Anda di halaman 1dari 2

TIKUS

Tikus merupakan hewan yang sangat cerdas, relatif lebih mudah ditangani,
tidak terlalu bersifat fotofobik, lebih tahan terhadap infeksi, kecenderungan untuk
berkumpul dengan sesamanya tidak tinggi, dapat menjadi liar, galak, dan
menyerang si pemegang jika makanannya kurang atau diperlakukan kasar, suhu
normal badan 37,50C, laju respirasi 210 kali/menit (Yudniayanti, 2010).
Tikus putih (Rattus norvegicus) memiliki lama hidup sekitar 2 3 tahun.
Umur dewasa tikus 40 60 hari dan bisa berkembang biak dengan lama waktu 20
22 hari dengan jumlah anak rata-rata 9 20. Rute pemberian obat menentukan
jumlah dan kecepatan obat yang masuk dalam tubuh, sehingga merupakan
penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan.
Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto, 2008)
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk
kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Dan durasi pemberian obat paling
cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan. Hal ini terjadi
karena :
a. Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang
dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin
sedikit dan efek obat lebih cepat.
b. Intra peritonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga
efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena
obat di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat. Caranya dengan
menahan tikus dengan metode tengkuk dan ekor diselipkan diantara kelingking
dan jari manis. Kemudian, perut diberi etanol 70% dan disuntikan dengan sudut
300.
c. Intra muscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat
akan konstan dan lebih tahan lama. Caranya dengan menahan tikus dengan
metode tengkuk dan ekor diselipkan diantara kelingking dan jari manis. Kaki
belakang dibuka dan diberi sedikit etanol 70%
d. Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi
lebih lama dibanding intra muscular. Caranya dengan mencubit bagian tungkak
dan obat di suntikan perlahan (Priyanto, 2008).
e. Intravena, penyuntikan dilakukan di bagian ekor dengan cara tikus
dimasukan kedalam sebuah tempat dan ekor dipegang. Setelah itu diberi sedikit
etanol dan disuntikkan di bagian ekor. Intravena merupakan cara paling cepat agar
obat masuk kedalam pembuluh darah. Jika ada pembengkakan di tempat suntikan
atau ketahanan terhadap injeksi terjadi, lepaskan jarum dan masukkan kembali
sedikit di atas tempat suntikan awal (US National Institutes of Health, 2008).
Semua suntikan harus dilakukan dengan menggunakan jarum suntik steril.
Sebuah jarum dan alat suntik harus digunakan untuk setiap kandang tikus harus
baru. Sebelum menyuntikan jarum ke tempat pemberian obat alangkah lebih
baiknya jika menyeka tempat pemberian obat dengan etanol atau eter. Cara terbaik
adalah untuk menyeka daerah dengan etanol 70% sebelum menempatkan jarum
dan aspirasi untuk mencari darah sebelum menyuntikkan (US National Institutes
of Health, 2008).

Malole, M.M.B dan Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Hewan Percobaan


Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Bioteknologi.
Yudniayanti, I et all. 2010. Profil Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylazine dan
Ketamin-Midazolam Sebagai Anestesi Umum Terhadap Gambaran
Fisiologis Tubuh pada Kelinci Jantan. Vol. 3, No. 1
Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Leskonfi. Depok
Mauliani, 2011. Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Biji
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIX,
No. 1, Maret 2011
US National Institutes of Health. 2008. Injection. Tersedia secara online di :
http://www.theodora.com/rodent_laboratory/injections.html

Anda mungkin juga menyukai