Pendahuluan
Pembahasan
Anamnesis
Merupakan komunikasi antara dokter dan pasien, di mana pasien mengemukakan
keluhan utama. Anamnesis terdiri dari auto-anamnesis dan allo-anamnesis. Anamnesis yang
baik terdiri dari:1
Identitas (meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa dan agama).
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter).
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kiri bagian atas dekat ketiak.
Riwayat penyakit sekarang (kronologis keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat).
Sejak kapan?
Page 1
Dimana letak benjolan?
Apakah benjolan terasa nyeri dan dapat digerakkan?
Bagaimana bentuk dan konsistensi benjolan (bulat dan kenyal)?
Bagaimana bentuk payudaranya, simetris/asimetris?
Apakah adanya sekret yang keluar dari puting?
Apakah ada gejala penyerta lainnya?
Riwayat penyakit dahulu (bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang).
Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
Apakah pernah mendapat sinar radiasi pada daerah payudara?
(Jika sudah menikah) - Apakah pernah mencoba pemakaian terapi hormon untuk
mendapatkan anak?
Riwayat penyakit dalam keluarga (bertujuan untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi).
Apakah didalam keluarga ada yang menderita keluhan atau penyakit yang sama?
Riwayat pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, kebiasaan, obat-obatan, dan
lingkungan).
Apakah mengkonsumsi obat-obatan (terapi hormon atau yang lain)?1
Pemeriksaan Fisik2,3
Pemeriksaan fisik bagi tumor mammae cukup dengan inspeksi dan palpasi aja tanpa
melakukan perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
Minta kesediaan pasien untuk membuka baju serta BH dan pastikan di ruangan
pencahayaan yang baik. Posisi pasien bisa duduk dengan tangan bercekak pingang ataupun
kedua tangan dibiarkan tergantung ke bawah. Berikut hal yang perlu diamati pada kedua-dua
payudara;
Page 2
Ada kulit yang tertarik atau cekung
Amati putting susu serta areola mammae
Adakah putting susu tertarik kedalam atau tidak sama kedua-dua belah
Ada bahagian bersisik
Adakah terlihat pelebaran pembuluh darah
Adakah benjolan yang terlihat
Adakah penonjolan di bahagian ketiak
Adakah terdapat pembesaran kelenjar di bagian infra dan supraklavikular
Adakah terdapat setelit nodul
Pengamatan di atas sekali lagi dilakukan dengan posisi kedua tangan diangkat ke atas pula.
Palpasi
Pada saat palpasi, sebaiknya menggunakan bantalan jari untuk meraba. Gunakan jari 1
hingga 3 dan rabalah bermula dengan tekanan ringan lalu makin kuat dan apabila perlu
dengan sangat kuat. Posisi yang sama seperti inspeksi di atas ataupun pasien bisa baring
dengan bantal diletakkan di bawah bahu.
Palpasi dilakukan dimulai dari putting berputar keluar makin lama makin besar
lingkaran meraba. Putaran dilakukan mengikut arah jam dan setelah selesai lakukan semula
mengikut arah bertentangan. Raba bagian ketiak kanan dan kiri serta memijat putting susu.
Pada bagian ketiak, rabalah ketiak kanan pasien menggunakan tangan kiri kita dengan
lengan bawah kanan pasien diletakkan diatas lengan bawah kanan pemeriksa sambil tangan
kanan pemeriksa memegang lengan atas kanan pasien. Lakukan hal sebaliknya untuk ketiak
kiri. Pada perabaan ketiak berikut hal yang perlu diperhatikan:
Adakah terdapat kelenjar getah bening yang teraba dan berapa besarnya, konsistensi
Adakah terdapat perlekatan dengan kelenjar-kelenjar getah bening sekitarnya.
Lokasi benjolan
Ukuran benjolan
Bentuk benjolan
Konsistensi benjolan
Page 3
Hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
Mobile atau melekat pada dasar
Adakah nyeri tekan
a. Biopsi rutin. Secara optimal, biopsi diadakan dengan anestesi lokal, ialah dengan
lidokain 1% + epinefrin. Untuk penderita yang sangat gelisah, sedasi ringan dapat
membantu (misal dengan diazepam 10 mg). Pada awalnya hanya garis insisi kulit
yang dianestesi. Penting diingat, bahwa segmen yang akan dibiopsi tak boleh
dianestesikan dengan infiltrasi yang jauh ke dalam jaringan, karena epinefrin
menyebabkan spasme pembuluh darah kecil, mengakibatkan titik-titik perdarahan
yang sulit dikenali. Sekali dibuat insisi, cairan jaringan yang mengeras dan dilakukan
diseksi yang cermat dengan pisau kecil, Payudara umumnya tak peka/tak nyeri pada
Page 4
pemotongan jaringan, tetapi sangat peka terhadap regangan atau tekanan. Oleh karena
itu diperlukan anestesi lokal yang sangat sedikit jumlahnya, kecuali area kecil yang
berisi pembuluh darah, karena pembuluh darah ini dan serabut saraf disekitarnya
sangat peka. Elektrokoagulasi adalah sangat nyeri, dan ini tak boleh menjadi pilihan
pertama. Luka kemudian ditutup dengan jahitan subkutis yang dapat diserap dengan
plester kertas dikulit; pengaliran (drainase) di kontraindikasikan.4
b. Biopsi dengan jarum halus. Bila pada mamografi terdapat lesi yang mencurigakan,
dapat dilakukan penempatan jarum, yang disusul dengan mamografi kedua, untuk
memastikan bahwa jarum telah terpasang dengan benar; kemudian biru metilen (0,1
ml) diinjeksikan melalui jarum, untuk mewarnai lesi dan jaringan sekitarnya. Jarum
dibiarkan tertinggal pada payudara setelah dilakukan insisi, dan dipergunakan sebagai
penunjuk untuk melokalisasi dan memindahkan jaringan yang terwarnai. Foto sinar X
dilakukan pada jaringan yang didapat, untuk memastikan bahwa lesi mamografi
memang terdapat disana, dan sediaan kemudian diserahkan pada ahli patologi. Teknik
lokalisasi dengan jarum ini dapat digunakan untuk biopsi-biopsi yang diadakan
dibawah anestesi lokal atau umum.4
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobul yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Makroskopik tampak suatu tumor
yang bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat yang
berwarna putih, kenyal serta tampak bagian-bagian yang menonjol ke permukaan berwarna
kekuning kuningan jernih, merupakan komponen kelenjar. Besarnya 2-6 cm. Gambaran
histologik menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblas yang mengelilingi kelenjar dan
rongga kistik yang dilapisi epitel. Jaringan ikat dapat menunjukkan gambaran miksomatosa.5
Pemeriksaan Radiologi
1. Mamografi
Lesi ganas tipikal memperlihatkan gambaran stelata dan batas yang tak reguler;
dan sering berisi kelompokan-kelompokan mikrokalsifikasi yang berspikula. Lesi jinak
mempunyai batas tegas dan bulat; bila ada kalsifikasi, maka kalsifikasi ini akan
berbentuk bulat dan jarang berkelompok. Keakuratan mamografi adalah sekitar 90%,
dalam hal mendeteksi apakah suatu lesi itu jinak atau ganas. Sayangnya, mamografi
kurang akurat pada jaringan payudara yang padat, karena mamografi bergantung pada
perbedaan radiodensitas antara lesi (padat) dengan jaringan lemak disekitarnya (lebih
radiolusen). Pada wanita muda, secara radiologi acapkali terlihat densitas tinggi, dan
Page 5
pada kelompok usia ini mamografi relatif sering menghasilkan negatif semu. Mamografi
yang negatif, tidak menyingkirkan kanker, khususnya pada wanita muda. Dosis radiasi
bervariasi, sesuai dengan teknik yang dipakai (misal 0,5 rad/gambar xeromamogram dan
film-film pembesaran 0,1 rad/film untuk film rutin, dan 0,05 rad/film untuk film seleksi/
skrining dengan dosis rendah).6
2. Ultrasonografi
Cara ini sedang dalam pertimbangan untuk mendeteksi lesi-lesi payudara. Data-
data yang masih sangat dini, mengesankan bahwa mamografi lebih akurat mendeteksi
kanker, tetapi ultrasonografi mungkin dapat melengkapi.6
3. MRI
Merupakan teknik yang baru digunakan. MRI dilakukan pada pasien usia muda,
karena gambaran mamografi yang kurang jelas pada payudara wanita muda, untuk
mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik.6
Pemeriksaan Laboratorium
Tes laboratorik rutin, hanya memperlihatkan sedikit arti pada pemeriksaan penyakit
payudara, kecuali pada penderita dengan kanker yang telah lanjut.7
Belum ada pemeriksaan darah yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker
payudara. Petanda tumor (Tumor Marker/TM) ialah molekul protein berupa enzim, hormon
dan lain-lain, yang dalam keadaan normal tidak atau sedikit sekali diproduksi oleh sel tubuh.
TM merupakan salah satu penunjang pemeriksaan kanker tertentu baik screening,
menegakkan diagnosis, prognosis, pemantauan hasil pengobatan, dan juga deteksi
kekambuhan. Pemeriksaan petanda tumor untuk payudara yang menggunakan sampel darah
yaitu CA 15-3 tidak digunakan untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis kanker.
Pemeriksaan CA 15-3 dilakukan bila diagnosis kanker sudah ditegakkan dan lebih banyak
digunakan untuk monitor terapi serta progresivitas kanker.7
Diagnosis
parenkim epitelial
lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
Page 6
otot dan fascia
Page 7
Fibroadenoma mammae yang dikeluarkan selama laktasi cukup selular dan telah
dikelirukan pada potongan beku dengan adenokarsinoma berdiferensiasi baik. Ahli
patologi yang memeriksa suatu fibroadenoma yang dikeluarkan selama kehamilan harus
selalu diinformasikan bahwa lesi berasal dari payudara laktasi.8,9
Faktor-faktor predisposisi: usia <30 tahun, jenis kelamin, hereditas, lesi prekanker.10
Gejala: Terasa nyeri bila dipalpasi, massa berbatas jelas, mobile, berisi cairan (keruh
dan debris). Massa kista dipastikan dengan aspirasi dan USG.
Etiologi: Belum jelas, kemungkinan akibat perubahan hormonal.
Epidemiologi: Pada usia dekade kelima, menurun setelah wanita melewati
menopause.
Kista payudara berasal dari destruksi dan dilatasi lobulus dan duktus terminalis
payudara. Kista dapat tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Perkembangan keganasan dari kista payudara sangat jarang sekitar 0,1%.
Papiloma Intraduktal
Benjolan jinak yang biasanya soliter (satu) dan biasanya ditemukan pada kelenjar
utama dekat puting pada lokasi subareolar (sekitar puting).
Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade ke-4.
Gejalanya berupa keluarnya cairan berupa darah dari salah satu payudara tanpa
terabanya massa atau benjolan di payudara.
Penyebab tersering hal tersebut adalah papiloma intraduktal. Benjolan yang ada tidak teraba
karena biasanya berukuran < 5 mm.
Tumor Filoides
Page 8
Neoplasma jinak, berasal dari jaringan penyokong nonepitel, bersifat menyusup
secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).
Pertumbuhannya cepat, ditemukan dalam ukuran besar.
Epidemiologi: Terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia sekitar 30 tahun.
Penanggulangan adalah eksisi luas. Jika tumor sudah besar dilakukan mastektomi simpel.
Bila tumor ganas, dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara
homogen seperti sarkoma.10
Etiologi
Penyebab terjadinya FAM tidak diketahui tetapi diperkirakan disebabkan oleh reaksi
sensitivitas jaringan mammae terhadap hormone estrogen. Ini kerana tumor jinak ini tumbuh
pada usia setelah pubertas dan akan membesar ketika menstruasi ataupun laktasi. Pada usia
setelah menaupose, tumor akan mengecil.11
Epidemiologi
FAM merupakan neoplasma jinak bukan kanker yang sering dihidapi oleh wanita
muda kira-kira diantara waktu 20 tahun setelah pubertas ataupun dibawah usia 30 tahun. Pada
wanita berkulit hitam, ia sering terjadi pada usia yang lebih muda.11
Page 9
Patofisiologi
FAM merupakan satu tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita muda didalam
lingkungan umur 15 hingga 30 tahun dan ia sangat jarang ditemukan pada wanita usia pasca
menapouse. Fibroadenoma terjadi akibat hiperplasia jaringan fibrous ataupun kelenjar.8
FAM seringnya tumbuh soliter dan bisa tumbuh lebih dari satu dan sekiranya tumbuh
lebih dari satu mempunyai risiko yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara.
Selalunya FAM mempunyai permukaan yang licin dan bisa digerakkan (mobile) dan sering
tanpa disertai rasa nyeri. Hampir kebanyakkan FAM tidak membesar dan kekal dengan
ukuranya. Cuma ada setengah kasus berlaku tumor tersebut mengecil ataupun menghilang.
Gejala Klinis8
Neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul dan lesi payudara pada wanita berusia di
bawah 25 tahun.
80% tunggal.
Massa payudara mobile, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4
cm.
Tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter 1 cm dibawah pengaruh
estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral.
Pertumbuhan cepat selama kehamilan atau laktasi.
Tepinya tajam dan permukaan potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan
homogen.
Penatalaksanaan
Pembedahan
Page
10
Fibroadenoma mammae adalah lesi jinak yang sering mengenai perempuan selama
masa reproduksi. Meskipun tergolong tumor jinak, fibroadenoma dapat menimbulkan cacat
fisik karena ukurannya yang besar dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau gangguan
emosi pada individu yang terkena. Pilihan penanganan konvensional bagi wanita yang
didiagnosis dengan suatu fibroadenoma meliputi observasi atau eksisi bedah. Dua pendekatan
yang lebih baru, percutaneous excision dan in situ cryoablation, telah dikembangkan dan
kurang invasif dari eksisi bedah.8
Page
11
percutaneous excisional biopsy harus terampil dalam USG payudara seperti yang
direkomendasikan oleh American Society of Breast Surgeons.8
Kedua teknik, dalam keadaan terdapat tumor jinak, memiliki risiko rendah untuk
pasien, jika diperlukan, reseksi bedah lanjutan dapat dilakukan bila eksisi tidak lengkap atau
penanganan gagal.8
Page
12
Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikai oleh
Patey. Pada operasi ini, m. pektoralis mayor dan minor dipertahankan jika tumor jelas bebas
dari otot tersebut.8
Sekarang biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara.
Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa
payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus
dilaksankan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut terapi dengan
mempertahankan payudara. Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan tumor
kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran. Penyinaran
diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang
tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik).8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan
bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarana
penyinaran pasca bedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa
lumpektomi luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila, yaitu
terapi kuratif dengan mempertahankan payudara.8
Bila dilakukan pengangkatan mammae, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mammae dengan implantasi prosthesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi
prosthesis atau rekonstruksi mammae secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan
bedah kuratif atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi setelah adjuvant atau
rehabilitasi penderita selesai. Jika masalah ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan
prostesi eksterna, yaitu prosthesis buatan yang disanggah oleh kutang. Bentuk dan beratnya
disesuaikan dengan bentuk dan berat payudara di sisi lain.
Komplikasi
Simple Fibroadenoma
Kebanyakan jenis fibroadenoma adalah simple fibroadenoma. Massa ini memiliki tepi
yang berbeda dan sel tampak sama. Simple fibroadenoma tidak meningkatkan risiko kanker
payudara, terutama jika tidak memiliki riwayat keluarga pengidap keganasan payudara.12
Complex Fibroadenoma
Fibroadenoma ini berisi kista, pembesaran lobulus lobulus (adenosis) atau sedikit
padat, jaringan opak (kalsifikasi). Complex fibroadenoma juga tidak berubah menjadi ganas,
tetapi ini meningkatkan resiko kanker payudara.12
Page
13
Pencegahan13
Pencegahan Primer
Modifikasi Gaya Hidup
Di AS, menurut studi populasi menyatakan bahwa gaya hidup (seperti
penggunaan tembakau, konsumsi alkohol) merupakan hal utama dalam menghindari
kematian akibat kanker.13
Banyaknya asupan lemak atau asam lemak tertentu (terutama lemak jenuh),
obesitas atau tingginya Indeks Massa Tubuh (IMT), dapat meningkatkan risiko
keganasan payudara, colon, prostat dan paru paru.
Chemoprevention
Merupakan pencegahan dengan menggunakan bahan kimia yang
menghambat/mengganggu proses karsinogenik. Contoh senyawa yang biasa digunakan
antara lain: isoretinoin & asyclic retinoids, aspirin (NSAID lain), beta karoten & vitamin
E, kalsium & selenium, tamoxifen, raloxifen.
Prognosis
Page
14
Pada sebuah studi yang diikuti oleh wanita muda menginjak 29 tahun, mengalami
regresi atau resolusi yang komplit dari fibroadenoma berkisar 16-59%. Selain itu, life time
bagi penderita fibroadenoma kurang lebih 5 tahun. 50% diantaranya tidak mengalami regresi
spontan, setengahnya tidak mengalami perubahan sedangkan 25% diantaranya bertambah
ukurannya selama follow up. Wanita dengan fibroadenoma mempunyai resiko yang cukup
tinggi resiko kanker payudara pada kehidupan ke depannya. benjolan yang tidak dieksisi
harus selalu difollow up secara rutin dengan pemeriksaan fisik dan tes imaging, serta
mengikuti anjuran dokter.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Anamnesis. Jilid I Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009; 25-27.
2. Naland H. Buku Panduan Keterampilan Medik. Keterampilan Pemeriksaan Payudara.
Jakarta: FK UKRIDA. 2010; 47-54.
3. Bickley CS, Szilagyi PG. Buku Ajar Bates. Teknik Pemeriksaan Payudara Wanita.
Edisi 8. Jakarta: EGC. 2009; 311.
4. King T. Pathology. Philadelphia: Mobsby Elsevier. 2007; 329.
5. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku
Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal.
793 794.
6. Michaell MJ. Textbook of Radiology and Imaging. The Breast. Philadelphia: Elsevier.
2008; 1464-1465.
Page
15
7. Hillman R, Ault K, Rinder H. Hematology in Clinical Practice. Philadelphia:
McGrawHill. 2007.
8. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Payudara. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2006; 365-414.
9. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam :
Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Hal. 1301 1302.
10. Sjamsuhidayat R. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Payudara. Edisi 3. Jakarta: EGC.
2011; 471-497.
11. Henderson C. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Kanker Payudara. Edisi
17. Jakarta: EGC. 2008; 2045-2046.
12. Complication of fiboadenoma. Diunduh dari www.MayoClinic.com. 16 April 2012.
13. Rugo HS. Current Diagnosis & Treatment. 18th edition. Cancer. Lange Medical
Books/Mc Graw Hill. 2007; 1589.
Page
16