PENDAHULUAN
I.1 Larar Belakang
Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan
gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan yang
berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidak normalan kerja sementara
sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron
(sel
I.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
bahkan
dari tahun ke tahun ditemukan bahwa prevalensi epilepsi pada anakanak cenderung meningkat.
II.3 Etiologi
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai
berikut:
predisposisi
genetik
structural
pada
dan
umumnya
disebabkan
otak, misalnya;
oleh
cedera
gangguan
peredaran
mtomatis
tetapi
adalah
otak,
toksik
(alkohol,obat),
metabolic,
kelainan neurodegeneratif.
II.4 Patofisiologi
Menurut para ahli bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari
sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara
berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang
disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik
yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian
dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan
daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan
epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron
diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun
mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka
menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini
belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel
neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan.
II.5 Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
a) Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari
epilepsy
b) Melakukan terapi simtomatik
c) Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat
sasaran
Dosis
oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, Injeksi intramuskular atau injeksi
intravena lambat (kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak
lebih dari 5 mg/menit.
Efek samping
Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam
agresi,
gangguan
mental,
amnesia,
ketergantungan,
depresi
pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadangkadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi,
gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning,
pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu
atau hipotensi
Interaksi
Alcohol, antidepresan, antihistamin, analgesic opioit, simetidin,
(N-demethylated)
merupakan
golongan
Desmethyldiazepam
dimetabolisme
lebih
lambat
6-8
jam
setelah
pemberian
diazepam.
Resirkulasi
peningkatan sensitivitas
lemak
tubuh
berhubungan
dengan
usia
yang
panik
gangguan
mental,
amnesia,
ketergantungan,
depresi
pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadangkadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi,
gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan
libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning,
pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu
atau hipotensi
Interaksi
Alkohol,barbiturate, simetidine.
Mekanisme kerja
II.7 Antihistamin
Aztemizol
Indikasi
Gejala Alergi Seperti Hay Fever, Urtikaria.
Dosis
10 mg/hari; Anak di bawah 6 tahun tidak dianjurkan, 6-12 tahun 5
mg/hari
Efek Samping
Sedikit sedatif, berat badan betambah dan nafsu makan bertambah
Interaksi
Ketokonazol (dan turunan azol lain), eritromisin (dan makrolid lain),
kuinidin.
Mekanisme Kerja
AH1 non sedatif mempunyai efek menghambat
kerja histamin terutama
diperifer, sedangkan di
otak.
Antihistanin
bekerja
dengan
cara
sedatif
umumnya
mempunyai
efek
profilaktik.
Loratadin
dan
Mequitazin
terfenidin.
Diantara
AH1
non
sedatif
BAB III
PENUTUP
III. 1 KESIMPULAN
1. Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan
untuk mengalami kejang berulang.
2. Epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak,
yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok
sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus
epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun
yang fokal (parsial).
III. 2 SARAN
Diharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan
makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Perdosi. 2014. Pedoman Tata Laksana Epilepsi Edisi Kelima. Uniar : Suarabaya
10