Anda di halaman 1dari 9

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK 6.3

Penyusun :

1. Dr. dr. Wahyu Siswandari, Sp.PK., MSi.Med


2. dr. Vitasari Indriani, Sp.PK., Msi.Med., MM
3. dr. Tri Lestari

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2017

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan


2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa wajib memakai jas praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum setiap kali mengikuti kegiatan
praktikum.
5. Pretest dilakukan sebelum praktikum dimulai.
6. Praktikum dilaksanakan dengan tertib dan sungguh-sungguh.
7. Mahasiwa wajib mengikuti praktikum dengan tertib, dilarang merokok bersendau
gurau, tidak berbicara diluar konteks mata acara praktikum yang sedang
berlangsung dan atau melakukan kegiatan/perilaku yang dapat mengganggu
kegiatan praktikum.
8. Di dalam ruang praktikum, mahasiswa wajib bekerja dengan hati-hati untuk
menghindari kecelakaan di dalam ruang praktikum (laboratorium).
9. Mahasiswa wajib mengganti alat-alat praktikum apabila memecahkan.
10. Tiap kelompok wajib membuat laporan sementara hasil praktikum dan disahkan
oleh dosen/asisten pembimbing praktikum.
11. Sebelum meninggalkan ruangan, pastikan alat-alat dan reagen praktikum dalam
keadaan bersih dan rapi.
12. Laporan kelompok dikumpulkan paling lambat 3 (tiga ) hari dari praktikum.
13. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Kepala Laboratorium PK.
14. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat diterima.
Alasan yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Kepala
Laboratorium berwenang memutuskan apakah surat keterangan sakit tersebut
valid atau tidak.
iii) Melaksanakan tugas dari Fakultas Kedokteran Unsoed, misalnya mewakili
Fakultas Kedokteran Unsoed untuk lomba karya ilmiah.

2
PEMERIKSAAN SPERMA

PENGUMPULAN BAHAN
1. Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 2 hari sampai maksimal 7 hari
dengan cara masturbasi
2. Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang dalam laboratorium.
Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sediaan harus dikirim ke laboratorium
dalam waktu maksimal 1 jam sejak dikeluarkan
3. Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut lebar atau botol
plastik non toksik thd spermatozoa yang ditulisi identitas penderita, tanggal
pengumpulan dan lamanya abstinensia
4. Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-370C

ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
- mikroskop
- pipet tetes
- gelas/tabung ukur kaca
- objek glass
- cover glass
- pipet leukosit
- bilik hitung Neubauer Improved (NI)
2. Bahan :
- semen
- NaCl fisiologis
- aquadest
- Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)
- Cat Giemsa

PEMERIKSAAN BAHAN
A. Pemeriksaan makroskopis
1. Warna
Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran seperti
jeli yang tidak mencair.
Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit
Merah kecoklatan adanya sel darah merah
Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin
2. Bau
Normal : bau khas seperti bunga akasia
Abnoramal : bau busuk infeksi
3. Likuefaksi (mencairnya semen)
Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan
Normal : mencair dalam 60 menit, rata-rata 15 menit
4. Volume
Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca
Normal : > 1.5 ml

3
5. Konsistensi
Cara :
-
Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan menetes
-
Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum
Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet/jarum
hanya sedikit
6. pH
Cara :
-
Teteskan sampel pada kertas pH meter
-
Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas
standar
Normal : pH 7,2 7,8
Abnormal : pH > 7,8 infeksi
pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkinan
disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis

B. Pemeriksaan mikroskopis
1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma
Cara :
-
Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover glass
-
Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif,
10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan
dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar
-
Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106
-
Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar
pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved
-
Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma

Jumlah sperma / lapang pandang (400x) Pengenceran


< 15 1:5
15 40 1 : 10
40 200 1 : 20
> 200 1 : 50

2. Motilitas sperma
Cara :
-
Teteskan 1 tetes (10 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian tutup
dengan cover glass
-
Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif,
10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal
-
Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma, pada
suhu kamar (180 240 C)
-
Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma
atau setengah kali panjang ekor sperma atau 25 m/detik.
-
Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :
Motilitas progresif (PR) sperma bergerak aktif, lurus atau dlm
lingkaran besar, dgn kecepatan adekuat
Motilitas nonprogresif (NP) sperma bergerak, dalam lingkaran
kecil , gerakan di tempat, atau gerakan lain di luar kriteria PR
Tidak motil (IM) tidak ada pergerakan sperma

4
-
Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua

3. Morfologi sperma
Cara :
-
Teteskan 1 tetes (10 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek glass
-
Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada
gambar

-
Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% : eter
(1 : 1), biarkan sediaan kering
-
Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih,
keringkan dan preparat siap diperiksa
-
Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif,
10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal
-
Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala, leher
dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase

Sperma Normal abnormal


kepala leher ekor
1
2 ...dst
200

Gambar 1. Sperma normal :

5
Neck

Gambar 2. Sperma abnormal

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma


Cara :
-
Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel gepeng
dan sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam 100 sperma
ditemukan berapa sel lain selain sperma
-
Penghitungan :

C=NxS C : jumlah sel dalam juta / ml


100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 sperma
S : jumlah sperma dalam juta / ml

6
5. Vitalitas sperma
Cara :
-
Teteskan 1 tetes (10 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek glass
-
Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada
gambar
-
Kemudian teteskan dengan Eosin lalu tutup dengan obyek glass
-
Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif,
10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal
-
Sperma yang hidup akan tetap berwarna bening tidak menyerap eosin,
sedangkan sperma yang mati akan menyerap eosin sehingga terwarnai
merah
-
Pemeriksaan vitalitas dilakukan pada 200 sperma

Nilai rujukan:
Sperma mati : < 58%
Sperma yang hidup : 42%

6. Pemeriksaan hitung jumlah sperma


Cara :
-
Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)
-
Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x atau
400x, cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI

-
Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang
yang masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil
-
Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl
fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran
lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi
jumlah sperma)
-
Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang
ditemukan :
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10 kotak
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak
-
Buatlah rata-rata jumlah sperma
-
Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan
seperti tertera dalam tabel 2

7
Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma
Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung
25 10 5
Faktor koreksi
1 : 10 10 4 2
1 : 20 5 2 1
1 : 50 2 0,8 0,4

Contoh :
Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang
dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 50/1 x 106 = 50 juta / ml

Rata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotak sedang


dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 20/2 x 106 = 10 juta / ml

Cara (menurut Gandasoebrata):


-
Hisap semen dengan pipet lekosit sampai angka 0,5
-
Kemudian, hisap aquadest sampai angka 11 kocok
-
Teteskan ke dalam bilik hitung NI
-
Hitung sperma dalam bilik hitung seluas 1 mm2
-
Jumlah yang didapat dikalikan 200.000 jumlah sperma / ml

REFERENSI :

1. WHO Laboratory Manual for the examination of human semen and sperm-cervical
mucus interaction. 4th ed.. Cambridge University Press. 1999
2. Penuntun laboratorium WHO untuk pemeriksaan semen manusia dan interaksi
semen-getah servik. Edisi 1. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1988
3. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Edisi 10. Dian Rakyat. Jakarta.
2001
4. WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen. 5 th
ed. 2010

8
Lampiran 1. Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil analisis sperma saat ini didasarkan atas 3 parameter pokok, yaitu :
1) Jumlah spermatozoa / ml
2) % motilitas spermatozoa yang bergerak baik
3) % morfologi spermatozoa normal

Interpretasi Hasil Jml sperma % motil % morfo

Normozoospermia 15 40 4
Oligozoospermia < 15 40 4
Ekstrim Oligozoospermia <5 40 4
Astenozoospermia 15 < 40 4
Teratozoospermia 15 40 <4
Oligoastenozoospermia < 15 < 40 4
Oligoastenoteratozoospermia < 15 < 40 <4
Oligoteratozoospermia < 15 40 <4
Astenoteratozoospermia 15 < 40 <4
Polizoospermia 250 40 4
Azoospermia Bila tidak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan
sediment sentrifugasi sperma yang lebih dari 1 kali

Nekroozoospermia Bila semua spermatozoa tidak ada yang hidup,


dinyatakan dalam pengecatan vital

Kriptozoospermia Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu


bila ditemukan dalam sediment sentrifugasi sperma

Aspermia Bila tidak ada semen /sperma yang keluar, meskipun


pasien telah merasa mengeluarkan ejakulat

Anda mungkin juga menyukai