Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar Medis
Persalinan Kala I ( Kala Pembukaan )
A. Pengertian Persalinan Kala I
Persalinan Kala I adalah Permulaan persalinan yang ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan membuka
lengkap ( 10 cm ), jika sudah terjadi pembukaan servik dan kontraksi terjadi
teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh - pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis
itu pecah karena pergeseran - pergeseran ketika serviks membuka, (Sulistyowati.
2010).

B. Tanda dan Gejala Persalinan Kala I


1. His / kontraksi uterus sudah adekuat.
2. Penipisan dan pembukaan serviks sekurang - kurangnya 3 cm.
3. Keluarnya cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah.
4. Sering BAK.
5. Akhir kala I primigravida keluar darah menetas.

C. Karakteristik Persalinan Kala I


1. Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
( frekuensi dan kekuatannya ) hingga servik membuka lengkap ( 10 cm ).
2. Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untuk
primigravida dan 8 jam untuk multigravida.
3. Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah selama tahap ini.
4. Peningkatan curah jantung ibu.
5. Denyut nadi ibu meningkat.
6. Penurunan motilitas / gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan
peningkatan waktu pengosongan lambung ( mattson & smith, 2004 ).
7. Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat serviks
membuka dan menipis.

D. Fase Fase Persalinan Kala I


1. Fase Laten : Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks berlangsung lambat secara bertahap. Pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang lebih 7 8 jam.
2. Fase Aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
( kontraksi di anggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

1
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka
dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga periode, yaitu
a. Periode Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang
membutuhkan waktu 2 jam.
b. Periode Dilatasi Maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam
waktu 2 jam.
c. Periode Deselarasi : pembukaan menjadi lambat dari 9 cm menjadi 10 cm
dalam waktu 2 jam.
Perbedaan Fase Laten Dengan Fase Aktif (Ilmu Kebidanan, 2005: 182)
Pembukaan Waktu Fase Laten 0 3 cm Kurang lebih 7 8 jam Fase Aktif 3 10
cm
6 jam
1. Fase Akselerasi 3 4 cm 2 jam
2. Fase dilatasi maksimal 4 9 cm 2 jam
3. Deselerasi 9 10 cm 2 jam

D. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Persalinan Kala I


1. Perubahan Fisiologis
a. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan miometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya.Pada saat otot retraksi,ia tidak akan
kembali ke ukuran semula tapi berubah ukuran ke ukuran yang lebih
pendek secara progresif. Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses
kontraksi, relaksasi, dan retraksi; maka kavum uterus lama kelamaan
menjadi semakin mengecil.Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelviks (Sulistyawati,dkk. 2010).
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran menjadi
lembut Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
c. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau
sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang
kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,diikuti
dengan proses kelahiran bayi.. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan
ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
pembukaan 5 disebut Ketuban Pecah Dini ( KPD ), (Sulistyawati, dkk.

2
2010).
d. Perubahan Tekanan Darah
Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata - rata sebesar 10 20 mmHg dan kenaikan diastolik rata - rata 5
- 10 mmHg diantara konstraksi - konstraksi uterus. tekanan darah akan
turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi
konstraksi. (Sumarah, dkk. 2009).
e. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar
diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh. Kegiatan
metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,
denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilangan cairan. (Sumarah,
dkk, 2009).
f. Perubahan Suhu Tubuh
Suhu tubuh meningkat selama persalinan,tertinggi selama dan
segera setelah persalinan .peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 - 1 0C
dianggap normal.karena peningkatan metabolisme selama dan segera
setelah persalinan (sulistyawati,dkk.2010). Jika ibu terasa hangat, atau jika
suhu tubuh ibu antara 37 38 0C, dia mungkin mengalami
dehidrasi.mintalah ibu minum lebih bnyak cairan. (Thomson, dkk. 2009).
g. Perubahan pada ginjal
Poliuri (jumlah uri lebih dari normal) sering terjadi selama
persalinan, disebabkan oleh kardiak output yang meningkat, serta
disebabkan karena filtrasi glomerulus dan aliran plasma ke renal
(ginjal).kandung kemih harus dikontrol setiap 2 jan sekali agar tidak
menghambat penurunan terendah janin dan agar tidak trauma pada kandung
kemih setelah melahirkan. Normal jika Ibu yang merasakan kelelahan saat
persalinan,namun jika mulai kehabisan tenaga, maka bukaannya akan lebih
lama.untuk mencegah agar ibu tidak kelelahan bri ibu the hangat dengan
gula atau madu, jus buah atau minuman rehidrasi. (Thomson, dkk. 2009;
h.251)
h. Denyut Jantung ( Denyut Nadi )
Penurunan yang menyolok selama konstraksi uterus tidak terjadi
jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung
diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan
atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam

3
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit
naik merupakan hal yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara
periode untuk mengidentifikasi infeksi. Periksa denyut nadi setiap 4 jam
sekali, denyut nadi normal antara 60 - 160x/menit diantara kontraksi.
(Thomson, dkk. 2009).
i. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
j. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
persalinan dan akan menyebabkan konstipasi.
k. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr / 100 ml selama persalinan
dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel
darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar
5000 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini
tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan
turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau
persalinan lama.

E. Perubahan Psikologis
1. Perasaan tidak enak.
2. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
3. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal.
4. Menganggap persalinan sebagai percobaan.
5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
6. Apakah bayinya normal apa tidak.
7. Apakah ia sanggup merawat bayinya.
8. Ibu merasa cemas.

F. Penanganan Persalinan Kala I


Yang harus dilakukan pada fase ini adalah memberi perhatian lebih kepada
ibu, jika tampak ibu merasa kesakitan maka kita harus dapat menghiburnya, baik
itu dengan mengalihkan perhatiannya maupun dengan memberi support kepada
ibu tentang bayi yang dikandungnya untuk pertama kali akan ia lahirkan. Makan
dan minum tidak boleh dibatasi, hal ini agar ibu memiliki cadangan energi yang
mencukupi saat harus mengejan di persalinan kala II. Lakukan semua tindakan

4
dengan tetap menjaga privasi klien, agar klien merasa dihormati selayaknya
manusia. Pada saat HIS berkurang, dapat ditawarkan berbagai posisi melahirkan
kala II yang akan dirasa cukup memberinya rasa nyaman. Persilahkan ibu untuk
memilih yang sesuai dengan keadaannya serta berikan konseling tentang
kelebihan dan kekurangan berbagai metode tersebut.
G. Asuhan Sayang Ibu ( mother friendly ) Selama Persalinan Kala I
1. Dukungan emosional
Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosionil seluruh
keluarga, usahakan agar suami dan anggota keluarga yang lain dilibatkan
dalam proses persalinan ini. Usahakan agar mereka melihat, mendengar, dan
membantu jika dapat. Perwatan dan pemahaman dari sudut penolong
persalinan akan membuat keluargamemahami pentingnya persalinan. Ibu akan
merasa nyeri dan menderita jika ia khawatir tentang proses persalinannya atau
jika ia mempunyai masalah sebelum bertemu dengan penolong persalinan.
Jadi tetaplah tenang dan yakinkan mereka walaupun mungkin merasa kuatir
dan cemas.
2. Pengaturan posisi
Usahakan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk
mendapatkan posisi yang paling nyaman, seperti : Posisi Jongkok atau berdiri,
Berbaring Miring Kiri, Posisi Merangkak, Duduk atau setengah duduk yang
akan membantu turunnya kepala janin.
3. Cairan
Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau biasa
selama proses persalinan, cairan akan memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi yang akan dapat mempengaruhi his. Tujuannya adalah dehidrasi
akan membuat ibu lelah dan menurunkan kekuatan his atau membuat his
menjadi tidak teratur.
4. Kebersihan
Infeksi yang dapat terjadi selama proses akan dapat menyebabkan
kematian atau penyakit pada ibu maupun anak. Ibu hamil harus selalu mandi
dan menggunakan baju yang bersih selama persalinan. Penolong persalinan
harus mencuci kedua tangannya sesering mungkin, menggunakan alat - alat
yang steril atau DDT.
5. Buang air besar
Anjurkan ibu untuk buang air besar sebelum persalinan kala 2, rektum
yang penuh akan menyebabkan ibu yang sedang dalam proses persalinan
merasa tidak nyaman, kadang-kadang ibu membutuhkan klisma. Bila ia

5
mengalami konstipasi saat prses kelahiran di mulai, jangan berikan klisma bila
kepala janinnya belumenganged.
6. Buang air kecil
Dalam proses persalinan harus berkemih setiap 2 jam atau lebih sering
bila mungkin, kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan
kepala dan membuat ibu merasa tidak nyaman.

H. Macam posisi meneran/mengejan saat melahirkan dan cara meneran yang benar

Dalam menjelang proses persalinan banyak hal yang menjadi kecemasan para
calon ibu. Hal tersebut tak lain karena kurangnya pengetahuan akan hal-hal yang
berkenaan dengan proses persalinan. Salah satu hal yang tidak kalah penting dan
dapat menimbulkan kecemasan terutama bagi para calon ibu yang baru pertama
kali melahirkan adalah cara meneran/ mengejan. Pengetahuan ibu dapat
mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi proses persalinan.
Pengetahuan ibu tentang meneran tak lain agar ibu yang mengalami persalinan
dapat meneran dengan benar sehingga mempercepat proses persalinan.

Berikut beberapa hal terkait meneran dari mulai macam posisi hingga cara
meneran yang benar. Kebebasan memilih posisi meneran, Seorang bidan
hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi
persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri.
Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih
merasa aman.

Manfaat pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu

1. Memberikan banyak manfaat

2. Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan

3. Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek

4. Laserasi perineum lebih sedikit

5. Lebih membantu meneran

6
6. Nilai apgar lebih baik

Macam-macam posisi meneran

1. Posisi terlentang (supine)

Terlentang(Supine)

Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar
kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada syaraf kaki dan punggung. Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :

a. Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta,
vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu
dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.

b. Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.

c. Buang air kecil terganggu.

d. Mobilisasi ibu kurang bebas.

e. Ibu kurang semangat.

f. Resiko laserasi jalan lahir bertambah.

g. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

h. Rasa nyeri yang bertambah.

2. Posisi duduk/setengah duduk

7
Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi
bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul.
Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang
akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak
terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri,
seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung
kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin

3. Posisi jongkok/ berdiri

Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul


sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul,
memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi
( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu
bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih
yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.

4. Berbaring miring kekiri

8
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena
cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia,
karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu
yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan
jalan lahir.

5. Posisi merangkak

Posisi ini
akan meningkatkan
oksigenisasi bagi
bayi dan bisa
mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untuk
persalinan dengan rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam melakukan
rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. Posisi merangkak juga dapat
membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul

9
II. Konsep Dasar Keperawatan
Asuhan keperawatan pada persalinan Kala I
A. Pengakajian
1. Biodata Pasien : Nama, Jenis Kelamin, Umur, Tanggal lahir, Alamat,dan
lain lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah
pinggang menjalar keperut, adanya his yang makin selalu ingin buang
air kemih. (Manuaba. 1998).
b. Riwayat kesehatan sekarang : Dalam pengkajian di temukan ibu
hamil dengan usia kehamilan antara 38 - 42 minggu. Mulai timbul
his, nyeri dan keluarnya darah serta lendir dan kadang ketuban pecah
dengan sendirinya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya penyakit yang dapat
menyebabkan resiko tinggi saat persalinan, seperti penyakit jantung,
HT, TB, DM, penyakit kelamin, dan lain - lain.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Anamese tentang penyakit keluarga
ada hubungannya dan penyakit yang diderita keluarga ada yang
menderita penyakit menular, menurun / menahun, seperti DM, dan
lain - lain.
3. Riwayat Kebidanan :
a. Riwayat kehamilan sekarang : HPHT ( hari pertama hari terakhir )
Untuk menafsirkan (+7) (-3) (+1) / kapan merasakan gerak janin
( primigravida ) ada usia kehamilan ( 9 - 20 minggu ), rasa pusing,
mual muntah dan lain lain, ( carey ragbaur : 2000 ).
b. Riwayat kehamilan yang lalu : mengalami perdarahan/tidak, ada
keluhan pada hamil mudah / tidak.
c. Pemeriksaaan kehamilan berapakah pada trimester pertama
( umumnya 1 kali pertama trimester I ) penyuluhan yang pernah
didapatkan ( pola nutrisi, pola istirahat, pola efektifitas).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tanda - tanda vital ( TD, Nadi, Pernafasan, dan Suhu ).
b. Kepala dan leher : Biasanya terdapat doasma gravidarum, terkadang
ada pembengkakan kelopak mata, pucat pada konjungtiva, sklera
kuning, stomatitis dan lain - lain.
c. Dada : Terdapat pembesaran payudara, hiperpigmentasi areora mamae
dan penonjolan pada papila mamae, keluarnya colostrum.
d. Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0 - 3 cm posisi fetus, his anatara 5 -

10
30 menit dan berlangsung selama 10 - 30 menit vagina mengeluarkan
cairan pink, coklat, keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilicus.
e. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus :
1) Frekwensi : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit.
2) Internal : jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya
his datang tiap 2 3 menit.
3) Intensitas : kekuatan his (adekuat atau lemah)
4) Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.
5) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.
f. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada
kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan
berikutnya.
g. Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan.
h. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah
fetus, letak janin, penurunan janin : usia kehamilan aterm 3 jari
bawah prosesus xypoideus. Usia kehamilan prematur pertengahan
pusat dan prosesus xypoideus, belum atau sudah kepala masuk PAP,
adanya his yang mungkin sering dan kuat. ( Leopold I : untuk
menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus, Leopold II : untuk
menentukan batas samping rahim kanan / kiri, letak punggung janin,
Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin apakah sudah
masuk PAP, dan Leopold IV : untuk menentukan bagian terbawah
janin seberapa jauh sudah masuk PAP ). Auskultasi : Ada tidak DJJ
dan frekuensi normalnya 120 160 x / menit. (Asuhan Persalinan
Normal 2008).
i. Pemeriksaan Vagina : Pengeluaran darah campur lendir, terdapat
pembukaan cervix, serta kelenturan pada serviks.
j. Ekstremitas : Biasanya terjadi odema pada tungkai dan kadang
varices karena adanya penekanan dan pembesaran vena abdomen.

Tabel Parameter monitoring persalinan (partograf)


Parameter Temuan Abnormal
Tekanan Darah >140/90 dengan sedikitnya satu

11
tanda/gejala preklamapsia.
Temperatur >38oC
Nadi >100x/menit
Djj < 100 atau >180x/menit
Kontraksi < 3 dalam 10 menit, berlansung < 40
detik, ketukan di palpasi lemah.
Serviks Partograf melewati garis waspada
pada fase aktif
Cairan Amnio Mekonium, darah, bau
Urin Volume sedikit dan pekat

5. Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari hari pada ibu persalinan kala I


a. Pola nutrisi
Sebelum hamil : makan : 2-3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, Minum
: 7-8 gelas dengan air putih.
Saat hamil : makan : 3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, buah,
Minum : 8 gelas air putih, satu gelas susu/hari.
b. Pola eleminasi
Sebelum hamil : BAK: lancar 5x/ hari, warna kuning, bau khas,
BAB: 1x /hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.
Saat hamil : BAK: 6-7x/hari warna kuning, bau khas, BAB : 1x/ hari
warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.

B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional


1. Nyeri b/d intensitas kontraksi.
Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi:
a. Menggunakan teknik pernapasan.
b. Melakukan masage atau gosokan pada pinggang (teori gate control
terhadap nyeri).
c. Menganjurkan untuk memberikan air hangat untuk mengomprtes
pinggang bawah.
d. Memberikan HE pada klien bahwa respon nyeri ini sudah indikasi
positif dan memang harus ada untuk mengakhiri kala I dan
mendekati kala transisi
Rasional
a. Tehnik pernapasan dapat meningkatkan relaksasi otot otot
abdomen dengan demikian menambah ukuran kapasitas abdomen
sehingga mengurangi gesekan (priksi) antara uterus dan dinding

12
abdomen.
b. Merupakan suatu tehnik untuk mengkanter dan digunakan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari nyeri.
c. Membantu relaksasi, meningkatkan kenyamanan.
d. Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan dan
merupakan salah satu aspek sayang ibu
2. Takut b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa takut teratasi.
Intervensi
a. Perkenalkan diri pada klien dan berikan support.
b. Komunikasikan peran seperti support perawatan dan pengetahuan
perawat secara verbal dan non verbal.
c. Orientasikan klien ke lingkungan(tempat persalinan)
Rasinonal
a. Memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada
klien dan support yang diberikan dapat menambah semangat hidup
klien dalam menanti kelahiran.
b. Ibu akan lebih mengerti dan memahami tentang persalinan, peran
perawat sehingga akan mengurangi rasa takut dan klien akan
tenang.
c. Orientasi terhadap lingkungan membuat klien lebih mengetahui
dan dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat persalinan
sehiungga akan mengurangi rasa takut

3. Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat


Tujuan : Klien akan menunjukkan defisit voleme cairan adekuat
Intervensi
a. Pertahankan kalori dan elekrolit.
b. Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada
mual dan muntah.
c. Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 % dan RL)
Rasional
a. Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi selama proses
persalinanuntuk mencegah dehidrasi.
b. Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan
dengan makanan padat dan untuk mencegah dehidrasi.
c. Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elekrolit
4. Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada
persalinan
Tujuan : Klien akan mengungkapkan cemas teratasi

13
Intervensi
a. Jelaskan prosedur sebelum memulai melakukan tindakan .
b. Beri gambaran yang jelas tentang proses persalinan
Rasional
a. Mengingatkan pasien untuk mengendalikan dan mempersiapkan
mentalnya, hal ini akan mengurangi kecemasan yang dialami.
b. Gambaran yang jelas tentang persalinan, ibu akan lebih
memahami dan mengerti tentang proses persalinan sehingga akan
mengurangi perasaan takut dan pasien akan tenang.
5. Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam persalinan.
Tujuan : Klien mampu merawat diri setelah proses persalinan
Intervensi
a. Lakukan teknik effleurage.
b. Anjurkan ambulasi dan posisi yang nyaman.
c. Anjurkan klien untuk beristirahat.
d. Anjurkan suami untuk memberikan bantuan dalam hal perawatan
diri.
e. Berikan support dalam melakukan perawatan diri
Rasional
a. Meningkatkan relaksasi dan kenyamanan.
b. Ambulasi dan posisi yang nyaman merupakan salah satu cara
dalam melakukan rawat diri pada ibu untuk mencegah kekakuan.
c. Istirahat merupakan hal yang penting bagi ibu hamil dalam
mengatasi kelelahan sehingga ibu tetap segar dan kuat.
d. Suami adalah orang yang terdekat, diharapkakan mampu dalam
membantu merawat istrinya.
e. Support yang diberikan akan menambah semangat ibu dalam
melakukan dan meningkatkan perawatan terhadap dirinya

14
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro H. 1999. Fisiologi Dan Mekanisme Persalinan Normal. Edisi Ketiga.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Handaya. 1986. Fisiologi nyeri persalinan, Simposium sehari FK-UI, Jakarta,

Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan


Normal.Dimuatdalam

http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-
pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

15

Anda mungkin juga menyukai