Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS INDIVIDU

SEPTUM DEVIASI

Oleh:
Anni sufiya amalina

Pembimbing:
dr. Kholid Yusuf, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SITI KHODIJAH SEPANJANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulisan laporan kasus stase syaraf ini dapat diselesaikan dengan

baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW,

keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai

septum deviasi. Penulisan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas

individu stase telinga, hidung dan tenggorokan.

Dengan terselesaikannya laporan kasus ini kami ucapkan terima kasih

yang sebesar besarnya kepada dr.Kholid Yusuf spesialis THT-KL, selaku

pembimbing kami, yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan

laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.

Akhirnya, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Sepanjang, maret 2017

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. S

Umur : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama/suku : Islam/Jawa

Alamat : Sidoarjo

Tanggal Pemeriksaan : 26 maret 2017

Keluhan Utama

Sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh sakit padabagian belakang kepala sejak 3 buka uu. Nyeri

telinga kanan (-), riwayat keluar cairan dari telinga kanan (-), riwayat batuk pilek

sebelumnya (-), riwayat trauma (-), riwayat terpapar bising (-), riwayat konsumsi

obat sebelumnya (-) demam (-). Belum pernah seperti ini sebelumnya.

Pusing berputar sejak 2 hari. Pusing berputar dengan perubahan posisi.

Mual (+), muntah (+). Pasien menegeluh jatuh condong ke kanan

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi di sangkal.

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa di keluarga disangkal. Riwayat ISPA disangkal.

Riwayat Penyakit Sosial :


Pekerjaan : sopir. Riwayat terpapar bising lama disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 V5 M6

Vital sign

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5 C

Status Generalis

Kepala/Leher

Inspeksi : anemia -, ictus -, sianosis -, dispsneu -, mata cowong -, KGB -,JVP -

Thorax

Paru : Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,

retraksi -

Palpasi : Thrill -, fremissment -, krepitasi -

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler

Rh -/-, Wh -/-

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis -, voussure cardiac -

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill/fremissment -

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop


Abdomen : Inspeksi : Flat

Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium -, hepar lien tidak

teraba

Perkusi : Thympani

Auskultasi : BU + N

Ekstremitas : Inspeksi : Deformitas(-) oedem (-)

Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT<2 detik

Telinga

Otore ka.ki : (-)/(-)

Pendengaran kanan/kiri : berkurang/normal

Tinitus kanan/kiri : (+)/(-)

Nyeri telinga : (-)/(-)

Sakit kepala : (-)

Pusing : (+)

Mau jatuh ke kanan/kiri : jatuh ke arah kanan

Muka miring ke kanan/kiri : (-)

Panas : (-)

Keluhan lain : (-)

Hidung

Pilek kanan/kiri : (-)


Buntu kanan kiri : (-)
Bersin-bersin : (-)
Epistaksis : (-)
Anosmia : (-)
Sakit kepala : (-)
Sakit di hidung : (-)
Keluhan lain

Tenggorok

Sakit menelan : (-)

Trismus : (-)

Ptialismus : (-)

Panas : (-)

Sakit kepala : (-)

Rasa ngganjel : (-)

Rasa mukus : (-)

Keluhan lain

Laring

Sakit menelan : (-)


Suara parau : (-)
Sesak : (-)
Rasa ngganjel : (-)
Keluhan lain

Status Lokalis

Telinga

Bagian Dextra Sinistra


Auricula Bentuk normal, Bentuk normal,
benjolan (-), nyeri tekan benjolan (-), nyeri
(-) tekan (-)

Periauricula Tragus pain (-), fistula Tragus pain (-), fistula


(-), abses (-) (-), abses (-)

Retroauricula Nyeri tekan (-), edema Nyeri tekan (-),


(-), hieremis (-) edema (-), hieremis (-)

Mastoid Nyeri tekan (-), edema Nyeri tekan (-),


(-), hieremis (-) edema (-), hieremis (-)

MAE Discharge (-), serumen Discharge (-),


(-), hiperemis (-), serumen (-),
edema (-), corpal (-) hiperemis (-), edema
(-), corpal (-)

Membran timpani
Perforasi (-) (-)
Cone of light (+) arah jam 5 (+) arah jam 7
Warna Putih abu-abu Putih abu-abu
Bentuk Normal Normal
Retraksi (-) (-)
Sekret (-) (-)
Bombans (-) (-)

Membran Timpani
Tes pendengaran

Tes bisik modifikasi kesan tuli berat


Tes garputala
Tes rinne : positif / positif
Tes weber : lateralisasi ke kiri
Tes schwabach : memendek / memendek
Kesimpulan : kesan tuli sensorineural kanan, kiri normal

Hidung

Bentuk Dextra Sinistra


bentuk normal Normal
secret (-) (-)
Foetor ex nasi (-) Foetor ex nasi (-)

mukosa cavum nasi Hiperemis (-) di meatus Hiperemis (-)


media Edema (-)
Edema (-)

konka media Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
konka inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)

meatus media Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Sekret (-) Sekret (-)

meatus inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Sekret (-) Sekret (-)

septum Deviasi (-) Deviasi (-)

massa Massa (-) Massa (-)

Pemeriksaan Hidung:
Rhinoskopi Posterior : TDE
Koana : TDE
Kauda konka nasi : TDE
Nasofaring : TDE
Atap : TDE
Dinding posterior : TDE
Dinding lateral : TDE
Ostium tuba : TDE
Torus tubarius : TDE
Fosa Rosenmuller : TDE
Transluminasi : TDE
Tenggorok
Bibir : normal
Orofaring
Oral : dapat membuka mulut dengan baik
Mukosa bukal : merah muda
Ginggiva : merah muda
Gigi geligi : lengkap
Lidah 2/3 anterior : merah muda
Uvula : merah muda, posisi : di tengah,
radang (-),tumor (-)
Arkus faring : simetris, merah muda, radang (-),
tumor (-)
Palatum durum : merah muda
Palatum mole : merah muda
Kelenjar Getah Bening: tak tampak pembesaran

Tonsil
Dextra Sinistra
ukuran T1 T1
kripta Normal Normal
permukaan Rata Rata
warna merah muda merah muda
detritus (-) (-)
ulkus (-) (-)
pertonsil abses (-) abses (-)
tumor (-) (-)
oedem (-) (-)

Tenggorok
dextra sinistra
warna merah muda merah muda
oedem (-) (-)
granula (-) (-)
lateral band normal normal
secret (-) (-)
reflex muntah (+) (+)

Pemeriksaan Lain
Laringoskop : tidak dilakukan
Esofagoskopi : tidak dilakukan
Bronkoskopi : tidak dilakukan
Fluoroskopi : tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang
Audiogram
Diagnosis : Sudden deafness aurikula dextra, vertigo, tuli sensori neural berat
telinga kanan
BAB II
PEMBAHASAN

Pada laporan ini diajukan kasus penderita laki-laki usia 47 tahun datang ke

poli THT RS Siti Khodijah Sepanjang dengan keluhan utama telinga kanan

berdenging dan vertigo. Dari anamnesis pasien mengeluh telinga kanan terasa

berdenging sejak 3 hari yang lalu mendadak saat bangun tidur. Telinga kanan

terasa penuh dan pendengaran berkurang. Keluhan ini dirasakan terus menerus

selama 3 hari dan tidak berkurang. Nyeri telinga kanan (-), riwayat keluar cairan

dari telinga kanan (-), riwayat batuk pilek sebelumnya (-), riwayat trauma (-),

riwayat terpapar bising (-), riwayat konsumsi obat sebelumnya (-) demam (-).

Belum pernah seperti ini sebelumnya. Keluhan lain berupa pusing berputar sejak 2

hari. Pusing berputar dengan perubahan posisi. Mual (+), muntah (+). Pasien

menegeluh jatuh condong ke kanan. Dari riwayat penyakit dahulu tidak ada

keluhan seperti ini sebelumnya, Hipertensi disangkal, Diabetes Mellitus

disangkal. Dari riwayat penyakit keluarga tidak ada yang menderita seperti ini.

Pada pemeriksaan umum yang dilakukan saat pasien datang, didapatkan

keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran GCS 456, dengan tekanan darah

130/90 mmHg, nadi 80 x per menit, suhu badan 36.5 derajat celcius. Pemeriksaan

kepla, leher dalam batas normal, thorax, abdomen dan extremitas dalam btas

normal.

Pada pemeriksaan THT telinga dan hidung dan tenggorok dalam batas

normal. Pada pemeriksaan pendengaran didapatkan tes bisik modifikasi tuli berat

telinga kanan, kiri normal. Tes Rinne positif kanan dan kiri, tes weber lateralisasi

ke kiri, tes schwabach memendek kanan dan kiri. Dengan demikian dapat di
interpretasikan dengan tuli sensorineural telinga kanan. Kemudian dilakukan

pemeriksaan penunjang berupa audiometri dengan hasil tuli sensorineural berat

telinga kanan, kiri normal.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan bahwa


pasien ini menderita sudden deafness / tuli mendadak aurikula dextra dan vertigo.
Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) di
definisikan sebagai bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran sensorineural
pada satu atau kedua telinga yang berlangsung secara cepat dalam periode 72
jam, dengan kriteria audiometri berupa penurunan pendengaran 30 dB sekurang-
kurangnya pada 3 frekuensi berturut-turut, yang menunjukkan adanya
abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau pusat persepsi dan pengolahan
impuls pada korteks auditorik di otak. Jika penyebab tuli mendadak tidak dapat
diidentifi kasi setelah pemeriksaan yang adekuat, disebut idiopathic sudden
sensorineural hearing loss (ISSNHL).
Diagnosis tuli mendadak adalah membedakan tuli sensorineural dan tuli

konduktif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala, pemeriksaan

audiometri, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala klinis dari sudden deafness diantaranya hilangnya pendengaran

pada satu sisi telinga saat bangun tidur secara tiba-tiba bisa bersifat fluktuatif

tetapi sebagian besar bersifat stabil. Tuli mendadak ini sering disertai dengan

keluhan sensasi penuh pada telinga dengan atau tanpa tinitus; terkadang didahului

oleh timbulnya tinitus. Selain itu, pada 28-57% pasien dapat ditemukan gangguan

vestibular, seperti vertigo atau disequilibrium.

Pada sudden deafness ketulian bersifat tuli sensori neural sehingga pada

pemeriksaan otoskopi hampir selalu mendapatkan hasil normal. Pada pemeriksaan

tes penala berupa tes weber akan akan terlihat adanya lateralisasi ke telinga yang

sehat dan tes rinner positif. Menurut AAO-HNS guideline, tes penala dapat
digunakan untuk konfirmasi temuan audiometri. Pemeriksaan audiometri

diperlukan untuk membuktikan ketulian dan menentukan derajat penurunan

pendengaran.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan keluhan dan riwayat

pasien serta kemungkinan etiologi. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik

tidak direkomendasikan sebab jarang terbukti membantu menentukan etiologi tuli

mendadak.

Beberapa faktor resiko tuli mendadak diantaranya penyakit metabolik

(Diabetes), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi, Dislipidemia; hiperkolesterol,

hipertrigliserida dan hiperfibrinogenemia), infeksi virus (Varicela/ Herpes

simpleks), psikosoial (Stress), neoplasma (Neuroma akustik, Cerebellopontin

angle tumor), autoimun (Sindroma Wagener), kelelahan dan sebagainya.

Tuli mendadak merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang

memerlukan penanganan segera. Karena disertai dengan vertigo maka terdapat

indikasi untuk dilakukan rawat inap. Terapi yang diberikan berupa tirah baring

total, infus RL 1500cc/24 jam, kortikosteroid ( methylprednisolon 2 x 1 amp

dilanjutkan Prednison oral 1mg/kg/hari dosis tunggal max 60mg/hari selama 10-

14 hari. Dosis maks selama 4 hari diikuti tappering off 10mg tiap 2 hari). Steroid

mempunyai efek anti inflamasi dan imunosupresi, menstabilkan fungsi

membran sel serta transport natrium dan kalium sel. Diberikan neurobion 5000

1 x 1 amp untuk terapi adjuvant dan vasodilator berupa flunarizine 3 x 5 mg

bertujuan meningkatkan aliran darah ke koklea dan mencegah hipoksia sehingga

mengurangi keluhan tuli mendadak dan vertigo. Selain itu diberikan erapi

simpomatis berupa diphenhydramine 3 x 1amp diberikan jika keluhan mual dan


muntah asih ada. Dilakukan monitoring berupa keluhan pendengaran, tinitus,

vertigo dan keluhan muntah setiap hari.

Follow up

Tg Subjek Objek Assesment Terapi

l
27 Pusing Tes bisik : tuli berat Tuli Diteruska
berkurang, Tes rinne : +/+ mendadak
Jan muncul Tes weber : telinga n
kadang- lateralisasi ke kiri kanan
kadang Tes schwabah : Vertigo
Muntah (-) memendek/memende
Telinga k
masih terasa
berdenging
dan penuh
28 Audiogram : tuli Tuli
sensori neural kanan mendadak
jan Masih sedang (AD 66,5dB) telinga Diteruska
pusing kanan
sedikit Vertigo n
Keluhan
elinga
berdenging
sudah
29 berkurang,
pendengaran
Jan sudah lebih
baik
KRS
Pusing
sudah tidak
ada

Pendengaran
sudah baik
sejak pagi,
tapi siang
agak kurang
plong
BAB III

KESIMPULAN

Pada laporan kasus ini dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang di dapatkan diagnosis akhir berupa sudden deafness

telinga kanan dengan derajat tuli berat dengan ambang dengar 80dB disertai

dengan vertigo. Setelah dilakukan terapi di Rumah Sakit selama 3 hari dengan

berbagai medikamentosa pasien mengalami perbaikan yang cukup signifikan.

Keluhan vertigo, muntah serta keluhan pada telingan membaik pada hari ketiga.
DAFTAR PUSTAKA

Munilson, J. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak.

Departemen Telinga Hidung Tenggoro Bedah Kepala Leher. Fakultas

Kedokteran Unand/RS. Dr. M. Djamil Padang.

Novita, S & Natali Yuwono. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Tuli mendadak.

CDK-210/ Vol. 40 no. 11.

Anda mungkin juga menyukai