Anda di halaman 1dari 15

36

II. Fungi Arbuskular Mikoriza (FMA) dan Layanan Agrofungsional


Serta Metode Perbanyakan dalam Pot Kultur

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu mycos berarti jamur atau
fungi dan rhizos berarti akar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
mikoriza adalah kelompok jamur yang bersimbiosis dengan tumbuhan
tingkat tinggi khususnya pada sistem perakaran. Pertumbuhan mikoriza
diperngaruhi oleh faktor-faktor karakteristik tanah, kadar aiar tanah, pH
tanah, suhu, bahan organik, cahaya, ketersediaan hara dan logam berat serta
unsur lain seperti fungisida.
Fungi Mikoriza Ambuskural (FMA) adalah sismbiosis mutualisme antara
fungi dengan akar tanaman. Fungi mikoriza terutama fungi mikoriza
ambuskural (FMA) merupakan fungi tanah yang paling dominan baik dalam
hal jumlah maupun fungsinya. FMA merupakan fungi simbion obligat yang
bersimbiosis pada 80% tanamna yang ada di muka bumi. FMA mampu
meningkatkan serapan hara, baik hara makro maupun hara mikro, sehinga
penggunaan FMA dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk mengurangi
dan mengefisiensikan penggunaan pupuk buatan.
Pengolahan tanah menyebabkan rusaknya jaringan hifa sehingga sekresi
yang dihasilkan sangat sedikit. Pemanfaatan fungi mikoriza merupakan
alternatif lain dlam menanggulangi masalah rendanya produktivitas
tanaman. Disamping itu penggunaan fungi mikoriza ini tidak membutuhkan
biaya yang besar.

2. Tujuan Praktikum
Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah acara II bertujuan supaya
mahasiswa mampu melakukan isolasi spora mikoriza dari rhizosfer serta
perbanyakan dalam pot kultur.

36
37

B. Tinjauan Pustaka
1. Tanah Alfisol
Alfisol merupakan tanah yang telah berkembang dengan karakteristik
profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C, yang terbentuk melalui
proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah
dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras. Alfisol
adalah tanah-tanah di daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi
untuk menggerakkan lempung turun ke bawah dan membentuk horison
argilik. Horison argilik merupakan horison atau lapisan tanah yang
terbentuk akibat terjadi akumulasi liat.Alfisol mempunyai kejenuhan basa
tinggi (50%) dan umumnya merupakan tanah subur. Tanah tersebut
umumnya terbentuk di bawah berbagai hutan atau tertutup semak
(Sutarno et al. 2007).
Tanah Alfisol mempunyai keunggulan sifat fisika yang relatif bagus.
Tetapi tanah Alfisol umumnya miskin hara tanaman baik yang makro
maupun mikro dan hanya kaya akan hara Ca dan Mg. Produktivitas lahan
umumnya relatif rendah sebagai akibat kandungan humus yang sudah
sangat rendah. Terutama yang sudah cukup lama dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman pangan Tanah Alfisol di Indonesia sekitar 7 juta hektar
tersebar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara (Ispandi et al. 2004).
Alfisol memiliki ciri penting: (a) perpindahan dan akumulasi liat di
horison B membentuk horison argilik pada kedalaman 23-74 cm, (b)
kemampuan memasok kation basa sedang hingga tinggi yang memberikan
bukti hanya terjadi pelindian/pencucian sedang, (c) tersedianya air cukup
untuk pertumbuhan tanaman selama tiga bulan atau lebih. Alfisol atau
tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang disebabkan oleh
kadar besi yang tinggi disertai kadar humus yang rendah.Warna tanah
Alfisol pada lapisan atas sangat bervariasi dari coklat abu-abu sampai
coklat kemerahan (Tan 2009).

2. Fungi Arbuskular Mikoriza (FMA)


38

Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam


tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut
sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan
dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P). Mikoriza
merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan
dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama
memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Infeksi ini antara lain berupa
pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik, dilain pihak
cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan
keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Hasanudin 2008).
Mikoriza dapat meningkatkan kandungan bahan kering dan serapan
fosfor tanaman kudzu tropika dengan dosis rock phosphate optimum
200 kg/ha P2O5 (meningkatkan efisiensi pemupukan P). Perlu dikaji
pemberian bahan organik berupa jerami padi yang telah matang dan atau
jenis lain, sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan
pertumbuan tanaman kudzu tropika. Kemampuan tanaman menerima fosfat
sangat dibantu oleh tambahan permukaan penyerapan yang disediakan oleh
hifa eksternal dari mikoriza (Indriani et al. 2006).
Inokulan FMA memiliki kemampuan yang spesifik terhadap jenis semai
tanaman hutan maupun terhadap bagian dari tanaman yang terstimulasi
pertumbuhannya. Terjadinya peningkatan pertumbuhan tinggi yang lebih
besar dengan inokulan FMA dibandingkan dengan pertumbuhan diameter,
diduga didorong oleh karakter fisiologi tanaman hutan yang cenderung
melakukan pertumbuhan primer (tinggi) pada awal pertumbuhannya
(Setyaningsih 2011).
Mikoriza vesikular arbuskular (MVA) merupakan salah satu kelompok
fungi yang bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman tingkat tinggi.
Keberadaan MVA yang bersimbiosis dengan akar tanaman tingkat tinggi
diyakini dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini disebabkan
mekanisme perpanjangan akar tanaman dengan bantuan hifa fungi sehingga
memperluas jangkauan perakaran tanaman dalam menyerap hara dan air.
39

Keberadaan MVA dalam tanah sangat penting untuk mengurangi pengaruh


buruk pada tanaman akibat perubahan iklim mikro dan perubahan reaksi
tanah serta kandungan bahan organik tanah. penurunan populasi MVA dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Keberhasilan
simbiosis MVA bergantung pada kondisi tanah, tanaman, dan fungi
pembentuk asosiasi (Setiadi dan Setiawan 2009).

3. Metode Perbanyakan dalam Pot Kultur


Tanah yang telah diayak halus dicampur dengan pasir halus dengan
perbandingan 3 : 1. Hasil pencampuran ini ditambah air sampai lembab,
kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 12 x 17 cm. Setiap
polybag diisi 20 gram masing-masing spesies FMA sesuai dengan perlakuan
yang telah ditentukan. Perlakuan kontrol tidak diaplikasikan FMA.
Kemudian semai-semai kemiri (A. moluccana (L.) Willd.) tersebut ditanam
dalam polybag. Selanjutnya polybag-polybag yang berisi semai kemiri
tersebut diletakkan di areal pembibitan secara acak lengkap. Semai disiram
setiap hari sekali. Penyiangan dan pemberantasan hama/penyakit dilakukan
sesuai keperluan atau kondisi tanaman. Semai-semai kemiri dalam polybag
tersebut dipelihara selama 8 (delapan) minggu (Ristiyanti et al. 2014).
Tahap stressing adalah suatu tahapan yang berupa usaha untuk
menghambat atau menekan pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi
tertentu. Tujuannya yaitu untuk memacu MVA membentuk struktur tahan
berupa spora. Spora inilah nantinya yang dapat dipanen dan menjadi sumber
inokulum (starter mikoriza). Usaha-usaha stressing yang dapat dilakukan
adalah penghentian penyiraman setelah selama 2 bulan tanaman inang
dipelihara dengan sesekali dilakukan penyiraman, maka pada bulan ketiga
dilakukan stressing dengan menghentikan proses penyiraman selama 1
(satu) bulan. Dalam kondisi seperti ini secara otomatis akar tanaman inang
akan berusaha keras untuk mendapatkan air. Pada saat inilah simbiosis
antara MVA dan akar tanaman inang berjalan optimal. Hifa-hifa MVA akan
tumbuh memanjang untuk membantu akar tanaman inang mencari sumber
air (Delvian 2006).
40

Mikoriza yang digunakan adalah Glomus fasciculatum dalam bentuk


inokulum campuran dengan kerapatan spora 5 spora/gram. Benih kacang
tanah dan mikoriza dimasukkan ke dalam polybag yang telah berisi media
tanam steril sebanyak 3 kg. Masing-masing polybag berisi satu benih
kacang tanah. Benih yang dipilih berukuran besar, serta bebas dari
kerusakan mekanis dan kerusakan karena hama ataupun penyakit
berdasarkan pengamatan visual. Benih dan mikoriza diinokulasikan secara
bersamaan pada media tanam dengan cara diletakkan di dalam lubang
dengan kedalaman 23 cm menggunakan sekop kecil. Lubang tersebut
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Semua media tanam yang telah
diberi perlakuan mikoriza selanjutnya ditambahkan pupuk dasar NPK
sebanyak 1 gram/polybag (Prasasti 2013).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
41

Praktikum Acara II yang berjudul Fungsi Arbuskular Mikoriza (FMA)


dan Layanan Agrofungsional Serta Metode Perbanyakan dalam Pot Kultur
dilaksanakan pada tanggal 14 November 2015 di Laboratorium Biologi dan
Bioteknologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat
a. Isolasi
1) Gelas air mineral
2) Saringan kasar dan halus (spora), 3 tingkat saringan (250, micron, 60
mikron, dan 90 mikron)
3) Cawan petri
4) Mikroskop
5) Pipet kecil
6) Gelas piala
7) Deglass dan kaca preparat
b. Kultur Pot
1) Pot plastik kapasitas 250cc
2) Oven
3) Autoclave
4) Saringan
3. Bahan
a. Isolasi
1) Contoh tanah di sekitar perakaran tanaman
2) Aquadest
b. Kultur Pot
1) Media kultur pot bias berupa tanah berpasir, pasir atau zeolit
2) Benih jagung (Zea mays L.)
3) Starter inokulum FMA

4. Cara Kerja
a. Isolasi
42

1) Mencampur contoh tanah (25 gram) dengan air (100 ml)/


(perbandingan tanah:air 1:5-10) alam gelas piala, kemudian aduk
rata dan biar beberapa detik agar partikel kasar mengendap.
2) Menuang cairan (didekantasi) melalui saringan kasar (25 mikron)
untuk memisahkan partikel kasar. Tampung cairan yang melewati
saringan pertama. Cuci saringan dengan air mengalir, jangan
menggunakan tangan atau benda lain karena dapat merubah ukuran
saringan.
3) Menyaring kembali hasil tampungan dari saringan kedua dengan
ukuran saringan yang lebih halus (90 mikron). Tamping hasil
saringan kedua dan cuci saringan dengan air mengalir.
4) Menyaring hasil saringan kedua untuk terakhir kali dengan saringan
paling halus (60 mikron). Pindahkan sisa yang tertinggal pada
saringan dalam cawan petri (+4 petri). Cara : balik saringan, semprot
pada bagian yang terdapat terserah yang tertinggal dengan air dan
taruh cawan petri di bawah saringan.
5) Mengamati hasil saringan pada cawan petri di bawah mikroskop
binokuler, pisahkan spora dari seresah organic dan hitung jumlah
sporanya.
b. Kultur Pot
1) Menyiapkan media kultur pot bias berupa tanah berpasir, pasir atau
ziolit. Media ini disaring, dicuci, dan distrelisasikan dengan oven
atau autoclave selama 3 hari berturut-turut. Media disiapkan dalam
pot-pot plastic ukuran 2500cc
2) Benih sorgum dan jagung dikecambahkan dalam bak kecambah.
3) Media yang telah disiapkan dibasahi dan dibuat koakan kurang lebih
lebar 2cm dan dalam 3cm. starter inokulum FMA (spora 50 100
spora/pot atau kultur tersedia sebanyak 5-10 g/pot) dimasukan dalam
koakan tersebut.
4) Diatas inokulum ditanam kecambah sorgum atau 1 kecambah jagung
5) Kultur dipelihara dengan penambahan air secukupnya setiap hari,
hindari jangan sampai tergenang. Pemupukan dilakukan dengan
pemberian larutan jonson sesuai petunjuk. Pemberian pupuk
dihentikan setelah tanaman berumur 2.5 bulan
43

6) Pada saat tanaman mulai berbunga, penyiraman dihentikan dan


tanaman dipotonh akar serta inokulum dipanen
7) Pemanenan hanya dilakukan setelah media sudah benar-benar
kering, dan inokulum dapan disimpan dalam kantong plastic dan
dismpan dalam tempat kering.
8) Mencatat sususan larutan hari jonshon dan petunjuk penggunaan

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1.1 Populasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)/ 100 gr tanah
gambut
Gambar Jumlah Jumlah Warna
Keragaman populasi / Spora
44

100gr
2 289 Kuning,
kecoklatan
dan hitam

Sumber : Data Rekapan


2. Pembahasan
Mikoriza adalah kelompok jamur yang bersimbiosis dengan
tanaman tingkat tinggi khususnya pada sistem perakaran Mikoriza sangat
penting untuk nutrisi mineral dari banyak tanaman karena hifa benang
jamur dapat memanfaatkan tanah lebih luas daripada akar tanaman, dan
dengan demikian asosiasi mikoriza sangat meningkatkan penyerapan
mineral dan air. Biasanya, mikoriza memasok mineral jamur untuk
tanaman inang mereka, yang membalas dengan menyediakan karbohidrat
untuk rekan jamur mereka, tetapi ada beberapa pengecualian. Pada
anggrek, dan beberapa tanaman bebas klorofil-dalam urutan Ericales,
aliran karbon dibalik, dan jamur mikoriza memasok tanaman dengan
karbon organik yang berasal dari materi tanaman mati atau dari tetangga
tanaman yang hidup.
Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan asosiasi antara cendawan
tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang
komplek. Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada
di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain
disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar.
Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Pospat (P).
Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik
antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman
sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain
berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik.
45

Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya


(karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang. Mikoriza
berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh
tanaman. Selain itu, tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan
terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah
Glomus dan Gigaspora
Spora mikoriza yang berhasil didapat adalah dengan menggunakan
teknik mengisolasi mikoriza dari tanah rhizosfer dengan menggunakan
saringan bertingkat. Setelah disaring, sisa yang tertinggal dipindahkan ke
petridish dengan menyemprot menggunakan aquades. Spora mikoriza yang
terlihat berwarna kemerahan dengan gelembung di tengah. Menurut
Rahayu et al. (2013), peranan mikoriza sangat penting terutama dalam hal
konservasi siklus nutrisi, membantu memperbaiki struktur tanah,
transportasi karbon di sistem perakaran, mengatasi degradasi kesuburan
tanah serta melindungi tanaman dari penyakit, juga sebagai agen
fitoremediasi.
Subekti et al. (2008), mengatakan Jagung (Zea mays L) adalah
tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang
mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya
cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang
jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku,
berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah
pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung
merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat
inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran,
dan suhu.
Menurut Syafruddin (2002), perkembangan akar jagung
(kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan
tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar
jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman
aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong
dan tidak mempunyai bulu-bulu akar.
46

Sistem perakaran jagung menurut Subekti et al. (2008), Jagung


mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal,
(b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar
seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil,
kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan
dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah.
Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya
sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar
adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap
tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan
hara dan air.
Endomikoriza adalah jamur yang hifanya dapat menembus akar
sampai bagian korteks. Misalnya yang terjadi pada tanaman anggrek,
sayuran (kol), dan pada berbagai jenis tumbuhan tinkat tinggi.
Endomikoriza penting untuk beberapa jenis tanaman polongan karena
dapat merangsang pertumbuhan bintil akar. Bintil akar dapat bersimbiotis
dengan Rhizobium sehingga mempercepat fiksasi nitrogen.

Ektomikoriza adalah jamur yang hifanya hanya sampai pada


bagian epidermis akar pertumbuhan atau tidak sampai menembus ke dalam
korteks akar. Dengan adanya ektomikoriza, akar tumbuhan tidak begitu
memerlukan bulu akar. Tumbuhan tumbuhan tersebut dapat memperoleh
air dan unsur-unsur hara dari tanah dalam jumlah yang lebih banyak.
47

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Mikoriza terdapat di sekitar perakaran atau daerah rhizosfer tanaman,
khususnya tanaman jagung.
b. Ragam mikoriza yang di dapat pada praktikum ini sebanyak 2 dengan
jumlah populasi sebanyak 289 dan warna spora nya antar lain; kuning,
hitam dan kecoklatan
48

c. Mikoriza yang ditanam dalam kultur pot, dapat menginfeksi akar


tanaman jagung dan membantu dalam penyerapan unsur hara yaitu
Fosfor (P).
2. Saran
a. Co-Asissten diharapkan dapat mendampingi praktikan secara langsung,
sehingga praktikan tidak kebingungan.
b. Dalam koordinasi antar Co-Assissten dan praktikan lebih ditingkatkan,
agar tidak salah komunikas

d.
49

DAFTAR PUSTAKA

Delvian 2006. Optimalisasi Daya Tumbuh Tanaman terhadap Daya Dukung


Perkembangbiakan Jamur Mikoriza. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.
Hasanudin 2008. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P serta Hasil
Tanaan Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza Azotobactor dan Bahan Organik
pada Ultisol. ISSN 1411-0062. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, Vol 5;
hal 83-89.
Indriani NP, Mansyur, Susilawati I dan Khairani L. 2006. Pengaruh Pemberian
Bahan Organik, Mikoriza, dan Batuan Fosfat terhadap Produksi, Serapan
Fosfor pada Tanaman Kudzu Tropika (Pueraria Phaseoloides Benth). Jurnal
Ilmu Ternak Vol 6(2): 158-162.
Ispandi, Anwar dan Abdul Munip. 2004. Efektivitas Pupuk Pk Dan Frekuensi
Pemberian Pupuk K Dalam Meningkatkan Serapan Hara Dan Produksi
Kacangtanah Di Lahan Kering Alfisol. Jurnal Ilmu Pertanian. Balitkabi
Malang. Vol. 11 No. 2 : 11-24
Prasasti OH, Purwani KI dan Nurhatika S. 2013. Pengaruh Mikoriza Glomus
fasciculatum Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang Tanah yang
Terinfeksi Patogen Sclerotium rolfsii. Jurnal Sains dan Semi Pomits Vol 2(2):
74-78.
Rahayu, Novi., dan Ade Kusuma Akbar. 2013. Pemanfaatan Mikoriza dan Bahan
Organik Dalam Rangka Reklamasi Lahan Pasca Penambangan. Karya Tulis
Ilmiah. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak
Ristiyanti, Yusran dan Rahmawati. 2014. Pengaruh Beberapa Spesies Fungi
Mikoriza Arbuskular Pada Media Tanah Dengan pH Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Semai Kemiri (Aleurites Moluccana (L.) Willd.). Warta Rimba
Vol2(2): 117-124.
Setiadi, Y. dan Setiawan, A. 2011. Studi Status Fungi Mikoriza Arbuskula di Areal
Rehabilitasi Pasca Penambangan Nikel. (Studi Kasus PT INCO Tbk.
Sorowako, Sulawesi Selatan). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(1) : 88 95.
Setyaningsih, L. 2011. Efektivitas Inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap
Pertumbuhan Semai Tanaman Hutan. Jurnal Sains. 1(2) : 119 125.
Subekti NA, Syafruddin, Efendi R dan Sunarti S. 2008. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros: 16-28.
Sutarno, Ita dan Khairani. 2007. Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik
Terhadap Ketersediaan Nitrogen Pada Alfisols Jumantono Dan Serapannya
Oleh Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. saccharata). Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sains Tanah
Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi Vol 7(2).
50

Syafruddin. 2002. Tolok Ukur Dan Konsentrasi Al Untuk Penapisan Tanaman


Jagung Terhadap Ketenggangan Al. Berita Puslitbangtan. 24: 3-4.
Tan, K.H. 2009. Environmental soil science. New York : Marcel Dekker.

Anda mungkin juga menyukai