Anda di halaman 1dari 3

Eniya Listiani Dewi

Eniya Listiani Dewi merupakan salah satu sosok peneliti senior Indonesia yang saat ini
bekerja pada Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Indonesia. Eniya lahir di kota Magelang, Jawa Tengah pada 14 Juni 1974. Ibu dari tiga anak
ini termasuk salah satu jajaran ilmuwan yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia
internasional karena pengabdian dan kontribusinya yang bermanfaat bagi pengembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemegang gelar Doctor of Engineering dari Universitas Waseda Tokyo ini sukses melakukan
rekayasa sel bahan bakar (fuel cell) yang ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik dari
gas hidrogen.

Sel bahan bakar yang dikembangkan Dewi merupakan sel elektronik, semacam aki atau
baterai, yang dapat mengubah sumber bahan bakar seperti hidrogen dan atau hidrokarbon
menjadi arus listrik searah.Sel-sel ini berpotensi digunakan sebagai sumber energi ramah
lingkungan bagi berbagai sektor kehidupan termasuk keperluan rumah tangga dan berbagai
kebutuhan industri seperti otomotif, konveksi, pengolahan makanan dan sebagainya.

Namun, kerja keras Eniya Listiani Dewi tidak berhenti hingga sel bahan bakar. Pada 2003
lalu, Eni mendapat penghargaan Mizuo Award dan Koukenkai Award dari Universitas
Waseda berkat temuan katalis bahan bakar yang terbuat dari unsur vanadium. Selain dua
penghargaan tersebut, karya ilmiah Dewi lainnya, metode penambahan nanopartikel, juga
berhasil menyabet penghargaan bergengsi, Asia Excellence Award yang dianugerahkan oleh
Society of Polimer Science, Jepang.

Atas pengabdian, ketekunan, kerja keras dan berbagai penemuan ilmiah yang telah dihasilkan
Eniya Listiani Dewi dan telah diakui dunia internasional, sungguh sangat layak jika wanita
berdarah Jawa tersebut menerima penghargaan Habibie Award pada 2010 dan berhasil
mencatatkan dirinya sebagai wanita termuda dalam sejarah penerima penghargaan langka
tersebut.

Tepat pada tahun yang sama Dewi meraih penghargaan Habibie Award, penemuan terbaru
lainnya, Thamrion (diambil dari gabungan kata Thamrin, lokasi kantor Dewi bekerja, dan
Ion, membran polimer untuk sel bahan bakar yang lebih efisien dan mampu bersaing dari segi
harga di pasar), berhasil memperoleh paten. Bukan hanya surat paten, atas prestasi gemilang
tersebut Eniya Listiani Dewi berhak membawa pulang Penghargaan Inovasi HKI 2010 yang
diberikan Direktorat Jendral HKI Indonesia.
Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo
Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo atau Sedijatmo atau Sediyatmo lahir di Karanganyar,
Jawa Tengah, Indonesia, 24 Oktober1909 adalah salah satu tokoh insinyur sipil Indonesia,
cendekiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung.

Sedyatmo dikenal karena menemukan "Konstruksi Cakar Ayam" pada tahun 1962. Temuan
Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut
Juanda, Surabaya, landasan bandara Polonia, Medan, dan landasan bandara Soekarno-Hatta,
Jakarta. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.

Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara
listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara
berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih
terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok
ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian
Games 1962.

Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar
diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru,lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk
mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa
beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram
tanah lembek secara meyakinkan.

Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara tersebut
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang
sekarang sudah menjadi kawasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar
ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan
landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan
kembang susut.

Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh
buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat
beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis
beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis
beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton
dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan suatu sistem
komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi
rakit ralft foundation.
Mekanisme sistem podasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil pengamatan adalah
sebagai berikut: Bila diatas pelat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat pelat
melendut. Lendutan ini menyebabkan buis-buis cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada
model menunjukkan rotasi cakar terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat beban.
Rotasi cakar memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan merupakan
momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan pelat,
semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka semakin besar reduksi
lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat
geser) tanah disekitar cakar,yaitu semakin panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin
besar momen lawan terhadap lendutan pelat yang dapat diperoleh.

Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof Sedijatmo ini,
antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan
64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-
Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan
tribune di Samarinda, jalan tol palembang-indralaya, dan ratusan bangunan gedung bertingkat
di berbagai kota.

Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan telah mendapat
pengakuan paten internasional di 40 negara, yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Filipina, Vietnam, India, RRC, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Arab Saudi,
Bahrain, Srilanka, Brazil, Qatar, Uni Soviet, Burma, Mesir, Afrika Selatan, Portugal, Spanyol,
Argentina, Cile, Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, Maroko, Jerman Barat, Jerman
Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan
Denmark

Nama Sedyatmo kemudian diabadikan sebagai nama jalan bebas hambatan dari Jakarta
menuju bandara Soekarno-Hatta. Profesor Sedyatmo meninggal dunia di usia 74 tahun pada
15 Juli 1984 dan dimakamkan di Karanganyar. Pemerintah Indonesia menganugerahkan
Bintang Mahaputra Kelas I kepada Sedyatmo atas jasa-jasanya.

Anda mungkin juga menyukai