Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

ORGANISASI

Deskripsi Materi
Kesuksesan seorang pemimpin dalam
sebuah organisasi seringkali tidak hanya
ditentukan oleh karena kepintarannya, namun
lebih karena cara dia berhubungan dengan
orang lain dan sistem atau manajemen
organisasi yang dipimpinnya. Dalam konteks
itulah penting seorang pemimpin yang baik,
harus berpengaruh sekaligus hadir dalam
manajemin oraganisasi yang baik pula. Jika
tidak demikian, maka seorang pemimpin hanya
terjebak dalam sistem yang membelenggunya.
Karena itulah materi ini dirancang untuk
langsung berbicara pemimpin dan
kepemimpinannya, sekaligu manajemin
organisasi yang baik bagi sebuah oraganisasi.

Tujua Memperkenalkan kepemimpinan


n ideal yang berkarakter leader
maupun manager.
Memperkenalkan manajemin
organisasi yang baik sehingga
berpengaruh bagi manajemin
organisasi FKMSB yang lebih baik.
Timbulnya kesadaran akan
pentingnya kepemimpinan dan
manajemin organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Terinternalisasinya kepemimpinan
yang baik bagi peserta, sehingga
lahir pemimpin-pemimpin yang
berkarakter ideal di masa yang akan
datang.
Interactive Lecturing
Meto
Game: Manage the Change
de
Barainstorming
Wakt 90 menit
u
Papan atau kertas plano
Alat tulis atau spidol
Medi Peraga dan peralatan game;
a manage the change.
Porwer point presentation dan
LCD projector

A. Manusia dan Kebutuhan Berorganisasi


Terbentuknya sebuah komunitas bisa
dilacak dalam berbagai literatur ilmu-ilmu
sosial. Dalam berbagai literatur itu dikatakan
bahwa manusia saling tergantung satu sama
lain yang tidak mungkin terpisah dengan
hidup menyendiri. Hal ini menghadirkan
pemahaman akan adanya keterikatan dengan
orang lain yang menunjukkan bahwa manusia
hidup berkelompok. Independensi sebagai
individu tidak mungkin ada tanpa dependensi
dari masyarakat (K.J. Veeger, 1993: 9). Karena
itu, terbentuk apa yang disebut dengan proses
sosial yang melahirkan struktur dengan
hadirnya kelompok sosial, kebudayaan,
lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan
dan wewenang. Sedangkan pada sisi
mentalitasnya, akan melahirkan sistem nilai,
pola dan cara berfikir, sikap, tingkah laku dan
sistem norma-norma (Soekanto, 1993: 45-46).
Sosiolog Jerman Max Weber, melihat
bahwa tindakan sosial dapat menjelaskan
hubungan sosial dalam masyarakat itu sendiri.
Bagi Weber, ciri-ciri yang khas dari hubungan-
hubungan sosial adalah hubungan itu
bermakna bagi mereka yang mengambil
bagian di dalamnya, dan hubungan sosial
tersebut memiliki tiga bentuk, yaitu: konflik
atau perjuangan, komunitas, dan kerja sama.
Dalam ruang lingkup kajian sosial mengenai
masyarakat dengan hadirnya kerjasama yang
berbentuk masyarakat maka Forum Komukasi
Mahasiswa Santri Banyuanayar (FKMSB) bisa
dilihat sebagai bagian proses tindakan sosial
itu yang di dalamnya hadir kerjasama
berdasarkan kesamaan tujuan, nilain dan
identitas.
Tentu saja dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak akan lepas dari proses
berorganiasi baik itu formal atau tidak karena
berkaitan dengn proses perkumpulan dalam
masyarakat yang malakukan kerja sama.
Organisasi menjadi niscaya bagi manusia
karena hal itu merupakan cermin kehidupan
yang merupakan wujud nyata dari segala
jenis organisasi bentukan Tuhan itu sendiri,
yang melibatkan setiap makhluk hidup di
dalamnya untuk berkumpul dan berinteraksi
satu sama lain. Dengan asumsi bahwa
manusia membutuhkan orang lain dalam
proses kehidupannya, maka tidak boleh tidak
manusia harus memiliki kesadaran
berorganisasi. Kesadaran yang satu ini
penting untuk selalu ditumbuhkan seiring
dengan berjalannya waktu. Jika kesadaran
berorganisasi itu dimiliki maka pada tataran
selanjutnya menjadi penting untuk mengenali
dan mengetahui asas manfaat berorganisasi
bagi setiap individu anggota dalam organisasi
tersebut.
Dalam konteks sebagaimana di atas
penulis mencoba untuk menelaah beberapa
komponen penting yang bisa diambil
manfaatnya secara nyata oleh setiap anggota
dalam berorganisasi dan bisa menjawab
mengapa manusia harus dan perlu
berorganiasi? Menjadi sangat penting ketika
dikontekskan pada mahasiswa, termasuk
dalam hal adalah anggota FKMSB yang
notabeninya adalah mahasiswa. Beberapa hal
itu antara lain: a). Transfomasi pengetahuan.
Sudah pasti setiap orang yang berkumpul
akan saling belajar baik itu dalam keadaan
sengaja maupun tidak. Dalam setiap hari
orang akan selalu saling mentransfer ilmu
satu sama lain. Jika berorganisasi, proses
transfer itu bisa dilakukan lebih sistematis. b)
networking, saat ini dan di masa depan, orang
akan tenggelam dalam sebuah peradaban
tanpa jaringan yang bagus antara satu dengan
yang lain, jika kesadaran berorganisasi itu
punah. Siapapun yang tidak memiliki
kesadaran berorganiasi maka ia akan buta
alam yaitu mengalami kebingungan dan tidak
tahu harus berbuat sesuatu, hal ini tampak
akan sangat terasa ketika sudah
menyelesaikan studi bagi yang mahasiswa. c).
teamworking, belajar bekerja sama. Orang
yang tidak bisa bekerja sama akan terlempar
dengan sendirinya dari pergaulan sosial.
Setiap pengalaman dalam berorganisasi akan
membina ketangguhan dalam membangun
kerjasama itu sendiri. d) mengukur eksistensi
diri dan tingkat kedewasaan pribadi. Hal ini
sederhana, dalam setiap pergaulan dan dalam
organisasi akan sangat tampak kapasitas
setiap individu. Karena itu setelah mengetahui
kapasitas dirinya maka nanti bisa
dekembangkan secara bekelanjutan dalam
konteks personal maupun kelembagaana atau
keorgniasian. e). Wadah aktualisasi dan
mengembangkan diri (self actualize and
development).

B. Manajemen Organisasi
Organisasi menurut Victor A. Thompson
dalam bukunya Modern Organization (1961:
5). menyatakan bahwa an organization is a
highly rationalized and impersonal integration
of a large number of specialists cooperating to
achive some announced specific objective
(organisasi adalah suatu integrasi dari
sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama
sangat rasional dan impersonal untuk
mencapai beberapa tujuan spesifik yang
dirumuskan sebelumnya). Definisi dari
Thompson ini lebih merumuskan organisasi
dengan penekanannya pada tingkat
rasionalitas dalam usaha kerja sama. Namun
hal ini sedikit berbeda dengan Chester
Bernard dalam bukunya The Functions of
Executivem( 1938: 11.) yang mempunyai
rumusan sendiri tentang organisasi yang
sesuai dengan perspektifnya, yaitu an
organization is a system of consciously
coordinated personal activies or forces of two
or more persons (organisasi adalah suatu
sistem dari aktifitas-aktifitas orang yang
terkoordinasikan secara sadar atau kekuatan
yang terdiri dari dua orang atau lebih),
definisi ini lebih menekankan pada sistem
kerjasama yang terkoordinasi secara sadar.
Dua definisi sebagaimana di atas memberi
gambaran spesifik bahwa suatu organisasi
merupakan bangunan kerjasama secara sadar
dan rasional. Dalam konteks kerjasama secara
sadar dan rasional inilah manajemen
organisasi menemukan konteks relevansinya.
Manajemen organisasi menduduki area yang
sangat strategis untuk dipahami secara lebih
dalam mengingat hal ini akan langsung
berkaitan dengan keberlangungan organiasisi
itu sendiri. Manajemen organisasi, selain akan
menentukan organisasi itu akan berjalan
lancar, hamonis dan minim hambatan dalam
perjalanannya, juga menentukan akan hidup
matinya sebuah organisasi itu sendiri.
Manajemen organisasi menjadi sangat
fundamental kedudukannya karena terkait
dengan dua hal dasar; pertama, kerja sama
untuk mencapai tujuan dan target yang
diinginkan. Tujuan yang hendak dicapai dari
organisasi tentu saja adalah adanya hasil dan
kamajuan yang mendorong pada proses
peningkatan produktifitas maupun
keterampilan secara berkesinambungan dari
semua komponen yang terlibat di dalamnya,
termasuk dalam hal ini kepada organisasi itu
sendiri secara kelembagaan. Kedua, terkait
secara langsung dengan proses keberadaan
(existence), pertumbuhan, (growth), dan
perkembangan (development) dari organisasi
itu sendiri.
Ada beberapa prinsip dasar dalam
pengelolaan dan manajemen organisasi.
Pertama, kewajaran (fairness). Sebuah
organisasi harus dikelola secara wajar, adil,
dan rasional yang mengarah pada tujuan
utama organisasi itu sendiri. Kedua,
akuntabilitas (accountability). Akuntabilitas
pengertian sederhananya adalah bahwa setiap
proses organisasi itu dapat dipertanggung
jawabkan pada publik dan berjalan sesuai
dengan AD/ART organisasi itu sendiri. Prinsip
akuntabilitas menjadi prinsip yang paling ideal
untuk membuktikan tanggung jawab secara
penuh dari pihak terkait. Akuntabilitas ini
berkaitan secara langsung dengan prinsip
manajemain organisasi yang ketiga yaitu
tanggung jawab (responsibility), bahwa semua
komponen dan kegiatan dalam organisasi,
selain dijalankan dan dilakukan dengan penuh
tanggung jawab, juga proses dan hasilnya juga
dapat dipertanggung jawabkan.
Keempat adalah transparansi
(transparency), Transparasni adalah proses
pengelolaan organisasi yang terbuka,
tujuannya dasar dari transparansi adalah agar
semua orang termasuk anggota dalam konteks
ini bisa terlibat dan bisa mengakses terhadap
setiap penglolaan organisasi tersebut. Hal ini
dilakukan untuk menghindari celah dalam
proses pengelolaan dan manajeminnya.
Transparansi menjadi sangat penting dalam
peroses manajemin organisasi karena hal itu
berkaitan dengan nasib dan keterlibatan
orang banyak. Teransparansi juga berkaitan
dengan kualitas informasi yang disampaikan
organisasi tersebut, karena hal itu sangat
terkait pula dengan tingkat kepercayaan
anggota dan semua orang yang terlibat dalam
organisasi itu sendiri.
Prinsip sebagimana di atas harus lebih
diperjelas pada manajemen yang lebih konkret
dalam menjalankan dan mengoprasionalisasi
organisasi. Penerjemahan prinsip tersebut
terbetuk dalam berberapa hal berikut ini;
pertama, dalam bentuk planning. Yaitu proses
perencanaan yang jelas dan matang dengan
bentuk program kerja yang bisa memajukan
dan mencapai tujuan organisasi dan anggota-
anggotanya. Sayangnya, selama ini beberapa
organisasi hanya bagus dalam proses
perencanaan namun miskin pada bentuk yang
kedua, yaitu organizing, proses perencanaan
dan ide-ide dalam perencanaan itu harus
diorganisasi dan dikoordinir sedemikian rupa
dalam rencana pelaksanaan yang matang.
Pengorganisian akan ide itu dalam recana aksi
dan pelaksananya dikoordiniasi dalam
manajemen yang kedua ini. Ketiga, actuating.
Adalah eksekusi dan pelaksanaan atau kinerja
di lapangan terhadap program kerja yang
direncanakan secara bersama-sama. Keempat,
controlling, adalah proses pengawasan
terhadap pelaksaaan program kerja itu di
lapangan agar berjalan sesuai rencana yang
diidealkan sejak awal. Dan yang kelima,
adalah evaluating. Adalah proses evaluasi
terhadap keseluruhan proses yang dijalankan
organisasi tersebut guna melihat kekurangan
dan keberhasilan dari rencana hingga
pelaksanaan dari setiap program-program
organisasi.
Prinsip dan proses manajemen
sebagaimana di atas tidak hanya diarahkan
dalam konteks kinerja dan program organisasi
tapi juga pada organisai itu sendiri secara
kelembagaan. Mengapa demikian? karena
organisasi secara keseluruhan, pada dasarnya
merupakan tempat atau wadah di mana orang-
orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terkendali, dengan
memanfaatkan sumber daya (dana, material,
lingkungan, metode, sarana, prasarana, data).
Semua sumber daya itu digunakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
bersama sehingga masing-masing pihak
memperoleh manfaat dan dapat melaksanakan
semua program atau perencanaan dengan
baik sesuai dengan prinsip manajemen dan
pengelolaan organisasi itu sendiri.

C. Kepemimpinan dalam Berorganiasi


Dalam Islam sendiri, ada banyak istilah
kepemimpinan, beberapa istilah tersebut
antara lain khilafah, imamah, ulil amri, dan
rain, yang kesemuanya terkait dengan
masalah kepemimpinan, mulai dari
kepemimpinan di level negara sampai level
terendah yaitu keluarga atau bahkan dirinya
sendiri. Namun pada hakikatnya segala bentuk
kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai
khidmat atau pengabdian atau menjadi
pelayan umat itu sendiri; sayyidul al-qaumi
khadimuhum. Kepemimpinan yang asalnya
adalah hak Allah diamanahkan kepada
manusia untuk menjalankan fungsi-fungsi
manusia sebagai Khalifatullah fil ardli atau
wakil Allah di muka bumi, yang kemudian
amanah kepemimpinan tersebut harus
dipertanggungjawabkan kembali di hadapan
Allah (Wildan dan Febriyanto, 2012; 2).
Dalam konteks yang lebih dasar, setiap
pemimpin tentu harus mempunyai sifat dasar
kepemimpinan. Dalam hal ini Rasulullah
menjadi rule model-nya. Sifat dasar
kepemimpinan Rasulullah itu secara umum
adalah sifat shidiq (benar atau jujur.), amanah
(dapat dipercaya), tabligh, (menyampaikan,
sharing) dan fathonah (cerdas dan bijaksana)
(SATF) harus menjadi kemampuan dasar
sebagai seorang pemimpin. Keempat sifat
dasar itu tidak terbatas pada level
kepemimpinan tertentu, namun hal itu harus
dipunyai pada setiap level kepemimpinan,
termasuk dalam hal ini adalah kepemimpinan
dalam level organisasi.
Keempat karakter dan sifat dasar
sebagaimana di atas harus dimiliki oleh
seorang pemimpin dalam arti sebagai leader.
Bila seorang pemimpin mempunyai empat
karakter di atas itu berarti dia telah layak
menjadi seorang pemimpin karena dia pasti
mempunyai visi yang jelas. Selain keempat
karakter dasar di atas, seorang pemimpin juga
harus memiliki kemampuan bagaimana
mengelola sumber daya atau lebih dikenal
dengan makna manager. Gabungan antara
karakter leader dan manager akan
menghasilkan seorang pemimpin dan
kepemimpinan yang bagus. Oleh karena itu
dalam kepemimpina yang konprehensip itu
memiliki dua aspek penting, yaitu leader dan
manager. Memang tidak semua orang
mempunyai kemampuan dua aspek itu
sekaligus, karena itu dalam setiap
kepemiminan selalu ada ketua dan wakil
ketua. Ketua biasanya yang mempunyai
karakter leader dan wakil biasanya manager.
Idealnya dalam diri setiap pemimpian dua-
duanya harus dipunyai.
Berikut ini adalah ciri dasar dari
kepemimpinan yang berkarakter leader jika
diterjmahkan dalam konteks yang lebih
kongkret dan harus dimiliki bagi pemimpin di
setiap oganisasi; Pertama, build trustworthly
relationship, yaitu membangun relasi yang
terpercaya antar anggota satu dengan anggota
yang lain. Kata lainnya adalah menjadi
perekat. Ide dari David Little dan Scott
Appleby ini mengasumsikan bahwa seorang
pemimpin tidak boleh menjadi bagian dan
aktor utama dari ketidakharmonisan dalam
organiasi yang dipimpinnya. Disinilah
kekuatan pengaruh dan mempengaruhi
menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang
pemimpin. Kedua, memiliki conseptual skill,
dan visi yang maju. Ketiga, leader harus
menjadi man of big idea, atau orang yang
mempunyai ide-ide dan gagasan besar.
Keempat, ia juga mempunyai sifat Countinous
learner, atau mau belajar baik dengan cara
membaca, dari organisasi yang dianggap rival
sekalipun, dari orang yang membeci dan tidak
disukai, maupun dari berbagai informasi yang
terus berkembang. Terus belajar harus niscaya
bagi seorang pemimpin yang berkarakter
sebagai leader. Kelima, Good listener atau
pemimpin yang mau mendengar termasuk
menerima usulan, dan kritik baik itu dari
orang yang dianggap senior maupun junior
sekalipun. Keenam, Creative thinking yang out
of the box (Waryani Fajar, 487: 2013),
karakter yang keenam ini akan memberikan
trobosan baru dan dipraktikskan bagi
keberlangsungan organisasi, ia tidak hanya
menerima dan menjalankan organisasi secara
apa adanya, namun ia mempunyai ide besar
yang jarang difikirkan oleh orang lain,
termasuk oleh yang dipimpinnya.
Adapun manager mempunyai kemampuan
pertama, eksekutor lapangan. Dalam konteks
ini penting agar tidak hanya wacana dan
ngomong doang. Kalaupun ketua dalam
FKMSB misalanya, tidak bisa demikian, paling
tidak ketua yang sedang bertugas untuk
mempersiapkan, mengkader dan malatih orang
yang sekiranya mampu dan lebih baik, demi
regenerasi kepemimpinan. Dengan demikian
nantinya pemimpin yang lahir bukan pemimpin
tembakan yang dipaksa oleh kekuatan
kelompok atau karena intervesi senior.
Kedua, kemampuan tehnis, berupa mengelola
setiap kegiatan dan sumber daya yang ada,
ketiga, human skill yaitu membangun relasi
yang baik dan pandai berkomunikasi baik di
internal organiasi maupun eksternal organiasi
tersebut. Kelempat, memastikan bahwa setiap
program dan rencana organisasi berjalan
sesuai AD/ART.
Dalam konteks sebagaimana di atas,
FKMSB sejatinya, harus mampu mempunyai
dan melahirkan pemimpin hebat, baik itu
untuk internal FKMSB maupun untuk
kepemimpian dalam semua level. FKMSB
harus berperan aktif mengkader anggota-
anggotanya untuk menjadi leader dan
manager sekaligus yang kemudian dapat
dirasakan kiprahnya dalam konteks
masyarakat maupun bangsa. Dengan demikian
FKMSB tidak boleh hanya mendukung dan
menerima barang jadi saja dengan mencari
dan menemukan pemimpin yang hebat, namun
organisasi ini harus menjadi produsen yang
melahirkan pemimpin berkaliber kuat dan
hebat di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai