Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kebutuhan tiap individu yang sangat penting.
Oleh karena itu kesehatan jiwa harus juga diperhatikan. Selain hal ini merupakan
peran petugas kesehatan, tetapi merupakan hal yang menuntut adanya keselarasan dan
kerja sama dari berbagai pihak selain individu itu sendiri, keluarga maupun
lingkungan.
Dari berbagai masalah kesehatan jiwa, gangguan konsep diri dengan harga diri
rendah banyak mengiringi penyakit-penyakit gangguan jiwa. Bila hal ini terjadi,
terkadang dapat menimbulkan dampak yang buruk pada diri pasien sendiri maupun
orang lain di sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori harga diri rendah?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada harga diri rendah?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan utama dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas individu
mata kuliah Keperawatan jiwa.
2. Menerapkan teori dan lebih menekankan dalam mempraktekan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
3. Dapat mengetahui cara merawat klien dengan harga diri rendah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Teori
A. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan
dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal
menyesuaikan tingkah laku dancita cita. (Fk.UNDIP , 2001 ). Kesimpulan
harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku
dan cita-cita.
B. Tanda-tanda klien dengan harga diri rendah
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri.
5. Percaya diri kurang.
6. Menciderai diri.
7. Lebih banyak menunduk.
8. Bicara lembut dengan nada suara lemah.
9. Tidak menerima pujian.
10. Berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara.

2
C. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan
dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi,
perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu
tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan
peran. Adapun penyebab gangguan konsep diri harga diri rendah, yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Penolakan orang tua.
b. Harapan orang tua yang tidak realistis.
c. Kegagalan yang berulang kali.
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
e. Ketergantungan kepada orang lain.
f. Ideal diri tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
a. Citra tubuh yang tidak sesuai.
b. Keluhan fisik.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Penolakan terhadap kemampuan personal.
e. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
f. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
g. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

3
Ada tiga jenis transisi peran:
1.) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2.) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3.) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan,
atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi
semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri,
peran dan harga diri.
D. Rentang Respon
Rentang respon harga diri rendah berfluktuasi dari rentang adaptif sampai
rentang maladaptif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kekacauan Depersonalisasi


diri diri rendah identitas

1. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
2. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta
bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

4
3. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
4. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
5. Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
6. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
7. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam
uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri
dan orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
E. Pohon Masalah
Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu


F. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.

5
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medik.
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic.
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak
adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya
mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual.
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan
berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medik yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui adalah:
No Masalah keperawatan Data subyektif Data obyektif
1. Masalah utama : Mengungkapkan ingin Merusak diri sendiri,
gangguan konsep diri : diakui jati dirinya. Merusak orang lain,
harga diri rendah Mengungkapkan tidak Ekspresi malu,
ada lagi yang peduli. Menarik diri dari
Mengungkapkan tidak hubungan social,
bisa apa-apa. Tampak mudah
Mengungkapkan dirinya tersinggung,
tidak berguna. Tidak mau makan dan
Mengkritik diri sendiri. tidak tidur

6
Perasaan tidak mampu.
2. Mk : Penyebab tidak Mengungkapkan Tampak
efektifnya koping ketidakmampuan dan ketergantungan
individu. meminta bantuan orang terhadap orang lain
lain. Tampak sedih dan
Mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika aktivitas yang
diajak melakukan seharusnya dapat
sesuatu. dilakukan
Mengungkapkan tidak Wajah tampak
berdaya dan tidak ingin murung.
hidup lagi.
3. Mk : Akibat isolasi Mengungkapkan enggan Ekspresi wajah
sosial menarik diri bicara dengan orang lain kosong tidak ada
Klien mengatakan malu kontak mata ketika
bertemu dan berhadapan diajak bicara Suara
dengan orang lain. pelan dan tidak jelas
Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.
C. Rencana Keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
a. Tujuan umum:
Klien tidak menarik diri dan mampu berhubungan dengan orang lain
secara optimal.
b. Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.

7
c. Kriteria hasil:
Ekspresi wajah bersahabat, tidak acuh, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau bercakap-cakap dan
mengutarakan masalah yang dihadapi.
d. Intervensi
1.) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
hubungan therapeutik.
2.) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
3.) Perkenalkan diri dengan sopan.
4.) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggialan yang disukai
klien.
5.) Jelaskan tujuan pertemuan.
6.) Jujur dan menepati janji.
7.) Selalu kontak mata selama interaksi.
8.) Tunjukan sikap empati dan penuh perhatian pada klien.

Tujuan khusus:
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Kriteria hasil
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Intervensi
1.) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien .
2.) Bantu klien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta
pikirannya.
3.) Tekankan bahwa kekuatan untuk berubah tergantung pada klien
sendiri.
4.) Identifikasi stresor yang relevan dan penilaian klien terhadap
stresor tersebut.
5.) Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang efektif.
6.) Utamakan memberi pujian therapeutik.

8
7.) Tingkatkan keterlibatan keluarga dan kelompok untuk memberikan
dukungan untuk mempertahankan kemajuan dan perkembangan
klien.
Tujuan khusus:
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Kriteria Hasil
Klien menilaim kemampuan yang digunakan.
b. Intervensi
1.) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
2.) Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang adaptif.
3.) Utamakan memberi pujian therapeutik.
4.) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
5.) Klien dapat merencanakan kegiatan harian.
6.) Dukung klien untuk merencanakan kegiatan harian.
7.) Rencanakan kegiatan bersama klien, aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan (kegiatan sendiri,
kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan dengan bantuan total).
8.) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
9.) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan.
10.) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
Tujuan khusus:
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya.
a. Kriteria hasil
Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.
b. Intervensi
1.) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2.) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.) Beri dukungan yang sesuai dan positif untuk mempertahankan
kemajuan dan pertumbuhannya.
4.) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
Tujuan khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

9
a. Kriteria hasil
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
b. Intervensi
1.) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
2.) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3.) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah sesuai dengan
keadaan klien.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.
a. Tujuan :
1.) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2.) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3.) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
4.) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5.) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih.
b. Tindakan keperawatan :
1.) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan
aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di
rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
2.) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

10
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
3.) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu
batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
kegiatan sehari-hari pasien.
4.) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih.
b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan.
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
5.) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara
dapat melakukan hal-hal berikut :
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.

11
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
D. Strategi Pelaksanaan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang telah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
a. Orientasi :
Salam terapeutik : Assalamualaikum,
Validasi : bagaimana keadaan Tn. Y hari ini? Tn. terlihat segar
Kontrak :
Topik :Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang bagaimana
cara membina hubungan saling percaya? Tn. Bisa
menyebutkannya.?nanti setelah itu kita lakukan bersama.
Tempat :Tn. mau kita bicara dimana? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Berapa lama?
Waktu : Bagaimana kalau 15 menit?
b. Kerja :
Tn. Y, apa saja cara membina hubungan saling percaya Tn.? Bagus,
apa lagi? Apa saja yang Tn. Lakukan selain itu yang biasa Tn.
lakukan? Bagaimana dengan berjabat tangan? Menanyakan nama?
Menanyakan alamat..dst.. Wah, bagus sekali ada lima cara
untuk membina hubungan saling percaya yang Tn. lakukan.
Tn. Y, dari lima cara ini, yang mana yang Tn. bisa lakukan di rumah
sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang keduasampai
yang kelima (misalnya masih tiga yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali masih ada tiga cara yang masih bisa lakukan di rumah sakit ini.
Sekarang, coba Tn. Y pilih satu cara yang bisa dilakukan di rumah
sakit ini. O, ya nomor satu, berjabat tangan? Kalau begitu,

12
bagaimana kalau sekarang kita berlatih berjabat tangan Tn.. Mari kita
lakukan dengan saya Tn. Y. coba, sudah bisa kan berjabat tangan /
memperkenalkan diri?
Nah kalau kita mau berjabat tangan, mari kita dekati orang yang
ingin Tn. ingin berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Bagus!
Sekarang duduk berdampingan, ya Bagus! Nah sekarang kita ucap
salam, ya Bagus! Sekarang kita sebut nama dan alamat. ya bagus!.
Tn. Y sudah bisa berjabat tangan dan memperkenalkan diri dengan
baik sekali. Sekarang bedakan dengan sebelum Tn. mengenalinya?
Bagus!
c. Terminasi :
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan Tn. Y setelah bercakap-cakap dan berjabat
tangan / memperkenalkan diri? Yah, Tn. ternyata banyak yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satuny memperkenalkan
diri, yang sudah Tn. praktekan dengan sekali.
Evaluasi Objektif
Klien mampu duduk berdampingan,menjawab salam,
danmenyebutkan nama.
Rencana tindakan lanjut
Bagaimana kalau kegiatan itu Tn. lakukan selama disini dan
nanti kegiatan tersebut tetap Tn. lakukan dirumah, kalau begitu
kita buat jadwalnya saja ya Tn?biar Tn. tidak lupa.
Kontrak
Topik : Besok kita akan membicarakan tentang kemampuan
dan aspek positif yang Tn. miliki.
Tempat : Tn mau kita berbincang bincang dimana?
Waktu : Mau berapa lama Tn.?bagaimana kalu 15
menit?setuju? sampai jumpa ya
2. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien
a. Orientasi :
Salam theraupetik : Assalammuaalaikum,

13
Validasi : Bagaimana perasaan Tn. Y pagi ini? Apakah masih
ingat tentang apa yang kita lakukan kemarin?Bagus! Coba
diulang lagi? Bagus sekali!
Kontrak :
Topik :Sekarang kita akan lakukan kegiatan kedua. Masih ingat
apa kegiatan itu Tn?
Ya banar, kita akan membicarakan kemampuan dan aspek
positif yang Tn. miliki.
Tempat :Bagaimana kalau kita bicara ditaman?.
Waktu :Bagaimana kalu 15 menit?.
b. Kerja : Tn. Y, tadi telah mengungkapkan hal hal yang dapat Tn.
lakukan?, masih ada yang lain? Sekarang kita coba pilih kemampuan
yang dapat Tn. lakukan disini..
c. Terminasi
Validasi Subjekti :
Bagaimana perasaan Tn. setelah tahu dan mencoba kegiatan
yang dapat Tn. lakukan disini? Bagus!
Validasi Objektif :
Klien sudah mampu melakukan beberpa aspek positif yang
dimiliki
Rencana tindakan lanjut :
Saya harap Tn. mau mencoba melakukan kegiatan selama
disini.
Kontrak :
Topik :Tn. pertemuan ini sampai disini dulu, besok kita
mengobrol lagi dengan keluarga apabila datang.
Tempat : Bagaimana kalau diruang tamu saja?
Waktu :Biasanya keluarga Tn. jenguk jam berapa? Baiklah kita
diskusikan nanti ya. Sampai jumpa.
3. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan, Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan
Jadwal yang telah dibuat.
a. Orientasi

14
Salam terapeutik : Selamat pagi, ibu siti sedang apa?
Evaluasi/Validasi Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?
Apakah ibu siti sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat kemarin? Bagus ibu sudah dapat
membantu membersihkan lingkungan Coba saya lihat jadwal
kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda semua!,
Nanti dikerjakan lagi ya bu!
Kontrak
Topik Nah bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah?.
Tempat Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan
bercakap cakap di taman benar kan? Waktu Mau berapalama?,
Bagaimana kalau 15 menit lagi.
b. Kerja Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit,
sekarang kita buat jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan
bolpointnya, jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan,
Bagaimana kalau kita mulai? Ibu mulai dari jam 05.00
WIB?.............. ya, tidak apa-apa, bangun tidur......... terus ya
sholat shubuh, terus masak (samapi jam 20.00 WIB), bagus tapi
jangan lupa minum obatnya, ya Bu!.
c. Terminasi
Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan ibu siti setelah dapat
membuat jadwal kegiatan di rumah.
Evaluasi Obyektif Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan
dalam sehari yang dapat dilakukan di rumah
Rencana Tindak Lanjut Besok kalau sudah dijemput oleh
keluarga dalam sehari apa yang dapat dilakukan di rumah?.
Kontrak
Topik Nah, bagaimana besok kita bercakap cakap tentang
perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti
Tempat Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju!,
atau
mungkin ibu ingin di tempat lain?

15
Waktu Kita mau bercakap-cakap berapa lama, bagaimana kalau
10 menit?
4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.
a. Orientasi
Salam terapeutik : Selamat pagi, Bu!
Evaluasi/Validasi Bagaimana perasan Ibu Siti hari ini, baik baik
saja?. Syukurlah Masih inbu simpan jadwal kegiatan yang
telah dibuat kemarin?
Kontrak
Topik Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang sistem
pendukung yang dapat membantu ibu siti di rumah?.
Tempat Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di
teras ya?
Waktu Kita bercakap-cakap berapa lama?. 10 menit saja
ya boleh!
b. Kerja Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?.Baiklah
akan saya jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat
membantu di rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya,
misalnya: dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima,
kegiatan bersama, dan tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis
Ibu di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa lagi? Apakah
mereka sayang dan memperhatikan kesehatan ibu siti? Siapa
selama ini yang mengingatkan ibu minum obat dan
mengantarkan control/periksa ke dokter?. wah bagus! Terus
selama ini yang mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan
unutk ibu siapa? Apakah punya teman atau tetangga yang dekat
dengan ibu siti? Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan ibu
siti?. Oooo pengajian..... Bagus itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan
ada tidak bu, oo begitu!. selama ini bu siti sudah berobat kemana
saja, apakah ada rumah sakit yang paling dekat dengan rumah ibu?.
c. Terminasi
Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaannya setelah bercakap-
cakap tentang sistem pendukung yang ibu siti miliki?

16
Evaluasi Obyektif Coba ibu sebutkan kembali sistem
pendukung yang ibu miliki dirumah, satu persatu ya!
Rencana Tindak LanjutBesok kalau sudah pulang, harus
mendengarkan nasihat keluarga ya Bu! Jangan lupa kalau
obat hampir habis cepat datangi rumah sakit!
Kontrak
Topik Bagaimana besok kita bercakap-cakap lagi, tentang
obat-obatan yang ibu siti minum setiap hari
Tempat Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu?, di
warung makan, o.... bisa!
Waktu Mau berapa lama bu?, 15 menit, boleh sampai ketemu
lagi bu!

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mengerti dan mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah dengan baik dan benar.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-hdr-b.pdf.

19

Anda mungkin juga menyukai