I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
II. PEMBAHASAN
A. Pengamatan Kualitatif
1. Dinamika Tinggi Tanaman
Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
20
15
10
0
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
S1 S2 S3 S4 S5
Pembahasan:
Praktikum kali ini setiap kelompok menanam tanaman Kedela yang
diberikan perlakuan berbeda-beda. Kelompok 1A perlakuan kontrol tanpa
pupuk, kelompok 1B perlakuan pupuk kompos 20 ton/ha, kelompok 1C
perlakuan Urea 25 kg/ha, kelompok 1D perlakuan Urea 50 kg/ha, kelompok 1E
perlakuan Urea 75 kg/ha, kelompok 1F perlakuan Urea 25 kg/ha dan 25 kg SP36,
dan kelompok terakhir 1G perlakuan Urea 25 kg/ha ditambah 25 kg SP36 dan
KCl. Tanaman Kedelai merupakan golongan leguminase atau tanaman kacang-
kacangan. Menurut Andrianto dan Indarto (2014) Pada akar akar cabang
kedelai terdapat bintil bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang
kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah. Sehingga pertumbuhan
kedelai akan optimum jika ketersedian N mencukupi. Pemberian pupuk
merupakan salah satu solusi untuk mencukupi ketersediaan N bagi tanaman.
Menurut Suhartono (2012) Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen
(N) berkadar tinggi . Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Unsur nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pupuk urea mengandung 46% nitrogen
(N), bersifat sangat higroskopis. Sangat mudah larut dalam air dan bereaksi
cepat, juga mudah menguap dalam bentuk ammonia. Hasil dari pemberian
perlakuan yang berbeda-beda untuk pertumbuhan tanaman tidak memberikan
perbedaan yang signifikan.
Selain faktor nutrisi ada banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan kedelai. Menurut Sumarno dkk (2007), komponen lingkungan
menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai yang biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 500 mdpl sehingga tanaman kedelai
sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara
100 - 200 mm/bulan dengan suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara
5
2134oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 2327oC
(Prihatman 2013). Tanaman kedelai kelompok 1C mengalami pertumbuhan yang
cukup baik setiap minggunya, hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan tinggi
tanaman setiap minggunya. Pada minggu terakhir didapatkan nilai tinggi
tanaman berurut dari sampel 1 sampai sampel 5 sebesar 29, 37, 34, 28, 23.
2. Dinamika Biomassa Tanaman
Tabel 2 Hasil Pengukuran Biomassa Tanaman (Glycine max)
Biomassa Tanaman
Kelompok Rata-rata Berat Brangkasan (gr)
1A 5,720
1B 9,591
1C 4,343
1D 11,430
1E 7,799
1F 7,510
1G 5,470
12
10
8
6
4
2
0
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
Pembahasan:
Setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap hasil brangkasan kering
tanaman yang berbeda-beda. Brangkasan paling berat sebesar 11,430gr yaitu
tanaman dengan perlakuan D Urea sebanyak 50 kg/ha. Berat teringan yaitu
4,343gr dengan perlakuan C Urea sebanyak 25 kg/ha. Berikut perbandingan
setiap perlakuan terhadap berat brangkasan kering tanaman: Perlakuan A
5,720gr; B 9,591gr; C 4,343gr; D 11,430gr; E 7,799gr ; F 7,510gr; G 5,470gr.
Perlakuan dosis pupuk berpengaruh terhadap berat brangkasan kering tanaman.
Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan akan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rizqiani et al (2007) bahwa semakin
tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima
oleh tanaman akan semakin tinggi sehingga pertumbuhan akan meningkat.
Menurut Parman (2007) senyawa-senyawa hasil fotosintesis disimpan dalam
bentuk senyawa organik yang kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk
pertumbuhan tanaman.
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam
ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Menurut
Brown (2007) Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka
biomassa diukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per
m2 atau ton per ha. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan ini
mengikat karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubahnya menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Menurut Zebua (2008) Energi matahari yang
diubah menjadi energi kimia oleh tumbuh-tumbuhan hijau ini digunakan untuk
membentuk bahan-bahan organik, yang semakin lama semakin tinggi kadar
energinya.
Perlakuan C mendapatkan hasil terendah karena terjadi human error pada saat
pengeringan angin, tanaman kedelai hilang terbawa angin sehingga yang tersisa
hanya sedikit dan berpengaruh terhadap berat brangkasan kering tanaman.
7
E 0,000003 Tinggi
F 0,0000029 Sedang
G
Ppm Absorbansi
0 0
250 0.291
Hasil Penembakan
0.35
0.3 y = 0.0012x
R = 1
0.25
Hasil Penembakan
Axis Title
0.2
0.05
0
0 100 200 300
sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan bahan
organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan
mineral tanah (Sutanto 2015).
Pengamatan analisis bahan organik dilakukan dengan prinsip oksidasi C
dari bahan organik pada saat berada dalam suasana asam yang dilakukan
dengan menggunakan H2SO4 pekat dan K2Cr2O7 yang berfungsi untuk
mengoksidasi C dari BO. Berdasarkan hasil analisis, kadar C sebesar
0,000002 dan kadar bahan organik tanah perlakuan kelompok 1C sebesar
0,55174215%. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kandungan
bahan organik pada tanah dengan perlakuan C (Urea 25 kg) tergolong sangat
rendah. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan
organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Pemberian pupuk ternyata sangat berpengaruh
terhadap ketersediaannya bahan organik dalam menambah pertumbuhan
tanaman, dapat dilihat pada perlakuan 1A memiliki kadar bahan organik yang
sangat rendah, hal ini disebabkan tidak diberikannya input berupa pemberian
pupuk. Hal tersebut juga berdampak pada pemiskinan hara di lahan yang
miskin atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan
pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai. Termasuk dalam
praktikun ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari
penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi
melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik
dalam tanah.
Menurut Juanda (2013), kandungan bahan organik tinggi menyebabkan
banyaknya pori-pori tanah. Dengan penurunan kandungan bahan organik
tanah maka berakibat kurang terikatnya butir-butir primer menjadi agregat
oleh bahan organik sehingga porositas tanah menurun, penurunan porositas
11
tersebut sesuai dengan teori karena pada lahan tersebut dilakukan pemupukan
urea, dimana dalam pupuk tersebut mengandung sekitar 46% Nitrogen.
Nitrogen berguna untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang
lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, serta dapat meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.
c. P-Tersedia
Tabel 8 Hasil analisis P Tersedia
Ppm Absorbansi
0 0.047
0.2 0.085
0.4 0.163
0.6 0.226
0.8 0.344
1 0.781
HASIL PENEMBAKAN
1
0.8
y = 0.6443x - 0.0478 HASIL PENEMBAKAN
0.6
R = 0.7987
0.4
Linear (HASIL
0.2 PENEMBAKAN)
0
-0.2 0 0.5 1 1.5
1A 2,384893
1B 0,285
1C 2,37558
1D 2,57365
1E 2,33553199
1F 0,559405
1G
Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.12
5 0.23
0.75 0.33
1 0.42
HASIL PENEMBAKAN
0.45
0.4
0.35
0.3
Axis Title
Pembahasan:
Unsur K (Kalium) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit) dan bahan organik sisa tanaman. Unsur K
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua
setelah hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama
dengan N. K tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi
bentuknya semata ionik, K+ berada dalam larutan atau terikat oleh muatan
negatif dari permukaan jaringan. Fungsi utama K adalah mengaktifkan enzim-
enzim dan menjaga air sel. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile
(mudah bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau
terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi pupuk K
biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara pemberian 2-3 kali
dalam satu musim tanam. Kalium / Potasium (K) Potasium adalah salah satu
dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensial, yang lainnya adalah fosfor dan
nitrogen dan merupakan satu dari 17 unsur kimia yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, serta sering dianggap sebagai
regulator, karena bergabung dengan 60 sistem enzim yang bekerja pada
tanaman (CPHA 2013). Potasium membantu tanaman untuk tahan terhadap
pengaruh suhu dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit.
Berdarkan hasil pengamatan diketahui pada petak perlakuan 1C diperoleh
K tersedia sebesar 2,37558%. Perlakuan dengan K tersedia tanah yang paling
rendah adalah pada petak 1B dengan perlakuan pupuk kompos 20 ton/ha. Hal
tersebut disebabkan karena kekurangan unsur K atau unsur K hilang/terikat
oleh unsur lain.
2. Analisis Jaringan
a. N Jaringan Tanaman
Tabel 12 N Jaringan Tanaman (%)
1A 16,00373134
1B 7,535137219
1C 5,046941151
1D 11,10561798
1E 12,50264786
1F 4,2336
1G
Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.131
5 0.258
7.5 0.367
10 0.429
12.5 0.595
15 0.785
HASIL PENEMBAKAN
1
0.4
Linear (HASIL
0.2 PENEMBAKAN)
0
0 5 10 15 20
-0.2
Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.12
5 0.23
0.75 0.33
1 0.42
HASIL PENEMBAKAN
0.45
0.4
0.35
0.3
Axis Title
Pembahasan:
Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong
unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman,
maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma.
Kalium pupuk buatan dan mineral-mineral tanah seperti feldspar, mika dan
lain-lain. Secara umum fungsi Kalium bagi tanaman, antara lain: membentuk
dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein,
mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel
terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem,
mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegaknya batang sehingga
tanaman tidak mudah roboh, mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak
langsung, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, membuat biji
tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas buah karena
bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik, membuat tanaman menjadi lebih
tahan terhadap hama dan penyakit, dan membantu perkembangan akar
tanaman. Kekurangan Kalium pada tanaman menyebabkan turgor tanaman
menjadi berkurang sehingga sel tanaman menjadi lemah.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai K jaringan tanaman sebesar
0,011921 yang menunjukkan kadar K jaringan pada tanaman amatan cukup
tinggi. Tingginya kadar K jaringan tanaman dipengaruhi faktor-faktor antara
lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat
unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi
dan limbah industri.
21
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2014. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut,
Yogyakarta.
Brown, S. 2007. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.A
Primer.FAO. Forestry Paper No. 134. F AO, USA
CPHA. 2013 Plant nutrientsPotassium. Natural Resources Fact Sheet, California
Foundation for Agriculture
Duan YH, YL Zhang, LY Ye, XR Fan, GH Xu, QR Shen. 2007. Responses of rice
cultivars with different nitrogen use efficiency to partial nitrate nutrition. Ann
Bot 99: 11531160.
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press
Juanda, D. J. S. 2013. J. I. Tanah Lingk. 4 (1) : 25-31
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2014. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Lingga, P. dan Marsono. 2010. Petunjuk penggunaan pupuk. Gramedia. Jakarta.
Nugroho, P. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Parman S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organic Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi Dan Fisiologi.
17(2):21-31
Prihatman, K. 2013. Kedelai (Glycine max L). Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Rizqiani NF, Ambarwati E, Yuwono NW. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis
(Phaseolus vulgaris L) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
7(1):43-53
Rosmarkam A & Yuwono. 2012. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Suhartono. 2012. Potensi cendawan endofit sebagai agens pengendali hayati
Phytophthora palmivora (Butl.) Butl. penyebab busuk buah kakao. Jurnal
Agronomi Indonesia, 40, 146152.
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim. 2007. Kedelai: Teknik
produksi dan pengembangannya. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sutanto R. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Sutomo, S. 2014. Analisa data konversi dan prediksi kebutuan lahan. hlm. 135-149
dalam Hasil Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan
23