TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posyandu
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis
2006).
Manusia dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya preventif, promotif serta
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan angka kematian Ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB)
2. Tujuan Khusus
kesehatan dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
A. Bagi Masyarakat
dan AKABA
b. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI)
c. Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI)
B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 Kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali
e. Bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif )
j. Ibu hamil mau meriksakan diri secara teratur dan mau melahirkan ditolong
k. Ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) mendapat imunisasi tetanus toxoid
n. Ibu hamil, ibu nifas dan menyusui makan hidangan bergizi lebih banyak saat
sebelum hamil
gizi keluarga
c. Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi
dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang yang cocok
C. Bagi Puskesmas
primer.
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama terkait dengan penurunan AKI,
bayi baru lahir, balita, ibu hami, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS)
meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan
kegiatan :
lain)
tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Fasilitas umum seperti sarana
posyandu
Kebutuhan sarana berupa KMS/Buku KIA, alat timbang (dacin dan sarung).
Pita LILA, obat gizi (kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit), alat bantu
b. Pelaksanaan Posyandu
1. Pendaftraran
- Pendaftaran balita
- Pendaftaran PUS
2. Penimbangan
- Mempersiapkan dacin
3. Pencatatan
- Balita
kejadian yang dialami anak daalam KMS dan menyalin semua data dalam
SIP
- Ibu hamil
hasil penimbangan berat badan dan pengukuran LILA ibu hamil dicatat
- PUS/WUS
4. Penyuluhan
kondisi anak. Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut
- Kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari posyandu, yang
penggalangan dana
gizi keluarga
a. Meja I
b. Meja II
c. Meja III
d. Meja IV
hamil, program keluarga berencana dan pemberian tablet besi dan vit.A)
(Runjati, 2011).
perkembangan yang beragam. Ada sebagian posyandu yang telah mencapai tingkat
perkembangan yang sangat maju, disisi lain masih banyak posyandu yang tinggal
penimbangan kurang dari 8 kali pertahun, kader aktifnya kurang dari 5 orang,
pencapaian cakupan kurang dari 50%, tidak ada program tambahan, serta
pelaksanaan kegitan lebih dari 8 kali pertahun dan jumlah kader rata-rata 5
orang atau lebih, pencapaian 5 cakupan program kurang dari 50%, belum
pertahun dan jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian 5 cakupan
darai 8 kali pertahun dan jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian
5 cakupan program lebih dari 50%, sudah ada program tambahan, serta sudah
3. Cakupan kegiatan.
4. Program tambahan.
5. Dana sehat/JPKM.
Posyandu.
Dari aspek biologis perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme atau
makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia merupakan suatu kegiatan atau
berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti
berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Skinner (1938),
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable)
Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang
bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan
kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini
menyakut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan
faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di
atas dapat berkaitan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu pengetahuan dan
balitanya, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat
dipermudah jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Demikian juga,
perilaku tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah,
Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan
pendukung, pada kunjungan ibu balita ke posyandu juga dipengaruhi oleh faktor
karena jarak posyandu yang jauh, atau fasilitas posyandu yang tidak lengkap.
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu
Demikian juga halnya dengan kunjungan ibu balita ke posyandu selain dukungan dari
posyandu. Menurut Green dan Marshall (2005), yang di kutip Notoatmodjo (2003),
mengatakan Faktor penguat dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap
Reinforcing factors
Enabling factors
Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived
yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain,
dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap
dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
Behavioral Attitude
Beliefs Toward the
Behavior
Control Perceived
beliefs Behavior
Control
1. Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh
individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhada
perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.
pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field
Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT.
keputusan individu.
dilakukannya (normative belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya
untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain
disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang
dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama
sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain (misalnya
perilaku.
perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku
itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia
memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan
oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan
sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia
kehidupannya.
pengalaman sesorang serta faktor-faktor luar orang tersebut (Lingkungan), baik fisik
bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku.
Pengalaman Keyakinan
Fasilitas Keinginan
Perilaku kesehatan
Sosio-budaya Motivasi
Niat
Sikap
1. Pendidikan
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka
yang dikutip oleh Soeryoto (2001), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Dari
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga.
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya
terkait dengan status pekerjaan ibu. Status pekerjaan berhubungan ibu berhubungan
penimbangan di posyandu.
4. Umur Balita
kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur balita, umur 12 hingga 35 bulan
merupakan umur yang paling paling berpengaruh terhadap kunjungan. Pada hasil
5. Jumlah Anak
keluarga yang melebihi sumber daya suatu keluarga, akan menimbulkan berbagai
posyandu.
6. Pengetahuan
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni:
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
Magelang terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan
kunjungan ibu keposyandu. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Paola (2011)
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartaty (2006) di Kelurahan Bara-Bara
Makassar dari penelitian tersebut didapat bahwa tidak ada hubungan anatara
Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: (a) sikap belum
merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku
Allport dalam Notoatmodjo (1993), (b) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari
kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau
terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo (1993) menjelaskan
Fisbein dan Ajzen (1975) dalam Ismail (2008) memberi pengertian bahwa
attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri
seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten,
yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang
diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
Menurut Hartaty (2006) ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu.
terdapat pengaruh antara sikap dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita di
posyandu.
6. Norma Subjektif
Norma subjektif ditentukan oleh dua hal, yaitu : belief seseorang tentang
reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah subjek perlu,
harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku dan motivasi subjek untuk
dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki individu atau kelomok yang
dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau
tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia
seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang
dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang
penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku
yang dimaksud. Significant others yang mungkin memengaruhi ibu untuk melakukan
a. Dukungan Keluarga
penghargaan, informasi nasehat maupun materi yang diterima ibu balita dari anggota
b. Dukungan Kader
seseorang yang berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan
menulis huruf latin, berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki
kemampuan dan waktu luang. Dukungan kader bila dilaksanakan dengan baik akan
keposyandu.
c. Petugas Kesehatan
tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya posyandu.
Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran serta dan dukungan dari petugas
semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat yang bersifat formal dan non
formal yang merupakan kekuatan besar dan mampu menggerakkan masayarak dalam
tiap pembangunan.
posyandu dan menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam
kegiatan posyandu.
acuan yang menunjukkan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang
dalam intensi berperilaku. Acuan atau keyakinan (belief) dapat diakibatkan oleh
pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu
untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak
Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC
dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi.
jumlah kader yang hadir pada saat hari buka posyandu merupakan sumber yang
dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi
beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana
kesehatan termasuk posyandu (Depekes RI, 2008). Jarak yang dimaksud disini adalah
jauh dekatnya jarak dari rumah atau tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan /
posyandu.
kunjungan ibu balita ke posyandu. Berdasarkan hasil penelitian Abdul (2010) di Kota
Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu Balita pada Kegiatan Posyandu
ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor jarak ke rumah ke posyandu. Dari
hasil penelitian Pinardi (2003) menyatakan bahwa jarak posyandu tidak berhubungan
Semarang.
timbang (dacin dan sarung). Pita LILA, obat gizi (kapsul vitamin A, tablet tambah
darah, oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
(Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun
2007 ada tiga alasan rumah tangga (RT) tidak memanfaatkan pelayanan psoyandu
yaitu layanan tidak lengkap, letak jauh dan tidak ada posyandu dan persentase
Bayi yang dibawa ke puskesmas atau posyandu mendapat kartu menuju sehat
atau buku kesehatan ibu dan anak (buku KIA), yang mencatat petumbuhan,
pemberian minum dan makananan, serta imunisasi yang diperoleh. KMS disimpan
oleh ibu untuk memonitor pertumbuhan dan keadaan kesehatan balitanya, tapi tidak
posyandu dan diantara yang datang ke tempat pelayananan kesehatan tidak semua
mendapat KMS (Depkes RI, 2008). KMS digunakan sebagai alat penyuluhan gizi
kepada orang tua berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Depkes RI,
2006). Di Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2007 ada 32% balita tidak
mempunyai KMS, 48% punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkannya dan hanya
18% yang dapat menunjukkannya dan persentase balita yang ibunya dapat
menunjukkan KMS turun seiring naiknya umur anak. Pada penelitian Sambas (2002)
Cianjur.
Menurut Depkes RI (1997) dalam Sambas (2002) jumlah kader aktif adalah
jumlah kader posyandu yang bertugas pada waktu posyandu buka. Dari beberapa
indikator penentu jenjang antar strata posyandu salah satunya adalah jumlah kader.
Kader yang bertugas pada posyandu purnama dan mandiri berjumlah 5 orang yang
bertugas pada meja I sampai meja IV. Posyandu akan mencapai strata posyandu
serta tanggung jawab Kader, PKK, LPM sebagai pengelola mayarakat sebagai
Pinardi (2003) Bahwa jumlah kader mempunyai hubungan dengan kehadiran ibu-ibu
probabiltas lokasi subjektif seseorang yang menghubungkan antara diri orang tersebut
dengan suatu tindakan tertentu. Intensi perilaku manusia dibentuk oleh tiga
komponen, yaitu : sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sikap
Sedangkan norma subjektif terdiri dari sejumlah orang yang dianggap penting
berperilaku dan sejauh mana seseorang mematuhi anjuran dan larangan tersebut.
Attitude
Toward
The Behavior
Perceived
Behavior
Control
Sikap
Norma
Kunjungan Balita
Subjektif Intensi ke Posyandu
Perceived
Behavior
Control