Kelompok C1
Ahmad Badawi
10203184
Pendahuluan
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ialah salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak.
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak
daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran
penyakit ke wilayah lain. 1
Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah
kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan
pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya
yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan dengue shock syndrome (DSS). 1
Pembahasan
Pengertian DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama
menyerang anak- anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit
1
Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit
Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir
ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue
pada orang dewasa. Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah
Dengue. Serangan wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan
memainkan peranan bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air
tergenang dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal
bagi penyakit tersebut.2
Epidemiologi DBD
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan
pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun
1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.3
Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,
kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai
ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia, dan
lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain
orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu,
misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agen penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. 4
Agen penyakit
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae. Virus dengue memiliki kode genetic (genom) RNA rantai
tunggal, yang dikelilingi oleh selubung inti (nukleokapsid) ikosahedral dan terbungkus oleh
selaput lipid (lemak). Virus ini memiliki 4 tipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Virus
dengue bersifat labil terhadap panas (termolabil). Sifat ini harus diperhatikan ketika hendak
melakukan isolasi ataupun mengkultur virus. Masing-masing virus ini dapat dibedakan
melalui isolasi virus di lab. Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas
yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya
memberikan imunitas sementara dan parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya. 1
Manusia (Host)
2
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit
demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan
ada yang sama sekali tanpa gejala sakit.2 Dalam hal ini faktor imunologis host beserta
virulensi sangat berpengaruh. Pada faktor kelompok yang memiliki keterbatasan imunologis
seperti ; anak anak yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, dan bayi dengan
penyusutan kadar antibodi dengue maternal. Di Indonesia, penderita penyakit DHF terbanyak
berusia 5-11 tahun. Perilaku individu yang meliputi kebersihan individu serta kebersihan
lingkungan juga berpengaruh terhadap penyakit DHF. Selain itu, Kepadatan penduduk yang
tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk
padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. 2
Lingkungan (Enviroment)
Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan telah teramati di
beberapa negara. Interaksi suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan
dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa sehingga
mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi
pola makan dan reproduksi nyamuk, dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk. 3
Vektor
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan
Aedes albopticus (di daerah pedesaan). Ciri ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,
tempayan, drum, dan barang barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung, dan lain lain.
Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).
3
Pengertian
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004).
Sedangkan Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.4
Kriteria
Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Jika tergolong Kejadian luar biasa,
apabila ada unsur :5
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
Tujuh kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :6
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
4
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama
Health Promotion
Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu : 3
5
d. Penyediaan perumahan yang sehat
Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja
melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
melalui pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap
analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan
diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan
buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah
berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM
Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan
semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-
kader, tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 3
2. Penyuluhan perorangan:
3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan
pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat.
6
Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah
dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas,
usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya
diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.3
Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya
maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal
itu dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin
untuk mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan
bahwa penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain
penyebarannya pun luas.3
Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu
upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah
kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan
suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan dengan
melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam
kontrol spesies aedes.3
Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah
informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus,
cara pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan
penanggulangan terhadap penderita demam berdarah.3
Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam
berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali
dan kegagalan peredaran darah. Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak
demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise.
Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh
pengobatan dan perawatan. 3
7
Preventif
Larvasidasi
Menggunakan kelambu
Penyemprotan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya
didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya.Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,
maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan
agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada
kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi
penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya.8
Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih
merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi
pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan
oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia.
Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah
dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit
DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam
membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu:8
1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh
alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat
yang rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
8
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi,
yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah
Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada
stadium dewasa maupun stadium jentik.
1. Fisik
Menurut Erik Tapan, untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit Demam
Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD) dengan cara 3M yaitu:
9
Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak
mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat
tersebut tidak bisa dikuras
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan
berkembang biak di dalamnya
2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah
granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata)
untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan
temefos:8
10
a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah
yang belum pernah terjangkit DBD.
b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang
tertinggi)
c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.
Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk
Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia
dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu
sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal
membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat
betul.8
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif: piriproksifen 0,5%) Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul.8
3. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain).8
Pemberdayaan masyarakat
Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).
Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara
mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi
jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan
11
kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan
jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara
terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik,
penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan
periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas
sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik.
Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu
kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik
memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 3
Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang
ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung
jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja
serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik
tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat
sekitar dan anak-anak sekolah.3
Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal ciri-ciri jentik nyamuk
Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam
air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian
turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat,
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi
kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada
di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru. 3
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar
rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena
untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. Cocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri
jentik aedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka
dilakukan abatisasi dan pencatatan. 3
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik
ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi
tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat
keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di
temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil
12
pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas
Kesehatan. 3
13
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas
administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin
ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.
Koordinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik
14
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmern nasional,regional dan global serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya
ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi:
- Upaya Promosi Kesehatan
- Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb
- Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
- Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini
meliputi:
- Upaya Kesehatan Sekolah
- Upaya Kesehatan Olahraga
- Upaya Kesehatan Masyarakat
- Upaya Kesehatan Kerja
- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
- Upaya Kesehatan Jiwa
- Upaya Kesehatan Mata
- Upaya Kesehatan lanjut usia (lansia)
- Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
15
yang dibuat ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut
harus:3
16
Penutup
17
Daftar Pustaka
18