a. Jaringan darah (pembuluh darah), menimbulkan shock disebabkan berkurangnya aliran darah
(vasogenic shock) dan berkurangnya volume, darah pada jaringan sel-sel otak disebabkan adanya
penyempitan pembuluh-. pembuluh darah.
b. Jantung merendahkan tekanan/denyut jantung (hypotentie cardiac) terlalu banyak darah
mengalir ke jantung atau terlalu banyak darah dalam jantung (kongesti jantung).
a. Rasa sakit
c. Depresi (penekanan) terhadap sarap pusat ditandai dengan timbulnya kelumpuhan reflek
umum, terhentinya alat pernapasan (asphyxia) dan gangguan metabolisme dalam sel-sel otak.
3. Pengaruh terhadap alat pencernaan seperti rongga mulut (gastro intestinal tracts), seperti rasa
mual (nausea), muntah, rasa sakit daerah lambung (abdominal pain) dan mencret (diare).
4. Pengaruh terhadap alat perkencingan, seperti gangguan pengeluaran air kencing/ kencing
sedikit-sedikit (urinary retention) gejala kerusakan ginjal.
5. Kerusakan pada hati (hepar), pingsan disebabkan gangguan pada hati (hepatic coma).
6. Pengaruh terhadap keseimbangan air dalam elektrolit dalam tubuh (dehydrasi), yaitu
keseimbangan garam (NaCl), keseimbangan asam dan basa (acidosis dan alkalosis), gangguan
keseimbangan postasium dan kalsium dalam darah.
7. Luka bakar kimia pada kulit, selaput lendir pada mulut/tenggorok (moucus membrance) dan
selaput lendir mata.
Diagnosis keracunan
Penatalaksanaan awal pasien koma, kejang, atau perubahan keadaan mental lainnya hams
mengikuti cara pendekatan yang sama tanpa memandang jenis racun penyebab. Usaha untuk
membuat diagnosis toksikologi khusus hanya memperlambat penggunaan tindakan suporitif
yang merupakan bentuk dasar (ABCD) pada pengobatan keracunan.
Pertama, saluran napas (A) harus dibersihkan dan muntah atau beberapa gangguan lain dan, bila
diperlukan, suatu alat yang mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa
endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi dekubitus
lateral cukup untuk menggerakkan lidah yang
kaku (flaccid) keluar dan saluran napas. Pernapasan (B) yang adekuat harus diuji dengan
mengobservasi dan mengukur gas darah arteri. Padan pasien dengan insufisiensi pernapasan
harus dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik. Sirkulasi (C) yang cukup harus diuji dengan
mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk
intravena harus dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa dan untuk
pemeriksaan rutin lainnya.
Pada waktu ini, setiap pasien dengan keadaan mental yang berubah harus diberi larutan dekstrosa
pekat (D). Orang dewasa diberikan larutan dekstrosa sebanyak 25 g (50 mL larutan dekstrosa
50% secara intravena. Dekstrosa ini harus diberikan secara rutin, karena pasien koma akibat
hipoglikemia yang dengan cepat dan ireversibel akan kehilangan sel-sel otak. Pasien
hipoglikemia mungkin tampak sebagai pasien keracunan, dan tidak ada metode yang cepat dan
dapat dipercaya untuk membedakannya dan pasien keracunan. Pada umumnya pemberian
glukosa tidak berbahaya sementara menunggu hasil pemeriksaan gula darah. Pada waktu ini,
pasien alkoholik atau malnutrisi juga harus diberi 100 mg tiamin intramuskular untuk mencegah
timbulnya sindrom Wernicke.
Antagoais narkotik nalokson (Narcan) dapat diberikan dengan dosis 0,4-2 mg intravena.
Nalokson akan memulihkan pemapasan dan depresi sistem saraf pusat akibat semua jems obat
narkotika. Ada manfaatnya untuk mengingat bahwa obat-obat ini menimbulkan kematian
terutama akibat depresi pernapasan; karena itu, bila bantuan pernapasan dan pembebasan saluran
pernapasan telah diberikan, nalokson mungkin tidak diperlukan lagi. Antagonis benzodiazepin
flumazenil bermanfaat pada pasien dengan kecungaan takar lajak benzodiazepin, tetapi tidak
boleh digunakan bila terdapat riwayat kejang atau takar lajak antidepresan trisiklik, dan obat ini
tidak boleh digunakan sebagai pengganti penatalaksanaan saluran napas secara hati-hati.
Penatalaksanaan keracunan memerlukan satu pengetahuan tentang bagaimana mengobati
hipoventilasi, koma, syok, kejang, dan psikosis. Pertimbangan toksikokinetik yang mendetil titik
banyak artinya bila fungsi-fungsi vital tidak dipertahankan. Hipoventilasi dan koma memerlukan
perhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas darah arteri harus sering diperiksa,
dan aspirasi isi lambung harus dicegah. Penatalaksanaan cairan dan elektrolit mungkin
kompleks. Monitoring berat badan, tekanan vena sentral, tekanan yang mendesak kapiler paru,
dan gas darah arteri diperlukan untuk memastikan pemberian cairan mencukupi tetapi tidak
berlebihan. Dengan tindakan suportif yang tepat untuk koma, syok, kejang, dan agitasi,
umumnya memberikan harapan hidup bagi pasien keracunan.
Riwayat dan pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan intervensi awal yang esensial, dapat dimulai evaluasi yang terinci untuk
membuat diagnosis spesifik. Hal ini meliputi pengumpulan riwayat yang ada dan melakukan
pemeriksaan fisik singkat yang berorientasi pada toksikologi. Penyebab koma lainnya atau
kejang seperti trauma pada kepala, meningitis, atau kelainan metabolisme harus dicari dan
diobati.
A. Riwayat: Pemyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat yang ditelan dalam
kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai. Bahkan anggota keluarga, polisi, dan
pemadam kebakaran atau personil paramedis harus ditanyai tintuk menggambarkan lingkungan
di mana kedaruratan toksik ditemukan dan semua alat suntik, botol-botol kosong, produk rumah
tangga, atau obat-obat bebas di sekitar pasien yang kemungkinan dapat meracuni pasien harus
dibawa ke ruang gawat darurat.
B. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan penekanan pada daerah
yang paling mungkin memberikan petunjuk ke arah diagnosis toksikologi. Hal ml tertnasuk
tanda-tanda vital, mata dan mutut, kulit, abdomen, dan sistem saraf.
1. Tanda-tanda vital- Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh) merupakan hal yang esensial dalam kedaruratan toksikologi.
Hipertensi dan takikardia adalah khas pada obat-obat amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin,
dan antimuskarinik. Hipotensi dan bradikardia, merupakan gambaran karakteristik dan tkar
lajak narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta bloker. Takikardia dan hipotensi sering terjadi
dengan antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan teofihin. Pernapasan yang cepat adalah khas pada
amfetamin dan simpatomimetik lainnya, salisilat, karbon monoksida dan toksin lain yang
menghasilkan asidosis metabolik. Hipertermia dapat disebabkan karena obat-obat
simpatomimetik, antimuskarinik. salisilat dan obat-obat yang menimbulkan kejang atau
kekakuan otot. Hipotermia dapat disebabkan oleh takar lajak yang berat dengan obat narkotik,
fenotiazin, dan obat sedatif, terutama jika disertai dengan pemaparan pada lingkungan yang
dingin atau infus intravena pada suhu kamar.
2. Mata. Mata merupakan sumber informasi toksikologi yang berharga. Konstriksi pupil (miosis)
adalah khas utituk keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida organofosfat dan
penghambat kolinesterase lainnya, serta korna yang dalatn akibat obat sedatif. Dilatasi pupil
(midriasis) umumnya terdapat pada amfetamin, kokain, LSD, atropin, dan obat antirnuskarinik
lain. Nistagmus riorizontal dicirikan pada keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan
obat seclatit lain. Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan
fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari botulinum.
Universitas Gadjah Mada 5
3. Mulut. Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif. atau jelaga
dan inhalasi asap. Bau yang kaas dan alkohol, pe(arut hidrokarbon. Paraldehid. atau amonia
mungkin perlu dicatat. Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeiriksa
sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan organofosfat telah dilaporkan menghasilkan bau
seperti bau bawang putih.
4. Kulit. Kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan atropin dan
antim.uskarinik lain. Keringat yang herlebihan diternukan pada keracunan dengan organofosfat,
nikotin, dan ohat-obat simpatomimetik. Sianosis dapat disehabkan oleh hipoksemia atau
methemoglohinemia. Ikterus dapat memheri kesan adanya nekrosis hati akilat keracunan
asetaminofen atau jamur A manila phailoides.
5. Abdomen. Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada keracunan
dengan antimuskarinik, narkotik, dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif, kramp perut, dan
diare adalah urnum terjadi pada keracunan dengan organofosfat, besi, arsen, teofihin, dan
A.phalloides.
6. Sistem saraf. Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit
motorik lebih menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial akibat trauma)
daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus, disartria, dan ataksia adalah khas pada
keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan keracunan sedatif lainnya. Kekakuan dan
hiperaktivitas otot umum ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP), dan obat-
obat simpatomimetik. Kejang sering disehabkan oleh takar lajak antidepresan trisiktik, teotilin,
isoniazid, dan fenotiazin. Koma ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik mungkin
terlihat pada koma yang dalam karena obat narkotika dan sedatif-hipnotik, dan mungkin
menyerupai kematian otak.
Sindrom Toksik
Berdasarkan pemeriksaan Gambaran Klinik Intervensi Kunci
Fisik awal, diagnosis
tentatif jenis keracunan
dapat dimungkinkan. Tabel
60-1 dicantumkan daftar
karakteristik dari beberapa
sindrom keracunan yang
penting. Golongan Obat
Antidepresan Gambaran antikolinergik Kontrol kejang, koreksi
(misalnya, amitriptilin, umum: dilatasi pupil, asidosis, dan kardio-
doksepin, maprotilin, dan takikardia, kulit panas dan toksisitas dengan ventilasi
lain-lain) kering, Bising usus dan HCO3.
menurun. Tiga K koma, Jangan gunakan
konvulsi, dan masalah fisostigmin atau
kardiak merupakan flurnazenil. Awasi
penyebab kematian yang hipertermia.
paling sering.
Gambaran diagnostik utama adalah pelebaran kompleks QRS yang Iebih besar dari 0,1
detik pada EKG (tidak terlihat pada amoksapin). Hipotensi dan aritmia ventrikular
umum ditemukan.
Obat-obat Halusinasi, delirium, Kontrol hipertemua. Fisos-
antimuskarmik koma. Kejang dapat terjadi tigmin mempunyai ndai
(misalnya, atropin, pada antidepresan trisiklik, poterisial tetapi tidak boleh
skopolamin, antihistamin, antihis-tamin. Takikardia, diberikan untuk anti-
antidepresan trisikik, hipertensi. Hipertermia depresan siklik
Jimsonweed, Jamur dengan kulit panas atau
Amanitamuscar kering. Midriasis. Bising
usus mengurang, retensi
urin. Diper-kirakan
perlambatan pengoso-ngan
lambung.
Obat Ansietas, agitasi, kejang, Menyokong respirasi,
kolinomimetik koma. Mungkin terlihat atropin, pralidoksim (2
(misalnya, bradikardia PAM). Melepas pakaian,
Insektisida (efekmuskarinik) atau membasuh kulit.
Organofosfat dan takikardia (efeknikotinik).
karbamat) Pinpoint pupil. Salivasi
yang berlebihan,
berkeringat. Bising usus
hiperaktif, dengan kram
abdomen, diare. Fasikulasi
otot dan kedutan otot
(twiching) diikuti dengan
paralisis flasid. Kematian
akibat paralisis otot
penapasan.
Obat opioid Mengantuk, letargi, atau Bantu pernapasan.
(misalnya, morfin, koma, bergantung pada Tambahan nalokson sering
heroin,meperidin, besarnya dosis. diperlukan karena waktu
kodein, metadon) Tekanan darah dan denyut paruhnya pendek.
jantung biasanya menurun.
Hipoventilasi atau apnea.
Pinpoint pupil Kulit
dingin; dapat
memperlihatkan tanda-
tanda penyalahgunaan obat
intravena dihubungkan
dengan komplikasi
penyakit infeksi. Bising
usus
menurun. Tonus otot lemah; kadang- kadang terlihat kedutan otot, kekakuan. Takar
lanjak klonidin dapat dengan sindrorn yang identik.
Salisilat Bingung, letargi, koma, Koreksi asidosis serta cairan
kejang. Hiperventilasi, dan elektrolit yang
hipertermia. Asi-dosis abnormal; alkalinasi urin;
metabolik celah anion hemodialisis bila pH atau
(anion gap). Dehidrasi, gejala SSP tidak dapat
kehilang-an kalsium. dikontrol.
Takar lajak akut sangat
serius bila kadar 6 jam
melebihi 100 mg/dL
(1000 mg/L).
Takar lajak kronik atau
akibat kecelakaan:
kadarnya tidak dapat
dipercaya; toksisitas Iebih
berat; sering diagnosis
keliru sebagai infeksi
saluran napas bagian atas
atau / gastroenteritis.
Sedatif-hipnotik Sangat bervariasi Bantu pemapasan dan saluran
(misalnya, benzidoazepin bergantung pada tingkat napas. Hindari cairan yang
barbiturat, etanol) keracunan; mulai dengan berlebihan. Flurnazenil dapat
disinhibisi dan memulihkan koma yang
kegaduhan, letargi lebih disebabkan oleh
lambat, stupor, dengan benzodiazepin.
koma yang dalam:
hipotensi, pupil kecil.
Nistagmus umum dengan
keracunan sedang. Bising
usus menurun dengan
koma yang dalam. Tonus
otot biasanya flasid. dapat
dikaitkan dengan
hipotermia.
Obat-obat perangsang Agitasi, psikosis, kejang. Kontrol kejang, tekanan
(misalnya, amfetamin, Hipertensi, takikardia, darah, dan hipertermia.
kokain, PCP) anitmia. Midriasis
(biasanya). Nistaginus
vertikal dan horizontal
sering pada keracunan
PCP. Kulit panas dan
berkeningat. Tonus otot
me-
2. The activated charcoal can be given in a mixture with the chosen cathartic.
3. If the patient vomits the dose, it should be repeated. Smaller, more frequent, or continuous
nasogastric ad ministration may be better tolerated. An antiemetic is sometimes needed.
4. Repetitive doses are probably useful for drugs with a small volume of distribution, low plsrna
protein binding, biliary or gastric secretion, or active metabolites that recirculate.
Contraindications
Caustic acids or alkalis (ineffective, and will accumulate in burned areas, making endoscopy
difficult).
Ilues (for repetitive dosing).
Patients with a risk of aspiration and an unprotected airway.
Antidotum Spesifik
Konsep salah yang umum terdapat ialah bahwa untuk setiap racun ada dotumnya. Yang benar
adalah sebaliknya antidotum yang tersedia relatif sedikit yaitu hanya untuk beberapa golongan
toksin tertentu saja. Antidotum utama dan karakteristiknya terdapat pada Tabel 60-7. Obat-obat
ini merupakan tambahan untuk zat imunologi seperti antivenin ular (lihat bawah) dan antibodi
digoksin.
Tabel antidotum Uses
yang
direkomendasikan.
Therapeutic Agent
Activated charcoal General (adsorbent,
Antivenin gastrointestinal
(Crotalidae), dialysis)
Polyvalent (Wyeth) Crotalid snake bites
Antivenin Black widow spider
(Latrodectus bites
mactans) (MSD) Bradydysrhythmias,
Atropine cholinesterase
Botulinal antitoxin inhibitors
(ABE-Trivalent) (organophosphates,
Calcium chloride physostigmine)
Mushrooms:
clitocybe, inocybe
Botulism (available
from local health
department or
Centers for Disease
Control)
Oxalates, fluoride,
hydrofluoric acid,
ethylene glycol,
calcium channel
blockers,
Calcium gluconate Black widow spider
Cyanide kit (amyl bites, maesium
nitrite, sodium Hydrofluoric acid
nitrite, sodium bums, Black widow
thiosulfate) spider bites
Deferoxarnine Cyanide, hydrogen
mesylate (Desferal) sulfide
Dextrose in water Iron
(50%), (20%) Hypoglycemic
Diazepam (Valium) agents, patients with
Digoxin specific altered mental status
antibodies Seizuras, severe
(Digibind) agitation, stimulans
Dimercaprol (BAL, Digoxin, digitoxin,
British anti- and other cardiac
lewisite) glycosides
Diphenhydramine Arsenic, mercury,
(Benadryl) gold, lead
Dopamine HCl Extrapyramidal
Edrophomum reactions
chloride (Tensilon) (antipsychotics),
Ethanol injection allergic reactions
100% for dilution or Hypotension
10% Anticholinergic
Ethylenediaminetetr agents, diagnostic
aacetic acid test
(Calcium (myasthema gravis)
EDTA) Methyl alcohol,
Folinic acid/folic ethylene glycol
acid Lead, zinc, and
Glucagon other heavy metals
Haloperidol Methyl alcohol,
(Haldol) methotrexate
Ipecac, syrup of Beta blockers,
Magnesium sulfate calcium channel
(Epsom salts) or blockers,
magnesium citrate oral hypoglycemics
Magnesium sulfate General (as a major
injection tranquilizer)
Methylene blue (1% Emetic
solution) General cathartic
N-acelcysteine Digitalis,
(Mucornyst) hydrofluoric acid
Naloxone Methemoglobinemi
hydrochloride a
(Narcan) Acetaminophen
Niacinamide Opioids (agonists,
Nitroprusside partial agonisi
Norepinephrine Oxygen (Oxygen, hyperbaric)
(Levartetenol) d-Penicillamine
Phenobarbital
Phenytoin injection
Physostigmine salicylate (Antilirium)
Polyethylene glycol (Golytely)
Pralidoxime chloride (2-PAM-chloride)
(Protopam)
Protamine sulfate injection
Pyridoxine hydrochloride
Sodium bicarbonate (5% solution)
Sorbitol
Starch
Thiamine hydrochloride
Vitamin K, (Aquamephyton)
2. Eliminasi melalui ginjal beberapa toksin ditingkatkan oleh perubahan pH urin. Alkalinisasi
urin bermanfaat pada kasus takar lajak salisilat atau fenobarbital. Diuresis paksa dengan volume
cairan yang berlebihan meningkatkan risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
memperburuk fungsi paru.