Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara


yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan repoduksinya.
Unsur hara diserap tanaman dalam bentuk nutrisi melalui akar tanaman. Nutrisi
dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien, sedangkan nutrien dapat
diartikan sebagai zat - zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup tanaman
berupa mineral dan air. Setiap tanaman memerlukan unsur hara yang berbeda, maka
dari itu diperlukan adanya praktikum untuk mengetahui besarnya pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu unsur. Menurut Sutomo (2014) Unsur tersebut harus terdapat
dan tersedia dalam tanah, terutama pada butir liat dan air tanah yang tersedia pada
pori mikro atau pori kapiler. Selain itu, udara tanah yang harus terdapat dan tersedia
pada pori mikro atau pori aerasi tanah.
Dalam mata kuliah ini selain materi teori yang diberikan oleh dosen di dalam
kelas juga disertai kegiatan praktikum di laboratorium maupun di lapangan.
Perkuliahan diberikan untuk memberi pemahaman dasar pada mahasiswa,
sedangkan praktikum dilakukan untuk membuktikan teori yang didapat saat
perkuliahan. Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu
unsur maka setiap kelompok diberikan perlakuan penggunaan pupuk yang berbeda-
beda. Praktikum ini menggunakan pupuk kompos, urea, SP36, dan KCl. Menurut
Nugroho (2012) Beberapa kegunaan kompos adalah: (1) Memperbaharui struktur
tanah (2) Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah pesisir (3) Meningkatkan
daya tahan dan daya serap air (4) Memperbaharui drainase dan pori-pori dalam
tanah (5) Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
2

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari diadakannya praktikum Kesuburan Tanah ini, yaitu:


1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengolahan
terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.
3

II. PEMBAHASAN

A. Pengamatan Kualitatif
1. Dinamika Tinggi Tanaman
Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)

Tinggi Tanaman (cm)


Nomor
Kelompok
Sampel
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
S1 18,25 20,875 17,25 19,5 19.625 22,375 17,875
S2 18,875 16,625 19 19,5 19.5 18,875 17
S3 17,75 19,5 18,375 19,375 20.375 18,5 19,5
S4 19,875 16,25 19,125 16,75 17.75 17,875 19
S5 18,5 19,375 15,25 19,75 19.375 19,25 17,75
0,7974 1,9988 1,6071 1,2512 0,9625 1,7522 1,0093
SD
57 28 13 49 81 31 31
Sumber : Data Rekapan

Dinamika Tinggi Tanaman (cm)


25
Tinggi Tanaman (cm)

20

15

10

0
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
S1 S2 S3 S4 S5

Gambar 1 Histogram Dinamika Tinggi Tanaman


4

Pembahasan:
Praktikum kali ini setiap kelompok menanam tanaman Kedela yang
diberikan perlakuan berbeda-beda. Kelompok 1A perlakuan kontrol tanpa
pupuk, kelompok 1B perlakuan pupuk kompos 20 ton/ha, kelompok 1C
perlakuan Urea 25 kg/ha, kelompok 1D perlakuan Urea 50 kg/ha, kelompok 1E
perlakuan Urea 75 kg/ha, kelompok 1F perlakuan Urea 25 kg/ha dan 25 kg SP36,
dan kelompok terakhir 1G perlakuan Urea 25 kg/ha ditambah 25 kg SP36 dan
KCl. Tanaman Kedelai merupakan golongan leguminase atau tanaman kacang-
kacangan. Menurut Andrianto dan Indarto (2014) Pada akar akar cabang
kedelai terdapat bintil bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang
kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah. Sehingga pertumbuhan
kedelai akan optimum jika ketersedian N mencukupi. Pemberian pupuk
merupakan salah satu solusi untuk mencukupi ketersediaan N bagi tanaman.
Menurut Suhartono (2012) Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen
(N) berkadar tinggi . Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Unsur nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pupuk urea mengandung 46% nitrogen
(N), bersifat sangat higroskopis. Sangat mudah larut dalam air dan bereaksi
cepat, juga mudah menguap dalam bentuk ammonia. Hasil dari pemberian
perlakuan yang berbeda-beda untuk pertumbuhan tanaman tidak memberikan
perbedaan yang signifikan.
Selain faktor nutrisi ada banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan kedelai. Menurut Sumarno dkk (2007), komponen lingkungan
menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai yang biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 500 mdpl sehingga tanaman kedelai
sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara
100 - 200 mm/bulan dengan suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara
5

2134oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 2327oC
(Prihatman 2013). Tanaman kedelai kelompok 1C mengalami pertumbuhan yang
cukup baik setiap minggunya, hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan tinggi
tanaman setiap minggunya. Pada minggu terakhir didapatkan nilai tinggi
tanaman berurut dari sampel 1 sampai sampel 5 sebesar 29, 37, 34, 28, 23.
2. Dinamika Biomassa Tanaman
Tabel 2 Hasil Pengukuran Biomassa Tanaman (Glycine max)

Biomassa Tanaman
Kelompok Rata-rata Berat Brangkasan (gr)
1A 5,720
1B 9,591
1C 4,343
1D 11,430
1E 7,799
1F 7,510
1G 5,470

Sumber : Data Rekapan

Biomassa Tanaman (gr)


14
Berat Brangkasan kering (gr)

12
10
8
6
4
2
0
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G

Gambar 2 Histogram Biomassa Tanaman


6

Pembahasan:
Setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap hasil brangkasan kering
tanaman yang berbeda-beda. Brangkasan paling berat sebesar 11,430gr yaitu
tanaman dengan perlakuan D Urea sebanyak 50 kg/ha. Berat teringan yaitu
4,343gr dengan perlakuan C Urea sebanyak 25 kg/ha. Berikut perbandingan
setiap perlakuan terhadap berat brangkasan kering tanaman: Perlakuan A
5,720gr; B 9,591gr; C 4,343gr; D 11,430gr; E 7,799gr ; F 7,510gr; G 5,470gr.
Perlakuan dosis pupuk berpengaruh terhadap berat brangkasan kering tanaman.
Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan akan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rizqiani et al (2007) bahwa semakin
tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima
oleh tanaman akan semakin tinggi sehingga pertumbuhan akan meningkat.
Menurut Parman (2007) senyawa-senyawa hasil fotosintesis disimpan dalam
bentuk senyawa organik yang kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk
pertumbuhan tanaman.
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam
ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Menurut
Brown (2007) Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka
biomassa diukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per
m2 atau ton per ha. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan ini
mengikat karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubahnya menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Menurut Zebua (2008) Energi matahari yang
diubah menjadi energi kimia oleh tumbuh-tumbuhan hijau ini digunakan untuk
membentuk bahan-bahan organik, yang semakin lama semakin tinggi kadar
energinya.
Perlakuan C mendapatkan hasil terendah karena terjadi human error pada saat
pengeringan angin, tanaman kedelai hilang terbawa angin sehingga yang tersisa
hanya sedikit dan berpengaruh terhadap berat brangkasan kering tanaman.
7

Seharusnya pemeberian Urea yang banyak terhadap tanaman akan memberikan


dampak pertumbuhan yang baik karena didalam pupuk Urea terdapat kandungan
unsur N yang tinggi. Menurut Duan et al (2007) Nitrogen (N) merupakan unsur
hara yang paling penting. Kebutuhan tanaman akan N lebih tinggi dibandingkan
dengan unsur hara lainnya, selain itu N merupakan faktor pembatas bagi
produktivitas tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2010) Kekahatan atau
defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan
akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein
menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan
meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Urea dibuat dari gas amoniak dan
gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan
kandungan N sebanyak 46%.
3. Produksi Polong,
Tabel 3 Produksi Polong (gr)

Produksi Polong (gr)


Nomor
Kelompok
Sampel
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
S1 16,125 10,856 6,654
S2 13,729 12,853 10,514
S3 7,787 10,753 9,459

Sumber: Data Rekapan


8

Tabel 4 Jumlah Cabang Yang Menghasilkan Polong

Jumlah cabang yang menghasilkan polong


Nomor
Kelompok
Sampel
1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G
S1 32 15 11
S2 18 21 16
S3 11 17 15

Sumber: Data Rekapan


Dibuat histogram (HISTOGRAM MELIPUTI HISTOGRAM
PRODUKSI POLONG DAN JUMLAH CABANG YANG
MENGHASILKAN POLONG)
HISTOGRAM MENGGUNAKAN CLUSTERED
COLOUMN , MENGGUNAKAN DATA MASING-
MASING KELAS SAJA
DATA YANG DIGUNAKAN YAITU DATA DARI 3
TANAMAN SAMPEL.
MUNCULKAN EROR BAR DENGAN MENGHITUNG
STANDAR DEVIASI (MENGGUNAKAN EXCEL)
Bahas produksi polong masing-masing kelompok (Minimal 2 Sitasi)
B. Pengamatan Kuantitatif
1. Analisis Tanah
a. Bahan Organik
Tabel 5 Hasil Analisis BO

Perlakuan Bahan Organik (%) Harkat


A 0,000002 Sangat Tinggi
B 0,0000035 Sedang
C 0,55174215 Sedang
D 0,0000035 Tinggi
9

E 0,000003 Tinggi
F 0,0000029 Sedang
G

Sumber : Data Rekapan


Tabel 6 Hasil penembakan larutan standar kadar C dan BO

Ppm Absorbansi
0 0
250 0.291

Sumber : Data Rekapan

Hasil Penembakan
0.35

0.3 y = 0.0012x
R = 1
0.25

Hasil Penembakan
Axis Title

0.2

0.15 Linear (Hasil


Penembakan)
0.1

0.05

0
0 100 200 300

Gambar 5 Grafik Regresi Kadar C dan BO


Pembahasan:
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi,
baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik
hasil mineralisasi (Hanafiah 2014). Bahan organik tanah terbentuk dari jasad
hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup
dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil
10

sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan bahan
organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan
mineral tanah (Sutanto 2015).
Pengamatan analisis bahan organik dilakukan dengan prinsip oksidasi C
dari bahan organik pada saat berada dalam suasana asam yang dilakukan
dengan menggunakan H2SO4 pekat dan K2Cr2O7 yang berfungsi untuk
mengoksidasi C dari BO. Berdasarkan hasil analisis, kadar C sebesar
0,000002 dan kadar bahan organik tanah perlakuan kelompok 1C sebesar
0,55174215%. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kandungan
bahan organik pada tanah dengan perlakuan C (Urea 25 kg) tergolong sangat
rendah. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan
organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Pemberian pupuk ternyata sangat berpengaruh
terhadap ketersediaannya bahan organik dalam menambah pertumbuhan
tanaman, dapat dilihat pada perlakuan 1A memiliki kadar bahan organik yang
sangat rendah, hal ini disebabkan tidak diberikannya input berupa pemberian
pupuk. Hal tersebut juga berdampak pada pemiskinan hara di lahan yang
miskin atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan
pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai. Termasuk dalam
praktikun ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari
penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi
melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik
dalam tanah.
Menurut Juanda (2013), kandungan bahan organik tinggi menyebabkan
banyaknya pori-pori tanah. Dengan penurunan kandungan bahan organik
tanah maka berakibat kurang terikatnya butir-butir primer menjadi agregat
oleh bahan organik sehingga porositas tanah menurun, penurunan porositas
11

dapat berakibat penurunan laju infiltrasi. Kandungan bahan organik yang


tinggi akan merangsang aktivitas jasad renik dalam menciptakan struktur
remah. Kandungan Bahan organik yang tinggi akan menciptakan pori-pori
tanah yang banyak sehingga daya serap air (infiltrasi) tinggi. Bahan organik
merupakan faktor penting karena apabila kadar bahan organik tinggi maka
KTK juga tinggi.
b. N-Total Tanah
Tabel 7 Hasil analisis N-Total Tanah

Perlakuan N-Total Tanah (%) Harkat


A 0,320169975
B 0,118198231
C 0,718714301
D 0,22211236
E 0,093241014
F 0,433866
G

Sumber : Data Rekapan


Pembahasan:
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau
pada daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena
pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.
Namun, bila jumlahnya terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan
pembuahan tanaman (Hakim dalam Usman 2012).
Pada hasil uji laboratorium didapatkan hasil N total kelompok C sebesar
0,718714301% yang artinya N total dalam tanah sangat tinggi. Unsur
Nitrogen dapat diserap tanaman dalam bentuk NH4+, NO3-, dan NO3-. Hasil
12

tersebut sesuai dengan teori karena pada lahan tersebut dilakukan pemupukan
urea, dimana dalam pupuk tersebut mengandung sekitar 46% Nitrogen.
Nitrogen berguna untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang
lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, serta dapat meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.
c. P-Tersedia
Tabel 8 Hasil analisis P Tersedia

Perlakuan ppm P tersedia


1A 5,808684047
1B 11,797498
1C 7,408317766
1D 11,87603649
1E 5,679762194
1F 8,755432
1G

Sumber : Data Rekapan


Tabel 9 Hasil penembakan larutan standar P-Tersedia

Ppm Absorbansi
0 0.047
0.2 0.085
0.4 0.163
0.6 0.226
0.8 0.344
1 0.781

Sumber : Data Rekapan


13

HASIL PENEMBAKAN
1
0.8
y = 0.6443x - 0.0478 HASIL PENEMBAKAN
0.6
R = 0.7987
0.4
Linear (HASIL
0.2 PENEMBAKAN)
0
-0.2 0 0.5 1 1.5

Gambar 6 Grafik Regresi P Tersedia Tanah


Pembahasan:
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42. Fosfor
sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Sumber fosfor di dalam
tanah cukup banyak namun ketersediaannya bagi tanaman sedikit karena
banyak yang terfiksasi. Berdasarkan praktikum di laboratorium analisis P
tersedia tanah dilakukan dengan metude Bray yaitu dengan menggunakan
larutan Bray. Larutan Bray tersebut dijogog selama 1 menit dengan 1 gr ctka.
Tahap selanjutnya yaitu disaring dengan menggunakan kertas saring
kemudian ditambah aquadest 5 ml dan amonium molybdat sebanyak 2ml.
Analisis P kemudian dilakukan penembakan dengan menggunakan
spektofotometer. Kelompok C mendapatkan hasil P tersedia tanah yaitu
sebesar 7,408317766. Berdasarkan hasil sesuai perlakuan kandungan P
tersedia terbesar yaitu pada petak 1D sebesar 11,87603649. P tersedia pada
petak 1D menunjukkan bahwa P yang dikandung dalam tanah sangat tinggi
dibandingkan 1E yang P tersedia hanya terdapat sedikit karena dalam tanah
terjadi pencucian atau terikat dengan unsur lain.
d. K-Tersedia
Tabel 10 Hasil analisis K-Tersedia

Perlakuan ppm K Tersedia


14

1A 2,384893
1B 0,285
1C 2,37558
1D 2,57365
1E 2,33553199
1F 0,559405
1G

Sumber : Data Rekapan


Tabel 11 Hasil penembakan larutan standar K-Tersedia

Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.12
5 0.23
0.75 0.33
1 0.42

Sumber : Data Rekapan

HASIL PENEMBAKAN
0.45
0.4
0.35
0.3
Axis Title

0.25 y = 0.0053x + 0.2103


HASIL PENEMBAKAN
0.2 R = 0.0039
0.15
Linear (HASIL
0.1 PENEMBAKAN)
0.05
0
0 2 4 6
Axis Title

Gambar 7 Grafik Regresi K Tersedia Tanah


15

Pembahasan:
Unsur K (Kalium) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit) dan bahan organik sisa tanaman. Unsur K
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua
setelah hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama
dengan N. K tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi
bentuknya semata ionik, K+ berada dalam larutan atau terikat oleh muatan
negatif dari permukaan jaringan. Fungsi utama K adalah mengaktifkan enzim-
enzim dan menjaga air sel. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile
(mudah bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau
terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi pupuk K
biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara pemberian 2-3 kali
dalam satu musim tanam. Kalium / Potasium (K) Potasium adalah salah satu
dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensial, yang lainnya adalah fosfor dan
nitrogen dan merupakan satu dari 17 unsur kimia yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, serta sering dianggap sebagai
regulator, karena bergabung dengan 60 sistem enzim yang bekerja pada
tanaman (CPHA 2013). Potasium membantu tanaman untuk tahan terhadap
pengaruh suhu dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit.
Berdarkan hasil pengamatan diketahui pada petak perlakuan 1C diperoleh
K tersedia sebesar 2,37558%. Perlakuan dengan K tersedia tanah yang paling
rendah adalah pada petak 1B dengan perlakuan pupuk kompos 20 ton/ha. Hal
tersebut disebabkan karena kekurangan unsur K atau unsur K hilang/terikat
oleh unsur lain.
2. Analisis Jaringan
a. N Jaringan Tanaman
Tabel 12 N Jaringan Tanaman (%)

Perlakuan N Jaringan Tanaman (%)


16

1A 16,00373134
1B 7,535137219
1C 5,046941151
1D 11,10561798
1E 12,50264786
1F 4,2336
1G

Sumber: Data Rekapan


Pembahasan:
Jaringan tanaman yang biasa digunakan untuk analisis hara adalah daun.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2014), ada beberapa tujuan analisis
jaringan daun. Tujuan tersebut antara lain untuk mendiagnosis atau
memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, untuk mengidentifikasi gejala
yang terselubung, untuk mengetahui kekurangan hara sedini mungkin dan
sebagai alat bantu dalam menentukan rekomendasi pupuk.
Nitrogen merupakan elemen hara yang penting bagi pertumbuhan
tanaman. Sumber utama Nitrogen di dalam tanah yaitu bahan organik tanah.
Selain dari bahan organik tanah Nitrogen juga diperoleh dari gas N2 di
atmosfer melalui penambatan atau fiksasi Nitrogen. Penambatan alami
disebabkan oleh jasad-jasad renik (terutama bakteri dalam tanah dan alga di
air) dan gejala atmosfer tertentu, termasuk kilat. Peranan utama nitrogen (N)
bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting
dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses
fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
Berdasarkan analisis data, pada praktikum diperoleh N jaringan tanaman
sebesar 5,046941151%. Nilai tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan
17

kebutuhan N oleh tanaman. Oleh karenanya tanaman kedelai dapat tumbuh


secara maksimal.
b. P Jaringan Tanaman
Tabel 13 Larutan (PPM) P Jaringan Tanaman

Perlakuan ppm P Jaringan Tanaman


1A 0,00018321
1B 0,00030442
1C 0,00001426
1D 0,00014796
1E 0,00003935
1F 0,000109
1G

Sumber : Data Rekapan


Tabel 14 Hasil penembakan larutan standar P-Jaringan

Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.131
5 0.258
7.5 0.367
10 0.429
12.5 0.595
15 0.785

Sumber : Data Rekapan


18

HASIL PENEMBAKAN
1

0.8 y = 0.0493x - 0.0036


R = 0.9844
0.6 HASIL PENEMBAKAN

0.4
Linear (HASIL
0.2 PENEMBAKAN)

0
0 5 10 15 20
-0.2

Gambar 8 Grafik Regresi P Jaringan Tanaman


Pembahasan:
Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar
(hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan
Nitrogen dan Kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (Key
of life). Unsur Fosfor di tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman menyerap fosfor dalam
bentuk ion ortofosfat (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-). Menurut
Rosmarkam dan Yuwono (2012) unsur P masih dapat diserap dalam bentuk
lain, yaitu bentuk pirofosfat dan metafosfat, bahkan kemungkinan unsur P
diserap dalam bentuk senyawa oraganik yang larut dalam air, misalnya asam
nukleat dan phitin. Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik
cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah
bergerak antar jaringan tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman pada
saat pertumbuhan vegetatif adalah 0.3% - 0.5% dari berat kering tanaman.
Dari hasil pengamatan didapatkan kandungan P dalam jaringan sebesar
0,00001426 ppm.
c. K Jaringan Tanaman
Tabel 15 Larutan Standart (PPM) K Jaringan Tanaman
19

Perlakuan ppm K Jaringan Tanaman


1A 0,012065949
1B 0,17
1C 0,011921
1D 0,01294
1E 0,011718841
1F 0,122771
1G

Sumber : Data Rekapan


Tabel 16 Hasil penembakan larutan standar K-Jaringan

Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0.12
5 0.23
0.75 0.33
1 0.42

Sumber : Data Rekapan

HASIL PENEMBAKAN
0.45
0.4
0.35
0.3
Axis Title

0.25 y = 0.0053x + 0.2103


HASIL PENEMBAKAN
0.2 R = 0.0039
0.15
Linear (HASIL
0.1 PENEMBAKAN)
0.05
0
0 2 4 6
Axis Title

Gambar 9 Grafik Regresi K Jaringan Tanaman


20

Pembahasan:
Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong
unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman,
maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma.
Kalium pupuk buatan dan mineral-mineral tanah seperti feldspar, mika dan
lain-lain. Secara umum fungsi Kalium bagi tanaman, antara lain: membentuk
dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein,
mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel
terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem,
mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegaknya batang sehingga
tanaman tidak mudah roboh, mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak
langsung, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, membuat biji
tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas buah karena
bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik, membuat tanaman menjadi lebih
tahan terhadap hama dan penyakit, dan membantu perkembangan akar
tanaman. Kekurangan Kalium pada tanaman menyebabkan turgor tanaman
menjadi berkurang sehingga sel tanaman menjadi lemah.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai K jaringan tanaman sebesar
0,011921 yang menunjukkan kadar K jaringan pada tanaman amatan cukup
tinggi. Tingginya kadar K jaringan tanaman dipengaruhi faktor-faktor antara
lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat
unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi
dan limbah industri.
21

III. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Kesuburan Tanah yang telah dilaksanakan dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis bahan organik menunjukkan kadar C sebesar 0,000002 dan kadar bahan
organik pada lahan amatan sebesar 0,55174215%.
2. Analisis kadar N, P dan K menunjukkan N total tanah sebesar 0,718714301%,
kadar P tersedia tanah 7,408317766 ppm dan kadar K tersedia tanah 2,37558%.
Dapat disimpulkan kadar N memiliki harkat sangat tinggi, P tersedia memiliki
harkat yang tinggi dan K memiliki harkat yang tinggi.
3. Analisis kadar N, P dan K Jaringan menunjukkan N Jaringan Tanaman sebesar
5,046941151%, kadar P Jaringan Tanaman 0,00001426 ppm dan kadar K
Jaringan Tanaman 0,011921 ppm. Dapat disimpulkan kadar N Jaringan Tanaman
sangat rendah, kadar P Jaringan Tanaman cukup tinggi dan kadar K Jaringan
Tanaman sangat tinggi.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
adalah supaya lebih dikondisikan lagi dalam pelaksanaan praktikum lapang
sehingga kegiatan akan berjalan dengan baik. Dan untuk praktikum laboratorium,
diharapkan pendampingan secara intensif kepada praktikan supaya praktikan benar-
benar mengetahui inti kegiatan praktikum tersebut serta diharapkan penambahan
alat untuk praktikum laboratorium karena ketika praktik terjadi pinjam meminjam
alat sehingga tidak efisien waktu.
22

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2014. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut,
Yogyakarta.
Brown, S. 2007. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.A
Primer.FAO. Forestry Paper No. 134. F AO, USA
CPHA. 2013 Plant nutrientsPotassium. Natural Resources Fact Sheet, California
Foundation for Agriculture
Duan YH, YL Zhang, LY Ye, XR Fan, GH Xu, QR Shen. 2007. Responses of rice
cultivars with different nitrogen use efficiency to partial nitrate nutrition. Ann
Bot 99: 11531160.
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press
Juanda, D. J. S. 2013. J. I. Tanah Lingk. 4 (1) : 25-31
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2014. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Lingga, P. dan Marsono. 2010. Petunjuk penggunaan pupuk. Gramedia. Jakarta.
Nugroho, P. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Parman S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organic Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi Dan Fisiologi.
17(2):21-31
Prihatman, K. 2013. Kedelai (Glycine max L). Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Rizqiani NF, Ambarwati E, Yuwono NW. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis
(Phaseolus vulgaris L) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
7(1):43-53
Rosmarkam A & Yuwono. 2012. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Suhartono. 2012. Potensi cendawan endofit sebagai agens pengendali hayati
Phytophthora palmivora (Butl.) Butl. penyebab busuk buah kakao. Jurnal
Agronomi Indonesia, 40, 146152.
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim. 2007. Kedelai: Teknik
produksi dan pengembangannya. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sutanto R. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Sutomo, S. 2014. Analisa data konversi dan prediksi kebutuan lahan. hlm. 135-149
dalam Hasil Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan
23

Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina Produksi Tanaman


Pangan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Usman. 2012. Teknik Penetapan Nitrogen Total Pada Contoh Tanah Secara Destilasi
Titrimetri dan Kolorimetri Menggunakaan Autoanalyzer. Buletin Teknik
Pertanian 17(1): 1.
Zebua, H. F.2008. Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)
Berdasarkan Ketinggian Tempat.

Anda mungkin juga menyukai