SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai gelar sarjana keperawatan
Oleh :
Yunuzul Demo Satriya
NIM S10.047
i
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
dengan judul Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur
Cruris di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti
banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Kepala Program Studi S-1
memberikan pengarahan.
4. Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes , selaku pembimbing II yang juga telah
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
7. Direktur dan staf DIKLIT RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah
iv
8. Perawat Bangsal Mawar II yang telah membantu peneliti dalam
10. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Jumali, Ibu Sulami, dan adik tersayang
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat
balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Selanjutnya peneliti sangat
mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga
Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1 Usul topik penelitian
2 Pengajuan Judul
3 Pengajuan ijin study pendahuluan
4 Pengajuan ijin penelitian
5 Jadwal Penelitian
6 Penjelasan Penelitian
7 Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Responden
Penelitian
8 Pedoman Wawancara Pasien
9 Pedoman Wawancara Perawat
10 Data Demografi Partisipan
11 Catatan Lapangan
12 Lembar Pengkajian Nyeri
13 Lembar Observasi
14 Transkrip Wawancara Mendalam
15 Surat Permohonan Studi Pendahuluan
16 Surat Ijin Studi Pendahuluan
17 Surat Permohonan Ijin Penelitian
18 Surat Pengantar Penelitian
19 Surat Kelayakan Etik
20 SOP Teknik Relaksasi Nafas Dalam
21 Lembar Konsultasi Pembimbing
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Cruris di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Abstrak
Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri, Pasien Pasca Operasi Fraktur.
Daftar pustaka : 25 (2001-2013)
xi
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
ABSTRACT
The incidence of fracture in Indonesia increases every year so that the
clients feel painful. The objective of this research is to investigate the deep
breathing relaxation technique to relief the pain intensity of the postoperative
clients with facture of the lower leg (fractura cruris).
This research used the qualitative method with the case study design. It
was conducted from April 1st to May 15th 2014. The respondents of the research
consisted of four postoperative clients with fracture of the lower leg at Dr.
Moewardi Local General Hospital of Surakarta. The data of the research were
gathered through in-depth interview and observation. They were analyzed by
using the interactive model of analysis.
The findings of the research are as follows. The pain responses of the
postoperative clients with fracture of the lower leg are different in terms of scale,
quality, and duration. The clients response to the extension of deep breathing
relaxation technique can decrease the scales of their pain from moderate to light
ones. The constraints encountered by the clients to conduct the deep breathing
relaxation technique are influenced by their concentration level and their
surrounding condition. Thus, a conclusion is drawn that the deep breathing
relaxation technique can decrease the scales of pain felt by the postoperative
clients with fracture of the leg, but it only functions as complimentary therapy to
medical one.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dunia atau 3000 kematian setiap hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta
orang setiap tahunnya (Depkes 2007 & WHO 2011). World Health
Organitation (WHO) mencatat pada tahun 2005 terdapat lebih dari tujuh juta
orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar dua juta mengalami kecacatan
peningkatan 6,72% dari 57.726 kejadian di tahun 2009 menjadi 61.606 insiden
di tahun 2010 atau berkisar 168 insiden setiap hari dan 10.349 meninggal
selain gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan, penyakit, gigi dan mulut, serta
delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis yang berbeda. Insiden
fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2% sampai
46,2% dari insiden kecelakaan. Hasil tim survey Depkes (2007) didapatkan
1
2
pada tahun 2011 penderita fraktur ekstremitas bawah terbanyak ialah fraktur
tibia fibula sebesar 53 kasus, sementara hasil pada bulan Oktober sampai
310 kasus.
yang disebabkan oleh cedera, trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat
berupa trauma langsung dan tidak langsung (Sjamsuhudajat dan Jong 2005).
konservatif dan operasi sesuai tingkat keparahan fraktur (Smeltzer & Bare
bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat dan Jong 2005). Prosedur
gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas (Smeltzer & Bare 2002).
Ada banyak hal seorang individu dapat merasakan nyeri, salah satunya
diderita oleh individu. Luka inilah yang nantinya akan menyebabkan individu
Nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi, tetapi
membantu pasien kembali pada fungsi yang optimal dengan cepat, aman, dan
hanya terjadi dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang
Bare 2002).
efeknya yang membahayakan. Tanpa melihat sifat pola atau penyebab nyeri,
Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan
dapat dikelompokkan dalam stimulasi tingkat tinggi (pada otak) dan stimulasi
terbimbing, umpan balik biologis, hypnosis, dan sentuhan terapeutik, selain itu
stimulasi kulit dapat memberikan efek penurunan nyeri yang efektif. Tindakan
ini mengalihkan perhatian klien sehingga klien berfokus pada stimulasi taktil
golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik (Potter & Perry
2006).
sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan memanjang. Metode non
hanya berapa detik atau menit, terutama saat nyeri hebat yang berlangsung
sederhana, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry 2006).
6
ada pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi fraktur yang ditandai dengan sebelum diberikan tindakan terapi
relaksasi yaitu nyeri ringan 1 orang, nyeri sedang 8 orang dan nyeri hebat
teknik relaksasi menurun menjadi tidak nyeri 1 orang, nyeri ringan 9 orang
pelatihan relaksasi dapat dilakukan untuk jangka waktu yang terbatas dan
menunjukan bahwa 60%-70% pada klien dengan nyeri kepala yang disertai
responden, 4 orang (40%) mengalami nyeri ringan, dan 6 orang (60%) nyeri
ringan, dan 5 orang lagi masih mengalami nyeri sedang. Bila dilihat dari
sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada lansia
teknik relaksasi nafas dalam pada pasien pasca operasi fraktur cruris.
adalah:
cruris?
nafas dalam?
dalam?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui teknik relaksasi nafas
dalam untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur
cruris.
8
nafas dalam.
1.4 Manfaat
pasca operasi.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efek
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya
yaitu :
TINJAUAN TEORI
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai sterness yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. Stres dapat berupa pukulan langsung,
ekstrem (smeltzer & Bare 2002). Helmi (2011) menjelaskan bahwa fraktur
tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang
dapat berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada
Jong 2005).
Sedangkan cruris adalah tungkai bawah yang terdiri dari dua tulang
panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal adalah letak suatu
patahan terjadi pada 1/3 bawah dari tungkai dan 1/3 proximal adalah letak
suatu patahan terjadi pada 1/3 atas dari tungkai. Jadi pengertian dari fraktur
cruris adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula
11
12
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Fraktur cruris 1/3 distal, (b) Fraktur cruris 1/3
proximal
Sumber : Sjamjuhidajat, R & Jong, DW 2005, Buku ajar ilmu bedah, Edisi 2,
EGC, Jakarta
2.1.2 Etiologi
trauma baik kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat ketinggian,
dan adanya keletihan (fatique) pada tulang akibat aktivitas yang berlebihan
Sedangkan menurut Smeltze & Bare (2002), fraktur dapat disebabkan oleh
1) Infeksi
2) Pukulan langsung
5) Gaya meremuk
fragmen tulang.
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
kontaminasi.
struktur neurovascular.
(4) Grade III ini dibagi lagi kedalam : III A : fraktur grade III, tapi
dan umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Waktu yang dibutuhkan
lanjut. Komplikasi lanjut biasanya terjadi pada pasien yang telah dilakukan
ditangani segera.
2) Komplikasi lanjut
osteoporosis,refraktur.
(4) komplikasi pada syaraf : tardy nerve palsy yaitu saraf menebal
2.1.8.1 Pembedahan
konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap
jumlah tulang yang hilang karena injuri. Graft tulang mungkin dari
20
(allograft).
Gambar 2.3 (a) fiksasi internal, (b) fiksasi eksternal, (c) graft tulang
Sumber : Smeltzer, SC & Barre, BG 2002, Buku ajar keperawatan medikal bedah
bruner & suddart, Edisi 2, Vol 3, EGC, Jakarta.
meliputi: monitor neurovascular setiap 1-2 jam, monitor tanda vital selama
4 jam, kemudian setiap 4 jam sekali selama 1-3 hari dan seterusnya.
jam pertama. Rubah posisi klien setiap 2 jam dan sediakan trapeze gantung
antibiotic. Anjurkan weight bearing yang sesuai dengan kondisi pasien dan
(Smeltzer & Bare 2002). Tamsuri (2012) menjelaskan nyeri sebagai suatu
fisiologi terkait nyeri dapat disebut nosisepsi. Potter & Perry (2006)
1. Resepsi
dengan nyeri.
2. Transmisi
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama nyeri
kedua adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak
respon otonomi.
3. Persepsi
4. Reaksi
Fase ini dapat disebut juga sistem desenden. Reaksi terhadap nyeri
atau dalam dan secara taktil melibatkan organ fiseral, sistem saraf
1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6
jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih,
1. Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi
iskemia.
24
interna.
3. Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi
mengalami amputasi.
5. Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya
1. Usia
2. Jenis kelamin
jenis kelamin.
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri
ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
5. Perhatian
yang perifer.
6. Ansietas
7. Keletihan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap
dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkurang setelah
27
8. Pengalaman sebelumnya
episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat,
9. Gaya koping
tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien
tertekan.
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk menangani nyeri. Karakteristik
nyeri meliputi awitan dan durasi, lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
for Health Care Policy and Research (AHCPR) : (1) skala analog visual,
(2) skala numerical rating scale dan, (3) skala intensitas deskriptif, dapat
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
2008).
2.3 Relaksasi
Smeltzer & Bare (2002) menjelaskan beberapa jenis relaksasi, antara lain
yaitu :
3. Regangan
4. Senaman
6. Bertafakur
7. Yoga
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien atau
3) Minta pasien untuk menarik nafas melalui hidung secara pelan, dalam
partisipasi individu dan kerja sama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat
klien sedang tidak merasakan rasa tidak nyaman yang akut hal ini
33
Menurut Potter & Perry (2006) menjelaskan efek relaksasi nafas dalam
dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja, caranya sangat mudah
dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa suatu media serta
dalam antara lain tidak dapat dilakukan pada pasien yang menderita
Nyeri.
itu jika trauma (insisi) sembuh maka nyeri juga akan hilang.
Pemberian Instrument
teknik relaksasi pengukuran
nafas dalam nyeri:
numerical
rating scale
METODOLOGI PENELITIAN
Surakarta dikarenakan rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan daerah
Surakarta.
Jawa Tengah dari bulan November 2013 sampai dengan Juni 2014.
telah ditentukan (Creswell 2010). Responden pada penelitian ini pasien pasca
operasi fraktur cruris yang akan diberikan intervensi teknik relaksasi nafas
intensitas nyeri pada informan yaitu pasien pasca operasi fraktur cruris. Tahap
36
37
maksud dan tujuan proses penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon
1) Informan
terapi relaksasi nafas dalam dan perawat yang bertugas di rumah sakit.
cruris yang diberikan terapi relaksasi nafas dalam. Teknik observasi yang
digunakan pada penelitian ini ialah untuk melihat respon nyeri pasien
38
3) Dokumen
namun juga bisa berupa gambar atau benda peninggalan (Sutopo 2006).
yang berupa buku, jurnal penelitian dan rekam medis dari rumah sakit.
1. Wawancara mendalam
(Sutopo 2006).
39
pasca operasi fraktur cruris dan perawat yang memberikan teknik relaksasi
nafas dalam.
b) Perawat
2. Observasi
yang berupa perisiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda,
perlakuan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien fraktur cruris yang
telah menjalani operasi. Hal yang perlu di amati ialah ekspresi wajah
pasien sebelum dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam dan cara
hari.
3. Analisis Dokumen
penelitian ini diperoleh dari buku dan jurnal yang membahas mengenai
skala nyeri fraktur cruris setelah diberikan relaksasi nafas dalam. Data dari
penelitian peneliti.
digunakan pada penelitian ini ialah 5 sampel. Yaitu 4 pasien fraktur cruris
yang sudah menjalani operasi dan 1 orang perawat yang memberikan teknik
relaksasi nafas dalam kepada pasien pasca operasi fraktur cruris. Kriteria
tersebut maka peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara yang tepat
merupakan jaminan bagi kematangan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil
1. Triangulasi data
ialah pasien pasca operasi fraktur cruris dan seorang perawat yang
data yang berbeda dari yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis,
akan lebih mantap kebenarannya bila diganti dari beberapa sumber data
yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu,
bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang
42
diperoleh dari sumber yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis atau
2. Triangulasi Metode
3. Triangulasi penelitian
validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Pandangan dan tafsir yang
digali dan dikumpulkan yang berupa catatan, dan bahkan sampai dengan
2006).
43
4. Triangulasi Teori
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
lengkap dan mendalam, tidak hanya sepihak, sehingga bisa dianalisis dan
bersifat induktif, dalam hal ini dijelaskan bahwa analisis sama sekali tidak
tetapi semua simpulan yang dibuat sampai dengan teori yang mungkin
dikembangkan, dibentuk dari semua data yang telah berhasil ditemukan dan
pernyataan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel
(Sugiyono 2013).
pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dan ditemukan di lapangan yang pada
teknik analisis interaktif, yaitu setiap data yang diperoleh dari lapangan selalu
diinteraksikan atau dibandingkan dengan unit data yang lain (Sutopo 2006).
berikut:
Pengumpulan
data
Reduksi Sajian
data data
Penarikan
kesimpulan/verifikasi
terbesar negeri yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
Sutarto No 132 Surakarta. RSUD Dr. Moewardi terdiri dari banyak SMF/
bagian, mulai dari SMF kesehatan anak sampai dengan SMF jiwa.
SMF/ bagian yang peneliti gunakan pada penlitian ini ialah SMF/
bagian bedah. Ruang perawatan bedah tersebut terletak di lantai II, ruang
pelayanan pasien kelas III yang terdiri dari pasien askes, umum,
cruris yang terdiri dari 4 orang, yaitu 4 orang laki-laki. Rentang usia
partisipan pada penelitian ini ialah mulai dari 20-44 tahun. Jenis fraktur
yang diderita pasien pada penelitian ini ialah 4 orang partisipan menderita
bervariasi mulai dari buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik sampai
dengan wiraswasta.
1. Pasien 1 (P1)
2. Pasien 2 (P2)
3. Pasien 3 (P3)
4. Pasien 4 (P4)
Adapun karakteristik pasien agar dapat dilihat dengan jelas pada tabel
berikut ini :
memperoleh data tentang teknik relaksasi nafas dalam pada pasien pasca
operasi fraktur cruris meliputi : (1) respon nyeri pasien yang mengalami
pasca operasi fraktur cruris, (2) respon pasien terhadap pemberian teknik
relaksasi nafas dalam, (3) kendala pasien dalam pelaksanaan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi fraktur cruris,
(4) kendala parawat dalam pemberian teknik relaksasi nafas dalam kepada
4.2.1 Respon nyeri pasien yang mengalami pasca operasi fraktur cruris
mengetahui daerah atau tempat yang nyeri, scale adalah pengkajian untuk
mengetahui skala nyeri pasien dan time adalah pengkajian mengenai durasi
lokasi nyeri, skala nyeri dan durasi lamanya nyeri. Hasil observasi nyeri
49
rata-rata skala 5 hingga 7. Skala nyeri 0 atau tidak nyeri terlihat dari
ekspresi wajah, meliputi wajah tenang, pasien terlihat rileks, dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasa. Pada skala 1-3 yang termasuk dalam
kesakitan, mengusap daerah nyeri atau melokalisir nyeri, dan pasien masih
percakapan, nyeri terasa seperti ditusuk dan pasien terlihat gelisah. Pada
tidak terkontrol.
kualitas nyeri yang dirasakan oleh pasien operasi fraktur ialah rasa cenut-
pasien yaitu P1 dan P3 mengatakan rasa nyeri yang dirasakan ialah rasa
50
percakapan.
deskriptif. Pada penelitian ini intensitas skala nyeri yang dirasakan pasien
ialah pada skala 5 dan skala 7. Tiga orang pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakannya berada pada angka 5 yaitu P1, P2 dan P3, sementara
pada skala 7.
termasuk dalam kategori nyeri sedang dan nyeri berat. Perbedaan skala ini
nyeri ialah dengan dikipas-kipas yaitu P3. Berikut ini adalah hasil
dialami :
mengipas bagian yang sakit, pasien terlihat hanya berbaring ditempat tidur.
yang mengalami fraktur, dan sesekali pasien terlihat mengaduh saat nyeri
pasien pasca operasi fraktur cruris diperoleh hasil bahwa kualitas nyeri
pasien pasca operasi fraktur cruris adalah rasa cenut-cenut dan rasa seperti
yang dirasakan muncul dan melindungi daerah nyeri. pada nyeri berat
mengurangi nyeri ialah dengan cara mengipas dan mengelus bagian yang
nyeri.
operasi fraktur cruris pada penelitian ini mendapatkan obat analgesik dan
waktu pemberian yang sama, yaitu per 12 jam. Sebelum diberikan teknik
pasien tentang prosedur teknik relaksasi nafas dalam setelah itu perawat
merasakan nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam dievaluasi setiap dua kali
sehari.
nyeri pasien pada hari ke 3 dan 4, namun satu pasien yaitu responden 4
Pasien 1 : relaksasi itu bisa mengurangi nyeri tapi cuma sedikit, kalo
pas nyeri banget ya gak mempan mas. Sekarang sih nyerinya
jadi 4 mas kurang lebih
Pasien 4 : Tapi relaksasinya itu kurang mempan mas, saya udah bolak-
balik pake kayak yang dibilangin mbaknya kemarin itu tapi
sama aja tu, nyerinya gak berkurang mas. Ya kurang lebih
masih sama mas 7an
5 turun menjadi skala 3 yang dialami oleh 1 pasien dan penurunan skala
menjadi skala 3 dapat dilihat dari perubahan ekspresi pasien yang semula
terlihat menahan nafas, pasien terlihat lebih fokus pada nyeri yang
teknik relaksasi nafas dalam, nyeri yang dirasakan oleh pasien mulai
pasien terlihat kurang konsentrasi dan lebih focus pada nyeri yang
dirasakannya. Hal tersebut dapat terjadi karena relaksasi nafas dalam dapat
berkurang. Namun hal berbeda tidak terjadi pada satu pasien yaitu pasien
P4 yang skala nyerinya termasuk dalam kategori nyeri berat tidak terjadi
dalam sehingga nyeri yang dirasakan tidak dapat berkurang dengan teknik
dialami oleh pasien, tetapi satu pasien terlihat tidak dapat berkonsentrasi
saat melakukan teknik relaksasi nafas dalam sehingga nyeri yang dialami
pada penelitian ini yaitu ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi Surakarta
yang merupakan ruang kelas 3. Satu kamar pada bangsal ini terdapat 11
tempat tidur pasien, sehingga kondisi ruangan terlihat sangat ramai dan
skala nyeri pasien. Hasil observasi menunjukan bahwa pasien yang tidak
relaksasi nafas dalam sesuai dengan urutan yang telah diajarkan perawat.
dan terfokus pada nyeri yang dirasakannya, pasien juga terlihat menghidari
Kondisi kamar pasien yang ramai dan berisik juga berperan pada tidak
lingkungan.
saat memberikan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien pasca operasi
kendala :
melakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam ialah tidak ada kendala
dalam sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Tetapi kendala akan muncul
dalam.
nafas dalam kepada pasien yang tidak koopratif. Untuk mengatasi kendala
teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri jika nyeri yang dirasakan
timbul.
59
4.3.1 Respon nyeri pasien yang mengalami pasca operasi fraktur cruris di
operasi fraktur cruris diperoleh hasil bahwa kualitas nyeri pasien pasca
operasi fraktur cruris adalah rasa cenut-cenut dan rasa seperti ditusuk-
tusuk. Intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur cruris termasuk dalam
dirasakan muncul dan melindungi daerah nyeri. pada nyeri berat dengan
nyeri ialah dengan cara mengipas dan mengelus bagian yang nyeri.
relaksasi nafas dalam, nyeri yang dirasakan oleh pasien mulai berkurang
pada hari ketiga dan keempat sedangkan pada pasien 4 tidak menunjukan
penurunan.
kepada pasien pasca operasi fraktur cruris didapatkan hasil bahwa secara
4.4 Pembahasan
4.4.1 Respon nyeri pasien yang mengalami pasca operasi fraktur cruris
nyeri ialah cenut-cenut dan rasa seperti tertusuk, intensitas nyeri termasuk
nyeri yang dirasakan muncul dan melindungi daerah nyeri. pada nyeri
dirasakan ialah dengan cara mengipas dan mengelus bagian yang nyeri.
2008).
memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
lalu terhadap nyeri. Selain itu, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri
bahwa kualitas nyeri yang dirasakan berkaitan dengan bagaimana nyeri itu
penggunaan obat-obatan, dan lainnya), dan apa yang diyakini klien dapat
63
membantu dirinya. Perilaku ini sering didasarkan pada upaya try and
error.
terjadi dibidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit
subjektif, tidak ada dua individu yang megalami nyeri yang sama dan
sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu
waktu tetapi tidak pada waktu lain (Smeltzer & Bare 2002).
yang dirasakan oleh setiap pasien, sehingga didapatkan dua kategori nyeri
yaitu nyeri ringan dan sedang. Dalam mengkaji skala nyeri, peneliti
Dalam kasus ini pasien ditanya : pada skala dari nol sampai dengan
sepuluh, nol tidak ada nyeri dan sepuluh nyeri paling buruk yang dapat
terjadi, seberapa berat nyeri yang anda rasakan saat ini ? Pasien biasanya
faktor yang memepengaruhi klien yang merasa nyeri. Hal ini sangat
11. Usia
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
kelamin.
65
13. Kebudayaan
ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
15. Perhatian
perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat
16. Ansietas
17. Keletihan
Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
dengan kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahakan dapat terasa lebih
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka
berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien
tertekan.
terhadap nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis
teknik relaksasi nafas dalam ialah nyeri yang dirasakan oleh pasien mulai
2012).
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien atau
sebagai upaya pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stres. Dengan
konsumsi oksigen oleh tubuh serta penurunan tegangan otot (Smeltzer &
Bare 2002).
emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Seperti yang telah
teori gate control. Adanya stimulasi nyeri pada area luka bedah
nyeri terhambat dan berkurang. Teori two gate control menyatakan bahwa
terdapat satu pintu gerbang lagi di thalamus yang mengatur impuls nyeri
dari nervus trigeminus. Dengan adanya relaksasi, maka impuls nyeri dari
intensitas nyeri berkurang untuk kedua kalinya (Potter & Perry 2006).
mekanisme yaitu :
itu jika trauma (insisi) sembuh maka nyeri juga akan hilang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, Hartiti Tri, dan Hadi Idris
Muhamadiyah Semarang.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Patasik CK, Tangka Jon, dan
Rottie Julia (2013) menyatakan bahwa tingkat nyeri pada pasien post
tingkat nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea sesudah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery di Irina D BLU RSUP
relaksasi nafas dalam dan guided imagery efektif terhadap penurunan nyeri
Potter & Perry (2006) menjelaskan hal yang berbeda bahwa supaya
individu dan kerjasama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat klien sedang
tidak merasakan rasa tidak nyaman yang tidak akut hal ini dikarenakan
Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, Hartiti Tri dan Hadi Idris
berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini, terutama saat
tahapan relaksasi nafas dalam, yang baik dan benar, tingkat konsentrasi
individu dan lingkungan yang nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam yang
untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi fraktur cruris ialah tidak
ada kendala dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam, kerena teknik
banyak biaya dan menggunakan gerakan yang umum serta biasa dilakukan
mengurangi nyeri yang berlangsung beberapa menit saja. Dalam hal ini,
nyeri merupakan cara yang optimal. Pengendalian nyeri dengan terapi non-
kapan saja, efisien, murah dan tidak terdapat efek samping pada
dalam menurunkan intensitas nyeri pasien dan teknik ini dapat digunakan
10) Minta pasien untuk menarik nafas melalui hidung secara pelan, dalam
11) Minta pasien untuk menahan nafas selama beberapa detik kemudian
12) Beritahukan pasien bahwa pada saat mengeluarkan nafas, mulut pada
partisipasi individu dan kerja sama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat
klien sedang tidak merasakan rasa tidak nyaman yang akut hal ini
inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Teknik
banyak biaya dan konsentrasi yang tinggi, seperti halnya teknik relaksasi
77
pada relaksasi nafas dalam merupakan gerakan yang sederhana dan umum
kepada pasien pasca operasi fraktur cruris didapatkan hasil bahwa secara
untuk melakukan relaksasi nafas dalam jika nyeri yang dirasakan pasien
muncul.
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien atau
dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain
nyeri oleh mereka sendiri ketika memungkinkan (Smeltzer & Bare 2002).
strategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang berhasil (Potter &
Perry 2006).
bagian tubuh yang tegang. Klien juga harus mengetahui sejak awal bahwa
latihan ini dapat dihentikan setiap waktu. Dengan melakukan latihan, klien
2012).
pada perawat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pasca Operasi Fraktur Cruris di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ini dapat
5.1.1 Respon nyeri pasien yang mengalami pasca operasi fraktur cruris di
80
81
baik dan benar, tingkat konsentrasi individu dan lingkungan yang nyaman.
kendala secara prosedur pada saat melakukan relaksasi nafas dalam. Hal
orang.
individu yang merasakan nyeri akan merasa tertekan atau menderita dan
ada dua individu yang megalami nyeri yang sama dan menghasilkan
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, begitu juga pada responden pada
nyeri diantaranya ialah faktor usia, jenis kelamin, budaya, dan ansietas.
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien atau
pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stres. Dengan relaksasi,
inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Teknik
Selain itu teknik relaksasi nafas dalam yang termasuk dalam terapi
5.4. Saran
Farida, A 2010, efektifitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi
pada anak usiaa sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan, skripsi,
Universitas Sumatra utara, Sumatra utara.
Nurdin, S, Kiling, M dan Rottie, J 2013, Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang irina a
blu RSUP Prof. DR. R.D kandou Manado, ejurnal keperawatan (e-kp),
Vol 1, No. 1, Hal 1.
Patasik CK, Tongka J dan Rottie J, 2013Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam
dan guided imagery terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi
section caesarea di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R D Kandou Manado,
ejurnal keperawatan (e-Kp), Vol. 1, No. 1.
Potter, PA & Parry, AG 2005, Buku ajar fundamenta keperawatan konsep, proses,
praktik, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Reeves, CJ, Roux, G and lockhart, R 2001, Keperawatan medical bedah, Edisi 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Sjamjuhidajat, R & Jong, DW 2005, Buku ajar ilmu bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta
Smeltzer, SC & Barre, BG 2002, Buku ajar keperawatan medikal bedah bruner &
suddart, Edisi 2, Vol 1, EGC, Jakarta.
Smeltzer, SC & Barre, BG 2002, Buku ajar keperawatan medikal bedah bruner &
suddart, Edisi 2, Vol 3, EGC, Jakarta.
Wirya I dan Sari MD 2013, Pengaruh pemberian masase punggung dan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post
appendiktomi di zaal C RS HKBP Balige tahun 2011, Jurnal
Keperawatan HKBP Balige, Vol. 1, No. 1