Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi


endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan
jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO,
terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia
dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi
pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan
400,000 kematian setiap tahunnya.Demam tifoid pada
masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya
angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah
berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak,
namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela
paratypi A,B dan C.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi


didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis,
karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan
menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Typhoid ?
2. Apa Saja Etiologi Typhoid ?
3. Bagaimana Patogenesis Typhoid?
4. Bagaimana Patofiologi (Pathway) Typhoid?
5. Apa Saja Manifestasi klinis Typhoid?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada Typhoid?
7. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan Typhoid ?

1 | Sistem Pencernaan
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Definisi Typhoid
2. Mengetahui Etiologi Typhoid
3. Mengetahui Patogenesis Typhoid
4. Patofiologi (Pathway) Typhoid
5. Mengetahui Manifestasi klinis Typhoid
6. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada Typhoid
7. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan Typhoid

BAB II

2 | Sistem Pencernaan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang
menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Demam tifoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah
penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit
multisistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi.

B. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan


C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.

C. Patogenesis
Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan rambut getar.
Tranmisi salmonella typhi ke dalam tubuh manusia dapatmelalui (Hornick, 1978)
hal-hal berikut.

1. Tranmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella


typhi.
2. Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak higienins yang
mempunyai salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang
dimakan.
3. Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil
salmonella typhi ke sungai atau dekat dengans umber air yang digunakan
sebagai air minum yang kemudian langsung diminum tanpa dimasak.

3 | Sistem Pencernaan
D. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan
ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag
yang ada di dalam lamina propia. Sebagian dari salmonella typhy ada yang dapat
masuk ke usus halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak
Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Kemudian salmonella typhi masuk
melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistermik sehingga
terjadi bakrerimia. Bakterimia petama-tama menyerang sistem retikulo endotelial
(RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang,kemudian selanjutnya mengenai seluruh
organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa
(Curtis,2006).

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada umumnya, plakat Peyer
penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrat atau
hiperplasia di mukosa usus (Sjamsuhidayat,2005).

Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini
lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai dengan ukuran plak Pyer yang ada
disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai
menimbulkan pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.
Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan
parut dan fibrosis (Brusch,2009).

Masuknya kumam ke dalam intestinal terjadi pada minggu pertama


dengan tanda dan gejal suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada
malam hari dan kan menurun menjelang sinag hari. Demam yang terjadi pada
masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik-turun, dan turunnya
dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh terjadi dan dapat
pula terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak
selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal
intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu
tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut
kanan atas, splenomegali, dan hepatomegali (Chatterjee,2009).

4 | Sistem Pencernaan
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan
tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus-menerus (demam kontinu) , lidah kotor, tepi
lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga
akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat
terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen
berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran
(Parry,2002).

5 | Sistem Pencernaan
(Pathway)

Kuman Salmonella Gagguan


typi yang masuk ke pembentukan
Respon psikososial eritrosit oleh sumsum
tulang. Penghancuran
Invaginasi ke jaringan
eritrosit & lekosit oleh
Kecemasan limpoid usus halus
endotoksin
pemenuhan (Plak peyer) dan
informasi Jaingan limpoid Anemia,lekopenia
mesenterika

Invasi sistem retikulo Penurunan imunitas


endoteleal (RES)

Demam tipoid

Respons Respons Sensitivitas Respon Penyebaran


inflamasi lokal inflamasi serabut inflasi RES kuan k
intestinal sistemik saraf lokal saluran
limpatik &
Mual,
Splenomeg sirkulasi
muntah,anorek
Hipertermi Distensi, ali dan darah
sia, penurunn
ketidaknya hepatome
motilitas Ke sistem
manan
Terbentukn abdomen saraf pusat
Tidak adekuat ya nekrosis Keistem
asupan nutrisi dan tukak Nyeri
muskulokel Meningitis
konstipasi di ileum etal dan ensefalopat
i
Kelemahan
Aktul/risiko Peporasi Peritonitis fisik umum, Nyeri
ketidakseimban terjadi malaise,kra kepala
gan nutrisi pada tukak m otot. perubahan
yang Penurunan keadaran
menembus Gagguan turgor, (Apatis,
serosa aktivitats tanda delirium),
sehari-hari roseola. halusinasi

6 | Sistem Pencernaan
E. Manifestasi klinis

Masa tunas typhoid 10 14 hari

Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.

F. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atsa dua bagian,


meliputi (Rowland, 1961) hal-hal sebagai berikut :

1. Komplikasi pada usus halus


a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Peritinotis

2. Komplikasi diluar halus


a. Bronkitis
b. Bronkopneumonia
c. Ensefalopati
d. Meningitis
e. Mokarditis

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

7 | Sistem Pencernaan
Pengkajian demam tifoid akan didapatkan sesuai dengan
sesuai dengan perjalanan patologis penyakit. Secara umum
keluhan utama pasien adalah demam dengan atau tidak disertai
menggigil. Apabila pasien datang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan,dimana perjalanan penyakit pada minggu pertama
akan didapatkan keluhan inflamasi yang belum jelas, sedangkan
setelah minggu ke dua, maka keluhan pasien menjadi lebih
berat. Keluhan lainyang menyertai demam yang lazim
didapatkan berupa keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi, dan nyeri otot.

Pada pengkajian riwayat kesehatan mungkin didapatkan


kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan
baik, sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan
rumah tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan
perseorangan yangkurang baik. Pada pengkajian riwayat
penyakit dahulu perlu divalidasi tentang adanya riwayat penyakit
tifus abdominalis sebelumnya.

Pengkajian psikososial sering didapatkan adanya


kecemasan dengan kondisi sakit dan keperluan pemenuhan
informasi tentang pola hidup higienis. Pada pemeriksaan fisik
akandidapatkan berbagai manifestasi klinik yang berhubungi
dengan perjalanan dari penyakit demam tifoid.

1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan berbagai manifestasi klinik yang
berhubungan dengan perjalanan dari penyakit demam tifoid.

Tabel. Pemeriksaan fisik pada pasien tifus abdominalis/ gastroenteritis.

Pemeriksaan Manifestasi klinik


Survei umum Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
dan tingkat perubahan. Pada fase lanjut ,secara umum pasien terlihat sakit

8 | Sistem Pencernaan
kesadaran berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran
( apatis,delirium ).
TTV Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39-41 oC
pada malam hari dan biasanya urun pada pagi hari. Pada
pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan frekuensi nadi (
bradikardi relative ).
B1 ( Breathing) System pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya
Sistem kelainan, tetapi akan mengalami perubahan apabila terjadi
pernapasan respons akut dengan gejala batuk kering. Pada beberapa kasus
berat bisa didapatkan adanya komplikasi tanda dan gejala
pneumonia.
B2 ( Blood ) Penurunan tekanan darah , keringat dingin, dan diaphoresis
Sistem sering didapatkan pada minggu pertama.
kardiovaskuler Kulit pucat dan akral dingin berhubungan denan penurunan
dan hematologi kadar hemoglobin. Pada minggu ketiga , respons toksin
sistemik bisa mencapai otot jantung dan terjadi miokarditis
dengan manifestasi penurunan curah jantung dengan tanda
nadi lemah, nyeri dada, dan kelemahan fisik ( Brush,2009 )
B3 ( Brain ) Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan
Sistem neuro penurunan perfusi dengan manifestasi sakit kepala, perasaan
sensori dan lesu, gangguan mental seperti halusinasi dn delirium. Pada
fungsi sistem beberapa pasien bisa didapatkan kejang umum yang
saraf pusat. merupakan respons terlibatnya system saraf pusat oleh infeksi
tifus abdominalis.
Didapatkannya icterus pada skelera terjadi pada kondisi berat.
B4 ( Bladder ) Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urine output
Sistem respons dari penurunan curah jantung.
genitourinarius.

B5 ( Bowel ) Inspeksi :
Sistem Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai
Gastrointestinal stomatitis. Tanda ini jelas mulai Nampak pada minggu
kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan

9 | Sistem Pencernaan
endotoksin kuman.
Sering muntah
Perut kembung
Distensi abdomen dan nyeri , merupakan tanda yang
diwaspadai terjadinya perforasi dan peritonitis.
Auskultasi :
Didapatkan penurunan bising usus kurang dari
5kali/menit pada minggu prtama dan terjadi kontipasi ,
serta selanjutnya meningkat akibat terjadi diare.
Perkusi :
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
Palpasi :
Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan
limpa mengidikasikan infeksi RES yang mulai terjadi
pada minggu ke II.
Nyeri tekan abdomen.
B6 ( Bone ) Respon sistemik akan menyebabkan malaise , kelemahan fisik
Sistem umum, dan didapatkan kram otot ekstremitas.
musculoskeleta Pemeriksaan integrumen yang sering didapatkan kulit kering,
l dan turgor kulit menurun , muka tampak pucat, rambut agak kusam
integumen , dan yang terpenting serinng didapatkan tanda Roseola
( bintik merah pada leher , punggung , dan paha ). Roseola
merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan dimeter
2-4 mm, berwarna merah , pucat pucat , serta hilang pada
penekanan , lebih sering emboli kuman dimana didalamnya
mengandung kuman Salmonella dan terutama didapatkan di
daerah perut , dada, dan terkadang di bokong maupun bagian
flektor dari lengan atas ( Crumn,2003 ).

2. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil


a. Pemeriksaan Darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pulla leukositosis atau kadar leukosit
normal.Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

10 | S i s t e m P e n c e r n a a n
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendteksi secara dini infeksi
akutsalmonella typi, karena antibodi IgM muncul pada hari
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

3. Pengkajian Penatalaksanaan Medis


a. Diet, makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang,
dan tidak menimbulkan banyak gas.
b. Obat pilihan utama ialah kloramfenikol atau tiamfenikol.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

11 | S i s t e m P e n c e r n a a n
1. Hipertermi b.d respons sistemik dari inflamasi gastrointestinal.
2. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kurangnya asupan makanan yang adekuat.
3. Nyeri b.d iritasi saluran gasrointestinal .
4. Risiko kerusakan integritas jaringan b.d penekanan setempat, tirah baring
lama, kelemahan fisik umum.
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi.
6. Pemenuhan informasi b.d ketidakseimbangan informasi penatalaksanaan
perawatan dan pengobatan, rencana perawatan rumah.

C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : Kuman Peningkatan
Klien mengatakan Salmonella suhu tubuh
typi yang
demam selama 5 (hipertermi)
masuk ke
hari demam saluran
bersifat naik turun,
Invaginasi ke
klien mengatakan jaringan
sudah minum obat limpoid usus
halus (Plak
penurun panas
peyer) dan
tetapi tidak Jaingan
membaik. limpoid
Do : mesenterika

An.D rewel Demam tipoid


0
T : 38.7 C
Respons
RR : 32 x/ menit inflamasi
HR : 120 x/menit sistemik
Hipertermi

Ds : Respons Aktual/risiko
Klien mengatakan inflamasi lokal ketidakseimban
intestinal gan nutrisi
badan anaknya
lemas , tidak enak Mual,
muntah,anore
perut, tidak
ksia, penurunn

12 | S i s t e m P e n c e r n a a n
nafsu makan motilitas

Do : Tidak adekuat
asupan nutrisi
Tampak lemah
konstipasi
Terbaring di tempat tidur
Aktul/risiko
Terpasang infus
ketidakseimbanga
n nutrisi

D.
Intervensi Keperawatan

Hipertermi b.d respons inflamasi sistemik


Tujuan dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh.
Kriteria evaluasi :
-Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
-Pasien mampu termotiasi untuk melaksanakan penjelasan yang telh
diberikan.
Intervensi Rasional
Evaluasi TTV pada setiap Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan
pergantian sif atau setiap keadaan umum pasien sehingga dapat dilakukan
ada keluhan dari pasien penanganan dan perawatan secara cepat dan
tepat
Kaji pengetahuan pasien Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi
dan keluarga tentang cara selanjutnya
menurunkan suhu tubuh
Lalukan tirah baring total Penurunan aktivitas akan menurunkan laju
metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan
demikian membantu menurunkan suhu tubuh
Atur lingkungan yang Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak
kondusif bising, dan sedikit pengunjung memberikan
efektifitas terhadap proses penyembuhan. Pada
suhu ruangan kamar yang tida panas, maka akan
terjadi perpindahan suhu tubuh dan tubuh pasien

13 | S i s t e m P e n c e r n a a n
ke ruangan. Proses pengeluaran ini disebut
dengan radiasi dan konveksi. Proses radiasi
merupakan pengeluaran suhu tubuh yang paling
efektif, dimana sekitar 60% suhu tubuh dapat
berpindah melalui proses radiasi, sedangkan
konveksi sekitar 15%. Perawat melakukan
intervensi penting agar suhu ruangan kamar
jangan secara mendadak dingin, karena
memberikan risiko penurunan suhu tubuh yang
begitu cepat dan berpengaruh terhadap tingkat
toleransi anak.
Beri kompres dengan air Secara konduksi dan konveksi panas tubuh akan
dingin (air biasa) pada berpindah dari tubuh ke material yang dingin.
daerah aksila, lipat paha, Pengeluaran suhu tubuh dengan cara konduksi
dan temporal bila terjadi berkisar antara 3% dengan objek dan 15%
panas dengan udara suhu kamar secara konveksi.
Kompres dingin merupakan teknik penurunan
suhu tubuh dengan meningkatkan efek
konduktivitas. Area yang digunakan adalah
tempat dimana pembuluh darah arteri besar
berada sehingga meningkat efektivitas dari
proses konduksi
Anjurkan keluarga untuk Pengeluaran suhu tubuh dengan cara evaporasi
memakaikan pakaian yang berkisar 22% dari pengeluaran suhu tubuh.
dapat menyerap keringat Pakaian yang mudah menyerap keringat sangat
seperti katun efektik meningkatkan efek dari evaporasi
Anjurkan keluarga untuk Masase dilakukan untuk meningkatkan aliran
melakukan masase pada darah ke perifer dan terjadi vasodilatasi perifer
ekstermitas yang akan meningkatkan efek evaporasi.
Penggunaan cairan penghangat seperti minyak
kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas intervensi masase.
Kolaborasi dengan dokter Antipiretik bertujuan untuk memblok respons

14 | S i s t e m P e n c e r n a a n
dalam pemberian obat panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih
antipiretik cepat menurun

Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan b.d. Ketidakadekuatan Intake Nutrisi
Sekunder dari Nyeri, Ketidaknyamanan Lambung dan
Intestinal
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam pasien akan mempertahankan
kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam situasi individu.
- Menunjukan peningkatan BB.
Intervensi Rasional
Kaji pengetahuan Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
pasien tentang kondisi social ekonomi pasien. Perawat
asupan nutrisi. menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan kondisi individu pasien.
Dengan mengetahui tingkat
pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif.
Berikan nutrisi oral Pemberian sejak awal setelah
secepatnya setelah intervensi rehidrasi dilakukan dengan
rehodrasi dilakukan. memberikan makanan lunak yang
mengandung kompleks karbohidrat
seperti nasi lembek, roti, kentang dan
sedikit daging khususnya ayam
(Levine, 2009).
Pemberian bubur saring kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai

15 | S i s t e m P e n c e r n a a n
dengan tingkat toleransi pada masa
lalu dengan tujuan untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus; karena ada pendapat
bahwa usus perlu diistirahatkan. Akan
tetapi pada kondisi klinik, hal ini tidak
memberikan perbaikan karena
sebagian besar pasien tidak menyukai
bubur saring, karena tidak sesuai
dengan selera mereka. Oleh karena
mereka hanya makan sedikit, keadaan
umum dan gizi pasien semakin
mundur dan masa penyembuhan
menjadi lama.
Beberapa studi menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan dengan aman pada
pasien demam tifoid. Oleh karena ada
juga pasien demam tifoid yang takut
makan nasi, maka selain macam atau
bentuk makanan yang diinginkan,
terserah pada pasien sendiri apakah
mau makan bubur saring, bubur kasar
atau nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa.
Monitor Penimbangan berat badan dilakukan
perkembangan berat sebagai evaluasi terhadap intervensi
badan. yang diberikan.

Nyeri b.d. iritasi gastrointestinal, adanya mules dan muntah

16 | S i s t e m P e n c e r n a a n
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau
teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi.
- Sakal nyeri 0-1 (0-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas
yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu Pendekatan dengan menggunakan
pasien dengan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
tindakan pereda telah menunjukan keefektifan dalam
nyeri nonfarmakologi mengurangi nyeri.
dan noninvasif.
Lakukan manajemen
nyeri keperawtaan:
- Istirahatkan Istirahat secera fisiologis akan
pasien pada menurunkan kebutuhan oksigen yang
saat nyeri diperlukan untuk memenuhi
muncul. kebutuhan metabolisme basal.

- Ajarkan teknik
relaksasi Meningkatan asupan oksigen sehingga
pernafasan akan menurunkan nyeri sekunder dari
dalam pada iskemia spina.
saat nyeri
muncul.

- Ajarkan teknik
distraksi pada
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
saat nyeri.
menurunkan stimulus internal.

- Manajemen
lingkungan:
lingkungan

17 | S i s t e m P e n c e r n a a n
tenang, batasi Lingkungan tenang akan menurunkan
pengunjung stimulus nyeri eksternal dan
dan pembatasan pengunjung akan
istirahatkan membantu meningkatkan kondisi
pasien. oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan perifer.
Tingkatkan Pengetahuan yang akan dirasakan
pengetahuan tentang membentu mengurangi nyerinya dan
sebab-sebab nyeri dapat dan dapat membantu
dan menghubungkan mengembangkan kepatuhan pasien
berapa lama nyeri terhadap rencana terapeutik.
akan berlangsung.

E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi


keperawatan adalah sebagai berikut.

1. Terjadi penurunan suhu tubuh.


2. Asupan nutrisi adekuat.
3. Penurunan tingkat nyeri atau nyeri teradaptasi.
4. Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan decubitus.
5. Penurunan tingkat kecemasan.
6. Terpenuhinya informasi kesehatan.

18 | S i s t e m P e n c e r n a a n
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang


menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi

B. Saran

Untuk memudahkan mahasiswa dalam memenuhi


kebutuhan asuhan keperawatan sebaiknya fasilitas buku
diperbanyak.

19 | S i s t e m P e n c e r n a a n
Daftar Pustaka

Nurarif Amin Huda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa
Media & NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta :
Mediaction.
https://asuhankeperawatanamat.wordpress.com/asuhan-
keperawatan-
pencernaan/asuhan-keperawatan-typoid/.
http://makalahkesehatanraze.blogspot.co.id/2016/01/makalah-
askep-tifoid.html.

20 | S i s t e m P e n c e r n a a n

Anda mungkin juga menyukai

  • MM - Indah Wijayanti - 228334039 - Tugas 1 Ekonomi Manajerial
    MM - Indah Wijayanti - 228334039 - Tugas 1 Ekonomi Manajerial
    Dokumen8 halaman
    MM - Indah Wijayanti - 228334039 - Tugas 1 Ekonomi Manajerial
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dsad
    Dsad
    Dokumen2 halaman
    Dsad
    indah
    Belum ada peringkat
  • Mjlcdksajd
    Mjlcdksajd
    Dokumen37 halaman
    Mjlcdksajd
    indah
    100% (1)
  • Jdksadas
    Jdksadas
    Dokumen7 halaman
    Jdksadas
    indah
    Belum ada peringkat
  • Jdksadas
    Jdksadas
    Dokumen7 halaman
    Jdksadas
    indah
    Belum ada peringkat
  • Hdjksahdk
    Hdjksahdk
    Dokumen20 halaman
    Hdjksahdk
    indah
    Belum ada peringkat
  • Hdjksahdk
    Hdjksahdk
    Dokumen20 halaman
    Hdjksahdk
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dasd
    Dasd
    Dokumen1 halaman
    Dasd
    indah
    Belum ada peringkat
  • NJ, MKBNDF
    NJ, MKBNDF
    Dokumen1 halaman
    NJ, MKBNDF
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dmsndsa
    Dmsndsa
    Dokumen1 halaman
    Dmsndsa
    indah
    Belum ada peringkat
  • Hdjkashd
    Hdjkashd
    Dokumen2 halaman
    Hdjkashd
    indah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Penutup A. Kesimpulan
    Bab Iii Penutup A. Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii Penutup A. Kesimpulan
    indah
    Belum ada peringkat
  • Epi Sfdzfs
    Epi Sfdzfs
    Dokumen6 halaman
    Epi Sfdzfs
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dasfa
    Dasfa
    Dokumen2 halaman
    Dasfa
    indah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    indah
    Belum ada peringkat
  • Arti Tugas
    Arti Tugas
    Dokumen2 halaman
    Arti Tugas
    indah
    Belum ada peringkat
  • Xssdxs
    Xssdxs
    Dokumen1 halaman
    Xssdxs
    indah
    Belum ada peringkat
  • Arti Tugas
    Arti Tugas
    Dokumen2 halaman
    Arti Tugas
    indah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dsad
    Dsad
    Dokumen14 halaman
    Dsad
    indah
    Belum ada peringkat
  • DSFAFWG
    DSFAFWG
    Dokumen20 halaman
    DSFAFWG
    indah
    Belum ada peringkat
  • Arti Tugas
    Arti Tugas
    Dokumen2 halaman
    Arti Tugas
    indah
    Belum ada peringkat
  • Grammar Inggris
    Grammar Inggris
    Dokumen2 halaman
    Grammar Inggris
    indah
    Belum ada peringkat
  • Kamus
    Kamus
    Dokumen1 halaman
    Kamus
    indah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    indah
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen7 halaman
    Presentation 1
    indah
    Belum ada peringkat
  • FGVH
    FGVH
    Dokumen10 halaman
    FGVH
    indah
    Belum ada peringkat
  • FHG
    FHG
    Dokumen16 halaman
    FHG
    indah
    Belum ada peringkat
  • Dsda
    Dsda
    Dokumen47 halaman
    Dsda
    indah
    Belum ada peringkat