Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI & PENGENDALIAN PROSES

INSTRUMENTASI LEVEL CAIRAN

Nama : Muhammad Fitrah Saidussuhur


NIM : 1132402006
Kelas : 2 Migas
Pembimbing : Ir. Syafruddin, M.Si
NIP : 19650819 199802 1 001

JURUSAN TEKNIK KIMIA / PROGRAM STUDI MIGAS


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2012 - 2013
LEMBAR TUGAS

Judul Praktikum : Instrumentasi level cairan


Laboratorium : Komputasi dan Pengendalian Proses
Jurusan / Prodi : Teknik Kimia / Migas
Nama : Muhammad Fitrah Saidussuhur
NIM : 1132402005
Kelompok : II (dua)
Kelas / Semester : 2 M / IV ( Empat )
Anggota Kelompok II :

Muhammad Ridha Aulia


Furqan

Uraian Tugas :

1. Kalibrasi rotameter (1,3,5,7, dan 9) berdasarkan laju alir keluar, Buat grafik skala
rotameter vs laju alir keluar
2. Menentukan alaju alir masuk saat pengisian tangki 0 100%, dilakukan sebanyak 3 x
percobaan.
3. Menentukan hubungan antar laju alir keluar dengan level setiap penurunan 5 %
berdasarkan skala rotameter mula mula (8,6, dan 4).
4. Catat dispalay dan actual untuk uraian tugas nomor 2 dan 3.

Buketrata, Mei 2013


Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing,

Ir. Syafruddin, M.Si Ir. Syafruddin, M.Si


NIP : 19650819 199802 1 001 NIP : 19650819 199802 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Instrumentasi level cairan
Mata Kuliah : Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses
Nama : Muhammad Fitrah Saidussuhur
NIM : 1132402006
Kelompok : II (dua)
Kelas / Semester : 2 M / IV ( Empat )
Nama Dosen Pembimbing : Ir. Syafruddin. M.Si
NIP : 19650819 199802 1 001
Ka Laboratorium : Ir. Syafruddin. M.Si
NIP : 19650819 199802 1 001
Tanggal Pengesahan : Mei 2013

Buketrata, Mei 2013


Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing,

Ir. Syafruddin, M.Si Ir. Syafruddin, M.Si


NIP : 19650819 199802 1 001 NIP : 19650819 199802 1 001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan percobaan.
Dapat mengetahui konsep-konsep dasar instrumentasi level cairan.
Dapat mengetahui dan memahami unit-unit instrumentasi level cairan.
Dapat mengoperasikan alat instrumentasi level cairan.
Dapat mengkalibrasi instrumentasi level cairan.

1.2. Alat yang digunakan


Alat Ukur Level Cair
Stopwatch.
Gelas Ukur 1000 ml

1.3. Bahan yang digunakan


Air (aquadest).
Udara.

1.4. Prosedur kerja


1.4.1. Prosedur kalibrasi rotameter
1. Isi air kedalam tangki slinder kaca.
2. Hubungkan selang dari kran (katup) keluaran tangki ke rotameter.
3. Hubungakan selang satu lagi dari rotameter ke gelas ukur 1000 ml.
4. Buka katup keluaran tangki slinder kaca pelan pelan, hingga pembacaan rotameter
menunjukkan skala 1.
5. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi penuh gelas ukur yaitu sampai 1000 ml
( stopwatch dihidupkan pada saat air dari rotameter dimasukkan kedalam gelas ukur
dan matikan pada volume 200 ml, 400 ml, 600 ml, 800 ml, dan 1000 ml).
6. Masukkan kembali air kedalam tangki.
7. ulangi langkah pada 3 5 dengan skla berikutnya, seperti 2,3,4,hingga 10 pada
pembacaan rotameter.
8. Buat kurva kalibrasi skala vs flow.

1.4.2. Menetukan laju alir rata rata.


1. Periksa volume cairan pada tangki persegi bawah,lihat levelnya.
2. Hubungkan peralatan level cairan dengan arus listrik.
3. Hidupkan alat level cairan.
4. Tutup valve yang dibawah tangki
5. Buka katup tekanan pelan pelan, untuk mengalirkan cairan kedalam tangki slinder
kaca.
6. Catat level actual dan recorder dari kenaikkan level 5 100 % terhadap waktu.
7. Hitung laju alir massa masuk rata-rata.
1.4.3 Pengamatan penurunan level air pada laju alir keluar skala rotameter (1,3,5,7,
dan 9)
1. Isi air kedalam tangki silinder kaca hingga penuh.
2. Sambungkan selang keluaran tangki silinder kaca ke rotameter.
3. dan ambil satu lagi selang untuk menghubungkan dari rotameter ke gelas ukur.
4. Buka dan atur valve keluaran tangki silinder kaca hingga pembacaan pada rotameter
menunjukkan skala yang di tentukan (1,3,5,7,dan 9).
5. Amati setiap penurunan level (sesuai tugas) berdasarkan skala rotameter (1,3,5,7,dan
9).
6. Catat waktu yang dibutuhkan air setiap penurunan level (sesuai dengan tugas) dengan
menggunakan stopwatch.
7. Catat nilai display pada instrument yang terpasang di alat dan nilai aktual pada silinder
kaca setiap penurunan level.

1.4.4 Pengamatan (kenaikkan level) pada pengisian tangki pada laju alir keluar nol
(0).
1. Kosongkan tangki silinder kaca hingga level nya 0%.
2. Tutup valve keluaran tangki silinder kaca hingga menunjukkan skala rotameter 0.
3. Buka katup udara laju alir pengisian tangki.
4. Amati setiap kenaikan level (0-100%)
5. Catat waktu yang dibutuhkan untuk setiap penaikan level (susuai tugas) dengan
menggunakan stopwatch.
6. Catat nilai Display dan aktualnya.
1.5 Gambar Peralatan

Gambar 1.1 Alat Ukur Level Cair


Gambar 1.2 Rotameter

1.6 Skema Peralatan

Gambar 1.1 skema peralatan level cairan


Gambar 1.3 Skema Peralatan Alat Ukur Level Cair

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran Level


Alat-alat Instrument yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi
permukaan cairan dikenal dengan istilah Level. Pengukuran level adalah yang berkaitan
dengan keterpasangan terhadap peralatan proses yang berbentuk kolom seperti: Tangki,
Drum, Tabung Silinder. Tujuan dari pada pengukuran dan pengendalian level adalah untuk
mencegah agar peralatan Instrumentasi pada suatu lapangan tidak mengalami
kelebihan/kekurangan fluida yang akhirnya dapat merusak peralatan peralatan instrument
tersebut.

2.1.1 Pengukuran Langsung


Tinggi level dapat dilihat langsung dan diduga kedalamannya tanpa harus
mengalami proses pengubahan bentuk bacaan dari hasil pengukuran, seperti Gambar 2.1 ini
dikarenakan oleh mekanisme tertentu yang secara langsung dapat diamati. Biasanya
metoda pengukuran langsung ini dipakai oleh industri yang memerlukan tempat
penampungan atau tangki yang berukuran kecil, dan ditunjukkan dalam satuan pengukuran
panjang (meter). Dengan diketahuinya tinggi level maka volume dari cairan yang diukur
dapat diketahui bila diinginkan.

TINGGI CAIRAN

DILIHAT LANGSUNG

Gambar 2.1. Pengukuran Langsung

Pengukuran level secara visual atau secara langsung dapat dilihat dengan bantuan alat ukur
instrument maka dapatlah diketahui level dari media yang diukur.
Ada beberapa metode pengukuran langsung antara lain:
a. Pengukuran Permukaan Dengan Gelas Penunjuk (sight glass)
Gelas penunjuk ini berhubungan dengan cairan di dalam tangki dan
diletakkan disamping tangi yang berisi cairan. Menurut hukum bejana
berhubungan, tinggi tangki dan pada gelas petunjuk selalu sama. Jadi, dengan
mengatur tinggi cairan di dalam tinggi. Untuk dapat melihat tinggi ini,cairan yang
akan diukur harus bening dan tidak boleh keruh karena akan menggangu
penglihatan pada gelas petunjuk.
Tentunya gelas petunjuk ini adalah bila gelas petunjuk ini pecah maka
cairan di dalam tangki akan tumpah keluar. Selain itu biasanya batas ukurnya
hanya sampai kira- kira satu meter. Pada gambar 2.2 terlihat cara pengukuran
dengan gelas petunjuk baik dalam tangki terbuka maupun tertutup.

Gambar 2.2. Pengukuran Permukaan Dengan Gelas Penunjuk

Kelebihan:
1. Pembacaan langsung sangat memungkinkan.
2. Perancangan khusus tersedia untuk penggunaan sampai 316 o C dan 1000 psi.
3. Glass tahan terhadap korosi.
Kekurangan:
1. Hanya dapat dibaca di lokasi tangki.
2. Cairan di dalam sight glass mungkin membeku pada musim dingin, sehingga
menyebabkan kesalahan pembacaan.
3. Cairan yang mengandung padatan tak-larut atau cairan kental (viscous) tidak
dapat diukur levelnya dengan baik.
4. Akurasi tergantung pada kebersihan glass dan cairan.
b. Pengukuran Permukaan Dengan Pelampung (float)
Pada gambar 2.3 terlihat salah satu dari banyak sekali cara-cara
pengukukan dengan pelampung, tetapi pada dasarnya mempunyai prinsip yang
sama, yaitu gerakan permukaan cairan diikuti dengan gerakan pelampung yang
selanjutnya dihubungkan pada jarum berskala. Hubungan antara pelampung jarum
penunjuk bisa berupa tali, kawat dengan katrol atau batang kaku dengan suatu
engsel.
Dengan menggunakan pelampung, daerah kerja pengukur permukaan
dapat diperbesar (lebih dari 1 meter). Skala pembacaan dapat diletakkan pada
tempat yang tinggi atau rendah, atau terpisah jauh dari tangki cairan. Untuk
memperoleh ketelitian yang baik, pelampung harus tercelup sampai batas
penampang.

Gambar 2.3. Pengukuran Permukaan Dengan Pelampung

Kelebihan:
1. Memungkinkan membaca level cairan di dalam tangki dari level dasar,
meskipun tangki dipasang di daerah bawah tanah.
2. Beaya murah, dan perancangannya terpercaya.
3. Dapat dioperasikan pada suhu yang relatif tinggi.
4. Terdapat berbagai pilihan material yang tahan korosi untuk merancang tipe
ini.
Kekurangan:
1. Terbatas untuk pengukuran level menengah (moderate).
2. Bentuknya disesuaikan dengan geometri tangki.
2.1.2 Pengukuran Tidak Langsung
Dalam metoda tidak langsung, perubahan tinggi rendahnya level yang
terjadi dialihkan dengan penggunaan mekanisme tertentu, sehingga besaran sinyal
dapat diamati. Gaya pada cairan menghasilkan gerak mekanik. Pergerakan mekanik
ini kemudian dikalibrasikan kedalam bentuk angka-angka. Mekanisme pengalihan
perubahan tinggi rendahnya level yang terjadi menjadi suatu besaran sinyal, seperti
pada Gambar 2.4.

TINGGI CAIRAN

GERAK MEKANIK

KALIBRASI

Gambar 2.4. Metode Pengukuran Secara Tidak Langsung

a. Sistem Jebakan Udara (air bellows)


Dalam hal ini tidak ada difragma yang sesuai untuk sesuatu cairan, maka
dapat dipakai sistem jebakan udara. Sistem ini terdiri dari satu kotak dengan lubang
di bawahnya. Dan yang dipasang di ujung pipa yang dicelupkan ke dalam cairan
seperti terlihat pada gambar 2.5 lubang kotak dibiarkan tanpa diafragma. Karena
udara di dalam kotak mendapat tekanan cairan maka akan terdesak ke atas.Tekanan
ini diteruskan ke pengukur tekanan. Dengan mengetahui besarnya tekanan ini dapat
diketahui tinggi cairan di dalam tangki.
Agar kenaikan cairan di dalam kotak tidak terlalu besar, maka volume
kotak dibuat jauh lebih besar dari pada volume pipa diatasnya. Sistem jebakan udara
ini mempunyai kerugian yaitu bila dipakai untuk cairan yang dapat melarutkan
udara. Bila udara larut di dalam cairan maka cairan akan naik ke dalam kotak
dan pengukuran menjadi tidak teliti lagi. Untuk itu maka jebakan udara dan
kemudian dicelupkan kembali. Bisa juga dibuat saluran ke suatu sumber udara
seperti pada sistem gelembung udara untuk mengisi udara kembali. Dengan cara ini
jebakan udara tidak perlu lagi diangkat keluar cairan.
Gambar 2.5 Sistem Jebakan Udara

b. Pengukuran Permukaan Dengan Manometer Pipa U

Pada gambar 2.6 terlihat manometer pipa U yang dipakai untuk


mengukur permukaan cairan di dalam tangki terbuka. Dengan mengukur tinggi
h dari cairan manometer dapat dipakai tinggi H dari cairan di dalam tangki, yaitu
dengan menggunakan persamaan:

pgm
h= xh
pgt

Dimana :
gm = berat jenis cairan manometer
gt = berat jenis cairan di dalam tangki

Untuk mengukur permukaan di dalam tangki tertutup dapat dipakai


manometer pipa U seperti yang terlihat pada gambar 2.6, pada kaki kiri dari
manometer yang dibuat lebih besar dari pada kaki kanan, dipasang suatu
pelampung.
Pelampung ini dipakai untuk mengukur perubahan tinggi cairan di kaki
kiri. Tinggi cairan h di dalam tangki dapat diketahui dengan mengukur
perubahan kedudukan pelampung d, dengan persamaan:
h=
[ (
pgm
pgt
1+
A2
A1 )
1 dho
]

Dimana :
gm = berat jenis manometer
gm = berat jenis caira dalam tangki
A1 = luas penampang kaki kanan
A2 = luas penampang kaki kanan
d = perubahan kedudukan pelampung
ho = Tinggi mula-mula cairan dalam tanngki

Bila diinginkan agar cairan di dalam tangki tidak mengadakan kontak


langsung dengan cairan manometer, dipakai cairan pemisah seperti terlihat pada
gambar 2.6. Untuk mengukur tinggi batas antara dua cairan berlainan di dalam
suatu tangki dapat juga dipakai manometer pipa U.

h=
[( pgm pg1 A 2
)
pg 2 pg 1 A 1
=+(pgmpg 1
pg 2pg 1 )]
d ho

Dimana :
gm = berat jenis cairan manometer
g1 = berat jenis cairan yang ringan
g2 = berat jenis cairan yang berat
A2 = luas penampang kaki kanan
A1 = luas penampang kaki kiri
d = perubahan kedudukan pelampung
ho = Tinggi mula-mula cairan dalam tanngki
Gambar 2.6 Pengukur Permukaan Tangki Tertutup dengan Pipa U

2.3 Pengendalian Level


Adalah mengendalikan level/tinggi suatu cairan didalam suatu wadah tertutup
atau terbuka agar levelnya tetap terjaga. Sebagai contoh dapat dilihat pengendalian level
oleh manusia berdasarkan gambar dibawah ini.

Gambar 2.7 Pengendalian Level Oleh Manusia

Pengendalian seperti diatas disebut pengendalian oleh manusia (manual


control). Sistem pengendalian manual masih tetap dipakai pada beberapa aplikasi
tertentu. Biasanya proses ini dipakai pada proses-proses yang tidak banyak
mengalami perubahan beban (load) atau pada proses yang tidak krisis. Load (beban)
di dalam contoh pengendalian di atas adalah flow pemakaian air pada pabrik. Kalau
pemakaian air oleh pabrik tidak sering berubah-ubah, operator tidak perlu terus-
menerus mengamati level dan menambah atau mengurangi bukaan valve. Tetapi kalau
load selalu berubah-ubah, operator terpaksa harus mengamati level dan segera
melakukan koreksi terhadap naik turunnya level. Keteledoran operasi akan
menyebabkan air tumpah, atau sebaliknya tangki menjadi kosong. Dari keadaan di
atas, dapat dengan mudah dimengerti bahwa dasar utama pemilihan pengendalian
manual adalah karena keperluan proses memang memungkinkan untuk pengendalian
manual.
Perhatikan sistim tinggi cairan dalam berikut dibawah ini. Sistem ini disebut
Single Prosses Capacity karena hanya memiliki satu unit proses yaitu sistem tinggi
cairan dalan tangki. Sistem pengendalian ini juga disebut linier open loap system,
karena mempunyai satu unit proses yang dikendalikan secara manual.

Gambar 2.8 Sistem tinggi cairan dalam tangki

Neraca untuk tangki diatas adalah:

dh
q q0= A ... ..1
dt

Asumsikan harga dimensi adalah konstan. Maka persamaan 1) diatas dapat dituliskan
sbb:
Dalam keadaan steady state, persamaan 2) diatas dapat dituliskan sbb:

Tanda s pada persamaan 3) diatas menyatakan kecepatan aliran flida yang masuk dam
keluar pada keadaan stedy state.Deviasi keadaan unstedy state dan keadaaan stedy
stste dapat didefinisikan sebagai:

Dimana:

Maka persamaan 4) dapat dituliskan sebagai:

Karena aliran fluida bersifat laminer, Q0 mempunyai hubungan linear terhadap H,


maka:

Dengan menggabungkan persamaan 5) dan 6) dihasilkan persamaan 7) dibawah ini:


Dimana = A.R = tetapan waktu (time konstan atau lag time)

A = luas penampang tangki

Dengan transformasi laplace, persamaan 7) dapat digunakan untuk menentukan


bentuk fungsi transfer dan blok diagram sistem pengendalian di atas.

Persamaan 7) berubah menjadi :

Transformasi laplace persamaan 6) menghasilkan :


Dengan menggabungkan persamaan 8) dan 10) dapat persamaan 11) sbb :

Tanda s pada persamaan (11) di atas menyatakan persamaan masih dalam bentuk
transformasi laplace dan dapat dirobah ke dalam bentuk fungsi dengan invers
tansformasi laplace.

Pada persamaan (11) input proses dalam bentuk transformasi laplace adalah Q(s) dan
output proses adalah Q0 (s). Dalam ilmu sistem mengendalikan proses, fungsi transfer
dinyatakan sbb :

Maka fungsi transfer sistem pengendalian di atas adalah :

Dan blok diagram sistem penngendalian di atas dapat dituliskan sbb :


Perlu ditegaskan bahwa fungsi transfer pada persamaan 13) di atas adalah
bentuk fungsi transfer yang umum dan khas bagi single capacity proses, yang
dikontrol secara secara manual dan akan berubah tergantung dari input proses yang
masuk.

2.3 pengelompokkan jenis jenis metode pengukuran level


Beberapa jenis methode pengukuran level atau tinggi permukaan untuk
fluida yang sering digunakan di industri proses, dapat dikelompokkan sebagai
berikut :

1. Displacement

2. Differential pressure

3. Capacitance

4. Ultrasonic

5. Radar

6. Radiation

A. Displacement Type
1. Prinsip Operasi
Prinsip kerja alat ini yaitu jika sebuah pelampung diapungkan pada
permukaan fluida, maka pelampung akan naik dan turun mengikuti gerakan dari
permukaan fluida yang bersangkutan. Selanjutnya dengan suatu mekanisme,
pergerakan pelampung ini dapat ditranslasikan kedalam alat ukur displacer level
berdasarkan prinsip Archimedes.

Displacement atau buoyancy method pada gambar di atas, adalah metode


pengukuran tinggi permukaan fluida yang paling banyak digunakan sejak beberapa
tahun yang lalu. Metode ini masih tetap popular untuk fluida yang bersih, namun
banyak proses yang mengandung slurry yang cenderung mengakibatkan coat
pada alat ukur jenis tersebut. Sehingga diperlukan metode lain yang lebih dapat
diterima.
2. Klasifikasi Displacement Device
Peralatan Displacement Device dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
yaitu external installation dan internal installation.

(a) Pemasangan External (b) Pemasangan Internal

Gambar 2.9 Level Device - Displacement type

3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dan kekurangan dari metoda displacement adalah :
Kelebihan :
Akurasinya tinggi
Handal pada liquid yang bersih.
Metoda terbukti (proven)
Dapat dipasang secara internal atau secara eksternal.
Pemasangan secara external pada unit dapat di blok dengan valve untuk
maintenance.
Dapat digunakan untuk mengukur liquid interface.

Kekurangan :
Range terbatas (level > 48 inches sukar untuk ditangani).
Biaya meningkat untuk unit eksternal sehubungan dengan pressure rating
meningkat.
External units kemungkinan memerlukan pemanas (heating) untuk
menghindari pembekuan (freezing).
External units kemungkinan menghasilkan kesalahan disebabkan perbedaan
temperature antara fluida didalam vessel dengan fluida di dalam level
chamber.

B. Differential Pressure Type


1. Prinsip Operasi
Pengukuran level jenis differential pressure (DP) didasarkan pada prinsip
hydrostatic head. Prinsip ini mengatakan bahwa pada setiap titik di dalam fluida
yang diam (static), gaya yang bekerja padanya adalah sama untuk semua arah dan
tidak tergantung pada volume fluida maupun bentuk ruang atau tempat dimana fluida
berada, tetapi hanya bergantung pada tinggi kolom fluida di atas titik yang
bersangkutan. Oleh karena itu hydrostatic head sering dinyatakan dalam satuan
tekanan.
Hydrostatic head dapat dinyatakan dalam betuk persamaan :

P=.g.h

Dimana :
P = tekanan hydrostatic head (N/m2 atau Pascal)
= fluid density (Kg/m3)
g = gravity acceleration constant (9.81 m/s2 or 32.2 ft/s2)
h = level fluid (m)

Aplikasi pengukuran level dengan menggunakan metoda perbedaan tekanan


atau tekanan hidrostatik telah mengalami kemajuan yang signifikan beberapa tahun
lalu. Peralatan D/P ini memungkinkan untuk mengukur level dengan range yang lebar
pada services yang bersih, korosif, slurry dan high viscous. Hampir semua jenis
peralatan D/P dapat digunakan untuk mengukur level jika peralatan tersebut tersedia
dalam range yang diperlukan untul level yang dimaksud. Pada umumnya range D/P
untuk level adalah sekitar (10 ~ 150) inches H20.

2. Klasifikasi Differential Pressure Device


Peralatan D/P dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu sealed dan
nonsealed system.
a. Nonsealed system
Peralatan differential pressure (D/P cell transmitter) seperti pada gambar di
bawah biasanya digunakan untuk mengukur flow, namun dapat juga digunakan untuk
mengukur level. Peralatan D/P ini dalam aplikasinya digunakan secara kontak
langsung dengan fluida dan dapat dibersihkan dengan gas atau liquid yang sesuai.
(a) D/P cell Transmitter (b) D/P Cell untuk aplikasi pengkuran Level

Gambar 2.10 DP cell Nonsealed System

Kelebihan :
Akurasi baik
Dapat digunakakan pada range level yang lebar.
Tersedia didalam banyak material konstruksi.
Dapat dibersihkan (dipurge) untuk penggunaan service yang korosif dan
slurry.
Biaya pengadaan awal : sedang (moderat).
Dapat diisolasi dan zero ditempat.

Kekurangan :
Kesalahan (error) disebabkan oleh density yang bervariasi.
Lead line / impuls line (low pressure) tidak dibutuhkan pada aplikasi
atmospheric.
Pemanasan (heating) pada lead line / impuls line kadang-kadang dibutuhkan.
Problem operasi dan maintenance sering terjadi disebabkan kegagalan purged
lines.
Perbersihan material sering dilakukan pada servis proses yang sulit.

b. Sealed system
Untuk memenuhi persyaratan aplikasi pengukuran level yang sulit misalnya
pada material seperti slurry dan high viscous, sealed system sering memberikan solusi
yang sesuai untuk pengukuran level tersebut. Gambar di bawah memperlihatkan D/P
cell jenis sealed system, di mana measuring element terisolasi dari cairan proses
(process liquid).
(a) D/P Cell Transmitter (b) D/P Cell untuk level

Gambar 2.11 DP cell Sealed System

Kelebihan :
Purge tidak diperlukan
Baik untuk slurry dan material yang korosif.
Range pengukuran : lebar.
Akurasi : sedang ~ tinggi
Dapat digunakan untuk vessel yang terbuka atau tertutup.
Baik untuk temperature relative tinggi.
Pemasangan simple dan mudah.

Kekurangan :
Unit tidak dapat dilepas untuk tujuan maintenance tanpa menshutdown
peralatan (equipment).
Density yang bervariasi menyebabkan error.
Letak pemasangan harus dipertimbangkan sehubungan dengan pengaruh pada
kalibrasi.
Perubahan temperature ambient menyebabkan error pada jenis capillary filled
system.

C. Capacitance Type
1. Prinsip Operasi
Sebuah kapasitor terbentuk ketika elektroda sensor level dipasang didalam
sebuah vessel. Tangkai metal dari elektroda bertindak sebagai satu plate dari kapasitor
dan dinding tangki bertindak sebagai plate yang lain (untuk non metallic vessel
dibutuhkan reference elektroda sebagai plate yang lain dari kapasitor).
Ketika level fluida naik, udara atau gas yang semula melingkupi electrode
akan digantikan oleh material (fluida) yang mempunyai konstanta dielektik (dielectric
constant) yang berbeda, sehingga suatu perubahan didalam nilai kapasitor terjadi
sebab dielektrikum antara plat telah berubah. RF (Radio Frequerncy) capacitance
instrument mendeteksi perubahan tersebut dan mengkonversinya kedalam suatu sinyal
keluaran secara proporsional.

Hubungan kapasitansi digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

C = 0.225 K ( A / D )

Dimana :
C = Capacitance (picoFarads)
K = Dielectric constant dari material
A = Area of plates (square inches)
D = Distance between the plates (inches)

2. Klasifikasi Differential Pressure Device


Capacitance Level measurements diklasifikasikan ke dalam dua kategori
yaitu continuous measurement dan point measurement.
1. Continuous Measurement

Gambar 2.12 Continuous measurement

Kelebihan :
Dapat digunakan untuk beberapa aplikasi di mana jenis yang lain tidaklah
mungkin digunakan.
Biaya pemasangan awal : sedang
Akurasi ; sedang
Dapat digunakan pada aplikasi high temperature dan high pressure.
Dapat digunakan untuk services polymer dan slurry.
Kekurangan :
Pada banyak kejadian, membutuhkan kalibrasi khusus.
Terpengaruh oleh density bervariasi dari material yang diukur.
Pembacaan error ketika terjadi lapisan (coating) pada probe.

D. Ultrasonic Types
1. Prinsip Operasi
Ultrasonic transmitter bekerja dengan prinsip pemancaran gelombang suara
dari peizo electric transducer kedalam vessel yang berisi material proses. Alat ini
mengukur lama waktu yang dibutuhkan gelombang suara yang dipantulkan kembali
ke transducer. Pengukuran yang baik tergantung pada pantulan gelombang suara dari
material proses secara garis lurus yang kembali ke transducer.

Ultrasonic level detectors pada gambar di bawah digunakan terutama untuk


point measurement. Alat ini sudah digunakan sejak tahun 1960, hampir sama seperti
capacitance probe, alat ini juga sering digunakan untuk mengukur level pada service
dimana sering timbul permasalahan bilaman menggunakan metoda pengukuran
tradisional.

2. Kelebihan dan Kekurangan

Gambar 2.13 Ultrasonic Level Measurement Devices

Keuntungan
Tidak ada part yang bergerak (No moving parts), membutuhkan sedikit
maintenance.
Teknologi Non-contact
Mudah dipasang dan dikalibrasi
Akurasi baik bilamana aplikasi sesuai.
Dapat diaplikasikan pada pengukuran level material seperti powder, fluida
yang mengandung padatan serta slurry.
Kekurangan
Tidak dapat beroperasi pada vakum dan tekanan tinggi.
Range Temperature dan Pressure terbatas.
Harga relative tinggi.
Posisi sangat sensitive disbanding teknologi lain.

E. Radar Type
1. Prinsip Operasi
Teknologi radar untuk aplikasi pengukuran level yang ada dipasaran adalah
Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) atau Pulse Wave Time of Flight.
Sistem Pulsed Wave bekerja dengan memancarkan suatu gelombang mikro
(microwave) ke arah material proses, gelombang ini dipantulkan oleh permukaan dari
material proses dan dideteksi oleh sensor yang sama yang bertindak sebagai penerima
(receiver). Level ditentukan dari waktu tempuh dari sinyal gelombang mikro dari
transmitter ke receiver.

Sistem FMCW bekerja dengan memancarkan suatu signal frekuensi secara


terus menerus dan jarak ditentukan dari perbedaan frekwensi antara sinyal transmitter
dan receiver pada setiap titik pada waktunya. Secara umum prinsip kerja dari radar
level adalah sebagai berikut ; Level dari cairan diukur dengan radar pulsa yang
pendek yang dipancarkan dari antenna di bagian puncak tanki ke arah cairan. Setelah
radar pulsa dipantulkan oleh permukaan cairan, maka antena menerima pulsa tersebut.
Jarak dari meter gauge ke permukaan cairan (d) adalah sebanding dengan waktu
tempuh pulsa gelombang micro (t). Frekuensi yang digunakan radar adalah 5.8 GHZ (
6.3 GHZ di AS).

Distance = C . (time of flight / 2)


Gambar 2.14 Prinsip Kerja Radar Level

2. Kelebihan dan Kekurangan

Gambar 2.15 Radar Level Measurement

Kelebihan :
Teknologi : Non-contact
Akurasi : tinggi

Kekurangan :
Biaya pengadaan awal : tinggi
Pressure rating : terbatas
Tidak dapat mengukur interface

F. Radiation Type
1. Prinsip Operasi
Seperti beberapa metoda pengkukuran level lainnya, jenis radioactive
(nucleonic) digunakan juga sebagai continuous measurement dan point measurement.
Pada continuous measurement, radiation level menyediakan persentase dari
penurunan transmisi sesuai level, dan untuk point measurement, radiation level
menyediakan suatu fungsi switch on/off. Radio isotop yang digunakan pada
pengukuran level akan memancarkan energi pada suatu tingkat rate yang konstan
secara acak. Radiasi gamma adalah sumber yang secara umum digunakan untuk
nucleonic level gauging.
Panjang gelombang pendek dan energi yang tinggi dari radiasi gamma
menembus dinding vessel dan media proses. Sebuah detektor di sisi yang lain dari
vessel mengukur kekuatan bidang radiasi dan menyimpulkan level di dalam vessel.
Secara umum, radioactive level adalah metoda pengukuran level yang mahal dan
perlu dipertimbangkan secara serius bilamana akan diimplementasikan. Bukan hanya
hardware yang mahal, tetapi calibration dan testing juga membutuhkan waktu yang
lama serta biaya opearasi yang tinggi. Oleh karena alat ini sering digunakan sebagai
metoda terakhir yang dipilih bila semua metode gagal digunakan pada suatu aplikasi,
maka biaya keseluruhan tetap dipertimbangkan secara ekonomis dalam pemilihannya.

2. Klasifikasi Radiactive Level Device


a. Continuous Systems

Gambar 2.16 Nucleonic Continuous Level Measurement


b. Point Measurement

Gambar 2.17 Nucleonic Point Level Measurement

3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
Tidak ada part yang bergerak (No moving parts), membutuhkan sedikit
maintenance.
Instalasi eksternal sehingga mudah di-retrofit atau instalasi baru.
Kehandalan (reliability) tinggi.

Kekurangan :
Biaya pengadaan awal : tinggi
Memerlukan perijinan oleh agen pengatur.
Berbahaya dan memerlukan penangan secara khusus.

BAB III
DATA PENGAMATAN & PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Tabel Data Pengamatan Kalibrasi Rotameter

Laju Alir Keluar, Fo =


Skala V V
Volume Air, Waktu, t t
Rotamete (ml t
V (ml) (s) (s)
r )
(ml/s)
1 0 0 0 200 0
200 39 39 5,13
400 74 35 5,71
600 115 41 4,87
800 153 38 5,26
1000 194 41 4,87
Total Laju Alir Keluar (Fi) Rata - rata 5,17
0 0 0 0
200 24 24 8,33
400 50 26 7,69
3 200
600 77 27 7,41
800 104 27 7,41
1000 131 27 7,41
Total Laju Alir Keluar (Fi) Rata - rata 7,65
0 0 0 0
200 15 15 13,33
400 31 16 12,5
5 200
600 47 16 12,5
800 64 17 11,76
1000 80 16 12,5
Total Laju Alir Keluar (Fi) Rata - rata 12,52
0 0 0 0
200 11 11 18,18
400 23 12 16,66
7 200
600 35 12 16,66
800 48 13 15,38
1000 60 12 16,66
Total Laju Alir Keluar (Fi) Rata - rata 16,71
0 0 0 0
200 8 8 25
400 17 9 22,22
9 200
600 26 9 22,22
800 36 10 20
1000 48 12 16,66
Total Laju Alir Keluar (Fi) Rata - rata 21,22
3.1.2 Tabel Data Pengamatan Pengisian Tangki Silinder Kaca

Level (%) Waktu Rata -


Rerata Display Laju Alir Masuk, Fi =
rata, t (s) t V
(%) V
N Waktu, t (s) I + II + III
Display I + II + III (s) (ml) t (ml/s)
o Aktual 3
3
I II III I II III
1 0 24,2 24,2 24,3 24,23 0 0 0 0 0 0
2 10 33,8 33,3 33,3 33,46 46 36 46 42,6 42,6 17,84
3 20 43,7 43,5 43,8 43,66 83 80 87 83,3 40,7 18,67
4 30 53,9 53,8 54,2 53,96 112 120 119 117 33,7 22,55
5 40 63,9 64 64,4 64,1 142 144 143 143 26 29,23
6 50 73,7 73,5 73,9 73,56 146 190 165 167 24 760 31,66
7 60 83,6 83,7 84,5 83,93 163 258 202 207,6 21,3 35,68
8 70 93,6 93,7 94,5 93,93 156 223 180 186,3 19,3 39,37
9 80 101,9 103,6 104,3 103,26 168 291 218 225,6 18 42,22
10 90 109,5 109,5 109,5 109,5 172 325 233 243,3 17,7 42,93
11 100 109,5 109,5 109,5 109,5 177 340 262 260 16.7 45.5
Total Laju Alir Masuk (Fi) Rata-rata 32.565
3.1.3 Tabel Data Pengamatan Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala
Rotameter Mula-mula (4) dengan bukaan valve 100 %.

Skala Level (%) Waktu, t Laju Alir Keluar, Fo


No t (s)
Rotameter Aktual Display (s) (ml/s)
1 4 100 109.6 0 0 9.9
2 4 95 109.6 37.21 37.21 9.9
3 4 90 109.6 71.19 33.98 9.9
4 3.9 85 109.6 102.86 31.67 9.79
5 3.8 80 105.2 137.46 34.6 9.5
6 3.7 75 100.5 171.65 34.19 9.2
7 3.65 70 94.9 206.63 34.98 9.1
8 3.55 65 90.8 242.44 35.81 8.8
9 3.45 60 85.8 280 37.56 8.19
10 3.25 55 80.8 318.9 38.9 8.1
11 3.2 50 75.8 358.28 39.38 8
12 3.1 45 70.7 397.7 39.42 7.8
13 3 40 65.7 440.76 43.06 7.65
14 2.8 35 61.6 483.46 42.7 7.15
15 2.7 30 55.7 527.91 44.45 7.09
16 2.6 25 49.7 577.98 50.07 7
17 2.5 20 45.5 626.34 48.36 6.89
18 2.3 15 40.6 678.58 52.24 6.6
19 2.2 10 35.2 736.93 58.35 6.45
20 2 5 30.3 795.75 58.82 6.23
21 0 0 25.5 859.74 63.99 0
Laju Alir Keluar (Fo) Rata-rata 8.162
3.1.4 Tabel Data Pengamatan Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala
Rotameter Mula-mula (6) dengan bukaan valve 100 %.

Skala Level (%)


Waktu, t Laju Alir Keluar, Fo
No Rotamete Aktua t (s)
Display (s) (ml/s)
r l
1 6 100 109.5 0 0 14.6
2 6 95 109.5 20.90 20.90 14.6
3 5.9 90 109.5 46.68 27.78 14.4
4 5.8 85 109.5 73.22 26.54 14.2
5 5.6 80 105.1 98.77 25.55 13.8
6 5.5 75 100.2 125.01 26.24 13.6
7 5.4 70 95.5 151.32 26.31 13.4
8 5.2 65 90.4 179.64 28.32 12.95
9 5.1 60 85.6 206.95 27.31 12.85
10 5 55 80.7 237.06 30.11 12.52
11 4.9 50 75.3 267.07 30.01 12.25
12 4.8 45 70.2 298.23 31.16 12
13 4.5 40 65.1 330.02 31.79 11.25
14 4.3 35 60.3 362.64 32.62 10.8
15 4.2 30 55.1 397.03 34.49 10.25
16 4 25 50.1 432.07 35.04 9.9
17 3.9 20 45.3 468.24 36.17 9.75
18 3.7 15 40.4 505.75 37.51 9.2
19 3.5 10 34.8 548.58 42.83 8.75
20 3.3 5 30.2 589.68 41.10 8.23
21 0 0 25.4 636.05 46.37 0
Laju Alir Keluar (Fo) Rata-rata 11.965
3.1.5 Tabel Data Pengamatan Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala
Rotameter Mula-mula (8) dengan bukaan valve 100 %.

Skala Level (%) Waktu, t Laju Alir Keluar, Fo


No t (s)
Rotameter Aktual Display (s) (ml/s)
1 8 100 109.5 0 0 18.9
2 8 95 109.5 16.40 16.40 18.9
3 7.9 90 109.5 36.20 19.8 18.7
4 7.8 85 109.5 54.90 18.7 18.5
5 7.6 80 105.4 78.01 19.11 18
6 7.5 75 100 97.98 19.97 17.8
7 7.3 70 95.1 117.77 19.79 17.39
8 7.1 65 90.3 138.54 20.77 16.9
9 6.9 60 85.2 159.95 21.41 16.45
10 6.7 55 80.1 181.78 21.83 16
11 6.5 50 75.3 205.93 24.15 15.6
12 6.3 45 70 227.43 21.50 15.2
13 6.1 40 64.9 251.67 24.24 14.8
14 5.8 35 59.9 276.09 24.42 14.2
15 5.6 30 55.1 301.59 25.50 13.8
16 5.4 25 50.1 327.57 25.98 13.4
17 5.1 20 45.1 354.8 27.23 12.85
18 5 15 40.2 383.43 28.63 12.52
19 4.6 10 34.9 413.40 29.97 11.45
20 4.3 5 29.6 445.88 32.48 10.8
21 0 0 25.3 478.86 32.98 0
Laju Alir Keluar (Fo) Rata-rata 15.608
3.2 Hasil Pengolahan Data
3.2.1 Kurva Kalibrasi Rotameter

f(x) = 2.06x + 2.36

Laju Alir Keluar (ml/s)

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5

Skala Rotameter

Berdasarkan kurva kalibrasi rotameter diatas, dengan acuan skala rotameter dapat
ditentukan laju alir keluar pengosongan tangki dari tabel data pengamatan 3.1.1, 3.1.2, dan
3.1.3 (Dapat dilihat pada lampiran L.4)
50
45 f(x) = 0.51x
40
35
30
25
Laju Alir Masuk (ml/s)
20
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120

Level Aktual (%)

3.2.2 Kurv
a Pengisian Tangki Silinder Kaca

3.2.3 Kurva Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala Rotameter Mula-mula
(4) dengan bukaan valve 100 %.
12

10 f(x) = 0.06x + 4.88

6
Laju Alir Keluar (ml/s)
4

0
0 20 40 60 80 100 120

Level Aktual (%)

3.2.4 Kurva Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala Rotameter Mula-mula
(6) dengan bukaan valve 100 %.

16
f(x) = 0.09x + 6.86
14
12
10
8
Laju Alir Keluar (ml/s)
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120

Level Aktual (%)

3.2.5 Kurva Pengosongan Tangki Silinder Kaca Pada Skala Rotameter Mula-mula
(8) dengan bukaan valve 100 %.
20
18 f(x) = 0.11x + 9.13
16
14
12
10
Laju Alir Keluar (ml/s)
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120

Level Aktual (%)

BAB IV
PEMBAHASAN & KESIMPULAN
4.1 Pembahasan
Pada praktikum Instrument level ini, hal yang dilakukan adalah melakukan
praktikum dan menganalisa hubungan antara level aktual yang terdapat di tangki silinder
kaca terhadap laju alir keluar dan laju alir masuk terhadap fluida (air) yang diamati dengan
melihat waktu yang dibutuhkan fluida untuk mengisi dan mengosongkan tangki.
Pada dasarnya praktikum ini adalah melakukan pengisian dan pengosongan
tangki. Dalam 2 hal ini terdapat perbedaan laju alir masuk dan keluar pada fluida pada
skala rotameter tertentu dan laju alir masuk dan laju alir keluar fluida rata-rata.
Pada perlakuan pengisian tangki, setiap kenailkan level 10 % terdapat kenaikan
laju alir setiap kenaikan levelnya (Sesuai Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Pengisian
Tangki Silinder Kaca). Itu disebabkan karena pengaruh dari pada Tekanan hidrostatik
yang terdapat didalam tangki, dimana kita tahu bahwa persamaan dari tekanan hidrostatik
adalah:

P=.g.h
Keterangan :

P = Tekanan hidrostatik ( N/m2 atau Pascal)

= Massa jenis fluida (kg/m3)

g = gravitasi (9,8 m/s2)

h = Ketinggian / level (m)

Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa Tekanan hidrostatik itu berbanding
lurus dengan ketinggian / level fluida didalam tangki. Maka dari itu, karena setiap detik
pengisian tangki terdapat kenaikan level maka Tekanan hidrostatik semakin besar dan
menyebabkan laju alir masuk fluida setiap kenaikan level dalam tangki itu semakin tinggi.

Pada perlakuan pengosongan tangki dengan skala rotameter mula-mula 4, 6, dan


8 dapat kita lihat pada tabel data pengamatan, pada setiap 5% penurunan level terjadi
penurunan laju alir. Itu disebabkan juga oleh tekanan hidrostatik. Semakin menurun
ketinggian/ level cairan yang kita amati maka semakin rendah pula laju alir keluar fluida
dan menurunnya tekanan hidrostatik.
Dapat kita lihat pada tabel data pengamatan dengan pengesetan skala rotameter
mula-mula 4, 6, dan 8 terdapat perbedaan laju alir keluar fluida rata-rata. Ini disebabkan
oleh pengesetan dari pada skala rotameter mula-mula tersebut yang menyebabkan
perbedaan laju alir fluida (air) keluar rata-rata. Semakin tinggi pengesetan skala rotameter
mula-mula maka semakin tinggi pula laju alir fluida (air) keluar rata-rata.

Dalam hal pengosongan tangki, perlu kita ingat bahwa fluida didalam tangki
adalah fluida statis (diam) sehingga mengalirnya suatu fluida tersebut dipengaruhi oleh
gaya gravitasi sehingga fluida tersebut bisa mengalir. Dan juga karena dibukanya valve
keluaran tangki silinder kaca sehingga fluida bisa mengalir.

25

20 f(x) = 2.06x + 2.36

15

Laju alir keluar (ml/s)


10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Rotameter

Dalam hal kalibrasi rotameter, dapat kita simpulkan bahwa alat rotameter tersebut masih
sangat baik untuk digunakan. Berdasarkan garfik kalibrasi rotameter dibawah ini, garis
linearitas (hitam) masih menyentuh dan tidak terlalu jauh jaraknya terhadap kalibrasi yang
dilakukan. Dari hasil tersebut maka itu menjadi acuan bahwa alat rotameter masih layak
untuk digunakan.
Dalam menentukan laju alir keluar fluida didalam tangki silinder kaca, dapat kita
tentukan laju alir keluarnya berdasarkan kurva kalibrasi rotameter. Tidak bisa kita tentukan

V
Fo=
melalui rumus : t disebabkan pada tinggi level 75% s/d 100% ada sepasang

besi yang terdapat didalam tangki silinder kaca, tetapi tidak terdapat sepasang besi tersebut
pada level 0% s/d 75% tersebut sehingga mempengaruhi volume dari pada fluida (air)
tersebut, sehingga akan terjadi ketidakakuratan dalam perhitungan nantinya.

4.2 Kesimpulan
Setiap kenaikan skala rotameter maka laju alir dari suatu fluida akan meningkat.
2 Tekanan hidrostatik sangat berpengaruh terhadap laju alir keluar dan masuk suatu
cairan dalam tangki.
3 Berdasarkan kurva kalibrasi rotameter, alat rotameter masih sangat baik untuk
digunakan karena masih sangat linear terhadap garis linear yang ada pada kurva
(warna hitam). Terlampir pada kurva 3.2.1 kalibrasi rotameter pada hasil
pengolahan data.
Total laju alir masuk fluida (Fi) rata-rata adalah 32.565 ml/s
Total laju alir keluar fluida (Fo) rata-rata:
Pada skala rotameter mula-mula 4 adalah 8.162 ml/s
Pada skala rotameter mula-mula 6 adalah 11.965 ml/s.
Pada skala rotameter mula-mula 8 adalah 15.608 ml/s.
DAFTAR PUSTAKA

Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST) Direktorat Pengolahan Angkatan XVII-


Balongan 2007.

Dasar-Dasar Instrumentasi Proses DR. ENG. Y. D HERMAWAN.

Forum Universitas Sumatera Utara. 2010. Instrument Level Cairan.


http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1347. Diakses pada tanggal 9 mei
2013. 14.00 Wib

Portal Generasi Muda. 2013. Fluida Statis: Tekanan Hidrostatik & Tekanan Mutlak.
http://www.gomuda.com/2013/01/fluida-statis-tekanan-hidrostatik.html. Diakses
pada tanggal 13 mei 2013. 19.30 Wib.
Lampiran
L.1 Perhitunagan Laju Alir masuk (Fi) pengisian tangki silinder kaca pada level
aktual tangki 10%.

Dik: V = 760 ml

t2 = 42,6 s
t1 = 0 S
Dit: Fi..???
V
Fi=
Jawab: t

760 ml
Fi = (42,60) s

Fi = 17.84 ml/s

L.2 Perhitunagan Laju Alir keluar (Fo) kalibrasi rotameter pada skala rotameter 1

Dik: V = 200 ml

t2 = 39 s
t1 = 0 S
Dit: Fo..???
V
Fo=
Jawab: t

200 ml
Fo = (390) s

Fo = 5,13 ml/s

L.3 Perhitunagan Laju Alir masuk rata-rata (Fi) pengisian tangki silinder kaca

Jumlah Laju Alir masuk setiap kenaikanlevel


Fo=
Banyaknya percobaan

( 17 . 84+18 . 67+22 .55+29 . 23+31 .66 +35 .68+ 39. 37+ 42. 22+ 42. 93+ 45 .5 ) ml /s
Fo=
10

Fo=32.565 ml /s

Note: Untuk menghitung laju alir keluar rata-rata (Fo) pengosongan tangki sama
seperti persamaan menghitung laju alir masuk rata-rata (Fi) pengisian tangki silinder
kaca

L.4 Cara menentukan laju alir berdasarkan skala rotameter berdasarkan kurva
kalibrasi rotameter dengan acuan skala rotameter pada laju alir keluar.
25

20 f(x) = 2.06x + 2.36

15

Laju alir keluar (ml/s)


10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Rotameter

Pada garis vertikal warna biru bisa kita lihat menunjukkan skala rotameter 4,
setelah itu kita tarik keatas menuju garis warna hijau dan kita arahkan ke sisi kiri menuju
garis absis Y dan didapat laju alirnya 9,9 ml/s. Dapat disimpulkan bahwa pada skala
rotameter 4 maka Laju alir keluarnya adalah 9,9 ml/s.

Anda mungkin juga menyukai