Bulldozer dapat

dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu,

berbukit dan di daerah yang berhutan.

Pada saat pembukaan lahan pertambangan yang baru,

maka unit bulldozer inilah yang pertama kali

diterjunkan untuk proses land clearing. Istilah bulldozer

sering kali digunakan untuk menggambarkan semua

tipe alat berat (Eksavator, Loader, dsb) meskipun istilah

ini tepatnya hanya menunjuk ke traktor berantai yang

dilengkapi dengan blade.

Gambar .10. Bulldozer

5. Penyediaan Bahan / Material


42

Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek

persyaratan mutunya harus sesuai dengan dokumen

kontrak. Adapun bahan yang bermutu baik harus

memenuhi persyaratan dan peraturan yang ditetapkan.

Selain bahan-bahan tesebut harus memenuhi

persyaratan dan peraturan diatas, bahan-bahan tersebut

juga mudah diperoleh sehingga akan menghemat waktu

dan biaya serta menjaga kelancaran pekerjaan.

Pengiriman bahan harus disesuaikan dengan keperluan

dan jadwal pelaksanaan proyek, sehingga bahan

disimpan tidak terlalu lama dan memakan tempat yang

nantinya dapat merusak kualitas dari bahan.

Bahan-bahan konstruksi yang dipakai dalam pelaksanaan

proyek Pekerjaan Pembangunan Jalan tahun Anggaran

2016 Ruas Pinrang-Jampue dan Punnia-Cappakala

adalah :

1. Beton

Beton adalah campuran antara semen Portland ,agregat

halus, agregat kasar,dan air dengan atau tanpa bahan

tambahan membentuk massa padat. Beton Terdiri dari :

a. Semen Portland
43

Semen merupakan bahan pengikat yang berfungsi

untuk mengikat agregat halus dan agregat kasar

dengan air dalam suatu adukan, seperti adukan beton

atau plesteran.

Pada proyek ini, konrtraktor harus membuat berita

acara untuk persetujuan pemakaian tipe atau merk

semen yang digunakan. Semen yang digunakan dalam

pekerjaan struktur adalah Portland Cement (PC), masih

dalam kantong yang utuh atau baru. Semen yang

digunakan untuk pekerjaan beton harusjenis semen

Portland tipe I,II,III,IV, dan V yang memenuhi SNI

15-2049-2004 tentang Semen Portland.

Gambar .11. Semen Portland

b. Air

Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau

pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan


44

yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,

gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan dan

harus memenuhi ketentuan dalam SNI03-6817-2002.

c. Agregat

Agregat merupakan bahan bangunan yang berasal dari

alam dan merupakan salah satu bahan material beton.

Dalam pengambilan agregat pihak kontraktor harus

memberikan bukti mengenai mutu dan tetap

terjaminnya mutu tersebut kepada konsultan. Material

agregat halus maupun agregat kasar yang digunakan

dalam proyek ini diambil dari Quarry yang terletak di

Buae, Kab.Sidrap sulwesi Selatan.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemilihan agregat, yaitu:

- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat

yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral atau

dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil

dan pasir sungai.

- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang

ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992

tentang Metode pengujian kotoran organik dalam

pasir untuk campuran mortar dan beton.


45

Gambar .12. Batu Pecah 2 3 cm

Gambar .13. Abu Batu

2. Penyiapan Pekerja

Pekerja

Tukang

Mandor

Operator
46

Pembantu Operator

Sopir / Driver

Pembantu Sopir / Driver

Mekanik

Pembantu Mekanik

Kepala Tukang

Buruh Terampil

6. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Adapun uraian pekerjaan yang telah dilaksanakan pada

proyek ini dan juga telah dilaksanakan pada saat kami

kerja praktek antara lain :

1. Penyiapan Badan Jalan

Penyiapan badan jalan meliputi pekerjaan

pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang

dapat mengganggu pekerjaan seperti pepohonan

batu besar dan pembentukan tanah dasar agar

elevasinya sesuai dengan yang ditunjukkan.

Pekerjaan pembersihan dan pembentukan tanah

dasar dikerjakan menggunakan alat berat Bulldozer,


47

setelah itu dilakukan pemadatan tanah dasar

menggunakan alat Vibratory Roller.

2. Timbunan Pilihan

Setelah dilakukan penyiapan badan jalan permukaan

tanah yang berlubang atau tidak rata kemudian diisi

dengan Sirtu 100%, sirtu diperoleh dari quary yg

berjarak 8 km diangkut menggunakan dump truck

dan dipadatkan menggunakan vibro roller.

3. Lapis Pondasi Bawah (LPB)

Pekerjaan lapis pondasi bawah dikerjakan dengan

menggunakan agregat kelas B diawali dengan

pemobilisasian material menggunakan dump truck,

lalu penuangan material ke lantai kerja kemudian di

hampar menggunakan bulldozer, untuk mendapatkan

tebal dan kemiringan yang direncanakan. Komposisi

campuran LPB yaitu, Batu Pecah (2-3) 30%, sirtu 62%

dan tanah berbutir 8% dengan ketebalan 15 cm.

4. Pemadatan LPB

Setelah penghamparan, dilanjutkan dengan

pemadatan LPB. Pemadatan dilakukan oleh vibro


48

roller, untuk menghasilkan lapisan yang lebih padat

maka dilakukan penyiraman oleh water tank.

5. Lapis Pondasi Atas (LPA)

Pekerjaan lapis pondasi atas dikerjakan dengan

menggunakan agregat kelas A diawali dengan

pemobilisasian material menggunakan dump truck,

lalu penuangan material ke lantai kerja kemudian di

hampar menggunakan bulldozer, untuk

mendapatkan tebal dan kemiringan yang

direncanakan. Komposisi campuran LPA yaitu, Batu

Pecah (2-3) 29%, (1-2) 17% dan (0.5-1) 14%, Abu

batu 30% dan Pasir 10% dengan ketebalan 15 cm.

6. Pemadatan LPA

Setelah penghamparan, dilanjutkan dengan

pemadatan LPA. Pemadatan dilakukan oleh vibro

roller, untuk menghasilkan lapisan yang lebih padat

maka dilakukan penyiraman oleh water tank.

7. Penghamparan campuran beton pada median

jalan
49

Pada pekerjaan ini campuran beton yang digunakan

adalah ready mix yang diangkut oleh concrete mixer

truck , kemudian concrete mixer truck menuang

campuran beton pada bekisting. Perataan beton

dilakukan dengan menggunakan waterpass dan alat

penyetrika yang dilakukan oleh tenaga manusia

(pekerja).

B. Komunikasi Proyek
1. Struktur Organisasi
Terlampir = Lampiran 7
2. Tugas Tugas

Kontraktor adalah badan hukum yang mempunyai

tenaga ahli atau keahlian serta peralatan lengkap

untuk mengusahakan dan melaksanakan pekerjaan

bangunan untuk orang lain/jasa atas dasar

pembayaran, seperti yang telah di tetapkan. Yang

bertugas sebagai Kontraktor Pelaksana pada proyek

ini, yaitu PT. Utari Prima Sejahtera dimana dalam

hal ini yang bertindak sebagai General

Superintendent yaitu Coriniel Roge

Hak dan kewajiban dari kontraktor adalah:

a. Melaksanakan suatu pekerjaan yang diberikan

oleh owner (pemberi pekerjaan).


50

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi

hingga selesai sesuai dengan rencana kerja dan

syarat-syaratnya.

c. Berhak menerima pembayaran dari owner sesuai

dengan hasil kerja yang dihasilkan.

Kontraktor pelaksana terdiri atas :

1. Kepala Proyek (General Superintendent)

Kepala Proyek (General Superintendent)

mempunyai tugas, tanggung jawab,dan

wewenang sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Membuat perencanaan proyek bersama

kantor pusat sesuai dengan persyaratan,

c) Memimpin seluruh kegiatan pelaksanaan

dilapangan :

- Pendayagunaan tenaga, dana, alat,

waktu, dan teknologi secara optimal

- Mengusahakan pemenuhan persyaratan

mutu, batasan waktu serta batasan

biaya
51

d) Melakukan kegiatan pengendalian dilapangan

agar proses kerja dan hasil kerja berlangsung

secara efektif dan efisien,

e) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan

pekerjaan terhadap rencana pelaksanaan

pekerjaan,

f) Menyelenggarakan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3)

g) Membuat laporan pertanggung jawaban

aspek - aspek finansial, manajerial, dan

teknologi,

h) Membuat, menghimpun catatan penting

yang menyangkut pelaksanaan proyek,

i) Mengidentifikasi dan mencari penyelesaian

masalah yang terjadi selama proses

pelaksanaan pekerjaan agar proyek dapat

diselesaikan sesuai dengan jadwal serta

meningkatkan citra bagi perusahaan,

j) Melakukan fungsi sebagai agen pemasaran

perusahaan untuk diteruskan kepada pihak -

pihak terkait didalam perusahaan,

k) Memelihara hubungan baik dengan pemberi

kerja, mitra usaha dan masyarakat sekitar,


52

l) Melatih dan membina sumber daya manusia

(SDM) untuk meningkatkan kemampuan,

teknologi, dan manajerialnya.

2. Deputy GS/ Site Manager

Deputy GS/ Site Manager mempunyai tugas,

tanggung jawab, dan wewenang sebagai berikut:

a) Melaksanakan Project Quality, Healthy and

Safety Plan yang telah disusun dan disetujui,

terutama untuk pelaksanaan pekerjaan fisik

dilapangan,

b) Berkoordinasi dengan GS, bagian

engineering, pelaksana dan supporting untuk

menterjemahkan master schedule, menjadi

program kerja bulanan dan mingguan,

c) Memimpin langsung pelaksanaan pekerjaan

sehari-hari, dengan memanfaat resources

secara maksimal,

d) Melaksanakan evaluasi harian atas pekerjaan

dan segera melakukan penyesuaian dan

berkoordinasi dengan GS, bila terjadi

hambatan teknis dan nonteknis dilapangan,


53

e) Menghimpun, memeriksa dan membuat

laporan kemajuan pekerjaan dari masing -

masing pelaksana menjadi laporan yang

komprehensif,

f) Melakukan koordinasi harian dengan direksi

proyek atau yang mewakili, guna kelancaran

jalannya pekerjaan,

g) Melaksanakan monitoring atas kinerja staf

dibawahnya,

h) Melakukan penilaian atas kinerja subkon

dansuplier yang terlibat di proyek.

i) Bertanggung jawab atas pemberian izin mau

pun penolakannya atas dimulainya pekerjaan

dari sisi mutu, keselamatan & kesehatan

kerja dan dampak lingkungan,

j) Melaksanakan safety patrol secara rutin

untuk memastikan dilaksanakannya kaidah

keselamatan kerja dalam setiap proses

pekerjaan,

k) Bertanggung jawab atas sosialisasi sistem

keselamatan & kesehatan kerja dan dampak

lingkungan kepada tamu ataupun pihak

extern yang memasuki areal proyek,


54

l) Memeriksa dan menyetujui JSA dari masing-

masing pekerjaan yang diajukan pelaksana

dan mengevaluasi pelaksanaannya,

m) Memimpin safety talk, sebelum memulai

pekerjaan.

3. Manager Teknik

Manager Teknik Mempunyai tugas, tanggung

jawab, dan wewenang sebagai berikut:

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Menyiapkan dan melengkapi :

- Metode kerja untuk pelaksanaan

pekerjaan,

- Menyusun kembali schedule

pelaksanaan pekerjaan,

- Membuat program kerja mingguan

bersama Manager Operasional,

c) Menyiapkan gambar kerja ( Working

drawing ) untuk pelaksanaan dilapangan,

d) Menyiapkan laporan evaluasi berkala hasil

pekerjaan,
55

e) Melaksanakan administrasi kontrak termasuk

pengurusan termin,

f) Membuat kontrak / SPK antara perusahaan

dengan pihak golongan ekonomi lemah atau

mitra usaha perusahaan,

g) Menyiapkan Berita Acara Kemajuan

pekerjaan bersama Manager Operasional,

h) Menyiapkan arus kas proyek bersama

Manager Admin dan Keuangan,

i) Membuat Berita Acara Angsuran / Termin

bersama Bagian Keuangan,

j) Menyiapkan laporan penyelesaian proyek.

4. Manager Operasional

Manager Operasional mempunyai tugas,

tanggung jawab, dan wewenang sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Menyiapkan dan melengkapi :

- Metode kerja untuk pelaksanaan

pekerjaan,

- Menyusun kembali schedule

pelaksanaan pekerjaan,
56

- Membuat program kerja mingguan

bersama Manager Operasional,

c) Menyiapkan gambar kerja ( Working

drawing ) untuk pelaksanaan dilapangan,

d) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan

pekerjaan dilapangan dan mengusahakan

pemenuhan persyaratan mutu, batasan

waktu dan biaya yang telah ditetapkan,

e) Menyiapkan laporan evaluasi berkala hasil

pekerjaan,

f) Menjaga dan mengusahakan efektifitas dan

efesiensi pemakaian bahan, tenaga, dan

peralatan proyek,

g) Menyiapkan Berita Acara Kemajuan

pekerjaan bersama Manager Teknik,

h) Menyiapkan laporan penyelesaian proyek.

5. Commercial Manager

Commercial Manager mempunyai tugas,

tanggung jawab, dan wewenang sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Melaksanakan tata usaha antara lain :


57

- Surat menyurat,

- Perjalanan Dinas,

- Kendaraan,

- Personalia.

c) Menyusun rencana kebutuhan alokasi dana

berdasarkan rencana produksi atau rencana,

d) Kebutuhan bahan yang disusun oleh Manager

Operasional,

e) Melakukan pengendalian likuaditas keuangan

proyek,

f) Menyiapkan dokumen tagihan bersama

Manager Operasional,

g) Melaksanakan verifikasi bukti - bukti dan

melakukan pembayaran,

h) Menyelenggarakan pembukuan dan laporan

keuangan proyek,

i) Membuat laporan evaluasi.

6. Quality Control

Quality Control mempunyai tugas, tanggung

jawab, dan wewenang sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,
58

b) Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan

terhadap rencana waktu pelaksanaan,

c) Melakukan pemeriksaan mutu bahan dan

pekerjaan baik di proyek maupun di

laboratorium dan menyiapkan laporan

evaluasi berkala,

d) Membuat program penyesuaian mutu dan

waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi

persyaratan kontrak,

e) Membuat alternatif design dan mix design,

f) Melengkapi syarat - syarat kontrak dan

memonitor pelaksanaan.

7. Quantity Control

Quantity Control mempunyai tugas, tanggung

jawab, dan wewenang sebagai berikut:

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan

terhadap rencana waktu pelaksanaan,

c) Membuat dan menyiapkan laporan harian,

mingguan, dan bulanan,


59

d) Mengevaluasi progress pekerjaan

berdasarkan schedule rencana harian,

mingguan, dan bulanan,

e) Membuat request sheet setiap pelaksanaan

pekerjaan,

f) Membuat dan menyiapkan administrasi

teknik,

g) Melengkapi syarat - syarat kontrak dan

memonitor pelaksanaan.

8. Drafter

Drafter mempunyai tugas, tanggung jawab, dan

wewenang sebagai berikut:

a) Mempelajari gambar kontrak,

b) Membuat, memproses hingga gambar kerja

sah untuk dilaksanakan di pekerjaan,

c) Melakukan revisi bila diperlukan untuk

aplikasi dilapangan dengan terlebih dahulu

mendapat persetujuan dari direksi,

d) Memproses hasil pengukuran dan data dari

surveyor untuk diterjemahkan ke dalam

gambar kerja,

e) Mendokumentasikan dan mengatur serta


60

mendistribusikan gambar kerja dengan baik

dan rapi,

f) Membuat dan merevisi gambar terbangun

hingga disetujui direksi proyek,

g) Berkoordinasi dengan pelaksana, bila

ditemukan ketidaksesuaian antara kondisi

lapangan dengan gambar yang ada.

9. Surveyor

Surveyor mempunyai tugas, tanggung jawab, dan

wewenang sebagai berikut:

a) Memastikan / menjadwalkan survey

instrumen yang dipakai telah dikalibrasi,

b) Melakukan joint survey, untuk penentuan

patok BM,

c) Melaksanakan pengukuran lapangan, sesuai

dengan kebutuhan proyek,

d) Mengolah data dan memberikan sketsa hasil

pengukuran untuk pembuatan gambar kerja

oleh drafter,

e) Menyiapkan patok - patok referensi untuk

pelaksanaan pekerjaan,

f) Melaksanakan kontrol elevasi maupun


61

koordinat atas pelaksanaan pekerjaan,

g) Mendokumentasikan, menyimpan dan

mendistribusikan data - data ukur yang

telah disetujui direksi proyek,

h) Melaksanakan pengukuran akhir atas

pekerjaan terbangun, untuk dituangkan

menjadi gambar terbangun,

i) Memastikan hasil pekerjaan masih dalam

toleransi yang diijinkan.

j) Melaksanakan opname pekerjaan bersama

pelaksana dan direksi proyek.

10. Pelaksana

Pelaksana mempunyai tugas, tanggung jawab,

dan wewenang sebagai berikut:

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

program kerja mingguan, metode kerja,

gambar kerja, dan spesifikasi teknik

berdasarkan instrupsi Manager Operasional,

c) Mengatur pelaksanaan Pekerjaan,

d) Mengatur pemakaian bahan, tenaga kerja


62

dan peralatan secara efektif dan efisien,

e) Melakukan pemeriksaan dan pengukuran

serta membuat laporan hasil kerja

dilapangan kepada Manager Operasional.

11. Keuangan

Keuangan mempunyai tugas, tanggung jawab,

dan wewenang sebagai berikut:

a) Membuat rincian anggaran bulanan.

b) Melakukan pengecekan dan verifikasi

terhadap tagihan - tagihan yang akan di

bayar,

c) Membuat laporan realisasi pemakaian dana,

d) Menyusun daftar rencana pembayaran

berupa tagihan supplier, opname mandor

dan pengeluaran rutin di proyek,

e) Menghitung dan membayar gaji di proyek,

f) Melaksanakan transaksi pembayaran melalui

bank, dan memonitor lalu lintas dana dari

kantor cabang / divisi keproyek,

12. Logistik
63

Logistik mempunyai tugas, tanggung jawab, dan

wewenang sebagai berikut:

a) Melaksanakan penerapan sistim jaminan

mutu,

b) Membuat jadwal pengadaan bahan dan

peralatan sesuai program kerja yang

direncanakan,

c) Mengurus pengadaan bahan antara lain :

- Melakukan survey bahan,

- Melakukan survey harga bahan,

- Menyelenggarakan pembelian bahan

sesuai jadwal pengadaan,

- Melakukan administrasi pemesanan dan

pengiriman spare part, bahan, dan

material di proyek,

- Menyelenggarakan administrasi

pengadaan,

d) Mengurus pengadaan peralatan antara lain :

- Membuat jadwal mobilisasi dan

demobilisasi,

- Membuat laporan tentang penggunaan

alat.
64

3. Jalur Komunikasi

Proses yang dilakukan untuk menjamin

terpenuhinya kebutuhan informasi pada waktu yang

tepat bagi setiap stakeholder. Proses ini terjadi di

seluruh Grup Proses Pelaksana. Distribusi informasi

dilakukan mengingat pentingnya mendapatkan

informasi proyek bagi orang yang tepat, pada waktu

yang tepat dengan format yang padat

informasi.Manajer proyek dan tim proyek harus dapat

memutuskan cara terbaik untuk mendistribusikan

informasi proyek. Setelah melakukan perencanaan

komunikasi, hasil yang diperoleh adalah rencana

manajemen komunikasi.Langkah selanjutnya adalah

pendistribusian informasi. Dalam melakukan

pendistribusian informasi dibutuhkan input berupa

perencanaan manajemen komunikasi dengan

menggunakan alat dan teknik berupa kemampuan

komunikasi, metode distribusi informasi, proses

pembelajaran, serta sistem informasi. Hasil atau

output dari proses distribusi informasi ini adalah

proses atau alur komunikasi dari organisasi proyek

dan perubahan permintaan.


65

Bentuk distribusi komunikasi pada proyek ada

beberapa macam antara lain adalah:

Rapat-rapat(meetings).

Distribusi dokumen berupa hardcopy.

Distribusi data melalui media elektronik

seperti electronic mail/E-mail, mesin fax, dan lain-

lain.

Proses mengumpulkan dan menyebarkan

informasi kinerja proyek, termasuk di dalamnya

status reports(pelaporan status), progress

measurements(pengukuran kemajuan), dan

peramalan.Informasi yang terkandung didalamnya,

antara lain :

Status reports, yang berisi tentang sejauh mana

proyek sudah berjalan dalam kerangka ruang

lingkup, waktu dan biaya. (Sudah berapa biaya

yang digunakan, berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas,

apakah pekerjaan sudah dilaksana sesuai

rencana,dsb)

Progres reports menggambarkan sejauh mana tim

proyek sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Biasanya berupa laporan rutin


66

Peramalan, berisi gambaran kecenderungan

proyek akan berhasil atau tidak berdasarkan apa

yang sudah dikerjakan sampai titik tertentu ketika

proyek sudah berjalan

Proses ini terjadi dalam Monitoring dan

Pengendalian Proses Grup.Inti dari pelaporan kinerja

yaitu mengumpulkan dan menyebarkan informasi

kinerja.

C. K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja)

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang

yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan

kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi

maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara

kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga

melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan

orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi

lingkungan kerja.
67

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi

moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki

kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain

yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang

waktu. Praktik K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi

pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga

penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan

menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3

terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan,

teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi

dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

Pada proyek tempat kami melakukan praktek kerja

lapangan peralatan K3 yang diterapkan dalam lapangan

meliputi:

1. Helm Proyek
68

2. Rompi

3. S

u Safety

4. Rambu-rambu
69

D. Laporan Proyek
1. Pelaporan

Laporan proyek dibuat oleh manajemen proyek untuk

diberikan kepada manajemen perusahaan. Isi laporan

proyek meliputi:

1. Ringkasan mengenai status proyek

2. Bagian-bagian koreksi yang telah dilakukan atau

perlu dilakukan.

3. Perubahan jadwal atau permalan jadwal dan biaya

4. Kemungkinan masalah-masalah yang mungkin

muncul dan akibatnya berikut cara mengatasi

masalah tersebut.

5. Situasi biaya saat ini.

6. Rencana tenaga kerja dan keterbatasan yang ada

Pelaporan proyek juga meliputi:

1. Laporan Harian

2. Laporan Mingguan dan


70

3. Laporan Bulanan

2. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), dilakukan

dengan mengecek bahan-bahan/campuran yang

ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia

jasa konstruksi (kontraktor) atau yang terpasang.

Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran

berdasarkan atas :

Hasil pengukuran yang memenuhi batas

toleransi pembayaran.

Metoda perhitungan

Lokasi kerja

Jenis pekerjaan

Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik secara

kualitas maupun persyaratan lainnya, maka

pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume


71

pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh

konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah

benar diukur dan mendapat persetujuan dari

konsultan.

3. Kontrol Kualitas

Adapun uraian kontrol kualitas yang telah

dilaksanakan pada proyek ini dan juga telah

dilaksanakan pada saat kami kerja praktek antara

lain :

1. Slump Test
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan

apakan campuran beton sudah memenuhi syarat

slump yang diisyaratkan untuk dilakukan

penghamparan. Setelah campuran beton telah

memenuhi syarat maka selanjutnya dibuatlah

sampel berupa kubus untuk dibawah dan diujikan

kekuatan tekannya di laboratorium.

2. Sand Cone

Pengujian sand cone ini dilakukan setelah lapis

Pondasi Atas (LPA) dikerjakan, kurang lebih 1 hari

setelah LPA di padatkan. Yang bertujuan untuk

menggetahui kepadatan lapangan dari LPA tersebut.


72

Anda mungkin juga menyukai