Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Emosi
1. Definisi
Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang
berasal lagi dari emouvoir, exicte yang berdasarkan kata Latin
emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi
berati bergerak keluar.
a. Prezz (1999), mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh
menghadapi situasi tertentu.
b. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak
c. Hathersall (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai suatu
psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
d. Keleinginna and Keleinginan (1981) berpendapat bahwa emosi
seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi sering
didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya
pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan,
marah, takut bahagia, sedih dan jijik.
e. William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan
emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya
dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.
2. Macam-macam emosi
Kehidupan emosi sangat kompleks, banyak macam ragamnya, dan
tiap macam emosi bervariasi pula menurut muatannya, sifatnya serta
intensitasnya. berdasarkan muatannya, ada emosi yang mengarah pada
hal yang positif dan ada pula yang mengarah ke hal yang negatif. Ada
emosi yang bersifat konstruktif dan ada juga bersifat destruktif. Ada
yang sangat kuat intensitasnya, tetapi ada juga yang sangat lemah dan
halus. ada emosi yang menunjukan manifestasi dari pribadi yang sehat
dan juga yang kurang sehat (Sukmadinata, 2005)
Menurut Sukmadinata (2005), Macam-macam emosi dapat
dikelompokan sebagai berikut :

5
6

a. Takut, cemas, dam khawatir


Ketiga macam emosi ini bekenaan dengan adanya rasa terancam
oleh sesuatu. Pada rasa takut ancaman ini lebih khusus dan jelas
sedang pada cemas dan kwatir objek yang mengancamnya tidak
begitu jelas. Kecemasaan dan kekhwatiran memiliki nilai positif,
asalnya intensitasnya tidak begitu kuat, sebab kecemasaan dan
kekhawatiran yang ringan dapat merupakan motivasi.
b. Marah dan permusuhan
Marah dan permusuhan merupakan suatu yang dihayati oleh
seseorang atau suatu kelompok yang cenderung bersifat
menyerang. Pada umumnya kedua jenis emosi ini diberi konotasi
negatif, walaupun sesungguhnya merupakan suatu kondisi yang
normal. Keduanya merupakan suatu cara individu menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan memenuhi kebutuhannya melalui
bentuk perilaku agresif atau menyerang.
c. Rasa bersalah dan rasa duka
Kedua emosi ini dialami seseorang karena kegagalan atau
kesalahan dalam melakukan sesuatu perbuatan yang berkenaan
dangan norma. Seperti halnya dengan jenis-jenis emosi yang
lain, keduanya memiliki nilai positif apabila intensitasnya tidak
terlalu kuat dan diterima sebagai koreksi terhadap dirinya.
Apabila intensitasnya terlalu kuat dan dialami dalam tempo yang
cukup panjang, maka akan memberikan beberapa dampak
negatif.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi,
antara lain Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan),
sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : Fear
(ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002)
mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh
dengan kedua tokoh di atas, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut,
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
Mayer (1990, dalam Goleman, 2002) menyebutkan bahwa orang
cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan
7

mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam


permasalahan, dan pasrah. Melihat keadaan itu maka penting bagi
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup
lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-
sia
Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu:
a. Emosi sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan
dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah,
kenyang dan lapar.
b. Emosi psikis
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan
kejiwaan, seperti: perasaan intelektual, yang berhubungan
dengan ruang lingkup kebenaran perasaan sosial, yaitu perasaan
yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok.
1) Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral)
2) Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan
dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat
kebendaan maupun kerohanian
3) Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai
makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama
(Homo Religious)
3. Beberapa ciri emosi
Menurut Sukamadinata (2005), minimal ada empat ciri emosi yaitu:
a. Pengalaman emosional besifat pribadi
Kehidupan emosional sesorang individu tumbuh dari pengalaman
emosionalnya sendiri. Pengalaman emosional ini sangat subjektif
dan bersifat pribadi, berbeda antara seorang individu dengan
individu lainya.
b. Adanya perubahan aspek jasmaniah
Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi
beberapa perubahan pada aspek jasmaniah. Perubaha-perubahan
tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu
mengikuti yang lainya.
8

c. Emosi diekspresikan dalam perilaku


Emosi yang dihayati oleh sesorang diekspresikan dalam
perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan
suara/bahasa.
d. Emosi sebagai motif
Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan. Demikian juga halnya dengan emosi, dapat
mendorong suatu kegiatan apakah menjauhi atau mendekati
sesuatu objek yang memberikan rangsangan emosional
4. Perkembangan emosi
Menurut Sukmadinata (2005), karena pengaruh kebudayaan dalam
perkembangan emosi terdapat pola-pola ekspresi dan pengendaliaan
emosi yaitu sebagai berikut :
a. Spontanitas dan pengendalian
Anaknya pada umunya sangat spontan dalam menyatakan
emosinya, tetapi karena pengaruh kebudayaan individu dituntut
harus dapat mengendalikan ekspresi emosinya.
b. Pernyataan Konstruktif dan penekanan
Karena faktor kebudayaan tidak semua rangsangan emosional
dapat dinyatakan sebagaimana keinginan individu. Ekspresi emosi
yang dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan
keinginan individu, tetapi yang negatif atau ditolak masyarakat
perlu ditahan dan ditekan.
c. Ekspresi langsung atau tersembunyi
Emosi-emosi yang memiliki intensitas tinggi seperti benci,
permusuhan dan sebagimananya, mungkin dapat dinyatakan secara
langsung, Mungkin juga tidak.
5. Respon Fisiologi dalam emosi
Menurut Richard, et all (1983), sebagian besar perubahan fisiologis
yang terjadi selama keterbangkitan emosional disebabkan oleh
pengaktifan bagian simpatis sistem saraf otonom pada saat
mempersiapkan tubuh untuk melakukan tindakan darurat. Sistem saraf
simpatis bertanggung jawab atas perubahan-perubahan berikut ini:
a. Tekananan darah dan detak jantung meningkat.
b. Pernapasan yang semakin cepat.
c. Anak mata yang membesar
d. Keringat yang meningkat sementara sekresi liur dan lendir
menurun.
9

e. Kadar gula darah yang meningkat untuk menyediakan energi yang


lebih banyak.
f. Darah yang lebih cepat membeku ketika terjadi luka.
g. Gerak sistem gastrointestinal yang menurun; darah dialihkan dari
perut dan usus ke otak dan otot rangka.
h. Bulu badan yang menegang, menyebabkan penegakan bulu roma
6. Ekspresi Emosi
Charles Darwin tergungah untuk mengetahui ekspresi emosi pada
anak buta dan binatang. Dalam The Expression of emotions in Man
and Animals, yang diterbitkan pada tahun 1872, Darwin
mengungkapkan teori evolusi tentang emosi. Menurut Darwin,
Sebagian besar cara ekspresi emosional kita merupakan pola yang
diwarisi, yang pada mulanya mempunyai nilai kelangsungan hidup
(Survival value).
(Richard, et all, 1983)
7. Teori-teori emosi
a. Teori James-Lange
William James, seorang pakar psikologis yang terkenal di
Harvard pada akhir tahun 1800-an, yakin bahwa faktor yang
penting dalam emosi yang kita rasakan adalah umpan balik dari
perubahan badani yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang
menakutkan atau membingungkan. Persepsi terhadap perubahan
fisiologis ini merupakan emosi (Richard, et all, 1983).
b. Teori Cannon-Bard
Canon (1927) menyatakan bahwa peranan utama emosi
berada di talamus yang merupakan bagian dari inti pusat otak.
Canon berpendapat bahwa talamus memberikan respons terhadap
stimulus yang membangkitkan emosi dengan mengirimkan impuls
secara serentak ke korteks cerebral dan kebagian tubuh yang lain;
perasaan emosional merupakan akibat keterbangkitan korteks dan
sistem saraf simpatis. Menurut Teori ini perubahan badani dan
pengalaman emosi yang terjadi pada saat yang sama (Richard, et
all, 1983).
c. Teori Kognitif tentang Emosi
Penilaian seseorang terhadap situasi yang membangkitkan
emosi merupakan faktor penentu respon emosional yang penting.
Schacter (1971) yakin bahwa emosi merupakan fungsi interaksi
10

faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Teori ini


megemukakan bahwa umpan balik ke otak dari aktivitas fisiologis
menimbulkan keadaan keterbangkitan yang tidak berbeda, tetapi
emosi yang dirasakan ditentukan label yang diberikan orang
pada keadaan keterbangkitan itu. penentuaan label merupakan
proses kongnitif: individu mengunakan informasi dari pengalaman
masa lampau dan persepsinya tentang keadaan saat ini untuk
menginterprstasi perasaan. Interpretasi ini akan menentukan label
yang mereka gunakan untuk memerikan keadaan emosional
mereka. (Richard, et all, 1983).
8. Jenis-jenis emosi
Goleman (1997) menyebutkan, ada ratusan emosi, bersama dengan
campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Sungguh terdapat lebih
banyak penghalusan emosi daripada kata yang kita miliki untuk itu.
Tampaknya Goleman ingin menunjukkan betapa kompleks varian
emosi. Dan sejumlah teoritikus telah mencoba mengklasifikasikannya
sedetil mungkin, sekalipun mereka tidak sepenuhnya sepakat dalam
beberapa hal.
Goleman sendiri mengemukakan ada delapan jenis emosi, yaitu:
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal
hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak
kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, kesepian, ditolak, putus
asa, depresi berat (patologis)
c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, waspada, tidak
tenang, ngeri, fobia, dan panik (patologis)
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan inderawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan
luar biasa, dan mania
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih
f. Terkejut: kaget, terkesiap, takjub, terpana
g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah
h. Malu: rasa salah, kesal hati, sesal, aib, dan hati hancur lebur
Dari emosi-emosi itu kemudian dikategorikan lagi ke dalam
emosi inti atau emosi dasar, yaitu takut, marah, sedih, dan senang. Dan
11

oleh ahli lain, menurut Santrock (1988) ditambahkan benci dan kaget
sehingga keseluruhannya menjadi enam. Keenam emosi inilah yang
selanjutnya ditetapkan sebagai emosi dasar yang mewarnai lembar
kehidupan manusia. Tapi, karena emosi dasar ini terkadang
mengalami percampuran antara satu sama lain, sehingga muncul
kesulitan tersendiri untuk mengidentifikasi emosi apa yang tengah
diekspresikan oleh seseorang. Emosi marah seringkali menyatu
dengan benci, atau takut bercampur dengan kaget, dan seterusnya.
Kemudian Berikut ini terdapat pembagian jenis pengalaman
emosi yang dipaparkan secara garis besar oleh Walgito (1997) yaitu:
a.Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang
menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya,
yakni dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari
emosi positif ini adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan
sebagainya.
b. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang
menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya
yakni dampaknya tidak menyenangkan dan menyusahkan,
diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.
Biasanya kita menghindari dan berusaha menghilangkan emosi
negatif ini. Adakalanya kita mampu mengendalikannya, tetapi
adakalanya kita gagal melakukannya. Ketika kita gagal
mengendalikan atau menyeimbangkan emosi negatif ini maka ketika
itu keadaan suasana hati kita menjadi buruk.
9. Pengalaman Emosi
Pengalaman emosi individu, sedikit banyak dipengaruhi oleh empat
sifat laten (Gohm dan Clore, dalam Safaria & Saputra, 2009):
a. Kejelasan (emotional clarity): merupakan kemampuan individu
dalam mengidentifikasi dan membedakan emosi spesifik yang
sedang dirasakan. Contoh ungkapan yang biasanya kita dengar,
terkait dengan emotional clarity ini adalah saya sulit menamakan
emosi yang sedang saya rasakan; saya selalu mampu menamakan
tiap emosi yang sedang saya rasakan; saya mampu mengetahui
secara tepat tiap emosi yang sedang saya rasakan.
12

b. Intensitas (emotional intensity), yakni seberapa kuat atau besar


intensitas emosi spesifik yang dapat dirasakannya. Contoh
ungkapannya adalah ketika saya merasakan bahagia, saya seperti
berada di atas awan; ketika saya merasakan kebahagiaan, saya
merasa seperti dipenuhi oleh energi kebahagiaan yang tak
terbendung; ketika saya berhasil dalam suatu pekerjaan, reaksi
saya biasa saja, tenang dan diam.
c. Perhatian (emotional attention), yakni kecenderungan individu
untuk mampu memahami, menilai, dan menghargai emosi spesifik
yang sedang dirasakannya. Ungkapan yang dapat mewakili
kondisi ini ialah saya memperhatikan secara penuh bagaimana
saya merasakan sesuatu; saya percaya untuk mengikuti kata hati
saya.
d. Ekspresi (emotional expression), yakni bagaimana individu
mengungkapkan emosi yang sedang dialaminya. Ungkapan yang
dapat mewakili kondisi ini diantaranya ketika saya marah, semua
orang di sekeliling saya tahu bahwa saya sedang marah; saya
selalu mengekspresikan apa yang saya rasakan kepada orang lain
dan lingkungan sekitar; saya tidak mampu menahan atau
menyembunyikan emosi yang sedang saya rasakan.
B. Perasaan
1. Definisi
a. Menurut Prof. Hukstra, perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang
dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa
senang dan tidak senang (Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, hal:
75).
b. Menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai
sebagai keadaan positif dan negatif( Drs. Alex Sobur, M. Si,
Psikologi Umum, hal : 426).
2. Macam-macam perasaan
Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian
perasaan yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Max Scheler
membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu (Ibid, hal : 427)
13

a. Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan


pengindraan misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
b. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan
tubuh misalnya: rasa lesu, segar.
c. Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-
perubahan psikis misalnya : rasa senang, sedih.
d. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi
misalnya : perasaan terasing.
3. Klasifikasi Perasaan
Bigot dkk (1950) mengkalsifikasikan perasaan sebagai berikut
a. Perasaan keindraan
Menyangkut alat indra.contoh : pahit, manis, lapar, haus
b. Perasaan psikis atau kejiwaan
1) Perasaan intelektual
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang dapat memecahkan
sesuatu soal atau mendapatkan hal-hal baru sebagai hasil kerja
dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga merupakan
pendorong atau motivasi individu dalam berbuat dan
merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
2) Perasaan kesusilaan
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-hal
yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan.
3) Perasaan keindahan atau estetika
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami sesuatu
yang indah atau yang tidak indah
4) Perasaan kemasyarakatan atau sosial
Yaitu perasaan yang timbul dalam hubungannya dengan
interaksi sosial, yaitu hubungan individu satu dengan individu
lain.
5) Perasaan harga diri
Perasaan harga-diri ini dapat positif, yaitu apabila individu
dapat menghargai dirinya sendiri dengan secara baik, tetapi
sebaliknya perasaan harga-diri ini dapat negatif, yaitu apabila
seseorang tidak dapat menghargai dirinya secara baik.
6) Perasaan ke-Tuhanan
Perasaan ini timbul menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang
mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Perasaan ini merupakan
perasaan tertinggi atau terdalam. Perbuatan manusia yang luhur,
14

yang suci bersumber pada perasaan keTuhanan ini. Dengan


perasaan keTuhanan segala sesuatu akan tertuju kepadaNya.
4. Dimensi Perasaan
3 dimensi perasaan menurut Wand
a. Exited feeling
Perasaan yang dialami individu disertai adanya perilaku atau
perbuatan yang menampak.
b. Innert feeling
Perasaan yang dialami individu tanpa disertai adanya perilaku
atau perbuatan.
c. Expectancy feeling dan Release feeling
Suatu perasaan yang dialami oleh individu sebagai sesuatu yang
belum nyata expected feeling, disamping itu perasaan yang
dialami oleh individu karena sesuatu itu telah nyata, ini dimaksud
dengan Release feeling.

Anda mungkin juga menyukai