Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):
Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan
beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers,
argentite, selenides, tellurides.
Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-
Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit.
B. Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
C. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah
Gambar.2.9
Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).
Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat
permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari
campuran air magmatik dengan air meteorit
A. Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter
dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh
sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam,
fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada
batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-300 0C), fluida ini didominasi oleh fluida
magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno,
1992).
Gambar 2.11
Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)
Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem
hidrotermal ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-
perubahan suhu dan tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang
paling cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik
(hydraulic fracturing), pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem
yang mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan
proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi (www.terrasia.tripod.com).
Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn,
Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal,
stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz. Berikut ini adalah beberapa
contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).
A. Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa
Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi
dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini
banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan dideposit alluvial dan
salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair
pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20% (Sutarto, 2004). Sebagian besar endapan emas di Indonesia
dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam
bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk
dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati netral Urat-urat
tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan
porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini
(Sukandarrumidi, 2007). Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang
berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-
fluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi
atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk
seperti rambut (hairline) Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic
dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam
alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-
batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas
diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS - dan OH-. Ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal
merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal.
Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses
pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding batuan
yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas
H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat
mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya
dijumpai di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007). Dibawah ini contoh endapan
emas epitermal dari sistem low sulfidation danhigh sulfidation.
Rodalquilar 10 N/P
B. Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni
(Ag) mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau
menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan
sebagai argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak
biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk
dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga
terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat
mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan
dalam kandungan emas (28%). Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas
kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel
dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan pengisian dan endapan
penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan
dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).