PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Typhoid ?
2. Apa Saja Etiologi Typhoid ?
3. Bagaimana Patogenesis Typhoid?
4. Bagaimana Patofiologi (Pathway) Typhoid?
5. Apa Saja Manifestasi klinis Typhoid?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada Typhoid?
7. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan Typhoid ?
1 | Sistem Pencernaan
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Definisi Typhoid
2. Mengetahui Etiologi Typhoid
3. Mengetahui Patogenesis Typhoid
4. Patofiologi (Pathway) Typhoid
5. Mengetahui Manifestasi klinis Typhoid
6. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada Typhoid
7. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan Typhoid
BAB II
2 | Sistem Pencernaan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang
menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Demam tifoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah
penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit
multisistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi.
B. Etiologi
C. Patogenesis
Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan rambut getar.
Tranmisi salmonella typhi ke dalam tubuh manusia dapatmelalui (Hornick, 1978)
hal-hal berikut.
3 | Sistem Pencernaan
D. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan
ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag
yang ada di dalam lamina propia. Sebagian dari salmonella typhy ada yang dapat
masuk ke usus halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak
Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Kemudian salmonella typhi masuk
melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistermik sehingga
terjadi bakrerimia. Bakterimia petama-tama menyerang sistem retikulo endotelial
(RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang,kemudian selanjutnya mengenai seluruh
organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa
(Curtis,2006).
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada umumnya, plakat Peyer
penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrat atau
hiperplasia di mukosa usus (Sjamsuhidayat,2005).
Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini
lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai dengan ukuran plak Pyer yang ada
disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai
menimbulkan pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.
Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan
parut dan fibrosis (Brusch,2009).
4 | Sistem Pencernaan
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan
tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus-menerus (demam kontinu) , lidah kotor, tepi
lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga
akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat
terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen
berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran
(Parry,2002).
5 | Sistem Pencernaan
(Pathway)
Demam tipoid
6 | Sistem Pencernaan
E. Manifestasi klinis
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
F. Komplikasi
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
7 | Sistem Pencernaan
Pengkajian demam tifoid akan didapatkan sesuai dengan
sesuai dengan perjalanan patologis penyakit. Secara umum
keluhan utama pasien adalah demam dengan atau tidak disertai
menggigil. Apabila pasien datang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan,dimana perjalanan penyakit pada minggu pertama
akan didapatkan keluhan inflamasi yang belum jelas, sedangkan
setelah minggu ke dua, maka keluhan pasien menjadi lebih
berat. Keluhan lainyang menyertai demam yang lazim
didapatkan berupa keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi, dan nyeri otot.
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan berbagai manifestasi klinik yang
berhubungan dengan perjalanan dari penyakit demam tifoid.
8 | Sistem Pencernaan
kesadaran berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran
( apatis,delirium ).
TTV Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39-41 oC
pada malam hari dan biasanya urun pada pagi hari. Pada
pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan frekuensi nadi (
bradikardi relative ).
B1 ( Breathing) System pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya
Sistem kelainan, tetapi akan mengalami perubahan apabila terjadi
pernapasan respons akut dengan gejala batuk kering. Pada beberapa kasus
berat bisa didapatkan adanya komplikasi tanda dan gejala
pneumonia.
B2 ( Blood ) Penurunan tekanan darah , keringat dingin, dan diaphoresis
Sistem sering didapatkan pada minggu pertama.
kardiovaskuler Kulit pucat dan akral dingin berhubungan denan penurunan
dan hematologi kadar hemoglobin. Pada minggu ketiga , respons toksin
sistemik bisa mencapai otot jantung dan terjadi miokarditis
dengan manifestasi penurunan curah jantung dengan tanda
nadi lemah, nyeri dada, dan kelemahan fisik ( Brush,2009 )
B3 ( Brain ) Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan
Sistem neuro penurunan perfusi dengan manifestasi sakit kepala, perasaan
sensori dan lesu, gangguan mental seperti halusinasi dn delirium. Pada
fungsi sistem beberapa pasien bisa didapatkan kejang umum yang
saraf pusat. merupakan respons terlibatnya system saraf pusat oleh infeksi
tifus abdominalis.
Didapatkannya icterus pada skelera terjadi pada kondisi berat.
B4 ( Bladder ) Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urine output
Sistem respons dari penurunan curah jantung.
genitourinarius.
B5 ( Bowel ) Inspeksi :
Sistem Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai
Gastrointestinal stomatitis. Tanda ini jelas mulai Nampak pada minggu
kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan
9 | Sistem Pencernaan
endotoksin kuman.
Sering muntah
Perut kembung
Distensi abdomen dan nyeri , merupakan tanda yang
diwaspadai terjadinya perforasi dan peritonitis.
Auskultasi :
Didapatkan penurunan bising usus kurang dari
5kali/menit pada minggu prtama dan terjadi kontipasi ,
serta selanjutnya meningkat akibat terjadi diare.
Perkusi :
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
Palpasi :
Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan
limpa mengidikasikan infeksi RES yang mulai terjadi
pada minggu ke II.
Nyeri tekan abdomen.
B6 ( Bone ) Respon sistemik akan menyebabkan malaise , kelemahan fisik
Sistem umum, dan didapatkan kram otot ekstremitas.
musculoskeleta Pemeriksaan integrumen yang sering didapatkan kulit kering,
l dan turgor kulit menurun , muka tampak pucat, rambut agak kusam
integumen , dan yang terpenting serinng didapatkan tanda Roseola
( bintik merah pada leher , punggung , dan paha ). Roseola
merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan dimeter
2-4 mm, berwarna merah , pucat pucat , serta hilang pada
penekanan , lebih sering emboli kuman dimana didalamnya
mengandung kuman Salmonella dan terutama didapatkan di
daerah perut , dada, dan terkadang di bokong maupun bagian
flektor dari lengan atas ( Crumn,2003 ).
10 | S i s t e m P e n c e r n a a n
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendteksi secara dini infeksi
akutsalmonella typi, karena antibodi IgM muncul pada hari
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
11 | S i s t e m P e n c e r n a a n
1. Hipertermi b.d respons sistemik dari inflamasi gastrointestinal.
2. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kurangnya asupan makanan yang adekuat.
3. Nyeri b.d iritasi saluran gasrointestinal .
4. Risiko kerusakan integritas jaringan b.d penekanan setempat, tirah baring
lama, kelemahan fisik umum.
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi.
6. Pemenuhan informasi b.d ketidakseimbangan informasi penatalaksanaan
perawatan dan pengobatan, rencana perawatan rumah.
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : Kuman Peningkatan
Klien mengatakan Salmonella suhu tubuh
typi yang
demam selama 5 (hipertermi)
masuk ke
hari demam saluran
bersifat naik turun,
Invaginasi ke
klien mengatakan jaringan
sudah minum obat limpoid usus
halus (Plak
penurun panas
peyer) dan
tetapi tidak Jaingan
membaik. limpoid
Do : mesenterika
Ds : Respons Aktual/risiko
Klien mengatakan inflamasi lokal ketidakseimban
intestinal gan nutrisi
badan anaknya
lemas , tidak enak Mual,
muntah,anore
perut, tidak
ksia, penurunn
12 | S i s t e m P e n c e r n a a n
nafsu makan motilitas
Do : Tidak adekuat
asupan nutrisi
Tampak lemah
konstipasi
Terbaring di tempat tidur
Aktul/risiko
Terpasang infus
ketidakseimbanga
n nutrisi
D.
Intervensi Keperawatan
13 | S i s t e m P e n c e r n a a n
ke ruangan. Proses pengeluaran ini disebut
dengan radiasi dan konveksi. Proses radiasi
merupakan pengeluaran suhu tubuh yang paling
efektif, dimana sekitar 60% suhu tubuh dapat
berpindah melalui proses radiasi, sedangkan
konveksi sekitar 15%. Perawat melakukan
intervensi penting agar suhu ruangan kamar
jangan secara mendadak dingin, karena
memberikan risiko penurunan suhu tubuh yang
begitu cepat dan berpengaruh terhadap tingkat
toleransi anak.
Beri kompres dengan air Secara konduksi dan konveksi panas tubuh akan
dingin (air biasa) pada berpindah dari tubuh ke material yang dingin.
daerah aksila, lipat paha, Pengeluaran suhu tubuh dengan cara konduksi
dan temporal bila terjadi berkisar antara 3% dengan objek dan 15%
panas dengan udara suhu kamar secara konveksi.
Kompres dingin merupakan teknik penurunan
suhu tubuh dengan meningkatkan efek
konduktivitas. Area yang digunakan adalah
tempat dimana pembuluh darah arteri besar
berada sehingga meningkat efektivitas dari
proses konduksi
Anjurkan keluarga untuk Pengeluaran suhu tubuh dengan cara evaporasi
memakaikan pakaian yang berkisar 22% dari pengeluaran suhu tubuh.
dapat menyerap keringat Pakaian yang mudah menyerap keringat sangat
seperti katun efektik meningkatkan efek dari evaporasi
Anjurkan keluarga untuk Masase dilakukan untuk meningkatkan aliran
melakukan masase pada darah ke perifer dan terjadi vasodilatasi perifer
ekstermitas yang akan meningkatkan efek evaporasi.
Penggunaan cairan penghangat seperti minyak
kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas intervensi masase.
Kolaborasi dengan dokter Antipiretik bertujuan untuk memblok respons
14 | S i s t e m P e n c e r n a a n
dalam pemberian obat panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih
antipiretik cepat menurun
15 | S i s t e m P e n c e r n a a n
dengan tingkat toleransi pada masa
lalu dengan tujuan untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus; karena ada pendapat
bahwa usus perlu diistirahatkan. Akan
tetapi pada kondisi klinik, hal ini tidak
memberikan perbaikan karena
sebagian besar pasien tidak menyukai
bubur saring, karena tidak sesuai
dengan selera mereka. Oleh karena
mereka hanya makan sedikit, keadaan
umum dan gizi pasien semakin
mundur dan masa penyembuhan
menjadi lama.
Beberapa studi menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan dengan aman pada
pasien demam tifoid. Oleh karena ada
juga pasien demam tifoid yang takut
makan nasi, maka selain macam atau
bentuk makanan yang diinginkan,
terserah pada pasien sendiri apakah
mau makan bubur saring, bubur kasar
atau nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa.
Monitor Penimbangan berat badan dilakukan
perkembangan berat sebagai evaluasi terhadap intervensi
badan. yang diberikan.
16 | S i s t e m P e n c e r n a a n
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau
teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi.
- Sakal nyeri 0-1 (0-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas
yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu Pendekatan dengan menggunakan
pasien dengan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
tindakan pereda telah menunjukan keefektifan dalam
nyeri nonfarmakologi mengurangi nyeri.
dan noninvasif.
Lakukan manajemen
nyeri keperawtaan:
- Istirahatkan Istirahat secera fisiologis akan
pasien pada menurunkan kebutuhan oksigen yang
saat nyeri diperlukan untuk memenuhi
muncul. kebutuhan metabolisme basal.
- Ajarkan teknik
relaksasi Meningkatan asupan oksigen sehingga
pernafasan akan menurunkan nyeri sekunder dari
dalam pada iskemia spina.
saat nyeri
muncul.
- Ajarkan teknik
distraksi pada
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
saat nyeri.
menurunkan stimulus internal.
- Manajemen
lingkungan:
lingkungan
17 | S i s t e m P e n c e r n a a n
tenang, batasi Lingkungan tenang akan menurunkan
pengunjung stimulus nyeri eksternal dan
dan pembatasan pengunjung akan
istirahatkan membantu meningkatkan kondisi
pasien. oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan perifer.
Tingkatkan Pengetahuan yang akan dirasakan
pengetahuan tentang membentu mengurangi nyerinya dan
sebab-sebab nyeri dapat dan dapat membantu
dan menghubungkan mengembangkan kepatuhan pasien
berapa lama nyeri terhadap rencana terapeutik.
akan berlangsung.
E. Evaluasi
18 | S i s t e m P e n c e r n a a n
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19 | S i s t e m P e n c e r n a a n
Daftar Pustaka
20 | S i s t e m P e n c e r n a a n