Laki-laki,56 tahun dating berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhantidak bisa buang air
kecil sejak 1 hari yang lalu,meskipun rasa kencing ada. Sebelumnya riwayat LUTS ( Lower
Urinary Tract Syndrome ) seperti hesistensi, nokturia,urgensi,frekuensi,terminal dribbling
sering dirasakan sebelumnya. IPSS (International Prostate Symptom Score ) > 30 dan skor
kualitas hidup (QoL) >5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio supra pubik bulging dan
pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. Oleh dokter yang
memeriksanya dianjurkan untuk dipasang keteter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP .
1
Sasaran Belajar
LI 1. Mempelajari Makroskopis dan Mikroskopis Prostat
LO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi prostat
LO 1.2 Memahami dan menjelaskan histologi prostat
LI 2. Mempelajari Fisiologi Prostat
LI 3. Mempelajari Hiperplasia Prostat
LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi hiperplasia prostat
LO 3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi hiperplasia prostat
LO 3.3 Memahami dan menjelaskan epidemiologi klinis hiperplasia prostat
LO 3.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi hiperplasia prostat
LO 3.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis hiperplasia prostat
LO 3.6 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding hiperplasia
prostat
LO 3.7 Memahami dan menjelaskan tatalaksana hiperplasia prostat
LO 3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan hiperplasia prostat
LO 3.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi hiperplasia prostat
LO 3.10 Memahami dan menjelaskan prognosis hiperplasia prostat
LI 4. Mempelajari Pemeriksaan Kelamin Pasien oleh Tenaga Medis yang Berlawanan
Jenis Menurut Pandangan Islam
2
LI. 1 Mempelajari Makroskopis dan Mikroskopis Prostat
LO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi prostat
Menurut (Snell, Richard S. 2006 ; Sofwan, Achmad . 2013) Prostat merupakan
organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica. Prostata
mempunyai panjang + 3 cm dengan berat + 20 gram dan terletak di antara collum
vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah.
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung
fibrosa, yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk
kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak superior dan berhadapan dengan
collum vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan
diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas fascies
posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral
utriculus prostaticus.
Batas-batas prostat
Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria,
otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain.
Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma
urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan
anterior.
Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis,
dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada
cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan
dengan permukaan posterior os pubis dan ligamentum puboprostatica.
Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi
vascia pelvis.
Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan
anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
3
bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah
menuju corpus perinealis.
Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator
ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos
dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara
tidak sempurna terbagi menjadi lima lobus.
Vaskularisasi Prostata
4
Persarafan Vesica Urinaria
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis
merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.
5
LO 1.2 Memahami dan menjelaskan histologi prostat
Prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari kandung kemih. Merupakan
kumpulan dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks yang kecil kecil, bermuara ke
dalam uretra pars prostatica. Kelenjar kelenjar kecil terletak di mukosa dan dikelilingi
kelenjar sub mukosa. Kelenjar utama di bagian tepi dan merupakan bagian terbesar
kelenjar.
Sumber : http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/HistologyReference/hrmalers.htm
Secara umumnya, kalenjar prostat terbentuk dari glandular fibromaskuler dan juga
stroma, di mana prostat berbentuk piramida, berada di dasar musculofascia pelvis dan
dikelilingi oleh selaput tipis dari jaringan ikat. Keseluruhan kelenjar dibungkus oleh
simpai fibroelastik yang mengandung banyak serat otot polos disebelah dalam dan kaya
akan plexus vena. Bagian kelenjarnya terbenam didalam stroma padat yang dibagian tepi
berlanjut pada simpai. Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat
beragam bentuk dan ukurannya. Alveoli dan tubuli bercabang berkali kali dan memiliki
lumen yang lebar . Lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat. Jenis epitelnya
selapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubis rendah, tergantung pada
status endokrin dan kegiatan kelenjar . Sitplasma banyak mengandung butir sekret ,
lisosom dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidak teratur dan mirip
tubuli sekretori kecil. (Junqueira, Luiz. 2007)
Sumber: Wheather's Functional Histology: A text and Colour Atlas 4th Edition)
6
7
Secara histologinya, prostat dapat dibagi menjadi 3 bagian atau zona, yakni :
Zona perifer, memenuhi hampir 70% dari bagian kalenjar prostat di mana ia
mempunyai duktus yang menyambung dengan urethra prostat bagian distal.
Zona perifer merupakan tempat prediksi timbulnya kanker prostat .
Zona sentral atau bagian tengah pula mengambil 25% ruang prostat dan
juga seperti zona perifer tadi, ia juga memiliki duktus akan tetapi
menyambung dengan uretra prostat di bagian tengah, sesuai dengan
bagiannya.
Zona transisi, atau bagian yang terakhir dari kelenjar prostat terdiri dari dua
lobus, dan juga seperti dua zona sebelumnya, juga memiliki duktus yang
mana duktusnya menyambung hampir ke daerah sphincter pada urethra
prostat dan menempati 5% ruangan prostat. Zona transisional ini mempunyai
arti medis yang penting karena merupakan tempat asal sebagian besar
hiperplasia prostat jinak. Seluruh duktus ini, selain duktus ejakulator dilapisi
oleh sel sekretori kolumna dan terpisah dari stroma prostat oleh lapisan sel
basal yang berasal dari membrana basa
8
1. Teori Hormonal
Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya
BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen, karena
produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi
estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim
aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia
pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan
untuk perkembangan stroma.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan,
bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan
menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol
pertumbuhan prostat.
Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi
testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang
progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin
akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat
dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar
uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi
terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu basic transforming growth
factor, transforming growth factor F1, transforming growth factor F2, dan
epidermal growth faktor.
3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya Sel
yang Mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang
dewasa berada dalam keadaan keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel
yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu
dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat
berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah
sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel
kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian
dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan
terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang
hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa
masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung
masuk kedalam sitoplasma di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5
alpha reductase menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan
reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone
receptor complex ini mengalami transformasi reseptor menjadi nuclear
receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
9
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.
6. Teori Reawakening
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma
pada kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular
budding kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona
preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan glandular morphogenesis yang
terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan
adanya reawakening yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa
tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat
dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori
reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during adult
hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang
penyebab terjadinya BPH seperti teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial,
teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan
aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol dan Zn yang kesemuanya
tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya.
10
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin di antara otot polos
yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input
sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil.
BPH adalah perbesaran kronis dari prostat pada usia lanjut yang berkorelasi dengan
pertambahan umur. Perubahan yang terjadi berjalan lambat dan perbesaran ini bersifat lunak
dan tidak memberikan gangguan yang berarti. Tetapi, dalam banyak hal dengan berbagai
faktor pembesaran ini menekan uretra sedemikian rupa sehingga dapat terjadi sumbatan
partial ataupun komplit.
BPH selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi
karena dua hal yaitu:
a. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
b. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan BPH:
a. Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa keluar).
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing.
c. Miksi yang tidak puas.
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia).
e. Pada malam hari miksi harus mengejan.
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria).
g. Massa pada abdomen bagian bawah.
h. Hematuria (adanya darah dalam urin).
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin).
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi.
k. Kolik renal (kerusakan renal, sehingga renal tidak dapat berfungsi).
l. Berat badan turun.
m. Anemia, kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui.
n. Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan
selaputnya merusak ginjal. Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan,
anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
12
Deraja Colok dubur Sisa
t
13
LO.3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Anamnesis
o Riwayat pasien : keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit lain, riwayat
kesehatan secara umum, tingkat kebugaran
o International Prostate Symptom Score (IPSS)
Merupakan 7 pertanyaan yang ditanyakan dokter kepada pasien sebagai
alat screening untuk mendiagnosis BPH dan mengetahui tingkat
keparahannya. Selain untuk mendiagnosis, IPSS digunakan untuk
menentukan terapi untuk pasien. Setiap pertanyaan punya score 1-5,
dimana pertanyaannya meliputi incomplete emptying, frequency,
intermittency, urgensi, weak stream, straining, nokturia.
Apabila total score 0-7 berarti mild condition, 8-19 moderate condition,
20-35 severe urinary problem.
Pemeriksaan Fisik
o Digital Rectal Examination
Dokter memasukan jari yang dilapisi sarung tangan ke dalam rectum
pasien untuk meraba permukaan prostate melalui dinding rectum untuk
mengetahui ukuran, bentuk dan konsistensi kelenjar prostate.
14
Jaringan prostate hyperplasia, menunjukan prostate teraba membesar,
konsistensi prostate kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan
rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol
ke dalam rektum.
Apabila terjadi kelainan pada traktus urinarius bagian atas kadang-
kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan
disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pinggang. Vesica urinaria dapat
teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai
diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus
pula diperiksa untuk mengetahui adanya kemungkinan sebab yang lain
yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa
navikularis atau uretra anterior.
Gambar 3-4.
Rectal examination
Pemeriksaan Penunjang
o PSA (protein spesifik antigen)
Merupakan antigen spesifik yang diproduksi oleh sel capsula prostate
(membrane yang melapisi prostate) dan kelenjar periurethral. Pada BPH,
nilai PSA adalah > 4 ng/mL (N : < 4 ng/mL).Pemeriksaan ini dilakukan
pada pasien BPH asimtomatik >50 tahun. Dan biasanya meningkat pada
pembesaran prostate. Apabila terdapat hasil yang meragukan (false
positif atau false negative) maka diindikasikan untuk melakukan biopsy
pada kelenjar prostate.
o Imaging studies for BPH symptoms
1. Transuretral Ultrasound
2. Uroflowmetry
3. Pressure flow studies
4. Urethral cytoscopy
5. Postvoid residual urine measurement
o BNO (foto polos abdomen)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/ kalkulosa prostate dan kadangkala dapat menunjukan vesica
urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi
urin.
15
o IVP (pielografi intravena)
IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya :
1. Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis.
2. Memperkirakan besarnya kelenjar prostate.
3. Penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya
trabekulasi,divertikel, atau sakulasi vesica urinaria.
4. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin.
Diferensial Diagnosa
Oleh karena sebenarnya proses miksi tergantung pada beberapa faktor diantaranya, yaitu :
Kelemahan detrusor , dapat disebabkan oleh karena kelainan syaraf (neurogenik bladder),
misalnya pada lesi medulla spinalis, neuopathy diabeticum, sehabis operasi radikal yang
mengorbankan persyarafan didaerah pelvis, alkoholisme, penggunanan obat penenang,
ganglion blocking agent, dan obat parasimpatolitik.
Kekakuan leher vesika dapat disebabkan oleh proses fibrosis (bladder neck contyracture)
3. Resistensi uretra
Resistensi uretra dapat disebabkan oleh karena pembesaran prostat jinak atau ganas, tumor
dileher vesika, batu di uretra atau striktura uretra. Kelainan kelainan tersebut dapat dilihat
bila dilakukan sistokopi. Disamping itu meskipun di Indonesia jarang obstruksi infravesikal
dapat disebabkan oleh gangguan fungsi misalnya dissynergia destrusor sfingter.
Maka setiap kesulitan miksi yang dialami penderita dapat disebabkan oleh ketiga faktor
tersebut.
Adapun penyakit penyakit yang gejala gejalanya menyerupai hipertofi prostat jinak
diantaranya adalah sebagai berikut berserta klinis dan pemeiksaan yang memebedakan
dengan BPH :
1. Ca Prostat
Keluhan sesuai gejala saluran kemih bagian bawah (Lower urinary tract symptoms = LUTS),
yaitu gejala obstuktif dan iritatif. Kecurigaan umumnya berawal dari ditemukan nodul yang
secara tidak segaja pada pemeriksaan rektal. Nodul yang irreguler dan keras harus dibiopsi
untuk menyingkirkan hal ini. Atau didapatkan jaringan yang ganas pada pemeriksaan patologi
dari jaringan prostat yang diambil akibat gejala BPH. Kanker ini jarang memberikan gejala
16
kecuali bila telah lanjut. Dapat terjadi hematuria, gejala gejala obstruksi, gangguan saraf
akibat penekanan atau fraktur patologis pada tulang belakang. Atau secara singkat kita
anamnesa dan kita akan dapatkan sebagai berikut :
2. Prostatitis
Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri dari demam dengan suhu yang tinggi, kadang dengan
gigilan, neri peineal atau pinggang rendah, sakit sedang atau berat, mialgia, antralgia. Karena
pembengkan prostat biasanya ada disuria, kadang sampai retensi urin. Kadang didapatkan
pengeluaran nanah pada colok dubur setelah masase prostat. Sedangkan pada prostatitis
kronis gejala dan tanda tidak khas. Gambaran klinik sangat variabel, kadang dengan keluhan
miksi, kadang nyeri perineum atau pinggang. Dan diagnosa dapat ditegakan dengan
diketemukan adanya leukosit dan bakteria dalam sekret prostat. Jadi hal hal yang perlu
sekali kita perhatikan agar dapat membedakan dengan BPH yaitu :
- Demam
- Disuri, polaksiuri
3. Neurogenik Bladder
Adapun gejala dan tanda yamg kita peroleh dari anamnesa adalah :
- Lesi sakral 2 4
- inkontinensia urin
4. Striktura Uretrha
17
Sumbatan pada uretrha dan tekanan kandung kemih yang tinggi dapat menyebabkan imbibisi
urin kelua kandung kemih atau uretra proksimal dari striktura. Gejala khas adalah pancaran
urin yang kecil dan bercabang. Gejala lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi,
disuri, kadang kadand dengan infiltat, abses, fistel. Gejala lanjut adalah retensi urin.
18
LO 3.7 Memahami dan menjelaskan tatalaksana hiperplasia prostat
Menurut (Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009) dalam praktek pembagian besar prostat
derajat 1 - 4 digunakan untuk menentukan cara penanganan.
Derajat 1
Diberikan pengobatan konservatif.
Antagonis Reseptor Adrenergik Alfa
Prototipenya prazosin. Fungsinya menghambat kontraksi otot polos prostat,
sehingga menurunkan resistensi tonus leher vesika urinaria dan uretra.
Terbukti dapat memperbaiki gejala BPH, menurunkan keluhan BPH yang
mengganggu, meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan pancaran urin.
Diabsorpsi baik secara oral. Waktu paruh 2-3 jam. Efek samping utamanya
hipotensi postural, dan pusing. Pemakaian dosis yang semakin tinggi memiliki
efektifitas yg semakin tinggi pula namun menimbulkan peningkatan
komplikasi kardiovaskular.
Inhibitor 5 Alfa Reduktase
Biasanya dipakai finasteride. Fungsinya menghambat pembentukan
dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5-alfa-
reduktase didalam sel sel prosat. Indikasinya jika volume prostat > 40cm3.
Efek sampingnya impotensi, penurunan libido, ginekomastia dan bercak-
bercak kemerahan dikulit.
Derajat 2
Biasanya merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya
dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra ( transurethral resection = TUR ).
Mortalitasnya 1% dan morbiditasnya sekitar 8%. Kadang pada derajat 2 dapat
dicoba pengobatan konservatif.
Derajat 3
Dapat dilakukan reseksi endoskopi. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup
besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam, sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan secara
transvesikal, retropubik, atau perineal. Keuntungan tehnik ini adalah dapat
sekaligus mengangkat batu pada vesika urinaria atau divertelektomi apabila
divertikulum cukup besar. Kekurangannya dari cara pembedahan TUR adalah
morbiditasnya lebih lama, tapi dapat dikerjakan tanpa memerlukan alat
endoskopi khusus, dengan alat bedah baku.
Derajat 4
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau sistostomi. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian
terapi definitif dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Biasanya dilakukan pada pasien BPH dengan keluhan ringan (Skor Madsen Iversen kurang
dari sama dengan 9 ). Nasehat yang diberikan pada pasien adalah mengurangi minum setelah
makan malam untuk mengurangi terbangun pada malam hari untuk buang air kecil (nokturia),
19
menghindari obat obat dekongestan ( parasimpatolitik ), menguangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap tiga bulan kontrol
keluhan ( sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.
1. Terapi medikamentosa
Prostat Hiperplasia yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan
penderita datang ke dokter. Secara klinik biasanya derajat berat gejala klinik dibagi menjadi 4
gradasi yaitu :
Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus , pada DRE ditemukan penonjolan
prostat dan sisa urin kuang dari 50ml.
Derajat dua apabila ditemukan gejala dan tanda sepeti derajat satu , prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, dan sisa urin lebih dari 50ml tetapi kurang dari 100ml.
Derajat tiga seperti derajat dua, hanya batas atas prostat atas tidak teraba lagi dan sisa urin
lebih dari 100ml.
Derajat empat apabila telah terjadi retensi urin total. Pada penderita derajat satu pada
umumnya belum memerlukan tindakan operatif tetapi tindakan konservatif, yaitu :
Obat obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin, alfuzosin atau yang
lebih selektif alfa 1a (tamsulosin). Penggunaan antagonis alfa 1a karena secara selektif
mengurangi obstuksi pada buli buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat obat ini
menghambat reseptor reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos trigonum, leher
vesica, prostat dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan
menurunkan tekanan di daerah uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran seni dan
gejala gejala akan berkurang. Biasanya pasien merasa bekuang keluhan keluhannya
dalam wakt 1 -2 minggu setelah ia memulai makan obat. Efek samping yang mungkin timbul
adalah pusing pusing (dizziness), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah. Selain itu juga
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Jadi dalam pemberian obat ini harus
diperhatikan tekanan darahnyauntuk menghindari terjadinya hipotensi yang dapat
membahayakan penderita.
Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari. Obat golongan ini
dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesaar akan mengecil.
Namun obat ini berkerja lebih lambat dari pada golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya
jelas pada pembesaran prostat yang besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru
menunjukkan perbaikan sedikit dari pasien setelah 6 12 bulan pengobatan bila dimakan
terus menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia,
20
dan dapat menurunkan PSA (masking effect). Cara pengobatan konservatif dengan obat yang
lain adalah dengan obat obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat hipofisis
misalnya dengan pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan produksi testoteron oleh sel
Leydig berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido oleh karena penurunan
testoteron darah. Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen yang
mekanismenya mencegah hidrolise testoteron menjadi DHT dengan memberikan penghambat
5 alfa reduktase inhibitors, sehingga jumlah DHT berkurang tetapi jumlah testoteron tidak
berkurang, sehingga libido juga tidak berkurang. Obat anti androgen lain yang juga berkerja
pada tingkat prostat adalah obat yang mempunyai mekanisme kerja sebagai inhibitors
kompetitif terhadap reseptor DHT sehingga DHT tidak dapat membentuk kompleks DHT-
reseptor. Obat ini juga tidak menurunkan kadar testoteron dalam darah, sehingga libido tidak
turun.
Kesulitan pengobatan konsevatif ini adalah menentukan berapa lama obat harus
diberikan dan efek samping dari obat ini. Pengobatab lain yang juga invasive adalah
pengobatan dengan memanaskan prostat dengan gelombang ultrasonik atau gelombang radio
kapasitif yang disalurkan pada kelenjar prostat dengan antena yang dipasang pada ujung
kateter proksimal pada balon. Pemanasan ini dilakukan pada suhu 45 sampai 47 derajat
celcius selama 1 sampai 3 jam.
Efek dari pemanasan ini akan menyebabkan vakuolisasi pada jaringan prostat dan
penurunan tonus jaringan sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang.
Dengan cara pengobatan ini menggunakan alat THREMEX II memperoleh hasil perbaikan
kira kira 70 80 % pada sptom obyektif dan 50- 60 % perbaikan pada flowrate maksimal.
Mekanisme mengenai efek pemanasan prostat ini semuanya belum jelas, salah satu teori yang
masih harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada reseptor
alfa yang berada pada leher vesika dan prostat.
Cara pengobatan lain yang juga kurang infasif adalah dilatasi uretra pada prostat dengan
memakai balon yang berkembang didalamnya. Cara ini dikenal sebagai Trans Uretrha Baloon
Dilatation (TUBD), dan pelopor cara ini adalah Burhenne, Castaneda, Reddy dan Hubert.
TUBD ini biasanya memberikan perbaikan sementara.
2. Filoterapi
3. Terapi Bedah
Menurut (de Jong, Wim. 2004) waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung
beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah adalah :
21
1. Retensi urin berulang
2. Hematuria
Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya. Intervensi bedah yang dapat dilakukan
meliputi :
- Prostatektomi terbuka
TUR P masih merupakan standar emas. Indikasi TUR P adalah gejala gejala sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 90 g dan pasien cukup sehat untuk menjalani
operasi. Komplikasi TUR P jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia, atau
retensi karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah stiktura uretra,
ejakulasi retrograde (50 90%) atau impotensi (4 40%).
Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau
prostat fibrotik dapat dilakukan TUI P. Indikasi TUI P adalah keluhan sedang sampai berat,
volume prostat kecil atau normal. Komplikasi bisa ejakulasi retrograde (0 -37%).
Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi diperkirakan tidak
selesai dalam waktu 1 jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Operasi terbuka dapat
dilakukan dengan transvesikal yaitu dengan membuka vesika dan prostat dinuklease dari
vesika. Keuntungan cara ini dapat sekaligus mengangkat batu vesika atau diverkulektomi
apabila ada divertikel yang cukup besar. Kerugian cara ini harus membuka vesika sehingga
memerlukan kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesika sembuh. Cara terbuka
operasi lain adalah Retropubik menurut Terence Millin yaitu Route suprapubik dengan cara
membuka kapsul prostat tanpa membuka vesika kemudian prostat dienukleasi dari
retropubik.
Cara ini mempunyai keuntungan tanpa membuka vesika sehingga pemakaian kateter
tidak lama bila membuka vesika, kerugiannya tentu saja karena tidak membuka vesika jika
diperlukan tindakan lain yang dikerjakan dalam vesika tidak dapat dilakukan. Kedua cara
tersebut jika dibandingkan dengan TUR P masih kalah denga mordibitas yang lebih lama dan
ada sayatan, tetapi dapat dikerjakan tanpa alat alat istimewa, cukup dengan alat alat bedah
22
yang standar. Seperti yang dijelaskan diatas cara pengobatan endoskopi yang lebih ringan
dari TUR P adalah TUI P.
Cara pengobatan ini secara endoskopi juga menyayat memakai alat seperti TUR P
tetapi memakai alat seperti penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara sampai dekat
verumontanum dan harus cukup dalam sampai ketemu kapsul prostat. TUI P ini mempunyai
keuntungan lebih cepat dari TUR P, Hiperplasia derajat empat tindakan pertama yang harus
dikerjakan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan cara memasang
kateter ata sistotomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lanjut untuk melengkapi
diagnistik kemudian terapi defenitif dapat dengan TUR P satu operasi terbuka. Untuk
penderita yang keadaan umumnya tidak baik atau tidak memungkinkan operasi dapat
dilakukan tindakan konsevatif.
Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini dapat
timbul lagi 8 10 tahun kemudian.
Jenis operasi hanya dapat dilakukan pada beberapa rumah sakit besar. dilakukan pemanasan
prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui suatu transducer
yang diletakkan di uretra pars prostatika.
Dilatasi uretra didaerah prostat dengan memakai balon didalamnya dan biasanya mengalami
perbaikan sementara.
Pada perkembangan akhir akhir ini dicoba pula ablasi prostat menggunakan laser. Roth dan
Aretz (1991) mempopulerkan Transuretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy
(TULIP), yang kemudian disempurnakan dengan membuat alat deflektor sinar laser 90
derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke kelenjar prostat yang membesar.
- Stent Prostat
Pemasangan Stent pada uretra pars prostatika merupakan cara mengatasi obstruksi
transvesikal yang kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi
penderita belum memungkinkan mendapat terapi yang lebih invasif. Akhir akhi ini
dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan lebih lama misalnya proges urospiral
(Parker dkk) atau Wallstent (Nording, A.L. Paulsen).
23
LO 3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan hiperplasia prostat
Memilih makanan yang dapat mencegah gangguan prostat
Pencegahan yang paling efektif dan layak dilakukan sebelum tahu pasti adanya gangguan
prostat adalah mengurangi atau menghindari makanan berkolesterol.
Bawang putih
Makanan yang potensial dapat menghambat perkembangan kanker prostat antara lain bawang
putih. Selain dikenal sebagai bumbu, ekstrak bawang putih ternyata juga berkhasiat sebagai
obat antikanker prostat.
Senyawa sulfur turunan allicin dalam bawang putih ternyata dapat mengganggu enzim
ornithine dekarboksilase yang berperan dalam sintesa polyamine, laju pertumbuhan sel tumor
dan keganasan kanker.
Tomat
Makanan antikanker prostat lainnya adalah tomat. Warna khas merah tomat berasal dari
senyawa karotenoid likopen yang ternyata berperan dalam menyehatkan organ prostat dan
jantung. Karena likopen memiliki aktivitas antioksidan, berperan dalam pertumbuhan dan
komunikasi sel-sel jaringan tubuh.
Semangka
Semangka bukan sumber air belaka, tetapi juga mengandung likopen (4100 ug/100g)
terutama pada bagian merahnya.
Jambu biji
Jambu biji (warna merah-pink) selain sebagai sumber kalium, vitamin C, serat, dan vitamin A
juga mengandung likopen (5200 ug/100g) sehingga baik untuk kesehatan prostat.
Merupakan sumber kalium, vitamin A (440 IU), bioflavonoid, dan likopen (350 ug/100g).
Jadi jeruk bali termasuk makanan antikanker yang sekaligus menyehatkan prostat.
Ikan
Seperti salem dan sarden mengurangi risiko terkena kanker prostat karena kaya akan omega-3
Pencegahan
24
Untuk mengoptimalkan manfaat kesehatan dan mencegah munculnya kanker prostat maka
konsumsi makanan antikanker prostat tersebut harus disertai upaya dari aspek lainnya, seperti
menghindari berbagai faktor pemicu gangguan prostate.
Sementara itu, upaya dari aspek gizi, membatasi konsumsi lemak dan gula, memperbanyak
konsumsi sayuran berwarna dan buah-buahan segar, ikan dan sea food, kedelai dan produk
olahannya. Melaksanakan gaya hidup sehat, olahraga yang cukup, tidak merokok, tidak
minum alkohol dan obat-obat tripping atau psikotropika lainnya.
Hiperplasi prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen ureta posteio yang menghambat
aliran urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli buli kontaksi lebih kuat untuk
melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan anatomis yang dinamakan fase kompensata
akan terjadi hipetrofi otot detusor, trabekulasi, sakulasi, diverkulasi.
Apabila Buli buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena produksi urin
terus berlanjut maka pada suatu saat buli buli tidak mampu lagi menampung urin sehingga
tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan pada buli buli. Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Ini dinamakan
komplikasi lokal dari BPH.
2. General
25
Alasan diperbolehkan Rukhsah :
1. Bukan bertujuan untuk berlaku zalim atau berbuat dosa atau meringan-
ringankan sesuatu yang sudah ringan.
2. Untuk sekedar menghilangkan kesulitan dan menghendaki keringanan
sampai kita menemukan kelapangan sesudahnya.
Sebab membolehkan Rukhsah :
1. Karena terpaksa atau karena suatu kebutuhan.
2. Karena ada uzur atau halangan yang menyulitkan.
3. Untuk kepentingan orang banyak dan menghasilkan kebutuhan hidupnya.
Rukhshah Isqath
Jika seseorang diwajibkan melaksanakan rukhshah tersebut lantaran hukum
azimah telah gugur. Misal : Wajib makan bangkai dalam keadaan terpaksa, jika
tidak ia bias mati.\
Rukhshah Tarfih
Jika hukum rukhsah dan hukum azimah masih dapat dilakukan semuanya.
Misal : Memakan harta orang lain ketika sangat lapar masih dapat
dilaksanakan hukum azimah. Jika ia bersabar dan tidak makan harta
orang,hingga ia mati ,maka tidak berdosa. Kerena haramnya makan harta
orang lain selalu ada pada hukum azimah.
Salisul Baul
Penyakit yang menyebabkan keluarnya air kencing secara kontinyu, atau
keluar angin atau kentut secara kontinyu, darah istihadhah, mencret yang
kontinyu dan penyakit lain yang serupa.
o Syarat dibolehkan ibadah dalam Salisul Baul
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja.
2. Ada kontinyuitas antara istinja dengan memakaikan kain atau pembalut
dan semacamnya, dan ada kontinyuitas antara memakaikan kain pada
tempat keluar hadas tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu atau rukun dan
sunahnya.
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan
shalat sesuai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat.
Seseorang yang memiliki penyakit seperti salisul baul tersebut hanya
diperbolehkan melakukan ibadah shalat fardhu sekali saja, adapun shalat
sunnah bias dikerjakan seberapa kalipun.
Namun darurat itu bukan sesuatu yang bersifat rutin dan gampang dilakukan.
Umumnya darurat baru dijadikan pilihan manakala memang kondisinya akan menjadi kritis
dan tidak ada alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko fitnah dan sebagainya.
26
Akan tetapi, untuk mencegah fitnah dan godaan syaitan maka sebaiknya sewaktu dokter
memeriksa pasien dihadiri orang ketiga baik dari keluarga maupun dari tenaga medis itu
sendiri.
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Q.S Al-baqarah : 173)
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa,
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al-anam :145)
Dalam pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat diperlukan,
karena itu, bagian tubuh yang lain yang tidak terkait langsung tetap berlaku ketentuan umum
tidak boleh melihatnya. Namun, untuk meminimalisir batasan darurat dalam pemeriksaan
oleh lawan jenis sebagai upaya sadd al-Dzariat (menutup jalan untuk terlaksananya
kejahatan), disarankan disertai mahram dan prioritas diobati oleh yang sejenis.
Di Indonesia, dalam fatwa MPKS disebutkan, tidak dilarang melihat aurat perempuan
sakit oleh seorang dokter laki-laki untuk keperluan memeriksa dan mengobati penyakitnya.
Seluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh dokter laki-laki, bahkan hingga genetalianya, tetapi
27
jika pemeriksaan dan pengobatan itu telah mengenai genitalian dan sekiatarnya maka perlu
ditemani oleh seorang anggota keluarga laki-laki yang terdekat atau suaminya. Jadi,
kebolehan berobat kepada lain jenis dopersyaratkan jika yang sejenis tidak ada. Dalam hal
demikian, dianjurakan bagi pasien untuk menutup bagian tubuh yang tidak diobati. Demikian
pula dokter atau yang sejenisnya harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak
berkaitan langsung. (Yanuar , 2012)
28
Daftar Pustaka
de Jong, Wim. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Deters, Levi A 2011. Benign Prostatic Hypertrophy (on-line). Medscape Reference. Diakses
Diakses pada 17 April 2013 , 22.06 WIB
Junqueira, Luiz. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC
Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi Ed. 5. Jakarta: FKUI
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Sofwan, Achmad 2013. Bahan Kuliah Anatomi Sistem Urinarius. Jakarta: FK YARSI
Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi Ed. 2. Jakarta : Sagung Seto
Walsh PC, Retik AB, Stamey TA. 1992. Campbells Urology 6th Ed Vol. 1. New York: WB
Saunders Co.
Young, Barbara, et al. 2000. Wheather's Functional Histology: A text and Colour Atlas 4th
Edition. Churchill Livingstone
Yanuar 2012 . Al Quran online . http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=16&pid=arabicid&vid=12 .
Diakses pada 17 April 2013 , 21.01 WIB
29