Anda di halaman 1dari 20

STERILISASI ALAT KESEHATAN

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pada alat kesehatan
dengan cara merebus atau panas kering
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menjamin kualitas
alat kesehatan dalam keadaan steril atau bebas dari kuman
3. Kebijakan Kebijakan kepala puskesmas No.

4. Referensi 1. Calistania C, Budianto RI, 2014. Asepsis dan Antisepsis. Dalam


(Chris T, Frans L, Sonia H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius, hal 188.
5. Langkah- Memakai alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan
langkah (Handscond) kemudian mengambil alat kesehatan yang akan
prosedur disterilkan
Mencuci alat kesehatan yang akan disterilkan, disikat dengan air
sabun dibawah air yang mengalir dengan cara berulang-ulang
sampai betu-betul bersih kemudian dibilas dengan air bersih
Alat yang sudah bersih kemudian diletakkan ditempat yang bersih
kemudian dikeringkan
Alat tersebut kemudian ditutup dan dimasukkan dalam alat
sterilisator selama 20 menit
Setelan tombol alat sterilisator bewarna hijau yang artinya alat
sudah steril

PENANGANAN LUKA
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar penanggulan luka
dapat teratasi secara tepat dan akurat
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Ahmadsyah I. 2005. Luka. Dalam (Sjamsuhidajat R, De jong W)


Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC, hal 66-88
5. Langkah-langkah Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik diruang triase
prosedur Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik kalau perlu
dicuci dengan air sebelumnya. Bahan yang dapat dipakai (yodium
povidon 1% dan larutan klorheksidin1/2 %). Alkohol 70 % hanya
digunakan untuk membersihkan kulit disekitar luka
Lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan lakukan
pembersihan luka dari kontaminan (debrideman)
Bersihkan dengan bilasan atau semprotan NaCl
Lakukan penjahitan luka
Tutup luka dengan kassa steril
Beri analgetik, antibiotik, ATS jika perlu

NEBULISASI
SOP No. :
Dokumen
No. Revisi :
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Salah satu terapi inhalasi dengan menggunakan alat bernama
nebulizer.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar terapi nebulisasi dapat
secara tepat dan akurat
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Hanifati S, 2014. Nebulisasi. Dalam (Chris T, Frans L, Sonia H,


Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 203.
5. Langkah-langkah Siapkan alat dan bahan. Pastikan nebulizer bekerja, konektor
prosedur sudah tersambung ke chamber, dan pilihlah ukuran maskes
yang sesuai. Pastikan nebulizer sudah tersambung ke sumber
listrik
Alat :
1. Nebulizer
2. Masker, mouth piece atau kanul trakea
3. Konektor
4. Chamber sebagai tempat penampung obat

Bahan:
1. Obat-obatan dalm bentuk solusio. Contoh obat beserta
dosis : beta 2 agonis (salbutamol solusio 2,5 mg/2cc,
fenoterol solusio 100g/ml), antikolinergik
(ipratropium bromida solusio 0,25 mg/ml), diuretik,
antibiotik, anestesi lokal, surfakta, atau kortikosteroid.
2. Cairan salin normal
Masukkan obat kedalam chamber, tambahkan cairan salin
normal bila diperlukan
Pasangkan masker dengan ujung chamber sehingga menempel
Nyalakan nebulizer. Apabila nebulizer bekerja dengan baik
akan terlihat uap keluar dari masker
Minta pasien untuk melakukan inspirasi dalam melalui masker
selama uap keluar
Tunggu sekitar 15-20 menit sampai uap habis
Periksa respon pasien terhadap obat
Apabila hendak mengulangi nebulisasi disarankan jeda selama
15- 20 menit.

PENATALAKSANAAN GIGITAN
HEWAN PENULAR RABIES (HPR)
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :
Ttd Ka. UPTD Puskesmas
UPTD Puskesmas
Megang

1.Pengertian Adalah Mencegah terjadinya penularan Rabies melalui gigitan hewan


penular,contohnya :gigitn Anjing.gigitan Kucing,gigitan monyet dll

2.Tujuan Menekan serendah-rendahnya kematian akibat Rabies.

1.Keputusan kepala Puskesmas No : 440 / /KPTS/PKM /20 tentang


3.Kebijakan Penataanlaksanaan gigitan hewan penulara Rabies (HPR)

4.Referensi 1. Buku Kemenkes RI Direktorat jenderal PP dan PL tahun 2011 tentang


Pedoman Pelaksanaan program Penanggulangan Rabies di Indonesia.

5.Langkah-langkah Pelaksanaan Anamnese,pemeriksaan fisik dan pembuatan inform


Prosedur consent pasien.
Pencucian luka gigitan dengan air mengalir dan sabun /deterjen
selama 10-15 menit.
Apabila luka gigitan kecil setelah pencucian diberi Antiseptik
(Alkohol 70 % atau Betadin ).kemudian ditutup dengan gaas steril.
Apabila luka gigitan lebar dan terus mengeluarkan darah dapat
dilakukan jahitan sebelum dilakukan penjahitan diberkan suntikan
SAR sebanyak mungkin disekitar luka dan sisanya diberikan secara
intra muscular (IM) kemudian ditutup dengan gaas steril.

Apabila hewan penggigit peliharaan sendiri dilakukan observasi


lebih dahulu selama 14 hari bila tidak terjadi apa-apa pemberian
vaksin dihentikan.
Pada luka gigitan ringan diberikan VAR saja.
Pemberian VAR diberikan pada pasien kasus GPHR yang belum
pernah mendapat VAR sebelumnya.
Pemberian VAR dengan jenis Vaksinasi Dasar dan dosis pada anak
1 ml dan dewasa 1 ml dengan VAR ( Robifar )
Cara & lokasi pemberian IM Regio Deltoideus kana dan kiri pada
anak < 1 thn di pangkal paha.
Waktu pemberian : 4 x dengan perincian Hari ke 0 ( 2 x pemberian )
deltoideus kana dan kiri.,hari ke 7 ( 1 x pemberian ) dan hari ke 21
(1 x pemberian ).
Pemberian pada kasus GPHR yang sebelumnya sudah pernah
mendapat VAR lengkap dengan jarak waktu 3 bulan tidak diberikan
lagi VAR,bila > 3bulan sampai 1 tahun diberi VAR 1 x dan bila >
1tahun dianggap pasien baru diberi VAR lengkap.
Apabila luka gigitan HPR resiko tinggi harus diberikan VAR dan
SAR.dengan dosis sama dengan diatas hanya pemberian vaksin
setelah hari ke 21 dilakukan suntikan ulangan pada hari ke 90 dan
pemberian SAR bersamaan dengan pemberian VAR pada hari ke 0.
Pemberian SAR ada 2 macam Hemolog ( HRIG ) dengan dosis
anak & dewasa sama 20 IU/kg BB sedangkan Hemolog ( ERIG )
dengan dosis anak dan dewasa sama 40 IU / kg BB.
Pemberian SAR harus dilakukan skin test terlebih dahulu.
Dianjurkan memberikan terapi tetanus dan antibiotik

PENANGANAN GIGITAN ULAR


No.
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit
Halaman :

UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas


Megang

1.Pengertian Luka yang ditimbulkan oleh gigitan ular.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar penanganan gigitan ular dapat


2.Tujuan teratasi secara tepat dan akurat.

Keputusan Kepala Puskesmas No.440/ / KPTS /PKM-TE/ / 2016 tentang


3.Kebijakan Penanganan gigitan ular

1. Ahmadsyah I. 2005. Luka. Dalam (Sjamsuhidajat R, De jong W) Buku


4.Referensi Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC, hal 86.
2. Liwang F, Mansjoer A, 2014. Gigitan Ular berbisa. Dalam (Chris T, Frans
L, Sonia H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 297.

5.Langkah-langkah Lakukan anamnese & pemeriksaan fisik diruang Triase.


Prosedur Lakukan resusitasi bila menemukan tanda-tanda hipotensi dan syok,
gagal napas, henti jantung atau perburukan mendadak akibat
penyerapan sistemik bisa ular
Lakukan debridement luka, incisi luka gigitan.
Berikan injeksi intavena toksoid tetanus (TT) 0,5 ml (sediaan 2
ml/vial)
Barikan SABU (serum anti bisa ular), adapun cara pemberiannya yaitu
SABU 10 ml (2 vial) intravena dalam 500 ml NaCl 0,9% atau dextrose
5% dengan kecepatan 40-80 tetes/menit. Maksimal pemberian 100 ml
SABU (20 vial). Infiltrasi lokal SABU tidak dianjurkan
Pemberian antibiotik dapat diberikan pada kasus dengan kecurigaan
infeksi bakterialis sekunder misalnya bila terjadi nekrosis
Dianjurkan pemberian kortikosteroid dan antihistamin bila terjadi
reaksi alergi terhadap SABU
Berikan analgetik
Segera rujuk pasien setelah penangan awal
PEMASANGAN EKG
SOP No. :
Dokumen
No. Revisi :
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas
Megang Ttd Ka. UPTD Puskesmas

1.Pengertian Adalah alat untuk mengetahui kelainan dan irama jantung.

Untuk mengetahui irama jantung.


2.Tujuan

Keputusan kepala Puskesmas No : 440 / /KPTS/PKM-TE /2016 tentang


3.Kebijakan pemasangan EKG
1. Lilihata G, Wijaya PI, 2014. Elektrokardiografi. Dalam (Chris T, Frans L,
4.Referensi Sonia H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 737.
2. Pratanu S, Yamin M, Harun S. 2009. Elektrokardiografi. Dalam (Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing, hal 1525.

5.Langkah-langkah Atur posisi pasien, posisi pasien diatur terlentang datar.


Prosedur Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai
jam tangan, gelang, logam lain agar dilaepas.
Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada,
kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi manset
elektroda.
Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.
Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan
kedua tungkai.
Memasang arde.
Menghidupkan monitor elektrokardiogram.
Menyambungkan kabel elektrokardiogram pada kedua tungkai
pergelangan tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk
rekaman ekstremitas lead (Lead I, II, III, aVR, aVL, aVF) dengan cara:

o Warna merah pada pergelangan tangan kanan


o Warna hijau pada kaki kiri
o Warna hitam pada kaki kanan
o Warna kuning pada pergelangan tangan kiri
o Memasang elektroda dada untuk rekaman prekardial lead:
V1 pada interkostal keempat garis sternum kanan
V2 pada interkostal keempat garis sternum kiri
V3 pada pertengahan V2 dan V4
V4 pada interkostal kelima garis pertengahan clavikula kiri
V5 pada garis aksilaris anterior, segaris horizontal V4
V6 pada garis mid-aksilaris, segaris horizontal V4 dan V5
Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik
Bila rekaman elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua
elektroda yang melekat di tubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti
semula
Pasien dibantu merapihkan pakaian

PENANGGULANGAN LUKA TUSUK


No.
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit
Halaman :

UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas


Megang

1.Pengertian Luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda tajam

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar penanggulangan pada


2.Tujuan penderita luka dapat teratasi secara tepat dan akurat.

Keputusan Kepala Puskesmas No.440/ / PKM-TE/ / 2016 tentang


3.Kebijakan Penanggulangan Luka Tusuk .
4.Referensi

Lakukan anamneses & pemeriksaan fisik diruang Triase.


Lakukan debridement luka,desinfeksi& olesi bethadin.
Perhatiakan letak luka mengingat bahayanya terhadap organ dalam
5.Langkah-langkah
tubuh.
Prosedur
Jika mengenai pembuluh darah yang besar terlebih dahulu lakukan
tindakan untuk menghentikan perdarahan.
Jahit luka,tutup luka dengan kassa steril atau sofratole.
Berikan antibiotic & analgetik.
Beri ATS jika diperlukan.
INJEKSI INTRAMUSKULAR
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Pemberian obat dengan cara menyuntikkan kedalam jaringan otot
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah injeksi intramusular agar
dapat dilakukan benar.
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Hanifati S, 2014. Teknik Injeksi. Dalam (Chris T, Frans L, Sonia


H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 508.
5. Langkah-langkah Cuci tangan dan memakai sarung tangan
prosedur Cek kelengkapan alat: jarum, spuit, obat (perhatikan tanggal
kadaluarsa)
Masukkan obat kedalam spuit
Cek identitas pasien
Memilih lokasi injeksi
a) Ventrogluteal : letakkan telapak tangan pada trokanter
mayor ke arah kepala, jari tengah diletakkan pada
SIAS lalu rentangkan membentuk huruf V dan injeksi
dilakukan ditengah area ini
b) Dorsogluteal : bagilah area bokong menjadi 4 kuadran,
injeksi dilakukan pada kuadran luar atas atau dengan
cara menarik garing bayangan dari spina iliaka
posterior superior ke trokanter mayor, injeksi pada area
lateral superior
c) Vastus lateralis : 1/3 tengah antara trokanter mayor
sampai dengan kondilus femur lateral
d) Deltoid : tiga jari dibawah akroimion.
Lakukan antisepsis menggunakan kapas alkohol dengan
gerakan sirkuler dari dalam keluar
Regangkan kulit dengan ibu jari dan telunjuk tangan non
dominan
Tusukkan jarum secara tegak lurus 900
Aspirasi untuk melihat adaya darah
Jika tidak ada darah dorongkan plunger spuit untuk
memasukkan obat
Cabut jarum spuit
Masase untuk membantu absorpsi obat
Beri plester
Buang spuit dan jarum ketempat sampah medis
INJEKSI SUBKUTAN
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Injeksi sejumlah cairan ke jaringan subkutan yaitu dibawah dermis
dan diatas otot
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah injeksi subkutan agar dapat
dilakukan benar.
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Hanifati S, 2014. Teknik Injeksi. Dalam (Chris T, Frans L, Sonia


H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 509.
5. Langkah-langkah Cuci tangan dan mema3ai sarung tangan
prosedur Cek kelengkapan alat: jarum, spuit, obat (perhatikan tanggal
kadaluarsa)
Masukkan obat kedalam spuit
Cek identitas pasien
Memilih lokasi injeksi
Lakukan antisepsis menggunakan kapas alkohol dengan
gerakan sirkuler dari dalam keluar
Cubit kulit secara perlahan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan non dominan
Tusukkan jarum dengan sudut 450
Aspirasi untuk melihat adaya darah
Jika tidak ada darah dorongkan plunger spuit untuk
memasukkan obat
Cabut jarum spuit
Masase untuk membantu absorpsi obat
Beri plester pada tempat penyuntikan
Buang spuit dan jarum ketempat sampah medis
INJEKSI INTRAKUTAN
SOP No. :
Dokumen
No. Revisi :
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Injeksi sejumlah cairan ke lapisan dermis kulit
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah injeksi intrakutan agar
dapat dilakukan benar.
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Hanifati S, 2014. Teknik Injeksi. Dalam (Chris T, Frans L, Sonia


H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 509-510.
5. Langkah-langkah Cuci tangan dan memakai sarung tangan
prosedur Cek kelengkapan alat: jarum, spuit, obat (perhatikan tanggal
kadaluarsa)
Masukkan obat kedalam spuit
Cek identitas pasien
Memilih lokasi injeksi: biasanya didaerah volar atau
subkapsular, daerah injeksi bebas dari gesekan pakaian
Lakukan antisepsis menggunakan kapas alkohol dengan
gerakan sirkuler dari dalam keluar
Tekan bagian distal lokasi dengan ibu jari dan telunjuk tangan
non dominan
Dengan tangan dominan pegang spuit, miringkan 15-200 dari
kulit. Ibu jari dan telunjuk berada disamping spuit. Jangan
letakkan jari dibwah spuit, karena mengakibatkan sudut lebih
dari 150 yang berarti jaru berada lebih dalam dari dermis
Aspirasi untuk melihat adaya darah
Jika tidak ada darah dorongkan plunger spuit untuk
memasukkan obat
Cabut jarum spuit dan beri plester
Buang spuit dan jarum ketempat sampah medis
DIARE
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Perubahan konsistensi tinja yang terjadi secara tiba-tiba akibat
kandungan air dalam tinja melebihi normal (10 ml/KgBB/hari)
dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan diare agar
dapat ditatalaksana secara tepat.
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Venita, Kadim M, 2014. Diare. Dalam (Chris T, Frans L, Sonia H,


Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Media Aesculapius, hal 41-4.
5. Langkah-langkah Diare akut dehidrasi berat
prosedur Rehidrasi intravena 100 cc/KgBB cairan ringer laktat
atau ringer asetat (jika tidak ada gunakan salin normal)
dengan ketentuan berikut
Pertama berikan 30 Selanjutnya 70 cc/ KgBB
cc/KgBB dalam dalam
Umur < 12 1 jam 5 jam
bulan
Umur > 12 30 menit 2 jam
bulan

Diikuti rehidrasi oral jika sudah dapat minum, dimulai


5 cc/KgBB/jam selama proses rehidrasi
Periksa kembali status hidrasi anak setiap 15-30 menit,
klasifikasikan ulang derajat dehidrasi setelah 3 jam
(untuk anak) atau 6 jam (untuk bayi)
Jika tidak ada fasilitas intravena, pasang pipa
nasogastrik dan beri 20 cc/KgBB/jam selama 6 jam
atau rujuk segera ke rumah sakit

Dehidrasi akut dehidrasi ringan-sedang
Berikan larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama
sebanyak 75 cc/KgBB, ajarkan ibu memberi oralit
sedikit-sedikit tapi sering. Bila muntah tunggu 10
menit lalu lanjutkan dengan lebih lambat
Lanjutkan pemberian ASI
Periksa kembali dan klasifikasi ulang setelah 3 jam
Diare akut tanpa dehidrasi
Beri cairan tambahan seperti ASI lebih sering dan
lama. Jika anak tidak mendapat ASI berikan oralit, air
matang atau cairan makanan (kuah sayur, tajin)
Berikan tablet zinc selam 10-14 hari yaitu tablet
untuk anak usia < 6 bulan dan 1 tablet untuk anak > 6
bulan
Beri makan segera setelah anak dapat makan
Edukasi kapan harus kembali (jika keadaan anak
memburuk, tidak dapat/ malas minum, timbul demam,
timbul darah dalam tinja, tidak membaik selama 5 hari)
Antibiotik tidak rutin digunakan
Pemberian probiotik dapat bermanfaat mempersingkat lama
diare pada anak dan mencegah diare pada bayi

PENANGANAN KEJANG DEMAM


No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Ttd Ka. UPTD Puskesmas
Megang
1. Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh dengan
cepat hingga > 380 C
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan kejang demam
agar dapat ditatalaksana dengan tepat.
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Lilihata G, Handriastuti S. 2014. Kejang demam. Dalam (Chris T,


Frans L, Sonia H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius, hal 102-5.
5. Langkah-langkah Saat kejang pastikan jalan nafas tidak terhalang, pakaian ketat
prosedur di longgarkan, anak diposisikan miring agar lendir atau cairan
mengalir keluar
Saat kejang berikan diazepam rektal 5 mg (BB< 10 kg) atau
10 mg(BB> 10 kg) pemberian dapat diulangi maksimal dua
kali
Jika kejang belum berhenti berikan diazepam IV dengan dosis
0,25 0,5 mg/KgBB secara IV dengan kec. 2 mg/ menit dosis
maksimal 20 mg
Bila kejang tidak berhenti berikan dosis inisial fenitoin 10-20
mg/ KgBB dengan kecepatan pelan 1 mg/Kg/menit,
maksimum 50 mg/menit, fenitoin harus diencerkan terlebih
dahulu dengan NaCl 0,9% dengan komposisi 10 mg fenitoin/1
ml NaCl 0,9%, dosis max 1 gr.
Bila kejang berhenti 12 jam kemudian lanjutkan dosis rumatan
fenitoin 5-7 mg/Kg/hari dibagi 2 dosis, jika kejang belum
berhenti segera rujuk ke RS yang memiliki fasilitas ICU.
Berikan antipiretik seperti parasetamol (10-15 mg/kgbb/kali
sampai 4-5 kali) atau ibuprofen (5-10 mg/kgbb/kali sampai 3-4
kali)

Anda mungkin juga menyukai