Anda di halaman 1dari 3

Bella Maharany Syahfira Hardiyanto

15711199

DEMOKRASI DI INDONESIA

Demokrasi adalah satu istilah yang sudah sering kita dengar, bahkan dari semenjak
Sekolah Menengah Pertama (SMP) istilah ini sudah menjadi materi pembelajaran. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang tepatnya dari
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah
sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Kata Demokrasi berasal dari dua
kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos atau cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kita pun tahu bahwa demokrasi adalah
suatu bentuk sistem pemerintahan yang digunakan oleh suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Salah satu pilar demokrasi adalah mengikuti prinsip trias politica


yaitu Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif yang membagi ketiga kekuasan politik di
Indonesia. Masing-masing dijalankan oleh tiga jenis lembaga-lembaga negara yaitu lembaga-
lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan
kekuasaan yudikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat seperti DPR yang memiliki
kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Kesejajaran ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol. Jadi
tidak ada istilah kekuasaan tertinggi ataupun kekuasaan bawah.

Kedaulatan rakyat yang dimaksud disini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu
pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara
tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung
presidennya hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam
sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Bahkan
pemilihan umum ini sering disalah gunakan misalnya dengan adanya money politic yang sering
beredar sebelum berlangsungnya pemilihan umum. Contoh lain dari penyalahgunaan pemilihan
umum seperti yang beberapa waktu lalu terjadi, yaitu partai-partai besar yang secara sukarela
Bella Maharany Syahfira Hardiyanto
15711199

menolong korban bencana alam. Acara ini biasanya langsung diliput oleh stasiun TV dan bukan
tidak mungkin menyedot perhatian dan simpati masyarakat pada partai tersebut. Akan tetapi,
lihatlah setelah pemilihan umum usai, tak ada satu partai pun yang rela mengucurkan dananya
untuk menolong korban-korban itu.

Demokrasi bisa bernilai negatif karena banyak yang menggunakan kekuasaan rakyat itu untuk
sesuatu yang salah. Misalnya saja masyarakat dihasut dengan alasan bahwa calon partai politik
(parpol) A adalah orang terkenal, sedang partai politik (parpol) B orang yang tidak jelas. Hal-hal
itu sering dimanfaatkan oleh para politikus. Dan saat ini arti demokrasi sendiri sudah banyak
tercemar karena banyak yang mengartikan secara harafiah kata demokrasi disamakan dengan
kebebasan yang tanpa batas.

Sesungguhnya demokrasi bukanlah ideologi yang memberikan ruang tak terbatas


terhadap setiap keinginan dan kepentingan rakyat, hingga terlalu bebasnya peraturan tersebut
akan membuat sistem pemerintahan di Negara ini menjadi kacau karena selalu beralasan bahwa
ini karena demokrasi. Kita pun sering merubah sistem demokrasi di Negara kita contohnya pada
masa Ir. Soekarno kita menganut demokrasi liberal, lalu berubah menjadi demokrasi terpimpin
yang kemudian jatuh setelah perstiwa G30S/PKI, dan terakhir menjadi demokrasi Pancasila.
Demokrasi Indonesia sejak terbentuknya berkomitmen pada persatuan dan kesatuan berbagai
suku, agama, dan ras sebagai satu bangsa. Indonesia meletakkan sistem pemerintahannya dalam
kondisi parlementer dimana rakyat dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Secara nyata, kita memang sulit memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi


di Negara ini. Namun, kita harus dapat merealisasikan dalam kehidupan kita terlebih dahulu
contohnya dalam lingkungan keluarga. Dalam keluarga hendaknya seorang pemimpin tidak
otoriter karena setiap anggota keluarga berhak menyampaikan pendapat. Oleh karena itu,
baiknya kita menghormati dan juga menghargai apa yang menjadi aspirasi dari setiap anggota
keluarga. Setelah dari lingkungan keluarga, kita bisa merealisasikan demokrasi di masyarakat
sekitar, baru kemudian pada lingkungan atau jaringan-jaringan yang lebih luas dan seterusnya.

Kita memang telah menganut demokrsi dan bahkan telah di praktekan baik dalam
keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
Bella Maharany Syahfira Hardiyanto
15711199

membudanyakannya.Mengapa demikian? Di media massa kita sering mendengar betapa sering


warganegara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai demokrasi. Orang-orang
kurang menghargai kebabasan orang lain, kurang menghargai perbedaan, supremasi hukum
kurang ditegakan, kesamaan kurang di praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal,
musyawarah kurang dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program atau mengatasi
suatu masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam keluarga dan masyarakat kita sendiri,
nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.

Sebaiknya kita sebagai warga Indonesia yang baik hendaknya kita dapat menjalankan
demokrasi ini sesuai dengan landasan-landasan yang telah di buat atau yang telah disepakati,
diantara landasan yang dimaksut adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai