Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan adalah salah satu sarana untuk mendidik calon-calon
profesional yang akan bergerak di berbagai sektor kehidupan dan berperan
penting dalam pembangunan nasional. Sebagai calon profesional di masa yang
akan datang, maka mahasiswa harus membekali diri dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik yang bersifat teori maupun yang bersifat praktek
lapangan.
Di dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa hanya mempelajari teori-teori
yang yang dijelaskan oleh dosen dan dari buku-buku saja. Kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan untuk
diterapkan pada pelaksanaan dilapangan adalah melalui mata kuliah Kerja
Praktek. Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah di Program Studi
Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi strata-1 (S1).
Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembangunan sebuah bangunan. Sebagai seorang calon arsitek pengetahuan
tentang struktur konstruksi sangatlah penting untuk mendesain sebuah bangunan,
karena seorang arsitek sudah seharusnya memahami struktur apa yang akan
digunakan dan bagaimana metode pelaksanaan struktur dari bangunan yang
didesain. Untuk lebih memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana
metode pelaksanaan bangunan tersebut, maka sebaiknya mahasiswa dapat melihat
dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta
membandingkan dengan teori yang didapat dari perkuliahan.
Berhubungan dengan latar belakang tersebut, kegiatan Kerja Praktek
dilakukan pada proyek pembangunan Gedung Direktorat Jendral Pajak di Jalan
Jendral Sudirman Jakarta, dalam proyek pembangunan ini mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta membekali diri dengan pengetahuan
yang bersifat praktek.
Hal-hal yang berkaitan dengan pengerjaan kolom, balok dan plat lantai
merupakan bagian yang akan dibahas di dalam laporan kerja praktek ini. Kerja
praktek yang penulis lakukan dapat terlaksana berkat kerja sama dari pihak PT. PP
(Persero) Tbk selaku kontraktor pelaksana.
Dengan adanya pengalaman kerja dan pengalaman-pengalaman baru yang
hanya dapat diperoleh pada saat di lapangan, diharapkan dapat menambah
wawasan sehingga dapat berguna untuk kedepannya.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang ada pada penulisan laporan ini adalah :
1. Masih kurangnya pengetahuan yang didapat dari kegiatan perkuliahan
mengenai metode pelaksanaan konstruksi struktur inti pada bangunan secara
sistematis.
2. Belum spesifiknya pengetahuan yang didapat dari perkuliahan mengenai
struktur pada bangunan.
3. Adanya keinginan untuk mengetahui proses pelaksanaan pengerjaan kolom,
balok dan plat lantai dan perbedaan pelaksanaannya dengan teori yang ada.

1.3 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah :
a. Tujuan umum :
1. Memenuhi kurikulum dalam menempuh jenjang strata 1 (S1).
2. Mencari korelasi antara ilmu yang dipelajari di perkuliahan dengan
kenyataan yang terdapat di lapangan.
b. Tujuan khusus :
1. Dapat mengetahui tahapan pengerjaan struktur bangunan yang
meliputi pekerjaan kolom, balok dan plat lantai beserta material yang
digunakan.
2. Menambah pengetahuan mengenai metode pengerjaan struktur
bangunan dan material yang digunakan di lapangan.

1.4 Ruang lingkup pembahasan


Adapun ruang lingkup pembahasan penulisan laporan kerja praktek ini
meliputi laporan teknik pelaksanaan pekerjaan struktur yang meliputi kolom,
balok dan plat lantai, analisa terhadap perbedaan pekerjaan pemasangan antara
teori dan pekerjaan di lapangan dan pemaparan pendapat tentang pekerjaan
Struktur Kolom, Balok dan plat lantai dalam proyek pembangunan Gedung
Direktorat Jendral Pajak di Jalan Jendral Sudirman Jakarta.

1.5 Metodologi pembahasan


Penulisan laporan kerja praktek ini dibuat berdasarkan data-data yang
diperoleh dari berbagai sumber. Adapun metodologi yang digunakan pada
penyusunan laporan, antara lain :
1. Studi pustaka
Sebagai bahan referensi dan literatur serta perbandingan antara teori dan
praktek lapangan. Sumber studi pustaka diperoleh dari pengumpulan buku-buku
dan literatur serta beberapa jurnal internet yang dapat membantu dalam
pembahasan topik.
2. Studi observasi lapangan
Studi observasi lapangan merupakan pengamatan terhadap peaksanaan studi
struktur bangunan yang meliputi pekerjaan kolom, balok, plat lantai di lapangan
pada proyek pembangunan Gedung Direktorat Jendral Pajak di Jalan Jendral
Sudirman Jakarta. Studi observasi lapangan dimulai pada pertengahan bulan Juni
2014 hingga pertengahan bulan Agustus 2014.
3. Konsultasi
Metode konsultasi yang dilakukan berupa diskusi terhadap pihak kontraktor
PT. PP (Persero) Tbk, dan juga melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

1.6 Sistematika pembahasan


Secara garis besar sistematika pembahasan dalam penyusunan laporan ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara umum latar belakang kerja praktek dengan
spesifikasi pekerjaan yang menjadi topik bahasan yang diambil,
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK
Bab ini berisi tentang gambaran umum proyek pembangunan Gedung
Direktorat Jendral Pajak di Jalan Jendral Sudirman Jakarta yang meliputi data-
data proyek, kondisi fisik dan profil proyek.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang uraian materi tentang pekerjaan struktur yang diamati
yaitu meliputi pekerjaan kolom, balok dan plat lantai. Uraian materi yang dimuat
berdasarkan data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan dengan topik yang
akan dibahas.
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini berisi tentang uraian pelaksanaan pekerjaan struktur yang meliputi
kolom, balok dan plat lantai.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pengamatan selama melakukan
kerja praktek di lapangan dan saran terhadap pelaksanaan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Bagian ini berisi tentang gambar dan tabel.
1.7 Kerangka berpikir

MAHASISWA

ILMU

TEORI

BANGKU KULIAH

KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GED


DIREKTORAT JENDRAL PAJAK SUDIR

RUANG LINGKUP
Pelaksanaan pekerjaan kolom, balok d

PERMASALAHAN
Masih kurangnya ilmu yang didapat dari perkuliahan mengenai pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Selai

TUJUAN
Memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Teknik
Mengetahui proses pekerjaan struktur bangunan yang meliputi
Menganalisis perbedaan antara teori

DATA DENGAN METODE


Studi pustaka
Observasi lapangan
konsultasi

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISA

Bagan 1. Kerangka Berpikir


BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Data Umum Proyek

Gambar 2.1 Perspektif Bangunan (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

Data umum proyek yaitu sebagai berikut :


Nama proyek : Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung
Direktorat Jendral Pajak di Jalan Jendral Sudirman
Jakarta
Alamat : Jalan Jendral Sudirman Jakarta
Pemilik : Direktorat Jendral Pajak
Kosultan perencana : Gubah Laras
Konsultan mk : PT. Yodya Karya (Persero)
Lingkup pekerjaan umum : Persiapan, Struktur, Mekanikal Elektrikal,
Arsitektur, Landscape
2.2 Data Teknis Umum
Data teknis umum berisi data-data teknis prinsip yang mempengaruhi
pemilihan metode pelaksanaan seperti kondisi tanah, elevasi muka air tanah,
elevasi tanah existing, keberadaan basement, dan lain-lain. Data-data tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
Elevasi Lantai Galian Terdalam : Level Basement -12.60 m + Pile cap -2.15
m yaitu -14.75 m
Elevasi Tanah Existing : Level -1.20 m
Jumlah Lantai : 2 lantai basement, 1 lantai semi basement,
20 lantai kantor dan 1 lantai atap
Elevasi Top Bangunan : level +85.8- m
Luas Area Dan Keliling Lahan : 4235.5 m/ 302 m

2.3 Data Lokasi Proyek


Data ini menginformasikan lokasi proyek gedung yang akan dikerjakan.
Data ini akan menunjukkan kemungkinan akses, ketersediaan lahan, kondisi
lingkungan sekitar, jarak dengan resources proyek, dan lain-lain. Data lokasi
proyek diambil berdasarkan Peta Jakarta dan dengan menggunakan software
google earth. Berdasarkan data itu dibuat block plan yang merupakan interpretasi
atas data peta dan pengamatan saat site visit yang telah dilakukan.
Lokasi proyek tergambar pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Foto Udara Lokasi Proyek (Sumber : Google Earth)


Dengan kondisi eksisting sebagai berikut :
Sisi Utara : Jalan utama Jendral Sudirman
Sisi Selatan : Gedung Perkantoran
Sisi Barat : Plaza Bapindo
Sisi Timur : Gedung perkantoran

2.4 Data Asitektural


1. Luas bangunan
Luas bangunan pada proyek pembangunan gedung direktorat jendral pajak
di jalan jendral sudirman Jakarta ini adalah 33.935,55 m.
2. Siteplan
Luas lahan keseluruhan gedung direktorat jendral pajak di jalan jendral
sudirman Jakarta ini adalah 4235.5 m.
3. Denah
Bangunan ini terdiri dari 20 lantai, 3 lantai basement ( 2 basement dan 1
semi basement) dan 1 lantai atap.

Gambar 2.3 Site Plan (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

4. Tampak Bangunan
Gambar 2.4 Tampak A (Barat Laut)Sumber : PT. PP (Persero) Tbk

Gambar 2.5 Tampak B (Timur Laut) (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)


Gambar 2.6 Tampak C (Tenggara) (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

Gambar 2.7 Tampak -D (Barat Daya) (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)


Gambar 2.8 Tampak E (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

2.5 Data Struktural


Struktur Rangka Bangunan : Rangka beton bertulang dan rangka
baja ringan (atap)
Pondasi : Bored pile
Dinding Penahan Tanah: Beton bertulang
Penutup Dinding Bangunan : Hebel (Batu bata ringan), kaca,
Allumunium composite panel

2.6 Struktur dan Organisasi Proyek


Organisasi merupakan wadah dari suatu kegiatan sekelompok orang
yang berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dalam sebuah
organisasi harus jelas dalam pembagian tugas dan kewajiban, tanggung
jawab dan wewenang, hubungan dan tata cara kerja masing masing
anggotanya sesuai dengan kedudukan dan jabatan masing - masing.

Struktur organisasi merupakan suatu struktur yang relative bersifat


permanen, dengan tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
perkembangan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam tubuh organisasi
tersebut. Struktur organisasi bertujuan agar masing masing pihak dapat
mengetahui hubungan kerja serta koordinasinya sehingga kewajiban dan
tanggung jawab dari masing masing pihak tersebut dapat terlaksana dengan
baik. Pada Proyek Pembangunan Gedung Direktorat Jenderal Pajak Sudirman
Jakarta ini terdapat empat unsur sebagai berikut :

1. Pemberi Tugas / Pemilik Proyek ( Owner )


Pemilik proyek adalah orang atau badan usaha baik swasta maupun
instansi pemerintah yang mempunyai ide atau gagasan dan dana untuk
membangun serta menyampaikan kepada seorang ahli atau badan hukum
untuk mengadakan perencanaan yang dikehendakinya. Pada Pembangunan
Gedung Direktorat Jenderal Pajak Sudirman Jakarta selaku pemilik proyek
adalah usaha swasta yang bergerak dibidang perhotelan yang mempunyai
tugas sebagai berikut :
a. Menyediakan lahan dan menetapkan lokasi proyek.
b. Menyediakan dana yang diperlukan untuk terlaksananya proyek.
c. Memilih konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor
pelaksanaan baik melalui penunjukan langsung maupun dengan cara
lelang.
d. Menandatangani surat perjanjian dan mengeluarkan Surat Perintah
Kerja ( SPK ) kepada konsultan perencana, konsultan pengawas, dan
kontraktor dengan peraturan peraturan yang telah ditetapkan.
e. Bersama konsultan pengawas memonitor perkembangan proyek dan
berhak member instruksi kepada kontraktor sesuai dengan mekanisme
yang ada. Mempunyai wewenamg penuh terhadap proyek sehingga
berhak menolak atau menyetujui gambar rencana, berhak mencabut
kontrak dengan kontraktor apabila dipandang tidak dapat melaksanakan
tugas yang diberikan sesuai dengan kontrak yang baik, menolak atau
menerima penyerahan pekerjaan.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah seseorang atau badan hukum yang
menerima tugas dari pemberi tugas untuk merencanakan dan memberiakan
saran atau nasihat mengenai rencana proyek. Pekerjaan konsultan perencana
meliputi segi segi konstruktif, arsitek, ekonomis, dan fungsional sehingga
pekerjaan ini harus ditangani oleh seorang ahli yang berpengalaman dan
terpercaya. Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Direktorat Jenderal
Pajak Sudirman adalah PT. Gubahlaras.
Adapun tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah sebagai
berikut :
a. Membuat sketsa perencanaan proyek secara keseluruhan sesuai
dengan lingkup pekerjaan dan perintah owner.
b. Membuat estimasi harga bangunan yang digunakan oleh owner
sebagai patokan dalam lelang.
c. Menyiapkan bahan-bahan untuk persiapan pelelangan antara lain :
1. Gambar situasi dan gambar bestek
2. Gambar detail
3. Gambar konstruksi lengkap dengan perhitungannya
4. Gambar rencana instalasi
5. Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan
6. Berita acara
d. Konsultan perencana berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak
owner pada tahap perencanaan dan penyusunan dokumen lelang secara
berkala.
e. Memberikan penjelasan kepada owner atau pengawas lapangan
tentang segala sesuatu yang dianggap kurang jelas atau meragukan.
f. Bertanggung jawab penuh terhadap perencanaan sehingga perencanaan
dapat terlaksana dengan baik.
3. Pengawas Proyek
Pengawas dari Pada proyek Pembangunan Gedung Direktorat Jenderal
Pajak Sudirman Jakarta mempunyai tugas antara lain :

a. Mengendalikan dan mengawasi pekerjaan sehari-hari di lapangan.


b. Mengontrol pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan gambar kerja
( bestek ) dan membuat laporan tertulis ( harian, mingguan, bulanan )
tentang kemajuan proyek.
c. Mengontrol pekerjaan sesuai dengan time schedule yang dibuat oleh
pelaksana.
d. Memberikan penjelasan tentang detail gambar bestek baik secara lisan
maupun tertulis kepada pelaksana.
e. Membantu pemilik proyek dalam penyusunan laporan inventarisasi,
pemeriksaan dan persetujuan mengenai penyerahan material dan
peralatan gudang.
f. Memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap usul-usul dari pemilik
proyek atau perencana dalam penyelenggaraan proyek ini.
g. Mengevaluasi dan menyetujui revisi gambar yang diajukan oleh
pelaksana.
h. Mengevaluasi dan menyetujui pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
pelaksana.
i. Memberi saran dan peringatan kepada pelaksana atas pelaksanaan
pekerjaan apabila dinilai kurang baik pelaksanaannya atau tidak sesuai
dengan speseifikasi yang telah ditetapkan
4. Pelaksana Proyek ( Kontraktor Pelaksana)
Kontraktor adalah perseorangan atau badan hukum yang telah menjadi
pemenang lelang atau ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan
pekerjaan pembangunan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Biaya pekerjaan akan dibayarkan oleh setiap tahap pekerjaan
sesuai dengan perjanjian pemborong yang telah disepakati. Yang
bertanggung jawab sebagai kontraktor dalam proyek Pembangunan Gedung
Direktorat Jenderal Pajak Sudirman Jakarta adalah PT. PEMBANGUNAN
PERUMAHAN (Persero) Divisi Konstruksi III D.K.I Jakarta.
Adapun tugas dan tanggung jawab kontraktor adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pekerjaan bangunan sesuai dengan dokumen kontrak


serta menjamin kualitas pekerjaan yang bersangkutan.
b. Membuat gambar pelaksanaan (shop drawing) sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan untuk memudahkan pelaksanaan.
c. Mengadakan konsultasi dengan konsultan perencana.
d. Menyediakan bahan dan material, tenaga kerja, dan keperluan
pekerjaan lainnya.
e. Mengadakan pengajuan terhadap hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan.

2.7 Struktur dan Organisasi Perusahaan


Di dalam keorganisasian suatu perusahaan terdapat suatu struktur
organisasi yang merupakan susunan dari jabatan dari para pegawai didalam
perusahaan tersebut. Adapun jabatan beserta tugasnya di PT. PP (persero)
Tbk. Cabang III Jakarta dalam proyek Pembangun Direktorat Jenderal Pajak
Sudirman Jakarta selatan antara lain:

STRUKTUR ORGANISASI PT. PP (PERSERO) TBK


PROYEK PAJAK SUDIRMAN
Gambar 2.9 Struktur Organisasi Proyek (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

Tugas Staff dan Karyawan antara lain :


1. Manager (PM)
Tugasnya antara lain :
a. Membuat RAPK dan kegiatan perencanaan yang lain.
b. Mempresentasikan RAPK untuk disahkan.
c. Menangani engineering, administrasi keuangan, personalia, dan
umum dan operasi lapangan.
d. Membina hubungan kerja dengan owner, konsultan perencana,
dan konsultan mitra kerja (MK).
2. Quality Control (QC)
Tugasnya adalah :
a. Mengelola informasi uptodate ke cabang dan proyek.
b. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek.
c. Melakukan evaluasi atas Customer Complaint yang terbit di
proyek.
d. Menganalisis pengukuran Quality Product.
3. Health, Safety, & Environment (HSE)
Tugasnya antara lain :
a. Mengelola informasi uptodate ke cabang dan proyek.
b. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek.
c. Melakukan evaluasi atas Customer Complaint yang terbit di
proyek.
d. Menganalisis pengukuran HSE.
4. Drafter
Tugasnya adalah :
a. Merencanakan, menggambar, dan menghitung volume biaya dari
suatu proyek.
b. Membuat gambar kerja (shop drawing) dan gambar revisi.
5. Surveyor
Bertugas sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab langsung terhadap site manager.
b. Melakukan pengukuran elevasi dan koordinat pada pelaksanaan
pekerjaan.
c. Membuat laporan survey dan pengecekan elevasi.
6. Logistik
Tugasnya antara lain :
a. Menyiapkan segala kebutuhan proyek
b. Menerima, memeriksa dan menghitung material yang masuk dan
yang ada dalam proyek.
c. Mengatur dan memperbaiki serta merawat alat alat yang
digunakan dalam proyek.

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Struktur bangunan


3.1.1 Pengertian struktur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun 2008 : struktur adalah cara
sesuatu disusun atau dibangun;susunan; bangunan.
Definisi yang sederhana tentang struktur dalam hubungannya dengan
bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban dan
akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah1.
Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja
untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah.
Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-
beban tersebut menumpu pada elemenelemen untuk selanjutnya disalurkan ke
bagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat di
tahan2.
Menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012 pada pasal 7.1, struktur
bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah.
Struktur atas adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di
atas muka tanah.
Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak
di bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau
struktur fondasinya.

3.2 Beton
3.2.1 Pengertian beton
Menurut SNI 2847:2013, Beton (Concrete) adalah campuran semen portland
atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan (admixture)
Beton adalah suatu material komposit yang terdiri dari campuran beberapa
bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan-ikat, yaitu dibentuk dari agregat

1 Daniel L. Schodek, Struktur (Bandung: PT Eresco, 1991), hal. 3

2 Dian Ariestadi, Teknik Struktur Bangunan (Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008),hal. 115
campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen (semen+air)
sebagai bahan pengikat3.
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 adapun definisi
beton antara lain:
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen portland dan air.
Beton bertulang adalah beton yang mengandung batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja
sama dalam memikul gaya gaya.
Beton tak bertulang adalah beton yang tidak mengandung tulangan.
Beton pra-tekan adalah beton bertulang di dalam mana telah ditimbulkan
tegangan tegangan intern dengan nilai dann pembagian yang sedemikan
rupa hingga tegangan tegangan akibat beban beban dapat dinetralkan
sampai suatu taraf yang diinginkan.
Beton pra-cetak adalah bagian bagian beton bertulang atau tak bertulang
yang dicetak dalam kedudukan yang lain dari pada kedudukan akhirnya di
dalam konstruksi.

3.2.2 Klasifikasi Beton


Klasifikasi beton berdasarkan teknik pembuatannya :
Beton Biasa
Beton ini langsung dibuat dalam keadaan plastis, dan cara pembuatannya
berdasarkan atas beton siap pakai (Ready Mix Concrete ) beton dibuat dilapangan.
Beton Precast
Beton ini dibuat dalam bentuk elemen-elemen yang merupakan bagian dari
suatu konstruksi. Bagian yang akan dibuat menjadi beton ini dipasang dalam
keadaan mengeras.
Beton Prestress

3 Dian Ariestadi, Teknik Struktur Bangunan (Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008),hal. B1
Beton ini dibuat dengan memberi tegangan dalam pada beton sebelum
mendapat beban luar.
Klasifikasi beton berdasarkan mutu beton :
Beton Kelas I adalah beton untuk pekerjaan non struktural yang
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus.
Beton Kelas II adalah beton untuk pekerjaan srtuktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
pengawasan oleh tenaga ahli. Beton Kelas II dibagi dalam mutu-mutu
standar yaitu B1, K 125, K 175, K 225.
Beton Kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari
K 225. Dalam pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
laboratorium dengan peralatan yang lengkap.
Angka K menentukan campuran semen Portland dalam kg/m3 beton,
misalnya K 200 berarti kekuatan menahan tekanan 200 kg semen Portland untuk 1
m3 beton jadi.

3.2.3 Sifat dan karakteristik beton :


Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi
serta tegangan hancur tarik yang rendah;
Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan;
Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin lama makin besar;
Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi;
Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah;
Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran
semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang;
Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton
yang tinggi;
Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan;
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen
konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;
Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok,
maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik;
Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik;
Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang
relative rendah;
Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya
mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan
tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran;
Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi; dan
Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.

3.2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Beton4


Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Jenis dan kualitas semen
Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan dan
kuat tarik lebih besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi
bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang
sangat penting pada pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
4 Reski Aprilia, "Pelat beton Bertulang", Slideshare, diakses dari
http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668,
pada tanggal 21 Oktober 2014 pukul 16.00 wib.
Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya.

3.2.5 Kelebihan Beton5


Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland.
Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .

3.2.6 Kekurangan Beton6


Kuat tarik rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa.
Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.

5 Reski Aprilia, "Pelat beton Bertulang", Slideshare, diakses dari


http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668,
pada tanggal 21 Oktober 2014 pukul 16.00 wib.

6 Reski Aprilia, "Pelat beton Bertulang", Slideshare, diakses dari


http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668,
pada tanggal 21 Oktober 2014 pukul 16.00 wib.
Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya
retak-retak akibat perubahan suhu.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
Bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

3.2.7 Unsur-unsur Pembentuk Beton


A. Semen
1. Pengertian Semen
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Semen : 1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata (membuat tembik
dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari kapur dsb yang dipakai untuk membuat
beton, merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang melekat pada akar
gigi.
Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis ( dapat mengeras/membatu
jika dicampur air), yang berupa serbuk-serbuk yang sangat halus berupa
abu-abu atau coklat abu, maupun abu-abu kehijauan yang terdiri dari kristal-
kristal silikat, kalsium dan alumunium.
Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan adukan beton yang
apabila dicampur dengan air atau bahan lainnya ( pasir, agregat, dll) akan
berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan pembentuk beton tersebut.
Jenis Penggunaan
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM ( American Standard for
Testing Material )semen portland dapat dibedakan menjadi :
Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi.
Tipe II adalah semen portland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya setengah
tipe IV dan setengah tipe V (moderat). Belakangan lebih banyak diproduksi
sebagai pengganti tipe IV
Tipe III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28
hari umumnya dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai
ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus
dapat cepat dipakai.
Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi yang rendah. Yang
dipakai untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul
harus minimum. Misalnya pada bangunan masif seperti bendungan gravitasi
yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat daripada semen tipe I.
Tipe V adalah Semen portland tahan sulfat. Yang dipakai untuk menghadapi
aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah di mana tanah atau
airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi.
B. Air
1. Pengertian Air
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi,
Barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb,
Barang cair yg rupanya sebagai air
2. Syarat syarat Air untuk campuran beton
Syarat- syarat air untuk campuran beton, yaitu : air yang digunakan untuk
membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, zat organik atau bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan. Air
asin yang banyak mengandung garam tidak baik untuk adukan, karena dapat
merusak ikatan adukan sekaligus merusak tembok. Begitu pula air yang banyak
mengandung bahan-bahan busuk (humus) seperti air danau, seharusnyan jangan
digunakan. Air adukan boleh mengandung bahan-bahan lain asal kadarnya sangat
kecil.
Apabila terdapat- keragu-raguan mengenai keadaan air yang akan dipakai,
disarankan untuk mengirim contoh air ke laboratorium bahan-bahan yang telah
diakui, untuk siperiksa apakah air itu dapat dipakai atau tidak. Untuk pekerjaan-
pekerjaan air yang sederhana, air bersih( air minum ) yang tawar dapat digunakan
langsung. Disamping banyaknya air yang dipakai untuk adukan dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan, juga dipengaruhi oleh sifat-sifat bagian dasarnya maupun keadaan
iklim saat pengerjaan ( iklim hujan ataukah iklim kering).Perbandingan
maksimum antara air dan semen adalah 50 liter per 100kg atau 20liter per zak
semen.
C. Agregat
1. Pengertian Agregat
Berdasrkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. 2 definisi
agregat adalah butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan semen portland
dan air menghasilkan beton.
2. Pembagian Agregat
Mernurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. 2 Agregat terbagi
atas:
a. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau
partikel-partikel yang lewat saringan #4 atau 5 mm.7
b. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Agregat Kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu. Pada umumnya agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5
mm. Agregat kasar tidak bisa melewati saringan #4 atau 5 mm. Ukuran
maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur di dalam peraturan untuk
kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya bertujuan agar agregat
dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan.8
c. Perbandingan Agregat Halus Dan Kasar Pada Campuran Beton
Perbandingan campuran pasir : kerikil dalam volume yang paling baik
adalah 1 : 2 s/d 2 :3. Maka dua kali banyaknya pasir merupakan banyaknya
kerikil atau dua bagian pasir dan tiga bagian kerikil. Kemungkinan lain juga 3 : 5
atau 5 :7 untuk campuran beton yang lebih halus pada bagian bangunan cor yang

7 Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang (Jakarta:


Departemen Pekerjaan Umum, 1993), hal. 5

8 Ibid.
tipis. Jikalau digunakan perbandingan 3 :5 atau 5 :7, nilai tekanan yang
diperbolehkan harus direduksi lagi sebesar 10 %. Jikalau perbandingan
mengandung pasir lebih banyak lagi, maka kualitas beton menurun.
d. Fungsi Agregat Dalam Beton
Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah
70%-75% dari seluruh massa padat beton.Untuk mencapai kuat beton baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat
dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya
tahan terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca)9.
Penggunaan agregat dalam beton, yakni :
1. Menghemat penggunaan semen portland,
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton,
3. Mengurangi susut pengerasan beton,
4. Mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang
baik, maka akan didapatkan beton yang padat, mengontrol workability atau
sifat dapat dikerjakan aduk beton.

3.3 Beton Ready Mixed


3.3.1 Pengertian
Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen penyusunnya
telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk. Komponen-komponen
penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar dengan komposisi tertentu,
sehingga pengawasan terhadap mutu beton menjadi sangat ketat.
3.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready
Mixed
Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan kelebihan
tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan dalam pemilihan
beton ready mixed, yakni :
a. Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan (site-mixing) dengan
beton ready mixed.

9 Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang (Jakarta:


Departemen Pekerjaan Umum, 1993), hal. 5
b. Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di lapangan
dan tempat untuk menimbun agregat serta material lainnya.
c. Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas produksi
yang besar pula.

3.3.3 Instalasi Beton Ready Mixed


Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu :
Instalasi Penakar Kering
Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan kedalam truk
pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air ditambahkan kedalam
truk pencampur sewaktu masih di instalasi, tetapi beberapa supplier beton
menambah air ketika truk telah tiba di lapangan.
Instalasi Penakar Basah
Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung kedalam alat
pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan tenaga penggerak atau alat
campur dengan pengaduk menerus). Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke
dalam kendaraan lain untuk diangkut ke lapangan.

3.3.4 Syarat-Syarat untuk Beton Ready Mixed


Adapun syarat-syarat beton ready mixed pada pelaksanaan proyek
pembangunan, yakni :
Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat
dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan
semen, agregat, air, maupun admixture, testing beton, slump dan
sebagainya,
Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier
Beton Ready Mix yang sudah terkenal stabilitas mutunya., kontinuitas
penyediaannya dan mempunyai/ mengambil material-material dari tempat
tertentu yang tetap dan bermutu baik,
Direksi/ Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton ready Mix yang
sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran.
Usaha-usaha yang menghaluskan/ menghancurkan Beton Ready Mix yang
sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan,
Rekanan harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton Ready Mix
jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu, dan kontinuitas pengedaan dan
jumlah/ volume beton yang digunakan.
Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun
disuplai oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung-
jawab sepenuhnya dari Rekanan,
Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung
sejak dituangkannya air ke campuran beton kedalam truk ready mix di
plant/ pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor,
tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala
akibat biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan resiko Rekanan.

3.3.5 Perawatan Beton


Setelah dilakukan pengecoran baik dilakukan secara manual ataupun
menggunakan beton ready mixed, harus dilakukan beberapa tahapan perawatan
sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. 2 (Pendidikan,
Peraturan Beton Bertulang Indonesia , 1971) Perawatan yang dilakukan yaitu
sebagai berikut:
Beton yang telah jadi harus disiram dengan air secara perlahan untuk
menjaga supaya beton tidak retak-retak rambut. Penyiraman juga tidak
boleh terlalu kuat karena akan mengikis permukaan beton yang masih belum
keras benar.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak
boleh diganggu. Sangat dilarang untuk mempergunakan lantai yang belum
cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan yang berat.
Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan
dapat dipakai. Cara-cara ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Ahli.
3.4 Tulangan
3.4.1 Pengertian Tulangan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Bertulang : memiliki tulangan; memakai (mempunyai) tulang; beton - ,
beton yg memakai rangka besi.
Besi tulangan adalah jenis besi yang dipakai untuk tulangan beton yang
harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7. (sumber : Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2)
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retakan- retakan. Untuk itu agar beton dapat bekerja dengan baik
didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan
yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada di dalam beton. Tulangan
adalah batang baja yang berbentuk polos atau deform atau pipa yang berfungsi
untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur.

3.5 Bekisting
3.5.1 Pengertian Bekisting
Bekisting atau mal adalah cetakan dan penyangga yang menjadi acuan
dalam pengecoran beton. Sesuai dengan fungsinya bekisting ini hanya sebagai
cetakan yang akan dilepas setelah beton yang dicor mengeras. Bahan pembuat dan
cara pembuatan bekisting harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan pada
banyak pedoman tentang bekisting. (F.Wigbout, 1992).
Pekerjaan bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan
kualitas yang baik dan cukup kuat, serta pengerjaan sesuai dengan dimensi yang
direncanakan.

3.5.2 Persyaratan Bekisting


Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan:
1. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini terjadi,
faktor air semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton
terganggu. Pada bagian yang bocor akan terjadi keropos atau sarang kerikil
atau pasir.
2. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus mempunyai tekstur
seperti yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga beton yang
dihasilkan mempunyai permukaan yang baik.
3. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat dapat
menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam
beberapa kasus terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan
yang tidak memadai.
4. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.
5. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton.
Bekisting harus cukup kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah
bentuk. Untuk bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban
beton dan beban lain yang ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada
bekisting biasanya dibatasi 1/300 sampai 1/500 dari jarak sokongan.

3.5.3 Fungsi Bekisting


Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting memiliki fungsi :
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat.
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran,
3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan
dipindahkan.

3.5.4 Steger/ Tiang Perancah


Dimaksudkan untuk memberikan sebuah tempat berjalan yang aman
kepada para pekerja untuk mengangkut material. Steger kerja yang dipakai, yaitu
steger besi/ scaffolding. Digunakan sebagai penopang bagi pengecoran plat lantai
1, 2, 3 dan plat atap. Scaffolding yang dipakai memiliki lebar 1m dan tinggi 3m.
Pemasangan Bekisting :
1. Scaffolding terdiri dari dua buah rangka bidang dan sebuah skoor silang
untuk setiap bidangnya.
2. Dua buah bidang ditegakkan pada permukaan/ alas secara vertikal dan
sejajar dengan bidang yang lain, kemudian dipasang skoor besi pada sisi/
bidang lainnya. Sisi/ bidang lainnya yang dimaksud, yakni bidang yang
terbentuk dari pinggir-pinggir rangka bidang yang sejajar tersebut.
3. Untuk pemasangan rangka-rangka bidang scaffolding lainnya, yakni dengan
penyusunan secara sejajar dengan rangka bidang tang telah terbentuk,
kemudian di skoor.
4. Pada bagian atas scaffolding terdapat baut-baut pengatur ketinggian. Baut-
baut pengatur ketinggian tersebut disesuaikan dengan ketinggian perletakan
gelagar-gelagar cetakan plat lantai terhadap alas/ permukaan lantai
dibawahnya.
Pada pelaksanaannya, semua penunjang bekisting menggunakan steger besi
(scaffolding). Pertimbangan dalam penggunaan scaffolding sebagai bekisting,
yakni :
1. Mudah dalam pemasangan maupun pembongkaran untuk inspeksi atau
pembersihan.
2. Dapat menghasilkan bagian konstruksi dengan ukuran, kerataan/ kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi / gambar
kerja.
3. Efisiensi biaya pemasangan maupun pembongkaran.

3.5.5 Mal/ Cetakan Beton


Sebagai tempat / cetakan bagi bentuk beton yang akan dicor kedalam
bekisting. Peruntukan mal / cetakan beton, yakni untuk pengecoran kolom, balok
dan plat lantai. Bahan yang dipakai untuk mal/ cetakan beton, yakni multiplek
12mm sebagai cetakannya dan balok kayu 6/7 sebagai penopang/ skoor.

3.6 Kolom
3.6.1 Pengertian kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996).
Menurut SK SNI T-15-1991-03 kolom adalah komponen struktur dengan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil sama dengan 3 atau lebih digunakan
terutama untuk mendukung beban aksial tekan.
Kolom sebagai elemen tekan juga merupakan elemen penting pada
konstruksi. Kolom pada umumnya merupakan elemen vertikal. Namun
sebenarnya kolom tidak harus selalu berarah vertikal, bahkan dinding pemikul
(load-bearing wall) sebenarnya juga dapat dipadang sebagai kolom yang diperluas
menjadi suatu bidang. Umumnya, kolom tidak mengalami lentur secara langsung,
karena tidak ada beban tegak lurus terhadap sumbunya10.

3.6.2 Klasifikasi Kolom


Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang
agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam gambar 1.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga

10 Dian Ariestadi, Teknik Struktur Bangunan (Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008),hal. 204
mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).
3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan
komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan
gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang

Gambar 3.1 Jenis-Jenis Kolom (Sumber : Struktur Beton Bertulang)

3.6.3 Syarat Kolom Beton Bertulang


Syarat-syarat Kolom Beton Bertulang berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia.1971, pasal 9.6 :
1. Ukuran penampang kolom rak boleh kurang dari 15 cm,
2. Luas tulangan memanjang kolom tak boleh diambil kurang dari 1%
penampang beton, dengan minimum satu batang tulangan di masing-masing
sudut penampang,
3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil lebih
dari 6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memanjang kolom
disambung dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas tulangan
memanjang maksimum dibatasi sampai 4% dari luas penampang beton yang
ada.
4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing-
masing sumbu utama penampang. Pada kolom-kolom yang memikul gaya
normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kurang dari 1/10
dari ukuran kolom diarah eksentrisitas itu, tulangan-tulangan memanjang
harus disebar merata sepanjang keliling teras kolom.
5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang-sengkang dengan
jarak maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali diameter baja
tulangan memanjang yang tersebar dengan minimum 6mm pada baja lunak
dan baja sedang dan 5mm pada baja keras.
6. apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek,
maka ujung-ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat itu
tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang-sarang
kerikil dapat dianggap tidak ada.

3.7 Balok
3.7.1 Pengertian Balok
Balok adalah batang horizontal yang menerima gaya lintang dan gaya
normal11.
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai
dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban.

3.7.2 Syarat Balok Beton Bertulang


Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I 2 hal. 91 sebagai berikut :
1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang
dipilih.

11 Heinz Frick dan LMF. Purwanto, Sistem Struktur Bangunan


(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007),hal. 149
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2
lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
3. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
4. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10%
dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak
boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis
baja keras.
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang
bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh
diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak
boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis
baja keras.

3.8 Plat lantai


3.8.1 Pengertian Plat lantai
Plat lantai adalah plat yang dibebani berlawanan dengan arah plat. Plat
lantai selalu harus dipegang pada tempatnya. Cara pemegangan tersebut atau
tumpuan-tumpuan menentukan system plat lantainya12.
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari meterial
monolit yang tingginya relatif kecil dibandingkan dengan dimensidimensi lainya.
Beban yang umum bekerja pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar.
Plat dapat ditumpu di seluruh tepinya atau hanya pada titik-titik tertentu, misalnya
oleh kolom-kolom, atau bahkan campuran antar tumpuan menerus dan tumpuan
titik. Kondisi tumpuan bisa berbentuk sederhana atau jepit. Adanya kemungkinan

12 Heinz Frick dan LMF. Purwanto, Sistem Struktur Bangunan


(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007),hal. 153
variasi kondisi tumpuan menyebabkan plat dapat digunakan untuk berbagai
keadaan13.

3.8.2 Syarat Plat lantai Beton


Berdasarkan SNI I Beton 1991, syarat-syarat plat lantai Beton antara lain :
1. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm,
sedangkan untuk plat atap sekurangkurangnya7cm
2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja
lunak atau baja sedang
3. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak
lebih dari 20cm atau dua kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil
5. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum
1cm, untuk melindungi bajadari karat, korosi atau kebakaran
6. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir :
3kerikil + air, bila untuk lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen :
1 pasir : 2 kerikil + air secukupnya.

3.8.3 Metode Pelaksanaan Plat lantai14


1. Metode Konvensional
Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan
plywood dengan perancah scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling
banyak digunkana namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi. Kondisi
ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-lomba melakukan
inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.

13 Dian Ariestadi, Teknik Struktur Bangunan (Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008),hal. 225

14 Reski Aprilia, "Pelat beton Bertulang", Slideshare, diakses dari


http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668,
pada tanggal 21 Oktober 2014 pukul 16.00 wib.
Gambar 3.4 Pengerjaan plat lantai metode konvensional
(Sumber : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668)

2. Metode Half Slab


Disebut half slab karena separuh struktur plat lantai dikerjakan dengan
sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek
untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu
dilakukan pengecoran separuh plat ditempat. Kelebihannya yaitu adanya
pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun, tidak semua bagian
plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab, contohnya area plat kantilever
baguan pinggir biasanya tetap dipasangan dengan sistem konvensional, area toilet
juga sebaiknya dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran.

Gambar 3.5 Pengerjaan pelat lantai metode half slab


(Sumber : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668)
a. Kekurangan plat
lantai metode half slab
Sulit diaplikasikan pada area tepi gedung ( plat kantilever), sehingga
pada area ini bisa menggunakan sistem konvensional.
Perlu trik khusus jika digunakan pada area toilet atau atap gedung agar
tidak mengalami kebocoran.
Jika proyek berada di perkotaan, maka ada peraturan lalu lintas yang
harus dipatuhi, waktu pengiriman dengan kendaraan besar biasanya
hanya boleh dilakukan pada malam hari agar tidak menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
Keterbatasan kapasitas berat angkut TC perlu diperhitungkan dengan
beban satu plat half slab yang akan diangkat.
Mengurangi lapangan kerja tukang bekisting.
b. Kelebihan plat lantai metode half slab
Waktu pengerjaan lebih cepat dibanding plat lantai sistem
konvensional, namun jika produksi plat half slab berada dilokasi
terpisah dengan proyek maka perlu dipastikan ketepatan jadwal
pengirimanya agar pekerjaan dapat berjalan secara kontinyu.
Efisiensi pemakaian material bekisting, bisa menghilangkan
penggunaan kayu.
Karena tidak menggunakan kayu maka telah melaksanakan progam
green construction yang tidak merusak lingkungan.
3. Metode Precast
Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, nmaun yang perlu
diperhatikan jika menggunkan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat.
Misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dan total berat beton 17
precast dapat dilakukan dipabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek
untuk dipasang.
Gambar 3.6 Pengerjaan pelat lantai metode precast
(Sumber : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668)

4. Metode Bondek
Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek
dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting
dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau diganti dengan
besi wiremesh agar lebih cepat saat pemasangan.

Gambar 3.7 Pengerjaan Pelat Lantai Metode Bondek


(Sumber : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668)
Gambar 3.8 Pelat Lantai Metode Bondek
(Sumber : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668)

BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lokasi pengamatan:
Lokasi pembangunan yang diamati adalah proyek pembangunan gedung
pajak sudirman selama kurang lebih 1 bulan, terhitung dari tanggal 23 juni 10
agustus 2014. Adapun lingkup yang diamati adalah pembangunan lt. 8 lt.12
untuk tower depan dan lt. 11- lt. 15 untuk tower belakang.

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


4.1.1 Profil Kolom
Ukuran kolom struktur: K1 sampai K7 berbentuk persegi dan
persegi panjang dengan ukuran kolom terlampir
Bahan pengisi : Beton bertulang
Mutu beton : K-400

4.1.2 Tahap Pekerjaan Kolom


Adapun tahapan pekerjaan kolom antara lain :
Tahap Pengadaan Alat dan Bahan
Tahap Persiapan
Tahap Penulangan
Tahap Pemasangan Bekisting
Tahap Pengecoran
Tahap Pembukaan Bekisting

4.1.3 Tahap Pengadaan Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan kolom antara
lain :

A. Besi
Fungsi : besi ini digunakan sebagai tulangan utama dan tulangan sengkang
dalam perakitan tulangan balok. Ukuran besi yang digunakan berbeda, tergantung
jenis balok dan perhitungan struktur.

(a) (b)

Gambar 4.1 Contoh Besi Yang Digunakan (a) Besi Tulangan Utama (b) Besi
Tulangan Sengkang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

B. Beton dacking
Beton dacking adalah material yang digunakan untuk memberikan jarak
antara tepi beton dengan tulangan di dalamnya (untuk mendapatkan selimut beton
sesuai dengan yang disyaratkan).

Gambar 4.2 Beton Dacking (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

C. Bekisting
Bekisting merupakan sarana untuk mencetak beton sesuai ukuran dan
bentuknya sesuai dengan yang direncanakan.
Bekisting yang digunakan adalah bekisting precast. Bekisting diangkat ke
lantai tempat dilakukan pekerjaan kolom menggunakan tower crane.
Gambar 4.3 Bekisting Kolom (Sumber: PT. PP (Persero) tbk)

Material yang digunakan pada bekisting antara lain :


1) Triplek phenolic (ketebalan 12 mm & 18 mm)
Triplek phenolic adalah triplek yang dilapisi 1 sisi atau 2 sisinya
dengan cairan kimia phenol sehingga terbentuk lapisan berwarna coklta tua
pekat. Dipergunakan sebagai papan penahan cor an (bekisting). Dengan
menggunakan triplek phenol hasil pengecoran akan lebih padat &
permukaannnya lebih halus, karena dilapisi oleh phenol maka semen yang
menempel pada triplek mudah dibersihkan sehingga dapat dipergunakan
berulangkali. Triplek dengan ketebalan 12 mm digunakan pada bekisting
balok dan plat lantai. Sedangkan triplek dengan ketebalan 18 mm digunakan
pada bekisting kolom.

Gambar 4.4 Triplek Phenolic (Sumber: Dokementasi Pribadi)


2) Kayu
Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang
banyak digunakan. Untuk menghasilkan hasil beton yang sesuai dengan
yang direncanakan, maka diperlukan acuan mengenai jenis kuat kayu,
sehingga syarat kekuatan dan kekakuan kayu masih dalam batas-batas yang
diijinkan.
3) Besi hollow
Besi hollow pada bekisting digunakan sebagai dudukan bekisting
pada bagian sisi samping kolom. Besi hollow digunakan sebagai pengganti
material kayu dengan pertimbangan faktor ekonomis (reuse).

Gambar 4.5 Besi Hollow (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4) Tie rot
Tie rot digunakan untuk mengunci bekisting balok.
Gambar 4.6 Tie Rot (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

5) Pipe Support
Support adalah alat yang digunakan untuk menjaga ketegakan suatu
kolom. Biasanya digunakan untuk penahan bekisting kolom pada waktu
pengecoran.
6) Sabuk Kolom
Sabuk kolom adalah alat yang berupa besi yang dipakai untuk
membentuk kolom sesuai dengan ukurannya. Selalu ada dalam pemasangan
bekisting kolom.

Gambar 4.7 Sabuk Kolom (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

D. Bar bender
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Bar bender
adalah alat / mesin yang di gunakan untuk menekuk besi ulir / beton dengan
diameter yang sesuai dengan kapasitas mesin.
Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di
antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai
dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung
tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut
pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.
Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan tenaga
listrik untuk membengkokkan baja tulangan, yang digunakan untuk
membengkokkan seluruh baja tulangan utama.

Gambar 4.8 Bar Bender (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

E. Bar cutter
Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan
gambar, maka baja tulangan yang tersedia perlu dipotong, dengan alat Bar
Cutter.Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan bar cutter manual adalah
bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan
mutu baja cukup tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu
pengerjaan.
Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam
gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja
tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai
diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya
lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan
kapasitas dari alat.
Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan tenaga listrik
untuk memotong baja tulangan, yang digunakan untuk memotong seluruh baja
tulangan utama.

Gambar 4.9 Bar Cutter (Sumber: Dokumentasi Prbadi)

F. Gunting besi
Gunting besi digunakana untuk memotong besi dengan ukuran kecil.
Gambar 4.10 Gunting Besi (Sumber: Dokumentasi Prbadi)

G. Kawat
Kawat digunakan untuk pengikat, biasanya pada sambungan.
H. Truck molen
Suatu kendaraan truck khusus yang di lengkapi dengan Concrete mixer yang
fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
Concrete Mixer Truck digunakan untuk menggangkut adukan beton ready
mix dari tempat pencampuran ke lokasi proyek.Selama pengangkutan mixer terus
berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tidak homogen dan
beton tidak mengeras.
Prinsip kerja Concrete mixer truck ini secara sederhana adalah sebagai
berikut:
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja,ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek,drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan putaran jarum jam sehingga
adukan mengarah ke dalam .putaran di dalam bertujuan agar tidak terjadi
pergeseran ataupun pemisahan agregat,dengan demikian mutu beton akan tetap
terjaga.
Gambar 4.11 Truck Molen (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. Concrete pump
Concrete pump digunakan untuk memompa beton cor dari lantai bawah ke
lantai atas, beton dipompa ke lantai atas dengan menggunakan pipa.

Gambar 4.12 Concrete Pump (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

J. Pipa
Pipa digunakan untuk menyalurkan beton cor dari concrete pump ke dalam
bekisting.
Gambar 4.13 Pipa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

K. Vibrator
Vibrator digunakan untuk memadatkan beton cor an.

Gambar 4.14 Vibrator (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

L. Tower crane (TC)


Tower Crane adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material
kemanapun sesuai permintaan dan menaikkan meterial kelantai yang diinginkan,
alat ini juga digunakan untuk mengangkat besi tulangan ketempat pengerjaan
struktur.
Gambar 4.15 Tower Crane (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

M. Placing boom
Placing boom digunakan untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempat-tempat yang sulit di jangkau.

Gambar 4.16 Placing Boom (Sumber: Brosur)

4.1.4 Tahap Persiapan


1. Marking sepatu kolom sebagai tempat batas
bekisting.
(a) (b)

Gambar 4.17 Marking Kolom (a) Denah Marking Kolom (b) Proses
Marking Kolom (Sumber : PT. PP (Persero) Tbk)

2. Pasang Sepatu kolom pada tulangan sengkang.

Sepatu kolom

(a) (b)

Gambar 4.18 Sepatu Kolom (a) Denah Sepatu Kolom (b) Pemasangan Sepatu
Kolom (Sumber: PT. PP (Persero) Tbk)

Sepatu kolom digunakan untuk memastikan kelurusan bekesting dan


sebaiknya dipasang pada tulangan sengkang sehingga tidak mengurangi
kekuatan dari tulangan utama.
4.1.5 Tahap pembesian/ penulangan
Besi tulangan kolom dikelompokkan dalam besi tulangan utama dan besi
tulangan sengkang. Ukuran dan besar besi disesuaikan dengan kebutuhan.
1. Pekerjaan besi dilakukan oleh 10 - 12 orang yang sudah ahli, pekerjaan
dilakukan di los besi dengan alat yang sudah tersedia
2. Besi tulangan yang akan dirakit menjadi tulangan atau sengkang dipotong
dan dibengkokkan sesuai kebutuhan.
3. Pasang Besi kolom ke dalam stek besi yang sudah ada.

Besi Kolom

Besi Stek Kolom

Plat
Balok

Kolom

Gambar 4.19 Pemasangan besi kolom prefab dan stek kolom

4. Selanjutnya disambung dengan stek kolom dengan overlap di sesuaikan


dengan spesifikasi atau dapat diamankan pada posisi 40 D.
5. Kencangkan Besi kolom dan stek besi dengan menggunakan sengkang.
4.1.6 Tahap pemasangan bekisting
Bekisting yang digunakan pada proyek ini adalah bekisting precast yang
sudah dirakit sebelumnya sehingga dapat menghemat waktu pekerjaan.
1. Bekisting precast dibawa ke lantai yang menjadi lokasi pekerjaan kolom
dengan menggunakan tower crane.
2. Pasang Bekesting kolom tempatkan sesuai dengan marking yang ada.

Gambar 4.20 Pemasangan Bekisting Kolom (Sumber: PT. PP (Persero) Tbk)

3. Atur kelurusan bekesting kolom dengan memutar push pull.


Gambar 4.21 Setting Kelurusan Bekesting dengan Push Pull (Sumber: PT. PP (Persero) Tbk)

4.1.7 Tahap pengecoran


Setelah pemasangan tulangan dan bekisting selesai, Kolom siap untuk dicor
dengan beton ready mix yang dipesan di pabrik, beton cor yang digunakan pada
kolom ini adalah beton ready mix K-400
1. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan sisa-
sisa pekerjaan seperti sisa kawat, sisa besi, sampah, dll pada area bekisting.
2. Sebelum pengecoran dimulai, pelaksana lapangan melakukan uji slump
terhadap beton cor yang akan digunakan.
3. Setelah melakukan uji slump, beton cor dimasukkan ke dalam concrete
pump.
4. Pengecoran dilakukan menggunakan concrete pump yang dipadukan dengan
placing boom agar area yang diluar jangkauan pipa bisa dijangkau dengan
menggunakan placing boom
5. Pengecoran dilakukan oleh 6 orang.
6. Beton dipompa ke lantai atas melalui pipa menggunakan concrete pump
7. Pengecoran dilakukan secara bertahap dan merata
8. Agar hasil padat dan merata saat pengecoran digunakan concrete vibrator
Gambar 4.22 Pengecoran Kolom (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4.1.8 Tahap pembukaan bekisting


Proses terakhir adalah pembukaan bekisting.
1. Setelah beton baru berusia 3-4 hari, bekisting yang menempel pada beton
dibuka. Walaupun beton matang pada hari ke 28 tetapi bekisting beton dapat
dibuka pada hari 3-4 hari.
2. Proses pembukaan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang, bekisting dibuka
dengan menggunakan linggis dan palu besar.

4.2 Pelaksanaan pekerjaan balok


Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan balok yaitu beton mutu k-350.
Dimensi balok yang dikerjakan pada proyek ini memiliki beberapa type dengan
dimensi yang berbeda. Dimensi balok tergantung pada panjang bentang.
Tahapan pengerjaan pekerjaan balok adalah:
Tahap persiapan
Tahap pemasangan scafolding
Tahap penulangan
Tahap pemasangan bekisting
Tahap pengecoran
Tahap pembukaan bekisting

1 Tahap persiapan dan bahan


Dalam proses pengerjaan pembuatan balok ada beberapa alat dan bahan
yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
A. Besi
Fungsi : besi ini digunakan sebagai tulangan utama dan tulangan sengkang
dalam perakitan tulangan balok. Ukuran besi yang digunakan berbeda, tergantung
jenis balok dan perhitungan struktur.

(a) (b)

Gambar 4.23 Contoh Besi yang digunakan (a) Besi Tulangan Utama (b) Besi
Tulangan sengkang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

B. Beton dacking
Beton dacking adalah material yang digunakan untuk memberikan jarak
antara tepi beton dengan tulangan di dalamnya (untuk mendapatkan selimut beton
sesuai dengan yang disyaratkan.

Gambar 4.23 Beton Dacking (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


C. Bekisting
Bekisting merupakan sarana untuk mencetak beton sesuai ukuran dan
bentuknya sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus mampu berfungsi
sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban
hidup dan peralatan kerja.

Gambar 4.24 Bekisting Balok (Sumber: PT. PP (Persero) Tbk)

Material yang digunakan pada bekisting antara lain :


1) Triplek phenolic (ketebalan 12 mm & 18 mm)
Triplek phenolic adalah triplek yang dilapisi 1 sisi atau 2 sisinya
dengan cairan kimia phenol sehingga terbentuk lapisan berwarna coklta tua
pekat. Dipergunakan sebagai papan penahan cor an (bekisting). Dengan
menggunakan triplek phenol hasil pengecoran akan lebih padat &
permukaannnya lebih halus, karena dilapisi oleh phenol maka semen yang
menempel pada triplek mudah dibersihkan sehingga dapat dipergunakan
berulangkali. Triplek dengan ketebalan 12 mm digunakan pada bekisting
balok dan plat lantai. Sedangkan triplek dengan ketebalan 18 mm digunakan
pada bekisting kolom.
Gambar 4.25 Triplek Phenolic (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2) Kayu
Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang
banyak digunakan. Untuk menghasilkan hasil beton yang sesuai dengan
yang direncanakan, maka diperlukan acuan mengenai jenis kuat kayu,
sehingga syarat kekuatan dan kekakuan kayu masih dalam batas-batas yang
diijinkan.
3) Besi hollow
Besi hollow pada bekisting digunakan sebagai dudukan bekisting
balok pada bagian atas scafolding. Besi hollow digunakan sebagai pengganti
material kayu dengan pertimbangan faktor ekonomis (reuse).

Gambar 4.26 Besi Hollow (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4) Besi siku
Besi siku digunakan sebagai support pada sisi samping bekisting
balok. Dengan menggunakan siku pada sisi bekisting balok akan membuat
bekisting semakin berdiri kokoh dan lurus.

Gambar 4.27 Besi Siku (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

5) Tie rot
Tie rot digunakan untuk mengunci bekisting balok.

Gambar 4.28 Tie Rot (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

6) Scafolding
Schaffolding adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai
penahan alas bekisting balok, plat maupun listplank. Komponen
schaffolding terdiri dari U Head untuk bagian atas dan Jack Base untuk
bagian bawah.
Gambar 4.29 Scafolding (Sumber: Dokumetasi Pribadi)

U Head adalah penopang berbahan besi untuk menahan balok yang


menjadi sandaran alas bekisting.

Gambar 4.30 U head (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jack Base adalah penopang berbahan besi yang menahan keseluruhan


schaffolding.
Gambar 4.31 Jack base (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

D. Bar bender
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Bar bender
adalah alat / mesin yang di gunakan untuk menekuk besi ulir / beton dengan
diameter yang sesuai dengan kapasitas mesin.
Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di
antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai
dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung
tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut
pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.
Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan tenaga
listrik untuk membengkokkan baja tulangan, yang digunakan untuk
membengkokkan seluruh baja tulangan utama.
Gambar 4.32 Bar Bender (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

E. Bar cutter
Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan
gambar, maka baja tulangan yang tersedia perlu dipotong, dengan alat Bar
Cutter.Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan bar cutter manual adalah
bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan
mutu baja cukup tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu
pengerjaan.
Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam
gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja
tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai
diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya
lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan
kapasitas dari alat.
Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan tenaga listrik
untuk memotong baja tulangan, yang digunakan untuk memotong seluruh baja
tulangan utama.
Gambar 4.33 Bar Cutter (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

F. Gunting besi
Gunting besi digunakan untuk memotong besi dengan ukuran kecil.

Gambar 4.34 Gunting Besi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

G. Kawat
Kawat digunakan untuk pengikat, biasanya pada sambungan.
H. Truck molen
Suatu kendaraan truck khusus yang di lengkapi dengan Concrete mixer yang
fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
Concrete Mixer Truck digunakan untuk menggangkut adukan beton ready
mix dari tempat pencampuran ke lokasi proyek.Selama pengangkutan mixer terus
berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tidak homogen dan
beton tidak mengeras.
Prinsip kerja Concrete mixer truck ini secara sederhana adalah sebagai
berikut:
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja,ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek,drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan putaran jarum jam sehingga
adukan mengarah ke dalam .putaran di dalam bertujuan agar tidak terjadi
pergeseran ataupun pemisahan agregat,dengan demikian mutu beton akan tetap
terjaga.

Gambar 4.35 Truck Molen (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. Concrete pump
Concrete pump digunakan untuk memompa beton cor dari lantai bawah ke
lantai atas, beton dipompa ke lantai atas dengan menggunakan pipa.
Gambar 4.36 Concrete Pump (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

J. Pipa
Pipa digunakan untuk menyalurkan beton cor dari concrete pump ke dalam
bekisting.

Gambar 4.37 Pipa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

K. Vibrator
Vibrator digunakan untuk memadatkan beton cor an.
Gambar 4.38 Vibrator (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

L. Tower crane (TC)


Tower Crane adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material
kemanapun sesuai permintaan dan menaikkan meterial kelantai yang diinginkan,
alat ini juga digunakan untuk mengangkat besi tulangan ketempat pengerjaan
struktur.

Gambar 4.39 Tower Crane (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

M. Placing boom
Placing boom digunakan untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempat-tempat yang sulit di jangkau.
Gambar 4.40 Placing Boom (Sumber: Brosur)

4.1.9 Tahap pemasangan scafolding


Sebelum perakitan tulangan balok terlebih dahulu mengerjakan pemasangan
scafolding, tahapan pengerjaan scafolding yaitu :
1. Diawali dengan jackbase
2. Kemudian pemasangan main frame & ladder frame yang disambung dengan
joint pin
3. Kemudian diperkuat dengan cross brace
4. Bagian paling atas dipasangi dengan U head
5. Balok suri-suri dipasang dengan jarak 60 cm
6. Bottom form dipasang pertama kali untuk bekisting (sisi bawah bekisting)

Gambar 4.41 Scafolding (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


4.1.10 Tahap pembuatan besi tulangan
Pada proyek pembangunan gedung dirjend prajak sudirman, besi tulangan
balok dikelompokkan dalam besi tulangan utama dan besi tulangan sengkang.
Ukuran dan besar besi disesuaikan dengan kebutuhan.
1. Besi tulangan diangkat untuk pembuatan balok dibuat di lt. Atas dan
diangkat menggunakan tower crane.
2. Pekerjaan besi dilakukan oleh 10 - 12 orang yang sudah ahli
3. Besi tulangan yang akan dirakit menjadi tulangan atau sengkang dipotong
dan dibengkokkan sesuai kebutuhan.
4. Setelah dipotong dan dibengkokkan dilakukan perakitan secara manual,
dengan jumlah dan ukuran besi pada tulangan dan sengkang yang berbeda
pada tiap baloknya.

Gambar 4.42 Perakitan Besi Tulangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

5. Pemasangan beton dacking, ini dilakukan untuk memberikan jarak (space)


antara tepi beton dengan tulangan yang ada didalamnya.
6. Besi yang telah dipabrikasi dipasang di atas beton dacking.
Gambar 4.43 Tulangan Balok (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4.1.11 Tahap pemasangan bekisting


Setelah tulangan balok selesai dibuat selanjutnya adalah tahap
pembuatan bekisting. Berbeda dengan bekisting kolom yang bisa digunakan
kembali, bekisting balok harus dibuat kembali di lapangan. Adapun tahapannya
antara lain :
1. Pengukuran bekisting sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
2. Pekerjaan bekisting termasuk pemasangan scafolding dilakukan oleh 30
orang.
3. Pemasangan papan bekisting balok, ini dilakukan bersamaan dengan
pemasangan bekisting dan half slab precast pada plat lantai.

Gambar 4.44 Pemasangan Plat Lantai Precast (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


4. Side form dipasang dan dicek kelurusannya. Diperkuat dengan besi siku.
5. Untuk perkuatan bekisting digunakan form tie tiap 60 cm.
6. Dilakukan pengecekan kelurusan horizontal & kekuatan bekisting sebelum
dilakukan pengecoran.

4.1.12 Tahap pengecoran


Pada tahap pengecoran balok ini pekerjaan dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan pengecoran plat lantai. Setelah pengerjaan bekisting selesai, balok dan
plat lantai siap dicor dengan beton ready mix yang dipesan di pabrik, beton cor
yang digunakan pada balok dan plat lantai ini adalah beton ready mix K-400
1. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan sisa-
sisa pekerjaan seperti sisa kawat, sisa besi, sampah, dll pada area bekisting.
2. Sebelum pengecoran dimulai, pelaksana lapangan melakukan uji slump
terhadap beton cor yang akan digunakan.

Gambar 4.45 Uji slump (Sumber: Dokumentasi)

3. Setelah melakukan uji slump, beton cor dimasukkan ke dalam concrete


pump.
4. Pengecoran dilakukan menggunakan concrete pump yang dipadukan dengan
placing boom agar area yang diluar jangkauan pipa bisa dijangkau dengan
menggunakan placing boom
5. Pengecoran dilakukan oleh 6 orang.
6. Beton dipompa ke lantai atas melalui pipa menggunakan concrete pump
7. Pengecoran dilakukan secara bertahap dan merata
8. Agar hasil padat dan merata saat pengecoran digunakan concrete vibrator

4.1.13 Tahap pembukaan bekisting


Proses terakhir adalah pembukaan bekisting.
1. Setelah beton baru berusia 3-4 hari, bekisting yang menempel pada beton
dibuka. Walaupun beton matang pada hari ke 28 tetapi bekisting beton dapat
dibuka pada hari 3-4 hari.
2. Proses pembukaan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang, bekisting dibuka
dengan menggunakan linggis dan palu besar.

4.3 Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai


Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan balok yaitu beton mutu k-350.
Pada lokasi pembangunan yang diamati yaitu pada bagian tower proyek
pembangunan gedung dirjend pajak sudirman, pengerjaan plat lantai
menggunakan metode half slab dan pada beberapa bagian kantilever
menggunakan metode konvensional.
Tahapan pengerjaan pekerjaan plat lantai antara lain:
Tahap persiapan
Tahap pemasangan scafolding
Tahap pemasangan Slab precast dan pemasangan tulangan
Tahap pemasangan bekisting
Tahap pengecoran
Tahap pembukaan bekisting
5. Tahap persiapan dan bahan
Dalam proses pengerjaan pembuatan balok ada beberapa alat dan bahan
yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

A. Besi Wiremesh
Fungsi : besi ini digunakan sebagai tulangan dalam perakitan tulangan plat
lantai.

Gambar 4.46 Besi Wiremesh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

B. Slab Precast
Fungsi: Sebagai separuh struktur plat lantai pada pekerjaan plat lantai
dengan metode half slab.
Gambar 4.47 Slab Precast (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

C. Beton dacking
Beton dacking adalah material yang digunakan untuk memberikan jarak
antara tepi beton dengan tulangan di dalamnya (untuk mendapatkan selimut beton
sesuai dengan yang disyaratkan).

Gambar 4.48 Beton Dacking (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

D. Bekisting
Bekisting merupakan sarana untuk mencetak beton sesuai ukuran dan
bentuknya sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus mampu berfungsi
sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban
hidup dan peralatan kerja.
Material yang digunakan pada bekisting antara lain :
1) Triplek phenolic (ketebalan 12 mm & 18 mm)
Triplek phenolic adalah triplek yang dilapisi 1 sisi atau 2 sisinya
dengan cairan kimia phenol sehingga terbentuk lapisan berwarna coklta tua
pekat. Dipergunakan sebagai papan penahan cor an (bekisting). Dengan
menggunakan triplek phenol hasil pengecoran akan lebih padat &
permukaannnya lebih halus, karena dilapisi oleh phenol maka semen yang
menempel pada triplek mudah dibersihkan sehingga dapat dipergunakan
berulangkali. Triplek dengan ketebalan 12 mm digunakan pada bekisting
balok dan plat lantai. Sedangkan triplek dengan ketebalan 18 mm digunakan
pada bekisting kolom.

Gambar 4.49 Triplek Phenolic (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2) Kayu
Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang
banyak digunakan. Untuk menghasilkan hasil beton yang sesuai dengan
yang direncanakan, maka diperlukan acuan mengenai jenis kuat kayu,
sehingga syarat kekuatan dan kekakuan kayu masih dalam batas-batas yang
diijinkan.

3) Besi hollow
Besi hollow pada bekisting digunakan sebagai dudukan bekisting plat
lantai pada bagian atas scafolding. Besi hollow digunakan sebagai pengganti
material kayu dengan pertimbangan faktor ekonomis (reuse).

Gambar 4.50 Besi Hollow (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


4) Scafolding
Schaffolding adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai
penahan alas bekisting balok, plat maupun listplank. Komponen
schaffolding terdiri dari U Head untuk bagian atas dan Jack Base untuk
bagian bawah.

Gambar 4.51 Scafolding (Sumber: Dokumetasi Pribadi)

U Head adalah penopang berbahan besi untuk menahan balok yang


menjadi sandaran alas bekisting.
Gambar 4.52 U head (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jack Base adalah penopang berbahan besi yang menahan keseluruhan


schaffolding.

Gambar 4.53 Jack base (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

E. Gunting besi
Gunting besi digunakan untuk memotong besi dengan ukuran kecil.
Gambar 4.54 Gunting Besi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

F. Kawat
Kawat digunakan untuk pengikat, biasanya pada sambungan.
G. Truck molen
Suatu kendaraan truck khusus yang di lengkapi dengan Concrete mixer yang
fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
Concrete Mixer Truck digunakan untuk menggangkut adukan beton ready
mix dari tempat pencampuran ke lokasi proyek.Selama pengangkutan mixer terus
berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tidak homogen dan
beton tidak mengeras.
Prinsip kerja Concrete mixer truck ini secara sederhana adalah sebagai
berikut:
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja,ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek,drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan putaran jarum jam sehingga
adukan mengarah ke dalam .putaran di dalam bertujuan agar tidak terjadi
pergeseran ataupun pemisahan agregat,dengan demikian mutu beton akan tetap
terjaga.
Gambar 4.55 Truck Molen (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

H. Concrete pump
Concrete pump digunakan untuk memompa beton cor dari lantai bawah ke
lantai atas, beton dipompa ke lantai atas dengan menggunakan pipa.

Gambar 4.56 Concrete Pump (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. Pipa
Pipa digunakan untuk menyalurkan beton cor dari concrete pump ke dalam
bekisting.
Gambar 4.57 Pipa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

J. Vibrator
Vibrator digunakan untuk memadatkan beton cor an.

Gambar 4.58 Vibrator (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

K. Tower crane (TC)


Tower Crane adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material
kemanapun sesuai permintaan dan menaikkan meterial kelantai yang diinginkan,
alat ini juga digunakan untuk mengangkat besi tulangan ketempat pengerjaan
struktur.
Gambar 4.59 Tower Crane (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

L. Placing boom
Placing boom digunakan untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempat-tempat yang sulit di jangkau.

Gambar 4.60 Placing Boom (Sumber: Brosur)

6. Tahap pemasangan scafolding


Setelah persiapan alat dan bahan tahapan selanjutnya sebelum dilakukan
pemasangan slab precast dan perakitan tulangan plat lantai terlebih dahulu
dilakukan pemasangan scafolding, tahapan pengerjaan scafolding yaitu :
Gambar 4.61 Scafolding (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

1. Diawali dengan jackbase


2. Kemudian pemasangan main frame & ladder frame yang disambung dengan
joint pin
3. Kemudian diperkuat dengan cross brace
4. Bagian paling atas dipasangi dengan U head
5. Balok suri-suri dipasang dengan jarak 60 cm
6. Bottom form dipasang pertama kali untuk bekisting (sisi bawah bekisting)
7. Pemasangan Bekisting Balok

7. Tahap pemasangan slab precast dan pemasangan besi tulangan


Setelah dilakukan pemasangan bekisting balok langkah selanjutnya adalaha
pemasangan slab precast dan pemasangan besi tulangan. Adapun tahapan yang
dilakukan antara lain:
1. Slab precast diangkat menggunakan tower crane ke lokasi pekerjaan plat
lantai
Gambar 4.62 Slab precast diangkat menggunakan tower crane (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Slab precast diturunkan dan dipasang pada posisinya yang bertumpu pada
piggiran bekisting balok, pemasangan slab precast ini dilakukan oleh 2-4
orang

Gambar 4.63 Pemasangan Slab Precast (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3. Setelah slab precast terpasang dengan benar di posisinya, langkah


selanjutnya adalah pemasangan besi wiremesh di atas slab precast
Gambar 4.64 Pemasangan Besi Wiremesh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada bagian kantilever pengerjaan plat lantai tidak bisa menggunakan


metode half slab. Oleh sebab itu, pengerjaan plat lantai pada bagian kantilever
menggunakan metode konvensional. Adapun tahapan pekerjaannya antara lain:
1. Pemasangan bekisting atau cetakan dengan menggunakan triplek phenolic
yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 4.65 Pemasangan Bekisting (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan bawah menggunakan besi


wiremesh di atas bekisting yang telah dikerjakan sebelumnya. Pada bagian
bawah tulangan diberikan beton dacking untuk memberikan jarak antara
bekisting dengan tulangan plat lantai.
Gambar 4.66 Tulangan Plat lantai (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Setelah pemasangan tulangan bawah dilakukan pemasangan tulangan atas
menggunakan material yang sama yaitu besi wiremesh. Diantara tulangan
atas dan tulangan bawah dipasang besi kaki ayam agar antara terdapat
jarak antara tulangan atas dan tulangan bawah.

Gambar 4.67 Besi kaki ayam (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

8. Tahap pengecoran
Pada tahap pengecoran plat lantai ini dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan pengecoran balok. Setelah pengerjaan bekisting, pemasangan slab
precast dan penulangan selesai, balok dan plat lantai siap dicor dengan beton
ready mix yang dipesan di pabrik, beton cor yang digunakan pada balok dan plat
lantai ini adalah beton ready mix K-350
1. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan sisa-
sisa pekerjaan seperti sisa kawat, sisa besi, sampah, dll pada area bekisting.

Gambar 4.68 Plat Lantai Sebelum di Cor (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Sebelum pengecoran dimulai, pelaksana lapangan melakukan uji slump


terhadap beton cor yang akan digunakan.

Gambar 4.69 Uji slump (Sumber: Dokumentasi)

3. Setelah melakukan uji slump, beton cor dimasukkan ke dalam concrete


pump.
4. Pengecoran dilakukan menggunakan concrete pump yang dipadukan dengan
placing boom agar area yang diluar jangkauan pipa bisa dijangkau dengan
menggunakan placing boom
5. Pengecoran dilakukan oleh 6 orang.
6. Beton dipompa ke lantai atas melalui pipa menggunakan concrete pump
7. Pengecoran dilakukan secara bertahap dan merata
8. Agar hasil padat dan merata saat pengecoran digunakan concrete vibrator

Gambar 4.70 Proses Pemadatan Beton Coran (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

9. Tahap pembukaan bekisting


Proses terakhir adalah pembukaan bekisting.
1. Setelah beton baru berusia 3-4 hari, bekisting yang menempel pada beton
dibuka. Walaupun beton matang pada hari ke 28 tetapi bekisting beton dapat
dibuka pada hari 3-4 hari.
2. Proses pembukaan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang, bekisting dibuka
dengan menggunakan linggis dan palu besar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penulisan laporan ini dilakukan berdasarkan pengamatan dan pengawasan
pada proyek Pembangunan Gedung Direktorat Jendral Pajak Sudirman di Jakarta
yang meliputi pekerjaan kolom, balok dan plat lantai. Pengawasan dan
pengamatan dilakukan kurang lebih 1 bulan, dimulai dari 23 juni 10 agustus
2014.
Selama pengawasan proyek Pembangunan Gedung Direktorat Jendral Pajak
Sudirman di Jakarta dapat disimpulkan bahwa pada saat pelaksanaan dilapangan
terdapat perbedaan cara dan teknik pelaksanaan Antara lapangan dengan teori
yang dipelajari. Namun secara garis besar dari segi bahan, proses pengerjaan dan
alat yang digunakan Antara teori dan lapangan hampir sesuai pelaksanaannya. Hal
ini dikarenakan beberapa factor seperti efisiensi, nilai ekonomis, adanya factor
yang menghambat proses pengerjaan juga mempengaruhi perkerjaan ini, sehingga
pekerjaan tidak mengikuti aturan teori yang ada.
Untuk memberikan keterangan yang lebih jelas tentang pekerjaan di
lapangan, berikut ini akan diberikan beberapa gambaran pekerjaan yang terjadi di
lapangan :
Beton yang digunakan pada proyek ini adalah beton ready mix yang
langsung dipesan ke pabrik, kualitas beton yang digunakan untuk
kolom, balok dan plat lantai adalah K-400.
Tulangan yang dipakai dipotong dan dibengkokkan dengan alat-alat
yang memenuhi standard maupun dengan cara manual.
Metode pelaksanaan yang digunakan pada proyek adalah metode half
slab
Pada pembesian plat lantai, jarak besi tulangan dan besi kaki ayam,
diletakkan berdasarkan pengalaman para pekerja.
Bekisting untuk kolom, balok dan plat lantai mengggunakan kayu
plywood.
Untuk memberikan jarak (spasi) antara tulangan dan bekisting pekerja
menggunakan beton dacking, penempatan beton dacking sendiri
dilakukan berdasarkan pengalaman para pekerja.
Persiapan pembersihan pada bekisting sebelum besikting dicor kurang
dilakukan secara optimal.
Kurangnya keterampilan dan keahlian pekerja menyebabkan tidak
meratanya pengecoran, sehingga beton mengalami keratakan pada saat
bekisting dibuka.
Adanya factor penghambat seperti cuaca, material, terbatasnya tower
crane menyebabkan kemunduran jadwal pekerjaan yang ada.
Kemunduran jadwal pekerjaan membuat beberapa pekerjaan
dilakukan dalam waktu yang singkat guna mengerjar target pekerjaan,
sehingga seringkali bekisting dibuka dengan waktu yang lebih cepat.
Dari keseluruhan pekerjaan pembangunan proyek Pembangunan Gedung
Direktorat Jendral Pajak Sudirman di Jakarta ini dapat dikatakan cukup baik,
dikarenakan pelaksaan pekerjaan dilapangan yang sesuai dangan teori yang
dikerjakan, walaupun ada beberapa pekerjaan yang dikerjakan berdasarkan
pengalaman para pekerja, tetapi tetap menghasilkan pekerjaan yang baik.
Selain itu adanya briefing pagi dapat mengoptimalkan pekerjaan, sehingga
para pekerja dapat menghasilkan penjadwalan pekerjaan yang baik, dan dapat
mengerjar target yang tertinggal, yang sebagian besar dikarenakan oleh factor
cuaca, sehingga pekerjaan dapat selesai tepat waktu dan hasil pekerjaan yang
dilakukanpun optimal.
5.2 Rangkuman Analisa Lapangan

Pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai

No. Teori Pelaksanaan Keterangan

1. Pembesian seharusnya Besi yang sudah lama Pemakaian besi yang


memakai besi dengan ada dilapangan dan kurang memenuhi
standar dan mutu yang berkarat tetap dipakai standar akan
baik. untuk membuat berpengaruh pada
tulangan. berkurangnya kekuatan
struktur.
Kesimpulan :
Teori pelaksanaan dilapangan berbeda.

2. Pada saat pengecoran, Kurangnya Penggunaan fibrator


sebaiknya keterampilan pekerja yang kurang maksimal,
menggunakan fibrator mengerjakan mengakibatkan beton
sehingga beton cor pengecoran sehingga cor mengalami
dapat padat dan pada beberapa bagian keretakan. Keretakan
merata. masih ada bagian pada bagian struktur ini
coran yang tidak mempengaruhi daya
merata, dan kuat struktur itu sendiri
mengalami walaupun tidak terlalu
keretakan. berpengaruh pada
kekuatan struktur.
Kesimpulan :
Teori yang ada tidak dipraktekan di lapangan.

3. Pembukaan bekisting Pembukaan Pembukaan bekisting


pada kolom pada saat beskisting kolom yang terlalu cepat
umur beton cor cukup. yang terlalu cepat, disebabkan oleh
bekisting dibuka adanya telatnya
dalam waktu 8-24 progress pengerjaan
jam. struktur kolom,
sehingga dalam
mengejar waktu,
bekisting kolom dibuka
sebelum beton con
memiliki waktu yang
cukup.
Kesimpulan :
Teori dan pelaksanaan di lapangan berbeda.
5.3 Saran
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan dari pengamatan dan pengawasan
pada Pembangunan Gedung Direktorat Jendral Pajak Sudirman di Jakarta yang
meliputi pekerjaan kolom, balok dan plat lantai. Maka terdapat beberapa saran
terhadap pelaksanaan pekerjaan, Antara lain :
Penjadwalan yang lebih teratur dan memikirkan juga adanya factor
cuaca yang akan mengganggu jadwal dari pekerjaan itu sendiri.
Mamperhatikan keterampilan dan mampu apa tidaknya bekerja sama
yang baik pada para pekerja, sehingga pekerjaan dapat berjalan lebih
optimal.
Untuk mengejar pekerjaan yang tertinggal dengan cara menyingkat
proses pekerjaan, akan lebih baik jika dikonsultasikan terlebih dahulu.
Lebih memperhatikan ketelitian dalam hal-hal kecil, seperti tidak
meratanya pengecoran, ini akan mengakibatkan keretakan sehingga
akan menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap beban yang
dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai