TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat
pembasah atau zat lain yang cocok. (Farmakope ed.III, 1979).
2.2 Tablet Bersalut (Coated Tablet)
a. Tablet Bersalut gula yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yan terdiri
dari gula dengan bahan- bahan yang sesuai dengan atau tanpa pemberian
warna. Penyalutan ini berguna untuk menutupi rasa dan bau dari bahan-
bahan obat dan melindungi bahan-bahan obat yang peka terhadap oksidasi.
b. Tablet Bersalut Selaput ( film coated tablet ) yaitu tablet yang disalut
dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintesis atau bahan-
bahan alami.
c. Tablet bersalut enterik (Enteric coated tablet) yaitu tablet yang disalut
dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur
dalam cairan usus.
d. Tablet lepas lambat, atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan.
2.3 Syarat Tablet
Menurut Farmakope Ed.III (1979) tablet harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
Keseragaman Ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 Vz tebal
tablet.
Keseragaman Bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih harga yang ditetapkan kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, maka dapat digunakan 10 tablet; tidak 1
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata - rata yang ditetapkan kolom B.
Wakt
u
hancur tablet tidak bersalut enterik
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di
atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Jika tablet
tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu
persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram
penuntun
2.4 Tablet Salut Selaput Azitromycin
2.4.1 Azitromycin
Azitromisin (Azithromycin) adalah antibiotik golongan makrolida
yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif
maupun gram positif. Azitromisin (Azithromycin) adalah derivat dari
eritromisin (erythromycin) yang lebih poten. Azitromisin (Azithromycin)
bekerja dengan cara mengikat sub unit 50s dari ribosom bakteri sehingga
menghambat translasi mRNA. Dengan demikian sistesis protein akan
terganggu sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat.
Azitromisin digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang
disebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat
hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan
tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang
disebabkan oleh virus.Azitromisin juga dipakai untuk menyerang beberapa
infeksi oportunistik pada Odha.
Pemberian antibiotik kelompok macrolida biasanya dimulai dengan
dosis muatan atau dosis awal yang lebih tinggi dari dosis-dosis
selanjutnya. Misalnya, pemberian 10 mg/kg pada hari pertama dan 5
mg/kg pada hari kedua. Bentuknya pun dapat berupa tablet, suspensi,
intravena, dan larutan tetes mata. Namun, sebaiknya tidak diberikan
bersama dengan antasid yang mengandung aluminium atau magnesium
karena akan mengikat antibiotik dan mencegah penyerapan sehingga
jumlahnya semakin berkurang di dalam tubuh.
2.4.2 Indikasi Azitromycin
Kegunaan obat azitromisin (Azithromycin) adalah untuk
pengobatan infeksi saluran nafas atas dan bawah : eksaserbasi bakteri akut
bronkitis kronis akibat H. influenzae, M. catarrhalis, atau S.
pneumoniae.Pneumonia karena C. pneumoniae, H. influenzae, M.
pneumoniae, atau S. pneumoniae, dan sinusitis akut karena H. influenzae,
M. catarrhalis, atau S. pneumoniae. otitis media akut yang disebabkan
oleh H. influenzae, M. catarrhalis atau S. pneumoniae. faringitis atau
tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. azitromisin
(Azithromycin) digunakan pula untuk infeksi kulit dan struktur kulit tanpa
komplikasi akibat S. aureus, S. pyogenes, atau S. agalactiae. azitromisin
(Azithromycin) juga berguna untuk penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seks : uretritis dan servisitis karena C.trachomatis atau N.
gonorrhoeae, penyakit maag genital (chancroid) pada pria karena H.
ducreyi.
Azitromisin dipasarkan dengan beberapa nama merek. Namun
versi generik dengan nama azitromisin adalah sama dengan versi
bermerek, hanya harganya jauh lebih murah. Beberapa nama Dagang
Azitromisin : Aztrin, Mezatrin, Zibramax, Zifin, Zithromax, dan Zycin.
Kemasan : Kapsul dan Tablet
Tablet salut selaput (film-coated tablet), Tablet kempa yang disalut
dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut
dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak
perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil
selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa
asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau
mengandung air
2.5 CPOB
CPOB adalah suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Pedoman CPOB sesuai dengan Badan POM meliputi 12 aspek yaitu:
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu dan
persetujuan pemasok, penanganan keluhan produk dan penarikan kembali
produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta
kualifikasi dan validasi.
1. Manajemen mutu
Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang
menentukan dan mengimplementasikan Kebijakan Mutu, yang
merupakan pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri
farmasi dan menyatakan arahan serta komitmen terhadap mutu produk.
Unsur dasar manajemen mutu adalah :
Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; dan
Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau
jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut disebut Pemastian Mutu.
2. Personalia
Suatu industri farmasi bertanggung jawab menyediakan personil
yang sehat, terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai agar proses
produksi dapat berjalan dengan baik. Semua personil harus memahami
prinsip CPOB agar produk yang dihasilkan bermutu (BPOM, 2009).
Kesehatan personil hendaklah dilakukan pada saat perekrutan, sehingga
dapat dipastikan bahwa semua calon karyawan (mulai dari petugas
kebersihan, pemasangan dan perawatan peralatan, personil produksi
dan pengawasan hingga personil tingkat manajerial) memiliki
kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga tidak akan berdampak
pada mutu produk yang dibuat.
Kekurangan jumlah personil cenderung memengaruhi kualitas
obat, yang mengakibatkan tugas akan dilakukan secara tergesa-gesa
dengan segala risikonya. Di samping itu kekurangan jumlah personil
biasanya mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun
supervisor atau malahan bagi personil pada tingkat lebih tinggi, yaitu
antara lain yang melakukan evaluasi dan / atau mengambil keputusan.
Pelatihan
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan
petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat
berdampak pada mutu produk. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan
kepada personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan
bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi
tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pengunjung atau personil yang
tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah
mereka diberi penjelasan lebih dahulu,terutama mengenai higiene
perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi
dengan ketat.
AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus disediakan
untuk produksi obat tertentu dan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Untuk pengolahan produk di bawah ini:
- antibiotika golongan betalaktam penisilin,
- antibiotika golongan betalaktam nonpenisilin,
- hormon seks,
- onkologi,
- preparat biologi (selama masih belum diinaktivasi),
- produk darah, dan
- vaksin
hendaklah dibuat dalam bangunan terpisah dari golongan yang lain. Udara
yang keluar dari fasilitas tersebut hendaklah dilewatkan melalui saringan udara
HEPA dengan efisiensi minimal 99,95 % (class H13 EN1822) atau melalui
suatu sistem yang sesuai sebelum dilepaskan ke atmosfir.
2. Bagi produk antibiotika betalaktam nonpenisilin (sefalosporin,
monobaktam, cefem), prinsip memproduksi bets produk secara kampanye di
dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan
pencegahan yang spesifik sebagai berikut:
- melakukan kajian risiko yang komprehensif dan sudah disetujui oleh Badan
POM,
- mengikuti prinsip Sistem Tata Udara untuk Bahan Berbahaya,
- melakukan pengujian terhadap kontaminan setiap bets produk setelah
campaign tersebut di atas dengan metode pengujian yang tervalidasi,
- melakukan validasi semua prosedur pembersihan terkait dengan fasilitas
yang digunakan,
- melakukan tindakan lain yang relevan.
Apabila persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi maka produk tersebut di atas
hendaklah diproduksi di dalam bangunan terpisah.
Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu hendaklah:
- kedap air;
- tidak terdapat sambungan untuk mengurangi pelepasan atau pengumpulan
partikel;
- tidak merupakan media pertumbuhan mikroba;
- mudah dibersihkan serta tahan terhadap proses pembersihan, bahan
pembersih dan disinfektan yang digunakan berulang kali dengan
memperhatikan faktor kepadatan, porositas, tekstur dan sifat elektrostatis.
SARANA PENDUKUNG
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup
dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan
langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah. Sedapat mungkin
letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area produksi.
Apabila suku cadang, aksesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di area
produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk
penyimpanan tersebut.
4. Peralatan
Untuk memudahkan pembersihan alat dan memastikan kebersihannya,
rancang bangun peralatan dibuat sedemikian rupa agar:
a. sederhana tapi sesuai dengan tujuan penggunaan, mudah dibongkar dan
dipasang kembali sebelum dan setelah dibersihkan;
b. tidak ada bagian yang tidak terjangkau pada pembersihan;
c. tidak ada bagian yang menahan sisa produk atau larutan pencuci; dan
d. tidak berkarat dan tidak mudah tergores.
Untuk pencucian dan pembersihan dianjurkan menggunakan:
- lap yang terbatas pelepasan seratnya (untuk pembuatan produk steril dengan
lap bebas serat);
- mesin penghisap debu;
- udara bertekanan dengan persyaratan tertentu; dan
- sikat nilon (jangan menggunakan sikat yang mudah melepaskan partikel
misal sikat ijuk).
PERAWATAN
Waktu pelaksanaan perbaikan dan perawatan hendaklah disesuaikan
dengan jadwal kegiatan produksi. Untuk produksi secara kampanye,
hendaklah dilakukan pembersihan antar bets dengan cara yang sesuai.
Hendaklah ditetapkan jumlah maksimum bets dalam satu kampanye sebelum
dilakukan pembersihan menyeluruh.
5. Sanitasi dan higiene
Higiene perorangan
1. Tiap personil yang
masuk kearea pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.
2. Prosedur higien perorangan termasuk persyaratan untuk
mengenakan pakaian pelindung hendaklah diberlakukan
untuk personil baik karyawan purna waktu, paruh waktu.
3. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran
pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor hendaklah
disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian.
4. Program higien yang rinci dibuat dan diadaptasikan terhadap
berbagai kebutuhan didalam area pembuatan.
5. Semua personil menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut, sebelum dan selama bekerja, dan pemeriksaan mata
secara berkala.
6. Semua personil menerapkan higien perorangan yang baik.
7. Tiap personil yang mengidap penyakit atau yang dapat
merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal.
8. Semua personil diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan.
9. Dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator
dengan bahan awal. Untuk menghindari persentuhan langsung
antara tangan dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan
yang terbuka operator hendaklah mengenakan sarung tangan yang
tepat, misalnya sarung tangan karet atau plastik yang meliputi paling
sedikit 10 cm dari pergelangan tangan dan utuh. (Sarung tangan
yang dibuat dari kain tidak memadai karena berpori-pori).
10.Personil diintruksikan supaya menggunakan sarana mencuci
tangan sebelum memasuki daerah produksi
c) CPOB:
tidak mengenakan pakaian pelindung yang disediakan
perusahaan sesuai dengan prosedur pada waktu menangani
produk terbuka; dan
tidak mengenakan pakaian kerja sesuai prosedur.
6. Produksi
Bahan awal
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang
telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah
dicatat.
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang
tepat. Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit
sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor
kode bahan;
nomor bets/kontrol yang diberikan
pada saat penerimaan bahan; status bahan (misal:
karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu;
jika digunakan sistem penyimpanan dengan
komputerisasi yang divalidasi lengkap, maka semua
keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang
terbaca pada label.
Validasi proses
Hendaklah secara rutin dilakukan validasi dan/atau peninjauan ulang
secara kritis terhadap proses dan prosedur produksi untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil yang
diinginkan.
BAHAN PENGEMAS
Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas hendaklah diberi
nomor referensi (misal: control number) yang ditetapkan oleh bagian
Pengawasan Mutu. Sistem persediaan dapat dibuat secara manual atau
elektronis yang mencakup antara lain:
a) nomor kode dan nama bahan atau produk;
b) tanggal penerimaan dan pengeluaran atau penyerahan;
c) jumlah penerimaan atau penyerahan dan sisa persediaan;
d) nomor bets / lot;
e) nama pemasok;
f) tanggal daluwarsa atau uji ulang; dan
g) status bahan, apakah karantina, diluluskan atau ditolak.
Yang boleh dimasukkan ke dalam ruang kodifikasi pada saat yang sama
hanya bahan pengemas cetak atau bahan cetak yang akan dipakai untuk
satu bets dari satu sediaan dan dari satu produk yang bersangkutan
untuk menghindari kecampurbauran
Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk
ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan
di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan
mutu produk akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan,
bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah diperiksa dan
diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk atau
perintah pengemasan khusus
Kesiapan Jalur
Praktik Pengemasan
Pengawasan selama-proses
Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan
Produk Kembalian
Karantina dan penyerahan produk jadi
Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi
Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk Jadi
Kondisi yang dimaksud adalah kondisi yang sesuai dengan kondisi
proses produksi (suhu dan kelembaban).
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit dan persetujuan pemasok
9. Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
10. Dokumentasi
11. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
12. Kualifikasi dan validasi