Anda di halaman 1dari 3

Hikmah dari kisah Ali Imran dan Maryam

1. Keluarga Soleh mewarisi keluarga soleh


2. Salah satu cara agar hajat terkabul adalah dengan nazar
3. Nadzar adalah mewajibkan suatu perkara atau perbuatan yang asalnya
tidak wajib secara syariah
4. Nazar wajib ditepati, jika tidak, maka harus puasa 3 hari
5. Diucapkan dengan kata-kata, tidak cukup hanya dengan niat. Apabila
seseorang berniat nadzar tanpa ada ucapan, maka nadzarnya tidak sah
dan tidak wajib memenuhi nadzar tersebut
6. Perkara ibadah. Seperti shalat sunnah, puasa sunnah, sadaqah. Perkara
yang bukan bersifat ibadah seperti perkara maksiat atau perkara mubah
(seperti makan dan minum) tidak sah nadzarnya. Bukan perkara fardhu
atau wajib. Seperti shalat 5 waktu atau puasa Ramadan.

7.






8. Barangsiapa yang bernadzar untuk taat pada Allah, maka penuhilah
nadzar tersebut. Barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat pada
Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. (HR. Bukhari no. 6696)
9. Nazar taat dan ibadah, hukumnya wajib ditunaikan dan bila dilanggar
harus membayar kaffarah (tebusan).
10.Nazar mubah, yaitu bernazar untuk melakukan suatu perkara yang
mubah/diperbolehkan dan bukan ibadah maka boleh memilih
melaksanakannya atau membayar kafarah. Sebagian ulama bahkan
membolehkan untuk tidak menunaikan nadzarnya dan tidak perlu
membayar kafarah (tebusan)
11.
12.Nazar makruh, yaitu bernazar untuk melakukan perkara yang makruh
maka memilih antara melaksanakannya atau membayar kaffarah
13.Intinya, harus membayar kafarah yamin (tebusan sumpah)
14.Urutan Kafarah Yamin (tebusan sumpah) bagi yang tidak melaksanakan
nadzar adalah sebagai berikut (pilih salah satu, prioritas berdasar urutan):
a. Memberi makan kepada sepuluh orang miskin, atau
b. Memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
c. Memerdekakan satu orang budak
d. Jika tidak mampu ketiga hal di atas, barulah menunaikan pilihan
berpuasa selama tiga hari
Disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir beliau, Muhammad bin Ishaq
rahimahullah menjelaskan bahwa Hannah dahulu wanita yang mandul. Pada suatu hari ia
melihat seekor burung memberi makan anaknya dengan paruhnya, maka ia pun jadi
menginginkan kehadiran seorang anak. Berdoalah ia kepada Allah subhanahu wa taala agar
Dia menganugerahinya seorang anak laki-laki. Kemudian, Allah subhanahu wa taala
mengabulkan doanya. Suaminya pun mendatanginya, dan Hannah mengandung karenanya.

Ketika hamil, ia bernazar bahwa bayi yang ada di perutnya itu akan dijadikannya sebagai
muharrar, dikhususkan untuk beribadah dan berkhidmat di Baitul Maqdis. Namun, ketika ia
melahirkan, ternyata yang lahir anak perempuan, padahal laki-laki tidak sama dengan
perempuan dalam hal kekuatan dan ketabahan/ketekunan dalam beribadah dan berkhidmat di
Masjidil Aqsha

Namun, sebelumnya, Bani Israil berselisih tentang siapa di antara mereka yang hendak
membesarkan Maryam. Ibnu Katsir menjelaskan, Ikrimah rahimahullah berkata bahwa
Hannah keluar membawa Maryam di dalam kainnya. Ditemuinya kabilah Bani al-Kahin bin
Harunsaudara Musa alaihissalam. Hannah menyuruh mereka mengambil Maryam dan
menjelaskan bahwa Maryam ia nazarkan kepada Allah subhanahu wa taala untuk
berkhidmat di Baitul Maqdis. Bani al-Kahin, yang mengurusi khidmat di Baitul Maqdis,
senang akan hal tersebut karena Maryam adalah putri Imran, imam shalat mereka.

Namun, Nabi Zakariyya alaihissalam meminta mereka menyerahkan Maryam kepada beliau
karena bibi Maryam (saudara Hannah) adalah istri beliau, sedangkan bibi dari pihak ibu
berkedudukan seperti ibu. Mereka pun berselisih, kemudian bersepakat mengundi siapa yang
berhak memelihara anak yang menjadi nazar Hannah ini. Mereka pergi ke sungai Yordan
untuk berundi dengan cara melemparkan pena-pena mereka ke dalam sungai. Orang yang
penanya tetap menancap dan tidak terbawa air akan menjadi pemelihara Maryam. Seluruh
pena terbawa air, kecuali pena Zakariyya. Ternyata, Allah subhanahu wa taala menakdirkan
Nabi Zakariyya alaihissalam untuk membesarkannya.

Ibnu Ishaq menjelaskan, Zakariyya merawat Maryam karena Maryam menjadi yatim. Ahli
tafsir yang lain menyebutkan bahwa Bani Israil tertimpa tahun paceklik sehingga Nabi
Zakariyya alaihissalam memelihara Maryam. Dua hal ini tidak saling menafikan. Allah
menjadikan Zakariyya sebagai orang yang memeliharanya tidak lain untuk kebahagiaan
Maryam, agar Maryam dapat memperoleh faedah ilmu yang melimpah lagi bermanfaat dan
amalan yang saleh dari Zakariyya.

Dalam tafsir surat Maryam, Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa Maryam tumbuh
dengan baik di tengah-tengah Bani Israil. Ia menjadi salah satu wanita ahli ibadah yang
masyhur dengan ibadah-ibadah yang agung, at-tabattul (meninggalkan kehidupan dunia
untuk beribadah pada Allah subhanahu wa taala), dan ketekunan beribadah. Maryam
dipelihara oleh Zakariyya, suami dari saudara perempuannya, atau bibinya (dari keluarga
Hannah). Zakariyya adalah salah seorang nabi dari Bani Israil dan pembesar mereka, yang
menjadi rujukan mereka dalam masalah agama.

Anda mungkin juga menyukai